Oleh:
ITSNAIN AMIRROSYAD
G4/TRIP/30.0684
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana telah memberi kita
taufiq dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini.
Makalah dengan judul Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan
Di Provinsi Jawa Tengah sebagaimana mata kuliah yang diampu oleh dosen IPDN kampus
regional Sumatera Barat, Bapak Drs. Asmungi, SH., M.Si ini dibuat sebagai bahan penilaian
tugas terstruktur mata kuliah Otonomi dan Desentralisasi Pemerintahan Daerah.
Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga dapat terselesaikannya penulisan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
akan sangat berterima kasih apabila pembaca dapat memberikan masukan yang membangun
bagi kesempurnaan makalah penulis di masa yang akan mendatang. Demikian makalah ini
kami buat semoga dapat bermanfaat untuk pembaca.
Itsnain Amirrosyad
ii
Daftar Isi
Halaman Cover.............................................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.5 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................3
1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II Pembahasan....................................................................................................................................4
2.1 Landasan Teoritis.........................................................................................................................4
2.2.1 Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah..........5
2.2.2 Kendala dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah......................................9
2.2.3 Perbaikan yang diperlukan dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah.......11
BAB III Penutup........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini birokrasi harus mampu melaksanakan kebijakan publik yang efektif, efisien dan
cepat, bermuara pada kualitas dan kecepatan pelayanan dan peningkatan daya saing.
Reformasi birokrasi dihadapkan pada tantangan era digital, dimana aparatur pemerintah
dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Salah satu
indikator keberhasilan reformasi birokrasi adalah kecepatan birokrasi dalam pelayanan
dengan memangkas regulasi, peraturan, maupun sistem yang menghambat, serta penggunaan
sistem yang lebih tanggap. Dengan adanya reformasi birokrasi pastinya dibutuhkan beberapa
prinsip. Prinsip tersebut yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat.
Salah satu cara mengatasi masalah birokrasi adalah dengan “inovasi”. Pasalnya, inovasi
dipandang sebagai kebutuhan karena dapat mengatasi masalah patologi birokrasi,
meningkatkan kualitas pelayanan publik, memaksimalkan potensi aparatur, serta
mengembalikan kepercayaan publik. Inovasi juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
informasi yang pesat. Aparatur pemerintah dituntut mampu bekerja sesuai dengan
perkembangan teknologi tersebut.
Penerapan e-governance merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan. Untuk
menyikapi hal tersebut, meskipun tidak semua jenis pelayanan publik dapat disediakan
sepenuhnya melalui elektronik dalam bingkai e-government, tetapi faktanya sejauh ini
banyak kegiatan pelayanan publik disediakan melalui elektronik.
1
yang merupakan perwujudan dari e-Government. Penerapan GRMS tersebut memiliki dasar
pemikiran, korupsi telah menggurita dalam berbagai bentuk dan melibatkan banyak pihak
dan telah menggerogoti keuangan negara.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Birokrasi pemerintahan yang harus mampu melaksanakan kebijakan public yang efektif
2. Diperlukannya reformasi pemerintahan
3. Masyarakat memerlukan pelayanan yang cepat dan tepat
4. Kurangnya transparansi, kontrol, serta akuntabilitas dalam pemerintahan
5. Pelayanan yang diberikan pemerintah harus mengikuti perkembangan zaman
6. Potensi dari aparatur sipil harus dimaksimalkan
7. Terlalu banyaknya total biaya administrasi
2
1.6 Manfaat Penelitian
1. Supaya mengetahui inovasi apa yang digunakan dalam manajemen pemerintahan
berbasis aplikasi digital di Provinsi Jawa Tengah.
2. Supaya mengetahui kendala dalam penerapan aplikasi berbasis digital tersebut.
3. Supaya mengetahui perbaikan yang diperlukan dalam implementasi aplikasi berbasis
digital tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manajemen Pemerintahan
Manajemen pemerintahan merupakan manajemen yang dilakukan pemerintah
untuk mensejahterakan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan strategi yang titik
fokus dan lokus perhatiannya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Mekanisme dan
prosedural menyusun rencana kegiatan dan pertanggungjawabannya merupakan bagian
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Operasionalisasi mendekatkan dan
memaksimalkan kinerja organisasi pemerintahan dapat ditampilkan melalui kinerja
maksimal aparatur.1
2. Good Governance
World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip
demokrasi, pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas
usaha.2
3. Inovasi
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2002, Inovasi adalah kegiatan penelitian,
pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.3
4. E-Governance
1
Dian Cita Sari and others, Manajemen Pemerintahan.
2
R. L. Anderson, ‘Goals: Where Are We and Where Should We Be Going?’, Journal of the American Statistical
Association, 79.386 (1984), 253–58 <https://doi.org/10.1080/01621459.1984.10478037>.
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002, ‘Undang Undang Republik Indonesia No.18 Tahun
2002 Tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi’,
September, 2002, 1–35.
4
E-governance didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan dan pendayagunaan
telematika untuk meningkatkan efisiensi dan cost-effective pemerintahan, memberikan
berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses
informasi kepada publik secara lebih luas, dan menjadikan penyelenggaraan pemerintahan
lebih bertanggung jawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat. 4
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari
sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan
penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.5
5
perlu mendapat perhatian; Kedua, kemajuan teknologi informasi (komputer dan
telekomunikasi) terjadi yang sangat pesat di mana data, informasi, dan pengetahuan dapat
diciptakan dengan sangat cepat dan disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat; Ketiga,
meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat karena membaiknya kinerja industri swasta.
Ketiga faktor tersebut menjadi pemicu tumbuhnya kebutuhan penggunaan teknologi
informasi dalam pemerintahan.
Di era otonomi daerah dan keterbukaan akses informasi teknologi informasi pelayanan
publik, informasi keuangan dan program pembangun pemerintah daerah menjadi aktor atau
subjek yang aktif dalam membuka informasi mengenai layanan terpadu, transaksi lelang
barang-jasa, pelaksanaan projek pembangunan, proses pembuatan kebijakan dan
pengambilan kebijakan anggaran. Untuk itu, kreatifitas dan inovasi dalam pengelolaan
keuangan daerah mutlak dibutuhkan.
8
Arif Sofianto, ‘Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital Di Provinsi Jawa Tengah’, Jurnal Inovasi
Kebijakan, 2019, 99–108 <https://doi.org/10.21787/mp.3.2.2019.99-108>.
6
Gambar 1. RoadMap GRMS Provinsi Jawa Tengah
7
1. e-project planning
Merupakan sistem yang dikembangkan untuk menyusun rencana pekerjaan pada
setiap kegiatan yang telah dianggarkan.
2. E-Budgeting
Merupakan sistem yang dikembangkan untuk merencanakan anggaran daerah
dengan tujuan memberikan panduan dalam proses penyusunan APBD.
e-Standarisasi Harga Barang (SHB)
Merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis dan harga dari suatu barang/jasa.
3. e-penatausahaan
Merupakan aplikasi yang mengakomodiir proses penatausahaan keuangan daerah
Provinsi Jawa Tengah.
e-Audit
4. e-delivery
Merupakan sistem yang memuat data terkait terbentuknya kontrak.
5. e-controlling
Merupakan sistem yang mencatat pengendalian pelaksanaan kegiatan di
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
6. e-monev
Merupakan aplikasi yang memuat data target dan realisasi penganggaran seluruh
SKPD.
e-sakip
7. e-planning
Merupakan sistem yang digunakan untuk perencanaan daerah.
8
e-Governor Planning Handbook (GPH)
Merupakan aplikasi yang digunakan gubernur untuk memantau
usulan/perencanaan dari seluruh elemen di Jawa Tengah.
Sistem ini dibangun dengan latar belakang sulitnya mengakses dan memperoleh data
anggaran maupun realisasi program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Melalui SK
Gubernur No 489 Tahun 2014, terbentuk government resources management system. Saat
ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mampu melihat alur realisasi keuangan dan
kinerja masing-masing SKPD secara real time melalui sistem online.9
2.2.2 Kendala dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah
Sampai saat ini sistem GRMS sudah berjalan, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan
saat ini OPD Provinsi Jawa Tengah sudah mulai terbuka dalam transparansi anggaran,
kebijakan, maupun kinerja. Namun meskipun sudah digunakan, masih muncul pertanyaan
apakah GRMS sudah optimal digunakan dalam menjalankan pemerintahan di Jawa Tengah.
Apakah sistem tersebut memberi keuntungan tertentu dibanding sistem sebelumnya. Perlu
juga dikaji kendala yang masih dihadapi, dan adakah kekurangan atau kerugian
ditetapkannya GRMS dibanding menggunakan sistem konvensional.
Proses migrasi dari offline menjadi online menemui berbagai kendala, baik dari aspek
kesiapan sistem dan perangkat, kesiapan SDM dan kesiapan data. Pada tahap awal
implementasi GRMS ini, hal yang paling nampak adalah adanya kecenderungan sikap
resistensi dari aparat perangkat daerah. Pada awal penggunaan GRMS, terutama dalam
proses penganggaran aparat perangkat daerah merasa kesulitan dan keberatan, karena sistem
dianggap belum siap. Selain itu, masih banyak ketidaksesuaian dengan sistem penganggaran
yang konvensional, yang berakibat tersendatnya proses penganggaran. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
semangat dan motivasi kerja di antaranya adalah lingkungan kerja.10
Namun demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lambat laun berhasil menyiasati
kondisi tersebut. Meskipun belum siap secara teknis GRMS Pemberlakuan GRMS telah
9
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ‘GRMS Jatengprov’ <https://grms.jatengprov.go.id/> [accessed 19 October
2021].
10
Agoes Kamaroellah, Manajemen Pemerintahan Daerah, Buku Pustaka Radja, 2014, 01.
9
“memaksa” aparat daerah untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku. GRMS
digunakan sebagai satu-satunya sistem manajemen penganggaran dan pelaksanaan kegiatan
di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sehingga memaksa aparatur untuk menyesuaikan diri.
Di sisi lain, telah terjadi perbaikan pada sisi pengembangan aplikasi digital dan
infrastrukturnya. Seiring dengan pemberlakukan GRMS, aparat pemerintah juga memiliki
kesadaran untuk menyesuaikan diri, bekerja melalui sistem yang sudah ditetapkan tersebut.
Meskipun sudah digunakan dengan baik, namun GRMS juga masih memiliki berbagai
kekurangan, sehingga implementasinya belum optimal. Kekurangan tersebut terutama terkait
dengan integrasi antar sistem di dalam GRMS. Idealnya sebuah sistem akan bekerja
simultan dan saling terkait satu sama lain. Di dalam GRMS, terdapat sistem perencanaan,
penganggaran, monitoring dan evaluasi, pengadaan barang dan jasa, serta beberapa sistem
lainnya. Proses tersebut semestinya berjalan melalui sistem yang saling terkait, namun
implementasi di dalam GRMS belum berjalan demikian. Antar aplikasi di dalam sistem
GRMS tersebut masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling terintegrasi.
Dengan demikian, upaya integrasi sistem ini yang masih perlu menjadi perhatian, agar
kinerja sistem menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi ini nantinya juga dapat menjadi
satu-satunya saluran atau perangkat manajemen pemerintahan yang efisien. Karena dari
proses perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi sistem lain terkait yang
dapat diakses oleh kalangan luas. Sistem ini juga memungkinkan control publik menjadi
lebih baik dan berkualitas dalam mendorong pencapaian pembangunan.
2.2.3 Perbaikan yang diperlukan dalam Penerapan Aplikasi Digital di Provinsi
Jawa Tengah
Implementasi sistem aplikasi GRMS bagi refomasi birokrasi dalam perbaikan kinerja
pemerintahan, terutama aspek kecepatan, ketepatan, dan transparansi selama ini belum
terjawab. Aplikasi tersebut pada awalnya mendapat resistensi dan keluhan, meskipun saat ini
sudah diterima. Secara teknis, pada awalnya “mempersulit” aparat dalam merencanakan dan
menjalankan kegiatannya, namun dengan pengembangan saat ini telah dapat mempermudah
penyelenggara pemerintahan daerah, dalam hal ini Aparatur Sipil negara (ASN) dan pejabat
yang berwenang di dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
10
Kemampuan berinovasi pegawai akan berkelanjutan jikadisediakan akses terhadap
teknologi dan pengetahuan mutakhir. Akses ini merupakan sarana adopsi pengetahuan yang
senantiasa dibutuhkan untuk berinovasi. Penyediaan akses yang memadai bagi pegawai
adalah sama pentingnya dengan melakukan pengembangan pegawai itu sendiri. Tanpa akses
yang memadai maka pengetahuan dan keahlian pegawai akan cepat usang karena tertinggal
dengan kemajuan pengetahuan yang berkembang secara dinamis.11
Dalam konteks kontribusi terhadap reformasi birokrasi, GRMS belum mampu mengubah
mindset aparat pemerintah untuk dari pemikiran konvensional menjadi inovatif. Penggunaan
GRMS baru dimaknai sebagai “alat kerja” bukan menjadi ajang untuk mengubah budaya
kerja yang sesuai dengan semangat reformasi birokrasi. Pada awalnya GRMS lahir salah
satunya ditujukan untuk memberantas korupsi, melalui perbaikan tata laksana, mental
aparatur, pengawasan, dan akuntabilitas, namun terdapat data yang menunjukkan perubahan
hal tersebut. Tata laksana dalam pemerintahan memang sudah mengalami perubahan, namun
perubahan mentalitas aparat untuk melayani, bersih, dan akuntabel belum bisa diukur. ASN
masih menggunakan pola pikir lama dalam perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
kegiatan yang belum mengarah kepada akuntabilitas, transparan dan melayani, GRMS hanya
menjadi alat bantu dalam bekerja. Dengan demikian kontribusi GRMS bagi reformasi
11
Khairul Muluk, Knowledge Management : Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, 2008.
11
birokrasi baru pada tahap mengubah cara bekerja, belum mengubah budaya kerja seutuhnya
sebagaimana diharapkan dalam reformasi birokrasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan Aplikasi Digital dalam Manajemen Pemerintahan yang digunakan di
Provinsi Jawa Tengah adalah aplikasi Government Resources Management System (GRMS).
Implementasi aplikasi tersebut yang dilaksanakan secara disiplin dapat mengubah cara kerja,
tetapi belum memberikan kontribusi secara penuh terhadap reformasi birokrasi.
Dalam implementasinya sendiri juga masih terdapat beberapa kendala didalamnya.
Beberapa kendala yang dialami pada saat penerapannya adalah kesiapan aparat, dalam hal
ini ASN atau PNS di dalam menggunakan sistem digital, perilaku dan kebiasaan kerja
mereka. Kendala lain adalah masih belum optimalnya peran sistem aplikasi untuk menopang
semua kebutuhan aktivitas manajemen pemerintahan, serta belum terintegrasinya antar
aplikasi. Perubahan utama yang diperlukan adalah membangun integrasi antar aplikasi
sebagai satu sistem yang saling terkait, serta menjadikan digitalisasi sebagai satu-satunya
sistem yang dijalankan sehingga meningkatkan transparansi, efisiensi, responsibilitas dan
memudahkan kontrol. Beberapa perbaikan yang dibutuhkan dari sistem aplikasi tersebut
yang memungkinkan terciptanya sinkronisasi antar aplikasi, serta optimalisasi aplikasi
dalam mendukung kinerja aparat. Selain itu perlunya penguatan upaya reformasi budaya
kerja serta sistem insentif dan disinsentif bagi ASN dan perangkat daerah.
3.2 Saran
Upaya reformasi birokrasi disini masih perlu menjadi perhatian, agar kinerja sistem
menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi ini nantinya juga dapat menjadi satu-satunya
saluran atau perangkat manajemen pemerintahan yang efisien, karena dari proses
perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi sistem saling terkait yang
dapat diakses oleh kalangan luas. Sistem ini juga diharakan mengubah pola pikir dan budaya
kerja, serta memungkinkan kontrol publik menjadi lebih baik dan berkualitas dalam
mendorong pencapaian pembangunan. Fungsi-fungsi tersebut perlu dioptimalkan agar
GRMS memberikan kontribusi optimal bagi reformasi birokrasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional,
Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
BUKU
Daraba, Dahyar. 2019. Reformasi Birokrasi & Pelayanan Publik. Makassar : Leisyah.
Muluk, Khairul. 2008. Knowledge Management : Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan. Malang
: Bayumedia Publishing.
Sari, Dian Cita. dkk. 2020. Manajemen Pemerintahan. Gorontalo : Ideas Publishing.
Yuhefizar. dkk. 2017. Naskah Akademik Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pengelolaan E-Government Di Provinsi Sumatera Barat. Padang.
Anderson, R. L.. 1984. Goals : Where Are We and Where Should We Be Going?. Journal of the
American Stastical Association (The World Bank). 254-58
Sofianto, Arif. 2019. Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital Di Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Inovasi Kebijakan. 99–108.
14