Anda di halaman 1dari 10

Tugas Merangkum

PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Implementasi Kebijakan Publik

Dosen: Yogi Suprayogi Sugandi, S.Sos, MA, Ph.D

Oleh:

SAFINAH HAFNI AULIA

NPM. 170110170009

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR - SUMEDANG
2020
Perkembangan Studi Implementasi Kebijakan Publik

Studi implementasi telah berkembang sejak beberapa dekade di negara-negar amaju


seperti Negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Untuk negara-negara berkembang studi
implementasi masih merupakan topik yang hangat untuk dikaji maupun diperbincangkan.
Meningkatnya perhatian akademisi dinegara berkembang terhadap studi implementasi tidak
lepas dari banyaknya fenomena tentang kegagalan kebijakan publik yang diimplementasikan di
negara-negara berkembang.

Studi Implementasi muncul sebagai minat untuk mengkaji usaha atau mencari jawaban
terhadap berbagai pertanyaan yang timbul yang berkaitan dengan fenomena implementasi seperti
mengapa suatu kebijakan yang telah dirumuskan dengan baik dengan melalui proses deliberasi
yang panjang kemudian gagal mewujudkan tujuanyang telah ditetapkan dalam penerapannya,
Mengapa kebijakan nasional yang sama ketika diimplementasikan oleh pemerintah daerah
berbeda-beda ada yang berhasil danada yang tidak berhasil dan yang berhasil memiliki tingkat
variasi yang berbeda,mengapa jenis kebijakan tertentu lebih mudah tingkat keberhasilannya
dibandingkebijakan lainnya.

Studi mengenai kebijakan publik dapat dipahami dari dua prespektif yaitu perspektif
politik dan perspektif administrasi. Dilihat dari perspektif politik, kebijakan publik yang
meliputi perumusan, implementasi, maupun evaluasinya pada hakikatnya merupakan
pertarungan dari berbagai kepentingan publik dalam mengalokasikan dan mengelola sumberdaya
yang ada sesuai dengan visi, harapan, dan prioritas yang ingin diwujudkan. Jika dilihat dari
perspektif administratif, kebijakan publik merupakan ikhwal yang berkaitan dengan sistem,
prosedur, dan mekanisme, serta kemampuan para pejabat publik dalam menterjemahkan dan
menerapkan kebijakan publik, sehingga visi dan harapan yang ingin dicapai dapat diwujudkan
dalam kehidupan nyata. Memahami kebijakan publik dari kedua perspektif tersebut sangatlah
penting , karena dengan memahami secara berimbang dan menyeluruh akan membantu kita lebih
mengerti dan maklum mengapa suatu kebijakan publik yang telah terumuskan dengan baik
mengalami berbagai kekurangan dalam implementasinya.
Studi mengenai implementasi kebijakan publik telah banyak dilakukan oleh pemerintah
dalam berbagai model, selain itu untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik
juga telah banyak dihasilkan dan digunakan untuk menganalisis pelaksanaan kebijakan publik.
Namun, seringkali analisis mengenai implementasi kebijakan publik lebih banyak dilihat dari
perspektif administratif, yang terpisah dari proses politik. Kebanyakan implementor beranggapan
bahwa setelah kebijakan publik disahkan oleh pihak yang berwenang dengan sendirinya proses
politik berakhir dan dimulailah proses administrasi oleh birokrasi untuk melaksanakan kebijakan
publik. Persepsi ini memandang birokrasi sebagai aktor utama yang menentukan keberhasilan
dalam implementasi kebijakan publik.

Implementasi kebijakan publik merupakan sesuatu yang penting, oleh karena itu,
implementasi kebijakan publik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, agar
kebijakan publik yang dimaksud benar-benar dapat berfungsi sebagai alat untuk merealisasikan
harapan yang diinginkan. Dengan kata lain, implementasi kebijakan publik merupakan upaya
yang dilakukan untuk merealisasikan suatu keputusan atau kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sekalipun implementasi kebijakan publik memainkan peran penting dalam
merealisasikan misi suatu kebijakan publik, tetapi tidak berarti bahwa implementasi kebijakan
publik terpisah dari tahapan formulasi.

Fadillah Putra (2001) dalam buku Implementasi Kebijakan Publik yang ditulis oleh Dr. H
Tachjan, M.Si. mengatakan bahwa keberhasilan suatu kebijakan publik sangat tergantung pada
tatanan kebijakan publik makro dan mikro. Artinya, formulasi kebijakan publik makro yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, keberhasilan implementasinya
akan dipengaruhi oleh kebijakan publik operasional serta kelompok sasaran dalam mencermati
lingkungan sekitar.

Menurut Rulinawaty Kasmad dalam bukunya yang berjudul Studi Implementasi


Kebijakan Publik, keberhasilan dari implementasi sangat dipengaruhi oleh pemahaman
yang mendalam mengenai bagaimana berbagai elemen tersebut dapat bekerjasama secara
harmonis yang ditandai dengan interaksi antara aktor, kapasitas pelaksana di lapangan, strategi
penyampaian informasi atau sosialisasi, dankapasitas organisasi.Perubahan Organisasi yang
terencana apabila ditinjau kembali dalam kajianliteratur dapat teridentifikasi beberapa faktor
yang mempengaruhi konsensus tujuan,seperti sejauh mana para birokrat pada level bawah
(implementators) berperan sertadalam pembuatan keputusan kebijakan.

Konsep implementasi muncul sejak beberapa decade lalu sejak Harold Laswell (1956)
mengembangkan gagasannya bahwa untuk memahami kebijakan publik dapat digunakan suatu
pendekatan policy process approach (pendekatan proses dalam kebijakan). Menurut Laswell
dalam Jurnal Revitalisasi Studi Implementasi Kebijakan Publik yang ditulis oleh Erwan Agus
Purwanto, implementasi merupakan salah satu bagian dari beberapa tahapan yang harus dilalui
dari keseluruhan proses perumusan kebijakan publik, selain pembuatan agenda kebijakan,
formulasi, legitimasi, dan evaluasi. Meskipun Laswell tidak secara khusus member penekanan
terhadap arti penting implementasi kebijakan dari keseluruhan tahapan yang harus dilalui dalam
proses perumusan kebijakan, namun sejak saat itu konsep implementasi kemudian menjadi
konsep yang mulai dikenal dalam disiplin ilmu politik dan kebijakan publik.

Para peneliti generasi pertama (1970-an) seperti Pressman dan Wildavsky, sebagian besar
menghasilkan studi kasus untuk menjelaskan apa yang mereka sebut missing link, yaitu
kegagalan pemerintah dalam mentransformasikan good intention menjadi good policy. Dari
berbagai studi kasus tersebut, para peneliti kemudian muncul dengan resep mereka sendiri-
sendiri tentang bagaimana mengatasi permasalahan implementasi suatu kebijakan. Namun, resep
mereka belum mampu menghasilkan apa yang bias disebut sebagai teori umum tentang
implementasi.

Kemudian generasi kedua (1980-an) peneliti muncul dengan pendekatan yang lebih
kompleks dari peneliti sebelumnya. Para peneliti ini sudah menggunakan hipotesis untuk
membuat model-model tentang impelemntasi kebijakan serta membuktikannya dengan data-data
empiris di lapangan. Pada dasarnya peneliti generasi kedua dapat diklasifikasikan sebagai top-
downers dan buttom-uppers. Pendekatan top-downers menggunakan logika berfikir
dari atas lalu melakukan pemetaan kebawah untuk melihat keberhasilan atau kegagalan
dalamimplementasi suatu kebijakan. Peneliti top-downers seperti Grindle dan Edward III lebih
tertarik menjelaskan bagaimana proses suatu kebijakan diimplementasikan untuk dapat mencapai
sasaran-sasaran kebijkan yang telah ditetapkan. Cara pendekatan tersebut sering disebut sebagai
pendekatan command and control dimana implementasi dipahami sebagai proses administrasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut pendekatan tersebut, pencapaian tujuan
sangat dipengaruhi oleh kejelasan perintah atasan kepada bawahan dan bagaimana cara atasan
mengawasi para bawahan. Secara garis besar, tahapan-tahapan kerja para peneliti generasi kedua
yang menggunakan pendekatan top-down biasanya adalah sebagai berikut:

 Memilih kebijakan yang akan dikaji;
 Mempelajari dokumen kebijakan yang ada untuk dapat mengidentifikasi tujuan dan
sasaran kebijakan yang secara formal tercantum dalamdokumen kebijakan;
 Mengidentifikasi bentuk-bentuk keluaran kebijakan yang digunakan sebagai instrument
untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan;
 Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telah diterima oleh kelompoksasaran dengan
baik (sesuai dengan Standard Operating Procedure yangada);
 Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan tersebut memiliki manfaat bagikelompok
sasaran
 Mengidentifikasi dampak apa yang muncul setelah kelompok sasaran memanfaatkan
keluaran kebijakan yang mereka terima. Analisis kemudian diarahkan untuk mengetahui
apakah dampak yang muncul tersebutberimplikasi terhadap terwujudnya tujuan kebijakan
sebagaimanaditetapkan dalam dokumen kebijakan.

Sedangkan menurut para buttom-uppers, implementasi hanya akan berhasil apabila


mereka yang terkena dampak utama dari implemrntasi kebijakan ini dilibatkan sejak awal dalam
proses perencanaan kebijakan maupun implementasinya. Peneliti buttom-uppers menganjurkan
bahwa untuk memahami implementasi kebijakan secara lebih detail para peneliti harus
memulainya dari level yang paling bawah, yaitu dengan memahami konstelasi politik antar akto
inilah yang akan mampu memberikan penjelasan mengapa implementasi suatu kebijakan berhasil
dilakukan di suatu lokasi namun gagal di lokasi lain. Secara garis besar, tahapan-tahapan kerja
para peneliti Generasi keduayang menggunakan pendekatan bottom-up biasanya adalah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

 Memetakan aktor dan organisasi (stakeholder) yang terlibat dalamimplementasi


kebijakan pada level bawah;
 Mempertanyakan para aktor tersebut tentang pemahaman mereka terhadapkebijakan yang
mereka implementasikan dan apa kepentingan mereka terlibat dalam implementasi dalam
bentuk pengumpulan informasi;
 Memetakan keterkaitan (jaringan) para aktor pada level terbawah tersebutdengan aktor-
aktor pada level diatasnya;
 Peneliti mencoba memetakan pimpinan pada level yang lebih tinggi denganmencari
informasi yang sama;
 Peneliti melakukan pemetaan sampai kejenjang level tertinggi yaitu parapembuat
kebijakan (policy maker).

Perbandingan pendekatan top-down dan buttom-up

Setelah terjadi perdebatan antar generasi peneliti kedua, munculah peneliti ketiga (1990-
an) yang mencoba untuk mengembangkan suatu pendekatan batu agar studi implementasi
menjadi lebih scientific. Dengan pemahaman yang penuh bahwa implementasi memiliki
kompleksitas yang tinggi, dimana menyangkut hubungan antara berbagai lembaga yang bertugas
untuk mengimplementasikan kebijakan baik yang pusat maupun daerah. Para peneliti generasi
ketiga yang dipelopori oleh Goggin membuat berbagai hipotesis untuk mrnjrlaskan kompleksitas
hubungan antar lembaga tersebut untuk menjawab pertanyaan mengapa perilaku implementor
bervariasi pada waktu yang berbeda, pada jenis kebijakan yang berbeda, serta pada unit
organisasi yang berbeda. Keilmiahan pendekatan yang digunakan oleh peneliti ketiga
ditunjukkan dengan menguji berbagai hipotesis yang dibuat dengan berbagai macam teknik,
mislanya game theory. Namun sayangnya implementasi generasi ketiga tidak berkembang
seperti generasi sebelumnya.

Perkembangan-perkembangan tersebut sedikit banyak dapat membantu pemerintah dalam


mengatasi masalah efektivitas dan efisiensi yang selalu menjadi tema pokok ilmu administrasi
publik. Namun ada yang lebih penting dari itu, yaitu ketika kegagalan implementasi selama ini
dianggap sebagai masalah administrasi dan manajemen organisasi publik, gerakan reformasi
yang terjadi dalam pelayanan publik yang dilakukan dengan munculnya New Public
management dianggap telah mampu mengatasi berbagai permasalahan pokok implementasi,
seperti masalah ketidakjelasan tujuan kebijakan, kesediaan sumberdaya, serta pengendalian dan
koordinasi.

Berbagai perkembangan yang terjadi, baik pada disiplin ilmu administrasi publik dengan
munculnya New Public Management maupun yang terjadi pada praktik kehidupan berdemokrasi
dengan tuntutan mewudujkan Good Governance yang mengkehendaki partisipasi masyarakat
dan swasta yang lebih besar untuk terlibat dalam proses pembuatan dan implementasi kebijakan,
pada gilirannya telah menyebabkan implementasi kehilangan relevansinya untuk dilakukan. Hal
ini terjadi karena berbagai studi yang dilakukan selama ini masih menggunakan paradigm lama
yang melihat permasalahan administrasi dan manajemen semata. Oleh karena itu, para peneliti
perlu merubah pendekatan studi yang mereka gunakan untuk merespon perubahan yang terjadi
agar studi implementasi tetap memiliki eksistensi. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan
menurut Erwan agus Purwanto adalah dengan cara memahami fenomena kegagalan dan
keberhasilan melalui segi proses implementasi, yaitu bagaimana suatu kebijakan
diimplementasikan. Dalam pendekatan tersebut, proses implementasi haruslah
dikontekstualisasikan dalam siklus kebijakan secara keseluruhan. Selanjutnya, proses
implementasi harus dipahami sebagai dinamika hubungan antar organisasi yang berbeda-beda
sebagai implikasi semakin besarnya peran dari masyarakat dan swasta dalam proses
implementasi kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Kadji, Y. (2015). Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik Kepemimpinan dan Perilaku
Birokrasi dalam Fakta Realitas. Gorontalo: UNG Press Gorontalo.

Kasmad, R. (2018). Studi Implementasi Kebijakan Publik. Makassar: Kedai Aksara.

Suparto. (2017). Implementasi Kebijakan Publik dalam Praktek Implementasi Kebijakan


Ketahanan Pangan Kabupaten Rembang. Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya.

Tachjan, H. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung - Puslit KP2W
Lemlit Unpad.

Tufiqurokhman. (2014). Kebijakan Publik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Moestopo Beragama Pers.

Jurnal:

Agindawati, I. N. (2019). Implementasi Kebijakan Publik dari Perspektif Penyelenggaraan


pengawasan. Jurnal Inspirasi .

Akib, H. (2010). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Jurnal


Administrasi Publik .

Devi, E. T., & Rahman, A. Z. (2017). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN


TERBATAS MEROKOK (KTM) DI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(FISIP) UNIVERSITAS DIPONEGORO KOTA SEMARANG.

Engkus. (2019). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DISIPLIN PEGAWAI DI BALAI LATIHAN


KERJA MANDIRI PROVINSI JAWA BARAT. Open Journal System , 2367-2382.

Gita, I., & Mulyadi, M. (2019). Implementasi Kebijakan Program Pembangunan Program
Pembangunan Partisipatif Berbasis Komunitas (P3BK) di Kecamatan Pondok Melati Kota
Bekasi. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial , 61-75.
Hardiansyah, & Effendi, R. (2014). Model Implementasi Kebijakan Publik dalam Pengelolaan
Sampah dan Kebersihan Kota Palembang. MIMBAR , 108-117.

Henriyani, E. (2015). Problematika dalam Implementasi Kebijakan Publik. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan , 657-666.

Masriani. (2017). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PERLINDUNGAN ANAK


(STUDI KASUS ANAK-ANAK PENGEMIS DI KECAMATAN MANDAU). JOM FISIP .

Muharam, R. S., & Rusli, B. (2019). IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK LAYAK
HUNI (RUTILAHU) DI KABUPATEN BANDUNG. Konferensi Nasional Program
Administrasi .

Pradana, G. A. (2016). Diskresi dalam Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Implementasi
Kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kepanjen). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik , 79-
87.

Purwanto, E. A. (2004). Revitalisasi Studi Implementasi Kebijakan Publik. Jurnal Kebijakan


dan Administrasi Publik .

Ramadhan, A., & Ramadhan, M. A. (2017). Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik.
Jurnal Publik , 1-12.

Sabatier, P. A. (1986). Top-Down and Bottom-Up Approaches to Implementation Research: a


Critical Analysis and Suggested Synthesis. Journal of Public Policy , 21-48.

Samuel, Idris, A., & Irawan, B. (2015). Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Gerakan Desa
Membangun Di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara.
Jurnal Adminsitrative Reform , 114-126.

Anda mungkin juga menyukai