Anda di halaman 1dari 17

Model-Model Perumusan

Kebijakan

Debora Aprianingsih
1310841008
Continental Anglo Saxon
“model elit” “model pluralis”
• Model Kelembagaan • Model Teori Permainan
(Institusional) (Game Theory)
• Model Proses (Process) • Model Pilihan Publik
• Model Kelompok (Group) (Public Choice)
• Model Elit (Elite) • Model Sistem (System)
• Model Rasional (Rational) • Model Demokratis
• Model Inkremental • Model Strategis
(Incremental) • Model Deliberatif
• Model Pengamatan • Model “Tong Sampah”
Terpadu (Mixed Scanning) (Garbage Can)
Model Kelembagaan
• Persepsi dasar pada model ini adalah bahwa tugas
pembuatan kebijakan publik adalah tugas pemerintah.

Apapun yang dibuat oleh pemerintah dengan cara apapun


adalah kebijakan publik.

• Model kelembagaan lebih menekankan struktur dibanding


proses atau perilaku politik.

( - ) masalah-masalah di lingkungan penerapan kebijakan


menjadi terabaikan.
Model Proses
Asumsi : Politik merupakan aktivitas.

Artinya: Politik mempunyai proses

Untuk itu, kebijakan publik merupakan juga proses politik yang menyertakan
rangkaian kegiatan:
Identifikasi permasalahan – Menata agenda formulasi kebijakan –
Perumusan proposal kebijakan – Legitimasi kebijakan – Implementasi
kebijakan – Evaluasi kebijakan
*Kebijakan Publik sebagai Proses

 Model ini memberitahu kita bagaimana kebijakan dibuat atau


seharusnya dibuat, namun kurang memberikan tekanan pada substansi
pada seperti apa yang harus ada
Model Kelompok
Model ini mengandaikan kebijakan
sebagai titik keseimbangan
(equilibrium).

Inti gagasan : Interaksi di dalam


kelompok akan menghasilkan
keseimbangan, dan keseimbangan
adalah hal yang terbaik.
 Kata kunci dari model ini = “akses”.
Kelompok - kelompok kepentingan Artinya, hanya mereka-mereka
berusaha untuk mempengaruhi isi yang mempunyai akses terhadap
dan dan bentuk kebijakaan secara kelompok-kelompok tersebut yang
interaktif dapat terlibat dalam proses
perumusan kebijakan.
Model Elit
Elit
Model teori elit = perkembangan dari teori
politik elit-massa (yang berasumsi bahwa
Administrator
di setiap masyarakat pasti terdapat dua
kelompok, yaitu: pemegang kekuasaan/
elit dan tidak memiliki kekuasaan/ massa.
Massa

Pandangan:
Pada gambar ini tampak bahwa elit
(-) pada akhirnya pemegang kekuasaanlah
secara top down membuat kebijakan
yang akan menyelenggarakan
pubik untuk diimplikasikan oleh
kekuasaan sesuai dengan keinginannya
administrator publik kepada rakyat
(+) seorang elit dapat menduduki puncak banyak atau massa.
kekuasaan karena berhasil
memenangkan gagasan untuk
membawa perubahan ke arah lebih  Kebijakan publik adalah perspeksi
baik daripada pesaingnya para elit politik
Model Rasional

• Mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik


sebagai maximun social gain, yang artinya pemerintah
sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan
yang memberikan manfaat optimum bagi masyarakat.

 Proses formulasi kebijakan haruslah didasarkan pada


keputusan yang sudah diperhitungkan
rasionalitasnya. Rasionalitas yang diambil adalah
perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang
dicapai.
Model Inkremental
Kebijakan ini pada umumnya hanya
= KRITIK TERHADAP MODEL RASIONAL memodifikasi kebijakan yang lalu
seperlunya
Model ini melihat bahwa kebijakan publik
merupakan variasi ataupun kelanjutan daari
Intinya, kebijakan inkrementalis adalah
kebijakan di masa lalu.
berusaha mempertahankan komitmen
Model ini dapat dikatakan sebagai model
pragmatis/praktis.
kebijakan di masa lalu untuk
mempertahankan kinerja yang telah
dicapai.
Pendekatan ini diambil ketika pengambilan
kebijakan dihadapkan pada keterbatasan
waktu, ketersediaan informasi, dan kecukupan
dana untuk melakukan evaluasi kebijakan
secara komprehensif. Sementara itu,
pengambilan kebijakan dihadapkan pada
ketidakpastian yang muncul di sekelilingnya.
Model Pengamatan Terpadu
(Mixed Scanning)
Model ini merupakan upaya menggabungkan antara model rasional dengan
model inkremental.

Etzioni memperkenalkan model ini sebagai suatu pendekatan terhadap formulasi


keputusan-keputusan pokok dan inkremental, menetapkan proses-proses formulasi
kebijakan pokok dan urusan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar, proses-
proses yang mempersiapkan keputusan-keputusan pokok, dan menjalankannya
setelah keputusan itu tercapai.

 Model ini = pendekatan yang dilakukan dengan dua kemera dengan zoom
untuk melihat detailnya

KOMPROMI
Model Demokratis
Model ini mengendaki agar setiap Model ini biasanya diperkaitan
“pemilik hak demokrasi” diikuti dengan implementasi good
sertakan sebanyak-banyaknya. governance bagi pemerintahan yang
mengamanatkan agar dalam
Model ini berkembang khususnya di membuat kebijakan para konstituten
negara-negara yang baru saja dan pemanfaat (beneficiaries)
mengalami transisi ke demokrasi, diakomodasi keberadannya.
seperti Indonesia.
 Model ini = model yang dekat
dengan model “pilihan publik”,
namun
( - ) kurang efektif dalam mengatasi
masalah kritis, darurat dalam
kelangkaan sumber daya
Model Strategis
Pendekatan ini menggunakan rumusan runtutan perumusan strategi sebagai
basis perumusan kebijakan.

• (Olsen dan Eadie) Perencanaan strategis: upaya yang didisiplinkan untuk


membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu
bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan
organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas
lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal
seperti itu.

• Perencanaan strategi lebih memfokuskan kepada pengidentifikasian dan


pemecahan isu-isu, lebih menekankan kepada penilaian terhadap lingkungan
di luar dan di dalam organisasi, dan berorientasi kepada tindakan.
Model Pilihan Publik

• Kebijakan ini berakar dari teori ekonomi pilihan publik (economic


of public choice) yang mengandaikan bahwa manusia adalah
homo ecnomicus yang memiliki kepentingan-kepetingan yang
harus dipuaskan.

• Model ini dikembangkan atas dasar teori dari Anthony Downs


tentang Economic Theory of Democracy (1957) yang
mengasumsikan bahwa para dan politisi berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan atas preferensi masing-masing.

 Model ini menjelaskan kenapa para pemenang pemilu


acap kali gagal memberikan yang terbaik kepada
masyarakatnya karena lebih mementingkan publiknya
(pendukungnya)
Model Permainan

• Model ini sangat abstrak dan dedutif dalam formulasi kebijakan.

• Model ini mendasarkan kepada formulasi kebijakan yang rasional


namun dalam kondisi kompetisi dimana tingkat keberhasilan
kebijakan tidak lagi hanya ditentukan oleh aktor pembuat
kebijakan, namun juga aktor-aktor lain.

• Konsep kunci dari TEORI PERMAINAN ADALAH STRATEGI.


YANG MANA KUNCINYA BUKANLAH YANG PALING OPTIMUM
NAMUN YANG PALING AMAN DARI SERANGAN LAWAN
Model Sistem
Dalam pendekatan ini dikenal tiga
komponen: input, proses, dan
output.
 Proses formulasi kebijakan
publik berada di dalam sistem
• Salah satu kelemahan dari politik dengan mengandalkan
pendekatan ini adalah kepada masukan (input) yang
terpusatnya perhatian kepada terdiri dari dua hal yaitu
tindakan-tindakan yang
tuntutan dan dukungan.
dilakukan pemerintah, dan pada
akhirnya kita kehilangan
perhatian paada apaa yang
tidak pernah dilakukan
pemerintah.
Model Deliberatif
• (John Locke) Pemerintah adalah • Peran pemerintah disini
sebuah lembaga yang muncul lebih sebagai legalisator dari
dari kontrak sosial di antara
individu - individu warga
“kehendak publik”.
masyarakat. Sementara peran analis
kebijakan adalah sebagai
prosesor proses dialog
Model deliberatif = “musyawarah” publik agar menghasilkan
keputusan publik untuk
DEMOKRASI dijadikan sebagai kebijakan
publik.
Model Garbage Can

Model “garbage can” dikembangkan Kingdom berdasarkan


gagasan seminal dari Cohen, March, and Olsen dalam tulisan
mereka “A garbage Can Model of Organizational Choice”,
yang mengatakan bahwa organisasi kadang kala berubah
menjadi sebuah “organized anarchies” dimana keputusan
yang dibuat bukanlah keputusan yang rasional.

( - ) Dalam model ini para pembuat kebijakan biasanya


‘membuat kebijakan’ terlebih dahulu, baru kemuudaian
mencari permasalahan yang coocok dengan kebijakan yang
dibuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai