Anda di halaman 1dari 39

KEBIJAKAN PUBLIK

RINA IDRUS,SE,MSI
Konsep dasar Kebijakan publik Aspek aspek
penting kebijakan publik
• Thomas R. Dye (1992), “ Public Policy is Whatever the
government choose to do or not to do” (kebijakan publik
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu).
• James E. Anderson (1970) menyatakan bahwa, “Public
Policies are those policies develop by governmental bodies
and officials” (kebijakan publik adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah).David
Easton, “Public policy is the authoritative allocation of
values for the whole society” (kebijakan publik adalah
pengalokasian nilai2 secara sah kepada seluruh masyarakat).
Tiga dimensi yang saling bertautan
• Bridgeman dan Davis (2004), Sebagai tujuan (objective),
sebagai pilihan tindakan yang legal dan sah secara hukum
(authoritative choice), dan sebagai hipotesis (hypothesisi).
• Working defenition untuk keperluan praktis yang
diharapkan dapat mempermudah pengamatan atas
fenomena kebijakan yg aktual,
• ”kebijakan publik adalah suatu keputusan untuk mengatasi
permasalahan tertentu agar mencapai tujuan tertentu yang
dilaksanakan oleh instansi berwenang dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan
pembangunan. (Mustopodidjaja dlm Rakhmad)
• Dalam kehidupan administrasi publik, secara formal
keputusan tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk
perundang2an.
Kebijakan publik dalam International library
• Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional
disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang
mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan
berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap
pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di
depan masyarakat oleh lembaga yang bertugas
menjatuhkan sanksi (Nugroho R.,2004).
• Aminullah dalam Muhammadi (2001) menyatakan
bahwa kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan
untuk memengaruhi sistem pencapaian tujuan yang
diinginkan. Upaya dan tindakan tersebut bersifat
strategis, yaitu berjangka panjang dan menyeluruh.
Kebijakan publik dan politik
• Riant Nugroho D. (2004), kebijakan publik bukan
berarti mudah dibuat, mudah dilaksanakan, dan
mudah dikendalikan karena kebijakan publik
menyangkut politik.
• Thomas R. Dye (1992), kebijakan publik adalah segala
sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh
pemerintah, alasan suatu kebijakan harus dilakukan
dan manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi
pertimbangan yg holistik agar kebijakan tersebut
mengandung manfaat yg besar bagi warganya dan
tidak menimbulkan kerugian, disinilah pemerintah
harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.
Rujukan kebijakanKP
•  KP merujuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yg
idealnya dalam masyarakat demokratis merupakan
cerminan pendapat umum (public opinion).
• Kebijakan terwujud dan menjadi efektif,
>pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan
perundang2an sehingga publik dapat mengetahui kebijakan
yg telah diputuskan.
>Kedua, kebijakan ini harus jelas struktur pelaksanaanya
dan pembiayaannya.
>Ketiga, diperlukan adanya kontrol publik, yakni
mekanisme yang memungkinkan publik mengetahui
kebijakan ini yang dalam pelaksanaanya mengalami
penyimpangan atau tidak.
Problema masyarakat demokratis
• Dlm masyarakat demokratis, yg sering menjadi soal
adalah cara menyerap opini publik dan membangun
suatu kebijakan yg mendapat dukungan publik.
• Penting bagi pemimpin politik untuk berkomunikasi
dng rakyat dan menampung keinginan mereka
adalah satu hal, tetapi juga penting bagi pemimpin
politik untuk mampu menjelaskan alasan mengapa
suatu keinginan mereka tidak bisa dipenuhi.
• Charles Lindblom (1939), kebijakan berkaitan erat
dengan pengambilan keputusan karena sama2
memilih diantara opsi yang tersedia.
LANJUTAN

•  Adapun terminologi publik memperlihatkan


keluasan yang luar biasa untuk
didefenisikan.Publik berkaitan erat dengan,
state, market dan civil society. Ketiganya
menjadi aktor dalam arena publik sehingga
publik dapat dipahami sebagai sebuah ruang
dimensi yang menampakkan interaksi di
antara ketiga aktor tersebut.
Kebijakan publik di negara otoriter
(autoriter)
•  Dalam masyarakat (negara) autoriter,
kebijakan publik adalah keinginan penguasa
semata sehingga penjabaran di atas tidak
berjalan.
• Kebijakan publik ditujukan hanya pada
kehendak penguasa semata untuk
melanggengkan kekuasaannya.Kebijakan
publik adalah untuk melegalkan kepentingan
penguasa dalam berbagai aspek.
Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
• Dalam pelaksanaan, kebijakan publik harus diturunkan
dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi.
• Kebijakan publik dalam sisi masyarakat, adanya suatu
standar pelayanan publik yang menjelaskan
penjabaran akan pelayanan yg menjadi haknya.
• Fokus politik pada kajian kebijakan publik
mendekatkan kajian politik pada administrasi negara
karena satuan analisisnya adalah proses pengambilan
keputusan sampai dengan evaluasi pengawasan,
termasuk pelaksanaanya.
prinsip prinsip kebijakan publik
• Kebijakan publik dalam praktik ketatanegaraa
dan kepemerintahan, menurut Nugroho
(2004) pada dasarnya terbagi dalam tiga
prinsip:Cara merumuskan kebijakan publik
(formulasi kebijakan).Cara kebijakan publik di
implementasikanCara kebijakan publik di
evaluasi.
Kriteria penentuan kebijakan publik
• Menurut Zainal Abidin, tidak semua kebijakan publik
mempunyai prioritas sama untuk di proses.
• Hal itu ditentukan oleh proses penyaringan melalui
serangkaian kriteria:Efektivitas, mengukur suatu
alternatif sasaran yg dicapai dng suatu alternatif
kebijakan dapat menghasilkan tujuan akhir yg
diinginkan.
• Efisien, dana yg digunakan harus sesuai dengan tujuan
yg dicapaiCukup, suatu kebijakan dapat mencapai hasil
yg diharapkan dng sumber daya yang adaAdilTerjawab,
kebijakan dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan suatu
golongan atau suatu masalah tertentu dalam masyarakat
Tingkatan kebijakan

•  Said Zainal Abidin (2004), kebijakan dapat dibedakan


dalam tiga tingkatan umum:
1. Kebijakan umum adalah kebijakan yg menjadi pedoman
atau petunjuk pelaksanaan, baik yg bersifat positif atau yg
bersifat negatif, yg meliputi keseluruhan wilayah atau
instansi yg bersangkutan.
2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yg menjabarkan
kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan
pemerintah untuk pelaksanaan suatu undang undang.
3. Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yg berada di
bawah kebijakan pelaksanaan.
Mengevaluasi kinerja kebijakan
• “Pengevaluasi harus mengevaluasi” merupakan
penilaian itu sendiri tetapi sekaligus juga
merupakan tautologi. Karena itu lupakan anggapan
bahwa evaluasi merupakan persoalan opini atau
selera.
• Evaluasi merupakan persoalan fakta dan logika dan
lebih penting dari yang paling penting-Michael
Scriven“evaluating Educational Programs,” The
Urban Review, 9 no 4 (february 1969), hal.22.
Model pendekatan dalam proses
pembuatan kebijakan publik
A. Model Kelembagaan (institution Model): kebijakan
sebagai hasil dari lembagaPublic policy adalah
ditentukan, dilaksanakan dan dipaksakan secara
otoritatif oleh lembaga-lembaga pemerintahan.
Lembaga pemerintah memberikan public policy
tiga karakteristik
1. pemerintah meminjamkan legitimasi pada
kebijaksanaan (policy). Kebijaksanaan pemerintah
dipandang sebagai kewajiban yg legal, yg harus
dipatuhi semua warga negara.
Lanjutan
2. Sifat universalitas kebijakan publik. Kebijakan
pemerintah menjangkau semua rakyat dalam
suatu masyarakat, baik individu maupun
kelompok.
3. pemerintah memonopoli paksaan dalam
masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemerintah
sah memberikan sanksi dan menghukum,
menuntut loyalitas dari semua rakyat, dan
mengeluarkan policy-policy yg mengatur
seluruh masyarakaat.
Kelemahan pendekatan institusional

1. Tidak menjelaskan kaitan antara struktur


lembaga pemerintah dan isi kebijakan publik.
2. Pendekatan ini hanya menjelaskan mengenai
struktur organisasi, tugas, dan fungsi lembaga2
tertentu tanpa secara sistematis menelaah akibat
karaakteristik kelembagaan dng hasil kebijakan.
Akibatnya tidak ada hubungan yg jelas antara
institusi dan policy sehingga pendekatan ini
sering dianggap tidak penting dan tidak
produktif.
lanjutan

3. Dapat menciptakan perubahan institusional


yg akan mengakibatkan perubahan kebijakan.
Dalam kenyataanya tidak selalu ada korelasi
perubahan institusi dng perubahan kebijakan.
Secara teoritis, perubahan kebijakan dapat
terjadi karena proses implementasi dan
dampak kebijakan yg tidak sesuai dengan
tujuan kebijakan.
B. Model Proses;
kebijakan sebagai suatu aktifitas politik
• Model proses menggunakan pendekatan politik modren
(behavioral) sebagai dasar analisis kebijakan publik.
Pendekatan ini berpusat pada tingkah laku individu atau
aktor politik.
• Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencari pola2
tingkah dalam membantu memahami aneka macam
kegiatan yg terlibat dalam proses pembuatan policlaku
(proses) yg dapat diidentifikasi. Model proses berguna y.
• Proses kebijakan terdiri atas berikut ini.
1. Identifikasi masalah (problem identification). Identifikasi
masalah kebijakan melalui tuntutan dari individu atau
kelompok untuk kegiatan pemerintah.
Lanjutan..

2. Agenda setting. Fokus perhatian dari media massa


dan pejabat publik dalam masalah publik secara
khusus untuk memutuskan hal2 yg akan diputuskan.
3.perumusan usul kebijakan (policy formulation).
Penentuan agenda permasalahan dan pengusulan
program untuk penyelesaian masalah.
4. Pengesahan kebijakan (policy legitimation).
Memilih suatu usulan, pembentukan dukungan
politik untuk usulan tersebut, dan mengesahkan
sebagai undang2 hukum.
Lanjutan
5. Pelaksanaan kebijakan (policy
implementation). Implementasi kebijakan
melalui pengorganisasian birokrasi,
menyiapkan pembiayaan atau memberikan
pelayanan, menarik pajak, dan sebagainya.
6.Evaluasi kebijakan (policy evaluation).
Penganalisisan tentang program, evaluasi hasil
dan pengaruhnya, dan menyarankan
perubahan dan penyesuaian.
Kelemahan model proses
• Model proses hanya menekankan tahapan
aktifitas yang dilakukan dalam menghasilkan
public policy.
• Kelemahan model ini kurang memerhatikan
isi substansin dari policy yg akan dibuat.
c. Model rasionalisme: kebijakan sebagai pencapaian
keuntungan sosial secara maksimal
• Tujuan kebijakan adalah maksimalisasi
keuntungan sosial. Artinya pemerintah harus
membuat kebijakan yg mengakibatkan
masyarakat luas mendapat keuntungan dng
mengurangi pembiayaan dalam jumlah besar
yg dikeluarkan oleh masyarakat.Policy yg
rasional dirancang secara tepat untuk
memaksimalkan hasil nilai bersih (net value
achievement)
Syarat yg harus dipenuhi untuk suatu
policy yg rasional
1. Mengetahui keinginan atau kebutuhan
masyarakat (preferensi nilai).
2. Mengetahui seluruh alternatif kebijakan yg
mendukung pencapaiaan manfaat kebijakan.
3. Mengetahui seluruh konsekuensi kebijakan.
4. Memperhitungkan rasio antara manfaat dan
biaya yg dipikul dari setiap alternatif.
5. Memilih alternatif kebijakan yg efisien.
Lanjutan

•  Policy yg rasional memerlukan informasi


tentang pilihan2 policy, kemampuan prediktif
untuk mengetahui secara tepat akibat dari
pilihan policy tersebut dan kecerdasan untuk
menghitung secara tepat perimbangan antara
biaya dan keuntungan (the ratio of cost and
benefits).
Halangan yg merintangi pembuatan policy yg rasional
1. Tidak ada nilai2 sosial yg disetujui. Nilai2 khusus dari individu
dan kelompok saling berselisih. (misal: pornografi/aksi).
2. Pertentangan manfaat dan biaya tidak dapat
diperbandingkan.s
3. Pembuat kebijakan tidak terdorong membuat keputusan yg
berdasarkan tujuan masyarakat, tetapi hanya keuntungan
pribadi dan kelompok, seperti kekuasaan, status, dan
kekayaan.
4. Pembuat kebijakan tidak termotivasi untuk memaksimalkan
keuntungan sosial, tetapi hanya memuaskan tuntutan untuk
kemajuan. Yakni tdk berusaha mencari jalan terbaik yg
menguntungkan semua pihak, tetapi hanya menemukan satu
alternatif kebijakan yg segera dapat dikerjakan.
Lanjutan halangan policy rasional
5. Adanya investasi besar dalam suatu kebijakan dapat
menghalangi pembuat kebijakan
mempertimbangkan alternatif yg ditetapkan
sebelumnnya.
6. Hambatan mengumpulkan informasi yg diperlukan
untukmengetahui seluruh alternatif.
7. Baik kemampuan prediktif dari ilmu sosial dan
prilaku maupun kemampuan prediktif ilmu fisik dan
biologi tidak cukup memadai untuk meningkatkan
kemampuan pembuat kebijakan dalam memahami
akibat dari setiap alternatif.
Lanjutan
8. Meskipun dilengkapi oleh kemajuan teknis analisis yg
canggih pembuat kebijakan tidak mempunyai intelegensia
yg mencukupi untuk menghitung secara tepat manfaat
dan biaya ketika muncul masalah rumit dalam bidang
politik, ekonomi dan budaya yg harus ditangani.
9. Ketidakpastian mengenai konsekuensi dari berbagai
alternatif menyebabkan pembuat kebijakan bersikap kaku
mempertahankan keputusan sebelumnya.
10. Sifat terpecah belah dari pembuatan kebijakan dalam
birokrasi yg besar sulit mengoordinasikan pembuatan
keputusan disebabkan muncul berbagai input dari banyak
ahli menyamarkan point sebenarnya dari keputusan yg
akan ditetapkan.
d. Model inkremental: kebijakan sebagai Variasi dari
Kebijakan sebelumnya
• Kebijakan publik sebagai keberlanjutan dari kebijakan
pemerintah sebelumnnya dengan sedikit mengadakan
perubahan atau melakukan modifikasi kebijakan yg
bersifat tambal sulam.
• Dasar pemikiran inkrementalisme adalah bersifat
konservatif, yaitu pembuat kebijakan menerima
keabsahan program2 yg telah mapan dan secara diam2
menyetujui agar kebijakan sebelumnnya tetap
dilaksanakan.
• Perhatian program baru dipusatkan untuk menambah,
mengurangi, dan menyempurnakan program2 yg telah
ada.
Alasan pembuatan kebijakan lebih
inkrementalis

1. Keterbatasan waktu, informasi, ataupun biaya untuk


meneliti atas kebijakan yg sedang berjalan atau
meneliti dari semua kemungkinan alternatif dari suatu
kebijakan yg ada.
2. Menerima keabsahan dari kebijakan sebelumnnya
karena ketidak tentuan akibat2 yg ditimbulkan dari
kebijakan yg baru.
3. Mungkin terdapat investasi dalam program yg ada
sehingga dapat menghalangi perubahan yg radikal.
4. Secara politis, inkrementalisme adalah cara yg
bijaksana. Penting untuk menurunkan ketegangan
konflik, memelihara kestabilan, dan melindungi sistem
politik.
Lanjutan

• Inkrementalisme didukung pula oleh sifat


manusia yg cenderung mempertahankan
stabilitas, kurang menyukai konflik, dan tidak
mau bersusah payah mencari hal yg paling
baik di antara yg baik.
e. Model kelompok: kebijakan sebagai keseimbangan
kelompok

Interaksi antar kelompok dalam masyarakat


merupakan fakta sentral dari politik dan public
policy. Kelompok merupakan jembatan esensial
yg menghubungkan antara individu dan
pemerintahnya. Politik merupakan perjuangan
di antara kelompok2 untuk memengaruhi
kebijakan publik.Tugas sistem politik adalah
mengatur konflik antar kelompok dng cara:
1. Menetapkan aturan main dalam kelompok yang
sedang berjuang.
Lanjutan
2. Mengatur kompromi dan menyeimbangkan
kepentingan.
3. Membentuk kompromi dalam bentuk kebijakan publik.
4. Melaksanakannya (poin poin di atas).
Kebijakan publik, pada waktu tertentu adalah
ekuilibrium dari perjuangan antar kelompok.
Perubahan pengaruh relatif suatu kelompok
kepentingan dapat menyebabkan perubahan pada
kebijakan publik.
Artinya, policy akan bergerak ke arah yg dikehendaki
oleh kelompok yg mendapatkan pengaruh dan akan
menjauh dari kelompok yg kehilangan pengaruh.
Lanjutan
• Pengaruh dari kelompok kepentingan
ditentukan oleh jumlah anggota, kekayaan yg
dimiliki, kekuatan organisasi, kepemimpinan,
akses ke pembuat keputusan, dan kohesi
internal internal organisasi.Pembuat kebijakan
merespons tekanan dari kelompok yg
melakukan bargaining, negoisasi, dan
kompromi atas tuntutan yg saling bersaing di
antara kelompok yg berpengaruh.
f. Model elite: kebijakan sebagai preferensi
elite
• Istilah elite, adalah bagian yg terpilih atau tersaring.
Dalam kehidupan kelompok, elite adalah bagian yg
superior secara sosial dari suatu masyarakat.
• Dalam kehidupan politik elite adalah kelompok
tertentu dari masyarakat yg sedang berkuasa.
• Kebijakan publik dilihat sebagai preferensi dari nilai2
elite yg sedang berkuasa.Model elite menyarankan
bahwa rakyat dalam hubungannya dng kebijakan
publik hendaknya dibuat apatis atau miskin
informasi.
Lanjutan

• Elite yg lebih banyak membentuk opini


masyarakat dalam persoalan kebijakan
dibandingkan dng massa membentuk opini
elite.
• Pejabat pemerintah, administratur, birokrat
hanya melaksanakan kebijakan yg dibuat elite.
Kebijakan mengalir dari elite ke massa melalui
administrator.
Rumusan ringkas model elite
1. Masyarakat dibagi dalam dua bagian, yaitu yg
mempunyai kekuasaan (dng jumlah sedikit) dan yg
tidak mempunyai kekuasaan (dng jumlah banyak).
Massa tidak berperan memutuskan kebijakan publik.
2. Elite yg memerintah tidak mencerminkan massa yg
diperintah. Kebijakan mengalir dari kehendak elite.
Rakyat hanya menjadi objek keinginan elit.
3. Gerakan nonelite yg membahayakan posisi elite
harus dikendalikan secara kontinu untuk mencapai
stabilitas dan menghindari revolusi.
 Lanjutan
4. Elite membagi konsensus atas nama nilai2 dasar
dari suatu sistem sosial yg ada dan perlindungan
dari sistem tersebut. Di Indonesia, dasar
konsensus elite adalah falsafah dasar negara
pancasila.
5. Kebijakan publik tidak merefleksi tuntutan
masyarakat, tetapi menonjolkan kepentingan
sekelompok orang yg berkuasa (elite). Perubahan
dalam kebijakan publik bersifat tambal sulam
(inkremental).
6. Elite lebih banyak memengaruhi massa daripada
massa memengaruhi elite.

Anda mungkin juga menyukai