Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENERAPAN APLIKASI DIGITAL DALAM


MANAJEMEN PEMERINTAHAN DI PROVINSI
JAWA TENGAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Otonomi dan Desentralisasi Daerah
Dosen : Drs. Asmungi, SH., M.Si

Oleh:
ITSNAIN AMIRROSYAD
G4/TRIP/30.0684

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA INFORMASI


PEMERINTAHAN
FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS REGIONAL SUMATERA BARAT
TAHUN 2021

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana telah memberi kita
taufiq dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini.
Makalah dengan judul Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan
Di Provinsi Jawa Tengah sebagaimana mata kuliah yang diampu oleh dosen IPDN kampus
regional Sumatera Barat, Bapak Drs. Asmungi, SH., M.Si ini dibuat sebagai bahan penilaian
tugas terstruktur mata kuliah Otonomi dan Desentralisasi Pemerintahan Daerah.
Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga dapat terselesaikannya penulisan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
akan sangat berterima kasih apabila pembaca dapat memberikan masukan yang membangun
bagi kesempurnaan makalah penulis di masa yang akan mendatang. Demikian makalah ini
kami buat semoga dapat bermanfaat untuk pembaca.

Banyumas, 27 Oktober 2021


Penulis

Itsnain Amirrosyad

ii
Daftar Isi

Halaman Cover.............................................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.5 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................3
1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II Pembahasan....................................................................................................................................4
2.1 Landasan Teoritis.........................................................................................................................4
2.2.1 Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah..........5
2.2.2 Kendala dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah......................................9
2.2.3 Perbaikan yang diperlukan dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah.......11
BAB III Penutup........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini birokrasi harus mampu melaksanakan kebijakan publik yang efektif, efisien dan
cepat, bermuara pada kualitas dan kecepatan pelayanan dan peningkatan daya saing.
Reformasi birokrasi dihadapkan pada tantangan era digital, dimana aparatur pemerintah
dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Salah satu
indikator keberhasilan reformasi birokrasi adalah kecepatan birokrasi dalam pelayanan
dengan memangkas regulasi, peraturan, maupun sistem yang menghambat, serta penggunaan
sistem yang lebih tanggap. Dengan adanya reformasi birokrasi pastinya dibutuhkan beberapa
prinsip. Prinsip tersebut yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Salah satu cara mengatasi masalah birokrasi adalah dengan “inovasi”. Pasalnya, inovasi
dipandang sebagai kebutuhan karena dapat mengatasi masalah patologi birokrasi,
meningkatkan kualitas pelayanan publik, memaksimalkan potensi aparatur, serta
mengembalikan kepercayaan publik. Inovasi juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
informasi yang pesat. Aparatur pemerintah dituntut mampu bekerja sesuai dengan
perkembangan teknologi tersebut.

Penerapan e-governance merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan. Untuk
menyikapi hal tersebut, meskipun tidak semua jenis pelayanan publik dapat disediakan
sepenuhnya melalui elektronik dalam bingkai e-government, tetapi faktanya sejauh ini
banyak kegiatan pelayanan publik disediakan melalui elektronik.

Jawa Tengah merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah menerapkan


GRMS sebagai wujud komitmen reformasi birokrasi. Berbagai kemudahan seperti kecepatan
pelayanan, transparansi, dan peningkatan kinerja birokrasi telah dapat diraih melalui
Government Resources Management System (GRMS). Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
mengembangkan model GRMS sejak 2014 melalui Surat Keputusan Gubernur No 489
Tahun 2014. GRMS adalah bangunan sistem aplikasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

1
yang merupakan perwujudan dari e-Government. Penerapan GRMS tersebut memiliki dasar
pemikiran, korupsi telah menggurita dalam berbagai bentuk dan melibatkan banyak pihak
dan telah menggerogoti keuangan negara.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Birokrasi pemerintahan yang harus mampu melaksanakan kebijakan public yang efektif
2. Diperlukannya reformasi pemerintahan
3. Masyarakat memerlukan pelayanan yang cepat dan tepat
4. Kurangnya transparansi, kontrol, serta akuntabilitas dalam pemerintahan
5. Pelayanan yang diberikan pemerintah harus mengikuti perkembangan zaman
6. Potensi dari aparatur sipil harus dimaksimalkan
7. Terlalu banyaknya total biaya administrasi

1.3 Batasan Masalah


Dalam makalah ini, batasan masalahnya adalah terkait implementasi aplikasi digital
dalam manajemen pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan di Provinsi


Jawa Tengah?

2. Bagaiman kendala dalam penerapan aplikasi berbasis digital tersebut?

3. Untuk mengetahui perbaikan yang diperlukan dalam implementasi aplikasi berbasis


digital tersebut?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui inovasi apa yang digunakan dalam manajemen pemerintahan berbasis
aplikasi digital di Provinsi Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui kendala dalam penerapan aplikasi berbasis digital tersebut.
3. Untuk mengetahui perbaikan yang diperlukan dalam implementasi aplikasi berbasis
digital tersebut.

2
1.6 Manfaat Penelitian
1. Supaya mengetahui inovasi apa yang digunakan dalam manajemen pemerintahan
berbasis aplikasi digital di Provinsi Jawa Tengah.
2. Supaya mengetahui kendala dalam penerapan aplikasi berbasis digital tersebut.
3. Supaya mengetahui perbaikan yang diperlukan dalam implementasi aplikasi berbasis
digital tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis


Konsep-Konsep yang berhubungan dengan Inovasi dalam Manajemen Pemerintahan :

1. Manajemen Pemerintahan
Manajemen pemerintahan merupakan manajemen yang dilakukan pemerintah
untuk mensejahterakan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan strategi yang titik
fokus dan lokus perhatiannya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Mekanisme dan
prosedural menyusun rencana kegiatan dan pertanggungjawabannya merupakan bagian
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Operasionalisasi mendekatkan dan
memaksimalkan kinerja organisasi pemerintahan dapat ditampilkan melalui kinerja
maksimal aparatur.1
2. Good Governance
World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip
demokrasi, pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas
usaha.2
3. Inovasi
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2002, Inovasi adalah kegiatan penelitian,
pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.3
4. E-Governance

1
Dian Cita Sari and others, Manajemen Pemerintahan.
2
R. L. Anderson, ‘Goals: Where Are We and Where Should We Be Going?’, Journal of the American Statistical
Association, 79.386 (1984), 253–58 <https://doi.org/10.1080/01621459.1984.10478037>.
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002, ‘Undang Undang Republik Indonesia No.18 Tahun
2002 Tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi’,
September, 2002, 1–35.

4
E-governance didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan dan pendayagunaan
telematika untuk meningkatkan efisiensi dan cost-effective pemerintahan, memberikan
berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses
informasi kepada publik secara lebih luas, dan menjadikan penyelenggaraan pemerintahan
lebih bertanggung jawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat. 4

2.2.1 Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan di Provinsi


Jawa Tengah

Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari
sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan
penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.5

Reformasi birokrasi merupakan upaya dalam melakukan perubahan dan pembaharuan


mendasar suatu sistem penyelenggaraan pemerintahan yakni aspek-aspek ketatalaksanaan
(Business process), kelembagaan (organisasi), dan sumber daya manusia aparatur. 6
Reformasi Birokrasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, terintegrasi, ditujukan
untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik. Penerapan e-governance merupakan
salah satu upaya yang perlu dilakukan. Untuk menyikapi hal tersebut, meskipun tidak semua
jenis pelayanan publik dapat disediakan sepenuhnya melalui elektronik dalam bingkai e-
government, tetapi faktanya sejauh ini banyak kegiatan pelayanan publik disediakan melalui
elektronik.

Pemicu utama tumbuhnya e-government dapat dirunut dari sejarah perkembangan


global7, yaitu: Pertama, era globalisasi yang datang lebih cepat dari perkiraan membuat
banyak isu semacam demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil
society, good corporate governance, perdagangan bebas, pasar terbuka, dan lain sebagainya
4
Eddy Satriya, ‘PENTINGNYA REVITALISASI E-GOVERNMENT’, 2006, 38–43.
5
M. Hi Dr. St. Halimang, Pendidikan Anti Korupsi : Pendekatan Hukum Di Indonesia, 2020.
6
Dr. H. Dahyar Daraba, Reformasi Birokrasi & Pelayanan Publik.
7
Yuhefizar and others, ‘Naskah Akademik Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan E-Government
Di Provinsi Sumatera Barat’, E- Government, 2017, 91.

5
perlu mendapat perhatian; Kedua, kemajuan teknologi informasi (komputer dan
telekomunikasi) terjadi yang sangat pesat di mana data, informasi, dan pengetahuan dapat
diciptakan dengan sangat cepat dan disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat; Ketiga,
meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat karena membaiknya kinerja industri swasta.
Ketiga faktor tersebut menjadi pemicu tumbuhnya kebutuhan penggunaan teknologi
informasi dalam pemerintahan.

Di era otonomi daerah dan keterbukaan akses informasi teknologi informasi pelayanan
publik, informasi keuangan dan program pembangun pemerintah daerah menjadi aktor atau
subjek yang aktif dalam membuka informasi mengenai layanan terpadu, transaksi lelang
barang-jasa, pelaksanaan projek pembangunan, proses pembuatan kebijakan dan
pengambilan kebijakan anggaran. Untuk itu, kreatifitas dan inovasi dalam pengelolaan
keuangan daerah mutlak dibutuhkan.

Jawa Tengah merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah menerapkan


GRMS sebagai wujud komitmen reformasi birokrasi. Berbagai kemudahan seperti kecepatan
pelayanan, transparansi, dan peningkatan kinerja birokrasi telah dapat diraih melalui
Government Resources Management System (GRMS). Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
mengembangkan model GRMS sejak 2014 melalui Surat Keputusan Gubernur No 489
Tahun 2014. GRMS adalah bangunan sistem aplikasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
yang merupakan perwujudan dari e-Government. Penerapan GRMS tersebut memiliki dasar
pemikiran, korupsi telah menggurita dalam berbagai bentuk dan melibatkan banyak pihak
dan telah menggerogoti keuangan negara. Untuk itu, perlu ada penyikapan, salah satunya
dengan penataan pemerintahan yang baik (good governance).8

Government Resources Management System Provinsi Jawa Tengah, (GRMS) adalah


bangunan sistem aplikasi terintegrasi pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sistem ini
merupakan perwujudan dari e-Government di Jawa Tengah. Sistem aplikasi yang terdiri
atas; sistem e-budgeting,

8
Arif Sofianto, ‘Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital Di Provinsi Jawa Tengah’, Jurnal Inovasi
Kebijakan, 2019, 99–108 <https://doi.org/10.21787/mp.3.2.2019.99-108>.

6
Gambar 1. RoadMap GRMS Provinsi Jawa Tengah

7
1. e-project planning
Merupakan sistem yang dikembangkan untuk menyusun rencana pekerjaan pada
setiap kegiatan yang telah dianggarkan.
2. E-Budgeting
Merupakan sistem yang dikembangkan untuk merencanakan anggaran daerah
dengan tujuan memberikan panduan dalam proses penyusunan APBD.
 e-Standarisasi Harga Barang (SHB)
Merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis dan harga dari suatu barang/jasa.
3. e-penatausahaan
Merupakan aplikasi yang mengakomodiir proses penatausahaan keuangan daerah
Provinsi Jawa Tengah.
 e-Audit

Merupakan sistem yang digunakan oleh auditor untuk memeriksa realisasi


kegiatan.

4. e-delivery
Merupakan sistem yang memuat data terkait terbentuknya kontrak.
5. e-controlling
Merupakan sistem yang mencatat pengendalian pelaksanaan kegiatan di
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
6. e-monev
Merupakan aplikasi yang memuat data target dan realisasi penganggaran seluruh
SKPD.
 e-sakip

Merupakan sistem yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas kinerja


instansi pemerintah.

7. e-planning
Merupakan sistem yang digunakan untuk perencanaan daerah.

8
 e-Governor Planning Handbook (GPH)
Merupakan aplikasi yang digunakan gubernur untuk memantau
usulan/perencanaan dari seluruh elemen di Jawa Tengah.

Sistem ini dibangun dengan latar belakang sulitnya mengakses dan memperoleh data
anggaran maupun realisasi program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Melalui SK
Gubernur No 489 Tahun 2014, terbentuk government resources management system. Saat
ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mampu melihat alur realisasi keuangan dan
kinerja masing-masing SKPD secara real time melalui sistem online.9
2.2.2 Kendala dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah

Sampai saat ini sistem GRMS sudah berjalan, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan
saat ini OPD Provinsi Jawa Tengah sudah mulai terbuka dalam transparansi anggaran,
kebijakan, maupun kinerja. Namun meskipun sudah digunakan, masih muncul pertanyaan
apakah GRMS sudah optimal digunakan dalam menjalankan pemerintahan di Jawa Tengah.
Apakah sistem tersebut memberi keuntungan tertentu dibanding sistem sebelumnya. Perlu
juga dikaji kendala yang masih dihadapi, dan adakah kekurangan atau kerugian
ditetapkannya GRMS dibanding menggunakan sistem konvensional.

Proses migrasi dari offline menjadi online menemui berbagai kendala, baik dari aspek
kesiapan sistem dan perangkat, kesiapan SDM dan kesiapan data. Pada tahap awal
implementasi GRMS ini, hal yang paling nampak adalah adanya kecenderungan sikap
resistensi dari aparat perangkat daerah. Pada awal penggunaan GRMS, terutama dalam
proses penganggaran aparat perangkat daerah merasa kesulitan dan keberatan, karena sistem
dianggap belum siap. Selain itu, masih banyak ketidaksesuaian dengan sistem penganggaran
yang konvensional, yang berakibat tersendatnya proses penganggaran. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
semangat dan motivasi kerja di antaranya adalah lingkungan kerja.10

Namun demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lambat laun berhasil menyiasati
kondisi tersebut. Meskipun belum siap secara teknis GRMS Pemberlakuan GRMS telah
9
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ‘GRMS Jatengprov’ <https://grms.jatengprov.go.id/> [accessed 19 October
2021].
10
Agoes Kamaroellah, Manajemen Pemerintahan Daerah, Buku Pustaka Radja, 2014, 01.

9
“memaksa” aparat daerah untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku. GRMS
digunakan sebagai satu-satunya sistem manajemen penganggaran dan pelaksanaan kegiatan
di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sehingga memaksa aparatur untuk menyesuaikan diri.
Di sisi lain, telah terjadi perbaikan pada sisi pengembangan aplikasi digital dan
infrastrukturnya. Seiring dengan pemberlakukan GRMS, aparat pemerintah juga memiliki
kesadaran untuk menyesuaikan diri, bekerja melalui sistem yang sudah ditetapkan tersebut.

Meskipun sudah digunakan dengan baik, namun GRMS juga masih memiliki berbagai
kekurangan, sehingga implementasinya belum optimal. Kekurangan tersebut terutama terkait
dengan integrasi antar sistem di dalam GRMS. Idealnya sebuah sistem akan bekerja
simultan dan saling terkait satu sama lain. Di dalam GRMS, terdapat sistem perencanaan,
penganggaran, monitoring dan evaluasi, pengadaan barang dan jasa, serta beberapa sistem
lainnya. Proses tersebut semestinya berjalan melalui sistem yang saling terkait, namun
implementasi di dalam GRMS belum berjalan demikian. Antar aplikasi di dalam sistem
GRMS tersebut masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling terintegrasi.

Dengan demikian, upaya integrasi sistem ini yang masih perlu menjadi perhatian, agar
kinerja sistem menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi ini nantinya juga dapat menjadi
satu-satunya saluran atau perangkat manajemen pemerintahan yang efisien. Karena dari
proses perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi sistem lain terkait yang
dapat diakses oleh kalangan luas. Sistem ini juga memungkinkan control publik menjadi
lebih baik dan berkualitas dalam mendorong pencapaian pembangunan.
2.2.3 Perbaikan yang diperlukan dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi
Jawa Tengah

Implementasi sistem aplikasi GRMS bagi refomasi birokrasi dalam perbaikan kinerja
pemerintahan, terutama aspek kecepatan, ketepatan, dan transparansi selama ini belum
terjawab. Aplikasi tersebut pada awalnya mendapat resistensi dan keluhan, meskipun saat ini
sudah diterima. Secara teknis, pada awalnya “mempersulit” aparat dalam merencanakan dan
menjalankan kegiatannya, namun dengan pengembangan saat ini telah dapat mempermudah
penyelenggara pemerintahan daerah, dalam hal ini Aparatur Sipil negara (ASN) dan pejabat
yang berwenang di dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

10
Kemampuan berinovasi pegawai akan berkelanjutan jikadisediakan akses terhadap
teknologi dan pengetahuan mutakhir. Akses ini merupakan sarana adopsi pengetahuan yang
senantiasa dibutuhkan untuk berinovasi. Penyediaan akses yang memadai bagi pegawai
adalah sama pentingnya dengan melakukan pengembangan pegawai itu sendiri. Tanpa akses
yang memadai maka pengetahuan dan keahlian pegawai akan cepat usang karena tertinggal
dengan kemajuan pengetahuan yang berkembang secara dinamis.11

Penggunaan aplikasi ini sudah berjalan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan di


Jawa Tengah. Kecepatan, ketepatan, dan transparansi lebih baik dibanding dengan sistem
konvensional, dimana proses penganggaran, pelaksanan, pelaporan kegiatan sudah real time.
Namun demikian, masih terdapat kekurangan dimana gabungan aplikasi yang ada dalam
GRMS ternyata belum “menyatu” dalam sebuah sinergi sistem yang saling terkoneksi. Saat
ini, masing-masing proses seperti perencanaan melalui e planning berjalan sendiri, tanpa
terhubung dengan sistem lainnya. Pengelolaan pendapatan juga masih terpisah dengan
pengelolaan keuangan, serta penganggaran. Sehingga meskipun sistem ini lengkap, namun
belum terintegrasi, sehingga belum berjalan ideal. Idealnya mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, kembali ke perencanaan merupakan suatu siklus
yang saling terhubung.

Dalam konteks kontribusi terhadap reformasi birokrasi, GRMS belum mampu mengubah
mindset aparat pemerintah untuk dari pemikiran konvensional menjadi inovatif. Penggunaan
GRMS baru dimaknai sebagai “alat kerja” bukan menjadi ajang untuk mengubah budaya
kerja yang sesuai dengan semangat reformasi birokrasi. Pada awalnya GRMS lahir salah
satunya ditujukan untuk memberantas korupsi, melalui perbaikan tata laksana, mental
aparatur, pengawasan, dan akuntabilitas, namun terdapat data yang menunjukkan perubahan
hal tersebut. Tata laksana dalam pemerintahan memang sudah mengalami perubahan, namun
perubahan mentalitas aparat untuk melayani, bersih, dan akuntabel belum bisa diukur. ASN
masih menggunakan pola pikir lama dalam perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
kegiatan yang belum mengarah kepada akuntabilitas, transparan dan melayani, GRMS hanya
menjadi alat bantu dalam bekerja. Dengan demikian kontribusi GRMS bagi reformasi

11
Khairul Muluk, Knowledge Management : Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, 2008.

11
birokrasi baru pada tahap mengubah cara bekerja, belum mengubah budaya kerja seutuhnya
sebagaimana diharapkan dalam reformasi birokrasi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan yang digunakan di
Provinsi Jawa Tengah adalah aplikasi Government Resources Management System (GRMS).
Implementasi aplikasi tersebut yang dilaksanakan secara disiplin dapat mengubah cara kerja,
tetapi belum memberikan kontribusi secara penuh terhadap reformasi birokrasi.
Dalam implementasinya sendiri juga masih terdapat beberapa kendala didalamnya.
Beberapa kendala yang dialami pada saat penerapannya adalah kesiapan aparat, dalam hal
ini ASN atau PNS di dalam menggunakan sistem digital, perilaku dan kebiasaan kerja
mereka. Kendala lain adalah masih belum optimalnya peran sistem aplikasi untuk menopang
semua kebutuhan aktivitas manajemen pemerintahan, serta belum terintegrasinya antar
aplikasi. Perubahan utama yang diperlukan adalah membangun integrasi antar aplikasi
sebagai satu sistem yang saling terkait, serta menjadikan digitalisasi sebagai satu-satunya
sistem yang dijalankan sehingga meningkatkan transparansi, efisiensi, responsibilitas dan
memudahkan kontrol. Beberapa perbaikan yang dibutuhkan dari sistem aplikasi tersebut
yang memungkinkan terciptanya sinkronisasi antar aplikasi, serta optimalisasi aplikasi
dalam mendukung kinerja aparat. Selain itu perlunya penguatan upaya reformasi budaya
kerja serta sistem insentif dan disinsentif bagi ASN dan perangkat daerah.

3.2 Saran
Upaya reformasi birokrasi disini masih perlu menjadi perhatian, agar kinerja sistem
menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi ini nantinya juga dapat menjadi satu-satunya
saluran atau perangkat manajemen pemerintahan yang efisien, karena dari proses
perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi sistem saling terkait yang
dapat diakses oleh kalangan luas. Sistem ini juga diharakan mengubah pola pikir dan budaya
kerja, serta memungkinkan kontrol publik menjadi lebih baik dan berkualitas dalam
mendorong pencapaian pembangunan. Fungsi-fungsi tersebut perlu dioptimalkan agar
GRMS memberikan kontribusi optimal bagi reformasi birokrasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional,
Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.

BUKU
Daraba, Dahyar. 2019. Reformasi Birokrasi & Pelayanan Publik. Makassar : Leisyah.

Halimang, St. 2020. Pendidikan Anti Korupsi : Pendekatan Hukum Di Indonesia.


Yogyakarta : Bildung.

Kamaroellah, Agoes. 2014. Manajemen Pemerintahan Daerah. Surabaya : Buku Pustaka


Radja.

Muluk, Khairul. 2008. Knowledge Management : Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan. Malang
: Bayumedia Publishing.

Sari, Dian Cita. dkk. 2020. Manajemen Pemerintahan. Gorontalo : Ideas Publishing.

Yuhefizar. dkk. 2017. Naskah Akademik Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pengelolaan E-Government Di Provinsi Sumatera Barat. Padang.

JURNAL DAN ARTIKEL


Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2014. “GRMS Provinsi Jawa Tengah”.
https://grms.jatengprov.go.id/, diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 19.00.

Anderson, R. L.. 1984. Goals : Where Are We and Where Should We Be Going?. Journal of the
American Stastical Association (The World Bank). 254-58

Satriya, Eddy. 2006. Pentingnya Revitalisasi E-Government. Jurnal Prosiding Konferensi


Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia. 38-43.

Sofianto, Arif. 2019. Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital Di Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Inovasi Kebijakan. 99–108.

14

Anda mungkin juga menyukai