Anda di halaman 1dari 5

REVIEW BUKU KEBIJAKAN PUBLIK

Konsep administrasi publik menurut pendapat/ pandangan berbagai ahli dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi
kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang
mengikat dan memaksa.

Jika lebih mencermati lagi, begitu banyaknya definisi administrasi publik dapat dikatakan sebanyak
pakar yang menulis buku tentang administrasi publik. Mengapa bisa terjadi demikian? Mengapa
antara pakar satu dengan yang lain memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi administrasi
ilmu administrasi publik? Apakah ini tidak dipikirkan akibat dari perbedaan tersebut, justru akan
merugikan ilmu administrasi publik itu sendiri karena selain membingungkan bagi para peminat yang
akan mempelajari ilmu administrasi publik juga masyarakat (publik).

Apakah dengan banyaknya definisi justru menjadi suatu pertanda bahwa ilmu administrasi publik
memang menunjukan jati dirinya sebagai ilmu yang interdisiplin. Banyaknya penelitian dan
perbedaan pendapat di antara para pakar, juga akan lebih mempertajam analisis ilmu administrasi
publik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian, beragamnya definisi
ilmu administrasi publik tidak perlu dirisaukan, tetapi justru makin mempertajam analisis terhadap
berbagai masalah yang dihadapi.

Dari beberapa pendapat tersebut maka administrasi publik di Negara Kesatuan Republik Indonesia
mengenal tiga tingkatan pemerintahan, yakni pemerintahan pusat (nasional), pemerintahan regional
(propinsi dan kabupaten kota).

Lingkupan dari konsentrasi studi kebijakan publik sangat luas karena membahas berbagai bidang dan
sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari
hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah
daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan
bupati/walikota. Secara terminologi, ternyata banyak sekali pengertian tentang kebijakan publik
(public policy), tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.

Menurut Nugroho, ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu:1) kebijakan publik merupakan
sesuatu yang mudah untuk dipahami, karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk
mencapai tujuan nasional; 2) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, 16 karena
ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh. Nugroho
(2011:141), membahas konsep Ketl yang mengemukakan bahwa adiminstrasi publik diperhadapkan
pada tiga isu dalam memasuki millennium ketiga sebagai berikut: pertama, menyusutnya
pemerintahan dan menguatnya swasta; kedua sumber difisit terbesar disetiap negara adalah karena
proses penyelenggaraan aministrasi publik; dan ketiga, icon entrepreneurial government.
Berdasarkan isu tersebut maka penyelenggara negara atau pemerintah di Indonesia khususnya, perlu
introspeksi dan menyadari bahwa isu menyusutnya kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan
pemerintahan, telah banyak disoroti melalui kajian ilmiah di setiap perguruan tinggi dan hal itu juga
sudah menjadi pokok pembahasan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Publik lebih mempercayai
proses managemen pihak swasta karena terdapat fakta empiric bahwa sumber difisit terbesar negara
adalah karena proses penyelenggaraan aministrasi publik yang cenderung kurang terpercaya. Adanya
konsep mewirausahakan penyelenggaraan publik atau penyelenggarakan pelayanan yang
menunjukkan keberpihakan kepada kepentingan publik disoroti oleh Osborne dan Plastrik.

Untuk melakukan studi kebijakan publik, merupakan studi yang bermaksud untuk menggambarkan,
menganalisis, dan menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan
pemerintah. Studi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye, sebagaimana dikutip Sholichin Abdul
Wahab ( Suharno: 2010: 14) sebagai berikut: “Studi kebijakan publik mencakup menggambarkan
upaya kebijakan publik, penilaian mengenai dampak dari kekuatankekuatan yang berasal dari
lingkungan terhadap isi kebijakan publik, analisis mengenai akibat berbagai pernyataan kelembagaan
dan proses-proses politik terhadap kebijakan publik; penelitian mendalam mengenai akibat-akibat
dari berbagai kebijakan politik pada masyarakat, baik berupa dampak kebijakan publik pada
masyarakat, baik berupa dampak yang diharapkan (direncanakan) maupun dampak yang tidak
diharapkan.”

Sholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 16- 19) dengan mengikuti pendapat dari
Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan beberapa alasan mengapa kebijakan publik penting
atau urgen untuk dipelajari, yaitu: a) Alasan Ilmiah Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk
memperoleh pengetahuan yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan
konsekuensi-konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat dipandang sebagai
variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai variabel independen (independent variable).
Kebijakan dipandang sebagai variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik
dan lingkungan yang membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga mempengaruhi isi
kebijakan piblik. Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika focus perhatian tertuju pada
dampak kebijakan tertuju pada sistem politik dan lingkungan yang berpengaruh terhadapo kebijakan
publik. b) Alasan professional Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan
pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial sehari-
hari. c) Alasan Politik Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah
dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.

Setiap kebijakan publik bertujuan untuk melaksanakan tujuan negara yang terumus secara spesifik,
kebijakan publik berkaitan dengan pengujian konsekuensi logis dan factual dari kebijakan, kebijakan
publik dirumuskan secara terstruktur antara pembuat kebijakan dengan aktor pelaksana dan
kebijakan publik mengekspresikan prioritas kebijakan eksekutif yang diproleh berdasar hasil
pemilihan umum.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan yang amat penting dari keseluruhan proses
kebijakan publik. Implementasi kebijakan merupakan serangkaian kegiatan (tindakan) setelah suatu
kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu kegiatan implementasi, maka suatu kebijakan yang telah
dirumuskan akan menjadi sia-sia. Implementasi kebijakan akan mempengaruhi terhadap unsur-unsur
yang terlibat didalamnya, baik aparatur maupun masyarakat.

Implementasi kebijakan publik memiliki beberapa model yang menjadi acuan dalam merancang dan
melaksanakan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan akan mempengaruhi terhadap unsur-
unsur yang terlibat didalamnya, baik aparatur maupun masyarakat. Adapun model-model
implementasi kebijakan publik secara teori adalah sebagai berikut. kelompok dengan pendekatan
dari atas (top-down) dan kelompok dengan pendekatan dari bawah (bottom-up). Kelompok dengan
pendekatan top-down melihat perancang kebijakan sebagai aktor sentral dalam implementasi
kebijakan. Kelompok top-down juga memusatkan perhatiannya faktor-faktor yang dapat dimanipulasi
pada tingkat sentral atau pada variabel yang bersifat makro. Kelompok bottom-up menekankan pada
dua hal, yakni kelompok-kelompok sasaran dan para penyedia layanan. Kelompok bottom-up
berfokus pada variabel yang bersifat mikro.

Model Implementasi kebijakan dari Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983) dengan model yang
mereka tawarkan disebut dengan ‘A Framework for Policy Implementation Analysis’ dimana kedua
ahli kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah
kemampuannya dalam melakukan identifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya
tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

Berbeda dengan Akib, maka Nugroho menginterpretasikan kembali sembilan model implementasi
kebijakan yang dibahas Subarsono sebagai berikut:

a) Model Van Meter dan Van Horn (1975),

b) Model Mazmanian dan Sabatier,

c) Model Hogwood dan Gunn,

d) Model Googin, Bowman, dan Lester;

e) Model Grindle,

f) Model Elmore,

g) Model Edward,

h) Model Nakamura dan Smallwod,

i) Model Jaringan.

Untuk dapat mengukur dapat tidaknya program atau kebijakan mencapai sasaran atau tujuan seperti
yang diinginkan, Edward III berpendapat ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang
keseluruhannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan
keberhasilan maupun kegagalan implementasi.

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami
oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran
dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana.
Apabila kebijakan tidak rasional, maka implementasi dari kebijakan tersebut tidak akan mencapai
sasaran. Kebijakan akan dikatakan gagal ketika tidak mencapai tujuan dan komponen yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan dan tidak lagi menerima dukungan dari mereka (penerima kebijakan).
Pada halaman awal buku ini, kita di hantar dengan beragam teori tentang Kebijakan Publik.

Dari berbagai kepustakaan, dapat diungkapkan bahwa kebjakan publik dalam kepustakaan
internasional disebut sebagai Public Policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama
yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh
lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Judul Buku: Kebijakan Publik

Penulis: Dr. Jeane Elisabeth Langkai, M. Si

Penerbit: CV. Seribu Bintang, Malang-Jawa Timur

ISBN: 978-263-7000-17-4

Edisi: Pertama

Tahun: 2020 Februari

Halaman: 107

Dari berbagai kepustakaan, dapat diungkapkan bahwa kebjakan publik dalam kepustakaan
internasional disebut sebagai Public Policy. Aturan atau peraturan secara sederhana dapat kita
pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan sebagai suatu hukum.
Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar.

Artinya ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka
formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati
oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan sebagai kebijakan
publik, apakah itu menjadi Undang-Undang, atau menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Presiden termasuk Peraturan Daerah maka Kebijakan Publik tersebut berubah menjadi hukum yang
harus ditaati.

Dalam buku yang berjumlah 107 halaman ini juga dibahas mengenai konsep publik diawali dengan
padangan para ahli, beberapa model dari konsep publik, serta penjelasannya agar setiap pembaca
mampu memahami. Implementasi kebijakan yang pada prinsipnya merupakan suatu cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, yang dimana untuk mengimplementasikan kebijakan
publik, maka ada dua pilihan yang berbeda, yaitu langsung mengimplementasikannya atau melalui
instruksi untuk suatu tindakan. Beragam pendapat para ahli mengenai implementasi kebijakan publik
juga turut dibahas. Bahkan agar pembaca lebih dapat memahami lebih dalam tentang kebijakan
publik, penulis juga membahas tentang 9 Model Implementasi Kebijakan lengkap beserta uraian
detail tentang kesembilan model tersebut disertai dengan perbandingannya. Memasuki bab akhir
dari buku kebijakan ini, penulis membahas tentang determinan implementasi kebijakan publik. Kata
determinan jika di lihat di dalam KBBI merupakan faktor yang menentukan, jadi topik Determinan
Implementasi Kebijakan Publik dapat kita sederhanakan menjadi Faktor-faktor yang menentukan baik
itu faktor penunjang keberhasilan maupun faktor penghambat implementasi kebijakan Publik itu
sendiri.
Menariknya, Penulis juga mengulas pandangan ahli yang sekiranya dapat mengukur dapat tidaknya
program atau kebijakan mencapai sasaran atau tujuan seperti yang diinginkan, Edward III
berpendapat ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
yaitu komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur birokrasi yang
keseluruhannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan
keberhasilan maupun kegagalan implementasi.

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami
oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran
dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana.
Apabila kebijakan tidak rasional, maka implementasi dari kebijakan tersebut tidak akan mencapai
sasaran. Kebijakan akan dikatakan gagal ketika tidak mencapai tujuan dan komponen yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan dan tidak lagi menerima dukungan dari mereka (penerima kebijakan).

Anda mungkin juga menyukai