Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Documen untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Teori Administrasi Negara

Dosen Pengampuh

Wasiah Suhfi S,Sis.Msi

Disusun oleh :

1.Isro hayat

2.Nurhidayah

3.Riska

4.Sherly syaftari

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2020
Kebijakan Publik

Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu kewenangan karena dibuat oleh sekelompok
individu yang mempunyai kekuasaan yang sah dalam sebuah sistem pemerintahan. Keputusan
akhir yang telah ditetapkan memiliki sifat yang mengikat bagi para pelayan publik atau public
servant untuk melakukan tindakan kedepannya. Kebijakan publik menjadi faktor penting dalam
pencapaian penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Hal tersebut bergantung kepada setiap
kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dampak yang dirasakan oleh objek
kebijakan tersebut. Sering kali kebijakan publik yang dilaksanakan tidak berpihak kepada rakyat
dan justru hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Maka dari itu, kebijakan publik yang
dikeluarkan oleh pemerintah harus memiliki keberpihakan kepada rakyat dan memang ditujukan
untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang berada di tengahtengah masyarakat. Pada
dasarnya kebijakan publik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang umumnya dipikirkan,
didesain, dirumuskan, dan diputuskan oleh para pemangku kebijakan. Walaupun dalam suatu
siklus kebijakan publik telah dilakukan tetapi fakta di lapangan sering menunjukan bahwa
kebijakan tersebut gagal untuk mencapai sasaran. Kebijakan publik sebagai proses yang krusial
seringkali dicampuri oleh unsur-unsur politik kepentingan yang dibawa oleh pihak tertentu.
Sehingga baik 2 dalam perumusan maupun pelaksanaan kebijakan, dapat melenceng dari apa
yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Begitu banyak masalah yang timbul dalam
masyarakat setiap harinya, hal tersebut menjadi tugas pemerintah untuk menyelesaikan masalah
tersebut melalui suatu kebijakan publik. Salah satunya adalah tentang masalah pembangunan,
baik secara fisik maupun non-fisik. Pembangunan keduanya sangat penting bagi masyarakat
karena keduanya saling mendukung keberhasilan satu dengan lainnya. Walaupun pada
kenyataannya sering kali terjadi ketimpangan antar keduanya. Ketimpangan ini yang menjadikan
efektifitas suatu kebijakan menurun dan dapat menjadi faktor kegagalan suatu kebijakan.
Pembangunan memiliki pengertian sebagai proses perubahan yang mencakup seluruh sistem
sosial yang ditujukan untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat dan
dilaksanakan secara terencana. Sebagai suatu proses tentu pembangunan tidak bisa dilaksanakan
secara instan dan harus melalui berbagai tahaptahap yang pada dasarnya memiliki kemiripan
seperti proses kebijakan publik. Pembangunan juga akan selalu berlanjut selama suatu bangsa
masih ada dan memiliki tahapan yang pada satu pihak sebagai independensi dan pada pihak lain
sebagai bagian dari sesuatu yang tidak akan pernah berakhir (Anggara dan Sumantri, 2016: 21).
Oleh karena itu, pembangunan yang telah dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat
sesuai dengan potensi yang dimilikinya perlu diawasi pelaksanaan dan kesinambungannya.
A.Pengertian Kebijakan Publik Menurut Para Ahli

William.N. Dunn(1994)
Pengertian kebijakan publik menurut W.N. Dunn adalah suatu daftar tidakan yang saling
berhubungan yang disusun oleh instansi atau pejabat pemerintah antara lain dalam bidang
pertahanan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pengendalian kriminalitas, dan pembangunan
perkotaan.

Thomas R. Dye (1981)

Pengertian kebijakan publik menurut Thomas R. Dye adalah adalah sebagai apa yang tidak
dilakukan maupun apa yang dilakukan oleh pemerintah.

Shfritz & Russel (1997)

Administrasi negara adalah memberikan beberapa definisi berdasarkan empat kategori yaitu :
a) Politik, Administrasi publik sebagai apa yang dikerjakan pemerintah baik langsung maupun
tidak langsung, sebagai suatu tahapan siklus pembuatan kebijakan publik, implementasi
kepentingan publik, dan sebagai kegiatan yang dilakukan secara kolektif karena tidak dapat
dikerjakan secara individu. b) Legal/Hukum, Administrasi publik sebagai penerapan hukum,
sebagai regulasi, sebagai pemberian sesuatu dari penguasa kepada rakyatnya.
c) Manajerial, Administrasi publik adalah fungsi eksekutif dalam pemerintahan, sebagai bentuk
spesialisasi dalam manajemen. d) Mata Pencaharian, Administrasi publik sebagai suatu bentuk
profesi mulai dari tukang sapu sampai ahli sesuatu di sektor publik dimana semua mereka
mereka tidak sadar bahwa mereka adalah administrasi publik.

B.Jenis-jenis Kebijakan Publik

Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan sudut pandang masing-


masing. James Anderson sebagaimana dikutip Suharno (2010:) menyampaikan kategori
kebijakan publik sebagai berikut:

Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural


Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif
tersebut dapat dijalankan.

Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan redistributif


Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau
individu. Kebijakan regulatori merupakan kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan
terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan, kebijakan redistributif
merupakan kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak
diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Kebijakan materal versus kebijakan simbolik
Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya komplet
pada kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan
manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang privat


(privat goods)
Kebijakan public goods adalah kebijakan yang mengatur
pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan, kebijakan privat goods adalah kebijakan
yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

Sholichin Abdul Wahab mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik


terhadap hakikat kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan, ketika kita dapat
memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori, yaitu:

Tuntutan kebijakan (policy demands)


Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh
actor-aktor lain, baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk
melakukan tindakan tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan pada suatu masalah
tertentu. Tuntutan ini dapat bervariasi, mulai dari desakan umum, agar pemerintah berbuat
sesuatu hingga usulan untuk mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang
terjadi di dalam masyarakat.

Keputusan kebijakan (policy decisions)


Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan untuk
memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Dalam hal ini, termasuk didalamnya
keputusan- keputusan untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar), ketetapan-
ketetapan, ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang.

Pernyataan kebijakan (policy statements)


Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik tertentu. Misalnya; ketetapan
MPR, Keputusan Presiden atau Dekrit Presiden, keputusan peradialn, pernyataan
ataupun pidato pejabat pemerintah yang menunjukkan hasrat, tujuan pemerintah, dan apa yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Keluaran kebijakan (policy outputs)


Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan dirasakan, karena
menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan guna merealisasikan apa yang telah digariskan
dalam keputusan dan pernyataan kebijakan. Secara singkat keluaran kebijakan ini menyangkut
apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah.

Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)


Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat, baik yang
diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak
adanya tindakan pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada dalam
masyarakat.

William N. Dunn (2000: 21) membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi lima bagian, yaitu:

Masalah kebijakan (policy public)


Adalah nilai, kebutuhan dan kesempatan yang belum terpuaskan, tetapi dapat diidentifikasi dan
dicapai melalui tindakan public. Pengetahuan apa yang hendak dipecahkan membutuhkan
informasi mengenai kondisi-kondisi yang mendahului adanya problem maupun informasi
mengenai nilai yang pencapaiannya menuntut pemecahan masalah.

Alternatif kebijakan (policy alternatives)


Yaitu arah tindakan yang secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada
pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan. Informasi mengenai kondisi yang
menimbulkan masalah pada dasarnya juga mengandung identifikasi terhadap kemungkinan
pemecahannya.

Tindakan kebijakan (policy actions)


Adalah suatu gerakan atau serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih,
yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai.

Hasil kebijakan (policy outcomes)


Adalah akibat-akibat yang terjadi dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan.
Hasil dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum tindakan dilakukan,
juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti yang diharapkan atau dapat diduga
sebelumnya.

Hasil guna kebijakan


Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai.
Pada kenyataanya jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas, umumnya
pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem sehingga perlu pemecahan
kembali atau perumusan kembali.

Jika dilihat secara tradisional para ilmuwan politik umumnya membagi:

Kebijakan substantif (misalnya kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial, hak-hak sipil,


masalah luar negeri);

Kelembagaan (misalnya: kebijakan legislatif, kebijakan eksekutif, kebijakan yudikatif, kebijakan


departemen);

Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya kebijakan masa reformasi, kebijakan masa
orde baru).
C.Proses Kebijakan Publik

Tahap-tahap proses kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:

1. Tahap penyusunan agenda


2. Tahap formulasi kebijakan
3. Tahap adopsi kebijakan
4. Tahap implementasi kebijakan
5. Tahap evaluasi kebijakan

Proses kebijakan publik menurut Garry D. Brewer

Seperti halnya Laswell, Brewer menyusun proses kebijakan publik lebih disederhanakan ke


dalam 6 tahapan. Yaitu Invention/Initiation ,tahap perumusan masalah, Estimation yaitu tahap
pengusulan alternatif-alternatif, Selection , alternatif-alternatif yang tersedia diseleksi dan dinilai
untuk dipilih yang terbaik. Alternatif terpilih selanjutnya disahkan sebagai kebijakan
publik. Implementation, tahap aplikasi sesudah kebijakan publik mendapat
pengesahan, Evaluation, berbeda dengan Laswell tetapi sependapat dengan Jones, bahwa
kebijakan dinilai terlebih dahulu sebelum dilakukan Termination , yaitu penyesuaian kebijakan.

Dalam praktek, tahap-tahap tersebut tidak selalu demikian, sebagai contoh pembuatan kebijakan
publik di Amerika Serikat melewati tahap-tahap:

1. Identifikasi masalah,
2. Proposal, yaitu pengajuan usulan alternatif- alternatif,
3. Proses Decicision Making , dalam proses ini digunakan model incremental, analogizing,
segmented . Proses ini juga membentuk differensial akses dan policy networks, melalui
bargaining/compromise, short-run.
4. Penyusunan program-program,
5. Implementasi,
6. Evaluasi.

D.Pengesahan Kebijakan

Sebagai suatu proses kolektif, pengesahan kebijakan merupakan proses penyesuaian dan
penerimaan secara bersama terhadap prinsip-prinsip yang diakui dan diterima (comforming to
recognized principles or accepted standards). Landasan utama untuk melakukan pengesahan
adalah variabel-variabel sosial seperti sistem nilai masyarakat, ideologi negara, sistem politik
dan sebagainya.
Proses pengesahan suatu kebijakan biasanya diawali dengan
kegiatan persuasion dan bargaining (Andersson; 1966, 80). Persuasion diartikan sebagai
“Usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang sesuatu kebenaran atau nilai kedudukan
seseorang, sehingga mereka mau menerimanya sebagai milik sendiri”.
Sedangkan Bergaining diterjemahkan sebagai “Suatu proses dimana dua orang atau lebih yang
mempunyai kekuasaan atau otoritas mengatur/menyesuaikan setidak-tidaknya sebagian tujuan-
tujuan yang tidak mereka sepakati agar dapat merumuskan serangkaian tindakan yang dapat
diterima bersama meskipun itu tidak terlalu ideal bagi mereka”. Yang termasuk ke dalam
kategori bargaining adalah perjanjian (negotiation), saling memberi dan menerima (take and
give) dan kompromi (compromise). Baik persuasion maupun bargaining, kedua-duanya saling
melengkapi sehingga penerapan kedua kegiatan atau proses tersebut akan dapat memperlancar
proses pengesahan kebijakan.

Teori Fomulasi Kebijakan

·         Teori Kelembagaan

Teori yang secara sederhana mengatakan bahwa tugas membuat kebijakan ialah tugas
pemerintah. Teori ini hanya mendasarkan pada fungsi-fungsi kelembagaan dan pemerintah
disetiap sektor dari tingkat dalam formulasi kebijakan.

·         Teori Proses

Teori yang berasumsi bahwa politik merupakan sebuah aktivitas sehingga mempunyai proses.
Teori ini memberikan rujukan tentang bagaimana kebijakan dibuat atau seharusnya dibuat,
namun memberikan tekanan pada substansi seperti apa yang harus ada.

·         Teori Kelompok

Teori yang mengendalikan kebijakan sebagai titik kelembagaan. Intinya, interaksi didalam
kelompok akan menghasilkan keseimbangan yang terbaik.

·         Teori Elit

Teori ini berkembang dari teori politik elit massa yang melandaskan diri pada asumsi bahwa
dalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok.

·         Teori Rasional

Teori yang mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maksimum social gain
berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan
manfaat yang terbaik bagi masyarakat.

·         Teori Inkrementalis
Merupakan kritik terhadap teori rasional. Teori ini dapat dikatakan sebagai teori pragmatis.

·         Teori Permainan

Muncul setelah berbagai pendekatan yang sangat rasional tidak dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dan sulit diterangkan dengan fakta-fakta yang tersedia, karena sebagian
besar dari keseluruhan fakta tersembunyi.

·         Teori Pilihan Publik

Melihat kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari individu-individu
yang berkepentingan atas keputusan tersebut.

·         Teori Sistem

Dipelopori oleh David Easton yang melakukan analogi dengan sistem biologi. Penggunaan teori
ini adalah yang paling sederhana, namun cukup konprehensif.

·         Teori Demokrasi

Teori ini biasanya dikaitkan dengan implementasi Good Governance bagi pemerintahan yang
menggunakan agar dalam membuat kebijakan, para konstituen dan pemanfaat diakomodasi
keberadaannya.

3. Implementasi Kebijakan

            Bernadine R. Wijaya & Susilo Supardo (2006:81), mengatakan bahwa implementasi


adalah proses mentransformasikan suatu rencana kedalam praktik. Dalam implementasi
kebijakan terdapat berbagai hambatan : 1. Hambatan politik, ekonomi, dan lingkungan 2.
Kelemahan institusi 3. Ketidakmampuan SDM 4. Kekurangan dalam bantuan teknis. 5.
Kurangnya desentralisasi dan partisipasi 6. Pengaturan waktu 7. Sistem Informasi yang kurang
mendukung 8. Perbedaan agenda tujuan.

E.Evaluasi Kebijakan

Badjuri & Admin (2003:132), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan merupakan salah satu
tahapan penting kebijakan. Evaluasi digunakan untuk mempelajari tentang hasil yang diperoleh
dalam suatu program untuk dikaitkan dalam pelaksanaannya, mengendalikan tingkah laku dari
orang-orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan program, dan mempengaruhi respon
dari mereka yang berada diluar lingkungan politik.
Untuk melakakan evaluasi, diperlukan rincian tentang apa yang perlu dievaluasi, pengukuran
terhadap kemajuan yang diperoleh dengan mengumpulkan data, dana analisis terhadap data yang
ada terutama berkaitan dengan output dan outcome yang diperoleh untuk kemudian
dibandingkan dengan tujuan suatu program.

F.Isu Kebijakan
1. Etika Kebijakan

            Isu generic yang sering dipersoalkan berkenaan dengan etika dalam kebijakan publik.
Seringkali timbul konflik antara kriteria-kriteria yang sering digunakan sehingga memberikan
peluan untuk melakukan manipulasi. Keputusan kelompok sering kali dianggap lebih baik dari
pada keputusan individu karena lebih bersifat demokratis, dan tidak selalu merupakan refleksi
dari kepentingan individu.

2. Paradigmatis Kebijakan

            Kebijakan publik di masa mendatang harus memperhatikan hal berikut :

1. Pemerintah harus bertanggung jawab tas tersusunnya kebijakan dengan memainkan perannya
sebagai katalisator.

2. Pemerintah dalam menyusun kebijakan harus melibatkan masyarakat karena masyarakat


adalah pelanggannya.

3. Kebijakan itu harus mendorong tumbuhnya proses belajar dan inovasi dikalangan masyarakat.

4. Kebijakan harus berorientasi pada pasar

5. Kebijakan yang bersifat preventif perlu dilakukan dan hasil kebijakan harus diprioritaskan.

3. Kualitas, Efektivitas, dan Kapasitas Kebijakan

            Pada dasarnya kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui beberapa tolak ukur
penting seperti proses , isi , dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau
dirumuskan. Suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas kalau kebijakan tersebut diproses
dengan data dan informasi yang akurat, menggunakan metode dan teknik yang sesuai, mengikuti
tahapan-tahapan yang rasional.
            Tingkat efektivitas kebijakan jarang diteliti secara serius dan bisa dikatakan masih sangat
ditentukan oleh analisis yang ada. Faktor yang turut memperburuk tingkat efektivitas kebijakan
adalah kurangnya dukungan sistem anggaran pemerintah. Faktor yang juga penting dalam
menentukan efektivitas kebijakan adalah rendahnya keterlibatan para stakeholders dan
masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.

            Kapasitas kebijakan berkaitan dengan kemampuan suatu kebijakan membawa perubahan
sebagaimana diharapkan. Isu kepastian kebijakan ini memang masih belum populer di indonesia,
padahal isu ini merupakan isu sentral yang harus diberi perhatian khusus karena menyangkut
penggunaan anggaran negara.
DAFTAR PUSTAKA

Pasolong,Harbani.2008. Teori Administrasi Publik.ALFABETA.BANDUNG.

Anda mungkin juga menyukai