BANK INDONESIA
Analisis Menggunakan Teori Pengembangan Organisasi dari Greenhalgh
dkk. (2004)
Oleh:
SAFINAH HAFNI AULIA
NPM. 170110170009
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI
PUBLIK JATINANGOR - SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat melenyesaikan makalah dengan
judul “Pengembangan Organisasi pada Bank Indonesia”. Penulisan makalah ini merupakan
sebagai syarat untuk memenuhi nilai penugasan pada mata kuliah Pengembangan
Organisasi pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Padjadjaran.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Akan tetapi, penulis telah berupaya melakukan yang terbaik dalam menulis
makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar penulis dapat menciptakan karya yang lebih baik lagi
kedepannya.
Jatinangor, 2019
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
BAB I (PENDAHULUAN)......................................................................................................................3
BAB 3 (PEMBAHASAN).....................................................................................................................13
3.1 Sejarah Bank Indonesia.....................................................................................................13
3.1.1Bank Indonesia Pada Masa Kedudukan Belanda......................................................13
3.1.2Bank Indonesia Pada Masa Kedudukan Jepang........................................................15
3.1.3Bank Indonesia Pada Masa Awal Kemerdekaan.......................................................16
3.1.4Bank Indonesia Pada Masa Orde Lama....................................................................17
3.1.5Bank Indonesia Pada Masa Orde Baru......................................................................21
3.1.6Bank Indonesia Pada Masa Setelah Orde Baru.........................................................24
3.2 Analisis Perkembangan Bank Indonesia Berdasarkan Teori Greenhalgh..........................25
Bab IV (PENUTUP)................................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 29
4.2 Saran................................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak awal pembuatannya pada tahun 1828 hingga saat ini Bank Sentral terus
mengalami perkemangan sebagai akibat dari perkembangan zaman. Pada 1828,
Bank Sentral awalnya bernama De Javasche Bank dibuat oleh Pemerintah Belanda
di Belanda sebagai Bank sirkulasi yang diberi hak monopoli dalam pengeluaran uang
kertas bank berdasarkan oktroi pertama yang berlaku pada masa itu. Pada tahun
selanjutnya De Javasche Bank mulai membuka cabang di beberapa kota di
Indonesia. Pada tahun 1830
– 1870 terjadi beberapa peristiwa penting seperti semua ekspor komoditas pertanian
dimonopoli oleh pemerintah, sehingga De Javasche Bank mengalami kerugian
karena tidak dapat melayani pertukaran uang kertas, emas dan perak; De
Javasche Bank membuka kantor cabang di luar Pulau Jawa; De Javasche Bank
ditetapkan sebagai kasir pemerintah di Hindia Belanda dan terjadi fungsi De
Javasche Bank dari bank sirkulasi menjadi bank sentral yaitu diberikan wewenang
untuk memberikan uang muka dalam janga waktu pendek. Pada masa pendudukan
Jepang di Indonesia pada tahun 1942- 1945, semua bank milik Belanda diambil
alih oleh Pemerintah Jepang. Di awal kemerdekaan Negara Republik Indonesia
pada tahun 1945-1953, Negara Indonesia mengalami kekacauan dalam sistem
keuangan dan perbankan, oleh karena itu pemerintah Indonesia mengeluarkan
ORI dan mendirikan BNI sebagai Bank Sentral bersamaan dengan beroperasinya
De Javasche Bank.
Pada masa Orde lama, penggabungan antara bank pemerintah dan bank
tunggal banyak yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa unit dari
bank tunggal dan bank pemerintah menjalankan fungsi dengan tidak sesuai
Karena pada masa itu peraturan yang ad masih belum jelas. Pada masa Orde Baru,
pemerintah menghapuskan sistem bank tunggal dan benjadikan De Javasche
Bank yang saat itu sudah diubah namanya menjadi Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral den memiliki fungsi sebagai agen pembangunan dan bank sirkulasi serta
mengelompokkan bank-bank yang ada di Indonesia sebagai upaya untuk
mengatasi masalah keuangan dan perbankan yang timbul pada masa Orde
lama.
Desain dan Penerapan dari Bank Sentral, khususnya pada konteks Bank
Sentral modern merupakan merupakan sebuah transformasi dari pengaruh
melekat pada terjadinya globalisasi pasar dan perekonomian serta lingkungan riil
dimana Bank Sentral tersebut melaksanakan kegiatannya. Namun, peran Bank
Sentral selalu ditentukan oleh kebijakan yang diterapkan oleh suatu Negara dengan
memperhatikan kelembagaan dan sistem perekonomian Negara.
Tinjauan Pustaka
Menurut Genrad dalam Buku Terjemahan Teori Organisasi yang ditulis oleh
Stephen
P. Robbins, keefektifan dari organisasi seringkali menuntut implementasi
perubahan. Hampir semua organisasi selalu memperkenalkan perubahan-perubahan
kecil yang adaptif. Namun, terkadang manajemen harus melakukan perubahan yang
meluas dan komprehensif. Dalam buku tersebut Genrad juga menyampaikan bahwa,
organisasi yang efektif bukan merupakan pemecahan yang tetap untuk mencapai
sesuatu, akan tetapi sebuah proses perkembangan untuk bertahan agar tetap aktif.
Greenhalgh dkk. melihat kondisi yang berdampak pada kesiapan organisasi untuk
bekerja sama dengan mencantumkan beberapa temuanbeberapa factor yang
melatarbelakangi. Faktor-faktor tersebut dapat diadopsi suatu program, hampir
seperti checklist di seluruh organisasi yang rencananya akan diajak bekerja sama,
dan untuk menilai kemungkinan serapan intervensi yang direncanakan melalui
pendanaannya. Temuan Greenhalgh dkk. tentang upaya terbaik Pengembangan
Organisasi atau “inovasi” di dinas-dinas pemerintah, meliputi:
10. Penemuan ulang berujung pada tingkat pengadopsian yang lebih tinggi: Jika
pengadopsi potensial dapat beradaptasi, menyempurnakan atau
memodifikasi inovasi agar sesuai dengan kebutuhan mereka, hal ini dapat
diadopsi lebih gampang.
12. Relevansi tugas dapat digunakan untuk memperkuat penyerapan: Jika upaya
pengembangan relevan terhadap kinerja sasaran pengguna dan jika upaya
ini meningkatkan kinerja dalam bertugas, hal tersebut akan lebih gampang
diadopsi. Inovasi untuk meningkatkan relevansi tugas meningkatkan peluang
pengadopsian yang sukses.
10
13. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan inovasi itu penting: Jika
pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan upaya Pengembangan
Organisasi dapat dikodifikasi dan dialihkan dari satu konteks ke konteks lain, hal
tersebut akan lebih mudah untuk diadopsi.
1. Jarak kekuasaan
2. Penghindaran ketidakpastian
3. Orientasi pada kemanusiaan
4. Kolektivisme individualisme
5. Ketegasan
6. Egalitarianisme gender
7. Orientasi ke masa mendatang
8. Orientasi pada kinerja
Menurut Datta dkk. (2012) dalam Laporan Kajian tentang Pengembangan Organisasi
yang ditulis oleh Jessica Mackenzie dan Rebecca Gordon, menyampaikan bahwa
kegiatan- kegiatan yang dapat dijadikan contoh untuk segala pendekatan
pengembangan organisasi
dan pendidikan teknologi informasi), pendampingan, twinning arrangements dengan
lembaga lain, kesarjanaan, program beasiswa, dan partisipasi dalam forum
pertukaran pengetahuan. Namun, jenis kegiatan dari pengembangan organisasi tak
berbatas pada besarnya cakupan organisasi dan kebutuhan individu.
Menurut Laporan Kajian tentang Pengembangan Organisasi yang ditulis oleh Jessica
Mackenzie dan Rebecca Gordon, The Asia Foundation berhasil menyusun sistem
kategori yang sangat membantu kegiatan pengembangan organisasi. Sistem
kategori tersebut membagi kegiatan dalam bentuk:
PEMBAHASAN
Pada tahun 1945, Jepang mulai menyerah pada sekutu. Hal tersebut
diikuti dengan keinginan Belanda untuk kembali menguasai Hindia
Belanda. Pada Oktober 1945 tentara Belanda yang diboncengi dengan
sekutu mulai kembali memegang control kekuasaan di Indonesia. Langkah
pertama yang dilakukan Belanda pada saat itu adalah memberhentikan
likuidasi dan melakukan pengawasan terhadap bank-bank milik
Pemerintahan Jepang yang berada di Hindia Belanda. De Javasche Bank
diberikan tugas untuk mengawasi Nanpo Kaihatsu Ginko, juga melakukan
penutupan terhadap neraca milik bank Jepang. Hal ini dimulai dari wilayah-
wilayah yang terlah dikuasai oleh tentara-tentara Belanda. Pada saat itu
juga kantor-kantor De Javasche Bank mulai dibuka dan mulai kembali
beroperasi.
Pada 1 Juli 1953 telah dimulai era Bank Indonesia, setelah melalui
proses negosiasi yang begitu intens sejak tahun 1951. Lima tahun setelah
nasionalisasi Bank Indonesia, pegawai-pegawai eks De Javasche Bank,
khususnya orang-orang Belanda, masih dipekerjakan secara penuh untuk
menjalankan fungsi dari Bank Indonesia. Adapun fungsi dari Bank Indonesia
saat itu masih meneruskan fungsi dari De Javasche Bank, dimana fungsi
terpenting yang disepakati pada Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah
sebagai Bank Sentral. Keputusan menasionalisasikan De Javasche Bank
ini, tidak hanya berdasarkan tujuan-tujuan yang bersifat politis-nasionalistis,
namun juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sebuah Bank Sentral
yang dapat memeutuskan kebijakan-kebijakan moneter yang positif. De
Javasche Bank diharapkan dapat memberikan kebijakan moneter yang tepat
bagi negara Indonesia yang pada saat itu baru merdeka, walau
merupakan hal yang sulit, sebab berbagai kebijakan yang diambil De
Javasche Bank selain memiliki muatan-muatan politis pemerintah
kerajaan Belanda, yang mana secara teknis juga sangat dipengaruhi oleh
dinamika pasar uang Eropa, khususnya di negeri Belanda.
Pada tahun 1958 hingga tahun 1966 Bank Indonesia mengalami masa
yang penting, dimana fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mulai
semakin ditingkatkan seiring dengan mulai dilepaskan aktivitas komersialnya.
Pada awal periode ini juga ditandai dengan dimulainya tampuk kendali
pimpinan Bank Indonesia yang dipegang sepenuhnya oleh orang Indonesia
asli. Walau penyebab kondisi ini muncul lebih disebabkan karena adanya
konfrointasi terkait Irian Barat atau sekarang yang lebih dikenal sebagai
Papua, namun momen ini tetap merupakan saat berharga dan penting, tatkala
bangsa Indonesia, khususnya pegawai dari Bank Indonesia yang dipaksa
untuk mampu menjalankan roda organisasi dan fungsi bank sentral
Negara Indonesia.
Pada tahun 1966, fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral terus semakin menguat, terlebih lagi setelah disahkannya Undang-
undang no. 13 tahun 1968, dan munculnya peran lain dari Bank Indonesia.
Bank Indonesia mengalami mas ayang cukup berat pada awal tahun 1966,
bukan hanya karena kondisi perekonomian nasional ketika itu tengah dilanda
hyper inflasion, namun juga karena adanya kemelut politik yang pada saat itu
belum sepenuhnya tuntas. Penggantian Gubernur Bank Negara Indonesia
Unit 1 (Bank Indonesia) pada maret 1966 dari T. Jufuf Muda kepada Radius
Prawiro merupakan langkah awal dalam upaya mengendalikan laju inflasi
nasional. Secara lebih jauh, pemerintah orde baru juga mempertimbangkan
terkait adanya perubahan atas keberadaan Bank Tunggal yang dinilai kurang
sejalan dengan upaya-upaya pengamanan keuangan negara dan upaya
penyehatan tata perbankan nasional. Untuk itu, pada langkah selanjutnya
pemerintah melanjutkan 8 buah Rancangan Undang- undang yang masing-
masingnya membahas tentang pokok-pokok perbankan, mengenai bank
sentral dan 6 rancangan undang-undang mengenai pendirian bank-bank
pemerintah.
Selain itu, Bank Indonesia juga diakui sebagai badan hukum baik
itu badan hukum publik maupun badan hukum perdata yang telah
ditetapkan melalui perundang-undangan. Adapun produk badan hukum publik
dari Bank Indonesia adalah berupa aturan-aturan hukum yang mengikat
atas dasar
pelaksanaan undang-undang yang berlaku bagi seluruh masyarakat.
Sedangkan bagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak
untuk dan atas nama sendiri di pengadilan maupun di luar pengadilan.
4.1 Kesimpulan
Dalam perkembangan Bank Indonesia dari tahun 1928 hingga saat ini,
Bank Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Bank Indonesia mengalami
perkembangan secara bertahap di tiap periodenya. Pada masa kedudukan Belanda
di Indonesia, Bank Indonesia bernama De Javasche Bank yang memiliki fungsi sebagai
Bank sirkulasi yang diberikan hak monopoli dalam pengeluaran uang kertas bank
berdasarkan oktroi, selanjutnya De Javasche Bank mulai membuka beberapa cabang
di pulau Jawa. pada masa tanam paksa tahun 1930-1970, Semua ekspor komoditas
pertanian dimonopoli oleh pemerintah sehingga pada masa itu De Javasche Bank
mengalami kerugian yang cukup signifikan karena tidak dapat melayani pertukaran uang
kertas, emas, dan perak. Selain itu, De Javasche Bank membuka kantor cabang di luar
Pulau Jawa diantaranya di Padang tahun 1864 dan pada tahun 1868 De Javasche Bank
ditetapkan sebagai bank sentral, sehingga tterjadi perubahan fungsi De Javasche Bank
dari bank sirkulasi menjadi bank Sentral yang diberikan wewenang untuk memberikan uang
muka dalam jangka waktu pendek.
Pada masa awal kemerdekaan, tejadi kekacauan pada sistem keuangan dan
perbankan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tesebut pemerintah Indonesia
pada saat itu mengeluarkan ORI dan mendirikan BNI yang dijadikan sebagai
bank sentral. Namun, pada saat itu BNI gagal berperan sebagai bank sentral karena
belum adanya
aturan yang jelas. Dengan kondisi tersebut, muncul gagasan untuk menasasionalkan
De Javasche Bank karena dianggap masih dapat diandalkan untuk mengatasi
masalah perbankan di Indonesia. Dengan pengalaman dan personol yang memadai
yang dimiliki, Pemerintah yakin pada saat itu De Javasche Bank mampu menjadi
bank sentral untuk melindungi kepentingan nasional sehingga pada bulan Mei tahun
1951 De Javasche Bank berhasil dinasionalisasikan yang disampaikan secara
resmi oleh Pemerintah Indonesia kepada parlemen.
Pada masa orde lama atau demokrasi terpimpin, independensi dari Bank
Indonesia tidak mengalami perubahan yang mendasar. Kemudian, pemerintah
Indonesia menetapkan kebijakan ekonomi tentang Bank Berdjoeang yang diikuti
dengan pengangkatan Gubernur Bank Sentral sebagai Menteri Unrusan Bank
Sentral yang menjadi anggota kabinet pada masa kepemimpinan Ir. Sukarno.
Pada masa ini Bank Indonesia mulai dicampuri oleh warna-warni politis, yang
diikuti dengan munculnya gagasan Bank Tunggal. Rencana pendirian bank
tunggal membawa berbagai konsekuensi, khususnya penyesuaian dalam
organisasi Bank Indonesia, dimana terlihat dari adanya perubahan-perubahan pada
struktur organisasi Bank Indonesia secara bertahap hingga akhirnya pemerintah
meresmikan konsep Bank Tunggal. Sementara itu, Bank Indonesia berubah
menjadi Bank Negara Indonesia Unit I.
Setelah masa setelah orde baru, tugas dan fungsi Bank Indonesia
menjadi semakin kompleks. Status Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga
negara yang independen dan memiliki kewenangan penuh dalam melaksanakan
tugas serta terbebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lain.
Berdasarkan teori pengembangan organisasi yang dikemukaan oleh
Greenhalgh dkk. upaya terbaik dalam pengembangan organisasi adalah dengan
melakukan inovasi. Inovasi yang dilakukan secara berkelanjutan akan mendorong
keberlangsungan organisasi untuk tumbuh. Terdapat beberapa temuan dari
Greenhalgh dkk. Yang dianggap mampu menorong pengembangan organisasi yang
dapat digunakan oleh Bank Indonesia sebagai landasar teori untuk melakukan
pengembangan organisasi melalui inovasi. Bank Indonesia saat ini memiliki tugas
dan fungsi yang semakin kompleks mengikuti arus globalisasi yang melanda
berbagai belahan dunia, oleh karena itu Bank Indonesia memerlukan inovasi yang
berkelanjutan untuk dapat beradaptasi dengan arus globalisasi.
4.2 Saran
Penulis sangat menyadari kekurangan yang terdapat makalah ini tidak banyak
menggunakan arsip, melainkan lebih banyak menggunakan sumber sekunder yang
berasal dari jurnal dan website. Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti lanjutan
untuk melakukan penelitian dengan aspek temporal yang diperluas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Diah, S. R. (2019). IMF: Pertumbuhan Ekonomi Dunia Terburuk Sejak Krisis Keuangan Global. pp.
https://money.kompas.com/read/2019/10/16/190000926/imf--pertumbuhan-ekonomi-dunia-
terburuk-sejak-krisis-keuangan-global.
Rancangan Undang-undang Bank Indonesia. (2015, Oktober 22). Retrieved 12 19, 2019,
from http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20151127-042635-2484.pdf
Erma. (2014). Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia: Studi Kasus Bank Indonesia
Cabang Padang 1953-1970. Jurnal TINGKAP , Vol. X, No. 2.
Paket Kebijakan Ekonomi. (2015). pp. (Proses Perkembangan Bank Sentral, 2015).
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5971/Paket+Kebijakan+Ekonomi/0/berita.
32