STRATEGY OF CHANGE.
Disusun oleh:
Albasitha Rizka Robbin (175030201111086)
M. Naufal Surya Mahardika (185030207111013)
Melinda Wahyu Fithria (185030201111029)
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T karena atas segala rahmat dan berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini ditujukan sebagai tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan. Makalah ini
membahas tentang THE LEARNING ORGANIZATION AND STRATEGY OF
CHANGE..
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan kami di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................6
2.1 Apa yang dimaksud dengan learning
organization………………….........................................................…...6
2.2 Merancang, Membuat, dan Mngembangkan System untuk Mendorong
Pembelajaran dengan efektivitas..............................................................10
2.3 Pentingnya benchmarking sebagai komponen strategi perubahan.........12
2.4 Seberapa penting keberadaan anggota untuk menentukan strategi
perubahan.............................................................................................13
BAB III............................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
The Learning Organization and Strategy of Change adalah opsi strategis yang
berpotensi radikal untuk mempelajari perusahaan kapitalis di akhir abad ke-20.
Namun, perubahan besar yang ditawarkannya jarang dicapai dalam praktik, terutama
karena keengganan / ketidakmampuan kepemimpinan untuk menghadapi isu sentral
transformasi hubungan kekuasaan, dan pembelajaran, di dalam organisasi mereka.
Artikel ini memperkenalkan pembelajaran organisasi yang strategis sebagai teori yang
tepat untuk memandu kepemimpinan melalui proses tindakan budaya strategis yang
bertujuan untuk menciptakan organisasi pembelajaran. Beberapa ahli berpendapat
bahwa karena tindakan seperti itu akan diprakarsai oleh mereka yang memiliki
wewenang eksekutif, tahap pertama harus berorientasi pada pencapaian budaya
organisasi yang secara struktural mendukung visi kepemimpinan dan mendorong
pembelajaran kolaboratif dan berbagi yang lebih pouer. Metafora magang kognitif
digunakan untuk menamai budaya transisi semacam itu dan, setelah mendeskripsikan
sifatnya, artikel tersebut melanjutkan dengan membahas proses di mana organisasi
pembelajar yang muncul berkembang menjadi budaya tim yang matang.
4
3. Untuk Mengetahui seberapa pentingkah benchmarking sebagai komponen
strategi perubahan
4. Untuk mengetahui seberapa penting keberadaan anggota untuk menentukan
strategi perubahan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Organisasi belajar yang dikemukakan oleh Peter Senge dikenal dengan The Fith
Dicipline yaitu berpikir sistem (Systems Thinking), penguasaan pribadi (Personal
Mastery), pola mental (Mental Models), Visi Bersama (Shared Vision), Belajar
beregu (Team Learning).
6
Suatu pandangan cemerlang Peter Senge adalah cara dimana ia menempatkan teori
sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth
Discipline) dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan orang
lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara teori dan
praktek. Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan
untuk memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang menyediakan, baik insentif
dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu. Peter Senge berpendapat bahwa
salah satu masalah utama yang banyak yang ditulis, dan dilakukan atas nama
manajemen, adalah bahwa kerangka kerja yang agak sederhana diterapkan untuk
sebuah sistem yang kompleks. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial
daripada melihat keseluruhan, dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses
dinamis. Dengan demikian argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari
sistem akan tidak mengarah pada tindakan yang lebih tepat.
Ini adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar yang
mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil
tindakan. Kita sering tidak menyadari dampak dari asumsi dll seperti pada perilaku
kita – dan, dengan demikian, bagian mendasar dari tugas kita adalah untuk
7
mengembangkan kemampuan untuk mencerminkan tindakan. Disiplin model mental
dimulai dengan memutar cermin diri; belajar untuk menggali gambar internal kita dari
dunia, untuk membawa mereka ke permukaan dan menahan mereka secara ketat
untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk kemampuan untuk melakukan ‘learningful’,
di mana orang mengungkapkan pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat
berpikir terbuka terhadap pengaruh orang lain.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja dengan model
mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar keterampilan baru dan
mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka untuk menjadi perubahan
institusional yang mendorong perubahan tersebut. ‘Mental model yang sudah berdiri
kuat menggagalkan perubahan yang dapat berasal dari sistem pemikiran.
Organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan,
kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organsasi untuk
bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar
belakang, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara
satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang
sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan
adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam
organisasi.
Visi itu memiliki kekuatan untuk meningkatkan iman – dan untuk mendorong
eksperimentasi dan inovasi. Senge berpendapat bahwa itu juga dapat menumbuhkan
kukuatan jangka panjang, yang merupakan dasar dari ‘disiplin kelima dalam bukunya.
Praktek visi bersama melibatkan keterampilan menggali bersama ‘gambar masa
depan’ bahwa komitmen adalah motiv dasar manusia bukan hanya karena kepatuhan
seseorang.
Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada peningkatan kejelasan, antusiasme
dan komitmen yang menular pada orang lain dalam organisasi. ‘Sebagaimana orang
berbicara, visi tumbuh lebih jelas. Karena mendapat lebih jelas, antusiasme untuk
manfaatnya tumbuh. Ada ‘batas-batas pertumbuhan’ dalam hal ini, tetapi
mengembangkan jenis-jenis model mental yang diuraikan di atas dapat secara
signifikan memperbaiki masalah. Dimana organisasi dapat melampaui cara pikir linier
dan memahami sistem pemikiran yang luas maka ada kemungkinan membawa visi ke
sebuah hasil.
8
belajar bersama, Peter Senge menunjukkan, tidak hanya akan ada hasil yang baik bagi
organisasi, anggota akan tumbuh lebih cepat dari yang bisa saja terjadi sebaliknya.
Disiplin belajar tim dimulai dengan ‘dialog’, kapasitas anggota tim untuk
menangguhkan asumsi dan masuk ke dalam suatu kesatuan berpikir bersama. Bagi
orang Yunani dialog artinya logos yang berarti bebas-mengalir jika makna melalui
kelompok, yang memungkinkan kelompok untuk menemukan wawasan dan tidak
dicapai secara individual. Itu juga mencakup belajar bagaimana mengenali pola-pola
interaksi dalam tim yang melemahkan belajar. Senge berpendapat, ada kemungkinan
untuk menciptakan bahasa yang lebih cocok untuk menangani kompleksitas, dan
berfokus mendalam pada masalah struktural bukannya dialihkan oleh pertanyaan dari
gaya kepribadian dan kepemimpinan. Memang sepertinya ada penekanan pada dialog
dalam karyanya sehingga hampir bisa diletakkan di samping sistem berpikir sebagai
fitur sentral dari pendekatannya
Kini makin banyak organisasi berbasis team, hal ini terjadi karena organisasi dibuat
dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk
mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan
kemampuan berfikir sistemik. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi
wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu team, maka pembelajaran
organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi
akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama.
Oleh karena itu semangat belajar dalam team, cerita sukses atau gagal suatu team
harus disampaikan pada team yang lainnya. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim
menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah
modal intelektualnya
10
menyusun orang-orangnya untuk menciptakan sebuah organisasi yang
meliputi jumlah spesialisasi pekerjaan, desentralisasi pengendalian untuk
penyelesaian pekerjaan.
2. Karakteristik Lingkungan, lingkungan mencakup dua aspek yang berhubungan
yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal dikenal dengan
iklim organisasi yang meliputi atribut lingkungan kerja seperti kepuasan dan
prestasi. Lingkungan eksternal menyangkut kekuatan yang timbul diluar batas
organisasi yang mempengaruhi tindakan dalam organisasi seperti adanya
peraturan pemerintah.
3. Karakteristik Pekerja, pekerja mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan
kemampuan yang berbeda-beda sehingga akan menyebabkan perbedaan
perilaku antara orang satu dengan orang lain. Prestasi merupakan modal utama
di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, sebab
meskipun teknologi yang dipergunakan canggih jika tanpa prestasi tidak ada
gunanya.
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen, Manajer memegang peranan sentral dalam
keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan
memperlancar kegiatan. Sehingga manajer berkewajiban menjamin struktur
organisasi konsisten dan menguntungkan untuk teknologi dan lingkungan
yang ada. Selain itu manajer juga bertanggungjawab untuk menetapkan suatu
sistem imbalan yang pantas sehingga dapat memuaskan kebutuhan pekerja dan
tujuan pribadinya dalam mengejar sasaran organisasi.
11
kinerja yang dicapainya dan semakin efektivitas suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa komitmen
organisasi dapat mempengaruhi efektivitas kerja karyawan, efektivitas dalam
melakukan perancangan dan mengembangkan sebuah sistem, karena dengan memilki
komitmen yang tinggi maka seorang karyawan akan melaksanakan tugas atau
pekerjaannya dengan tertib dan lancar sehingga hasil kerjanya (kinerjanya) akan
meningkat serta akan berdampak pula pada tujuan perusahaan yang dapat dicapai
secara optimal.
12
Agar saran berhasil bahwa perubahan strategis perlu dikelola sedemikian rupa
sehingga tiga kondisi yang diperlukan untuk perubahan yang efektif ada: 1
Kesadaran: pemangku kepentingan memahami dan percaya pada visi, strategi dan
rencana implementasi, dll. 2 Kemampuan: pemangku kepentingan yang terlibat
percaya bahwa mereka dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan dan
karena itu dapat mengatasi dan memanfaatkan perubahan ini. 3 Inklusi: pemangku
kepentingan yang terlibat merasa bahwa mereka menghargai pekerjaan baru, peluang,
dll., Dan memilih untuk berperilaku dengan cara baru (sikap, keterampilan, dan cara
kerja baru).
BAB III
KESIMPULAN
14
Organisasi pembelajaran dan pembelajaran organisasi mewakili metafora
konseptual yang membantu kita memahami interaksi antara berbagai bidang
pengetahuan dalam suatu organisasi, dan hubungan antara fenomena tersebut dan
kinerja ekonomi perusahaan. Pembelajaran organisasi merupakan proses
pembelajaran melalui interaksi sosial lintas individu, kelompok dan tingkat
organisasi. Sebagai hasil dari pembelajaran organisasi, perusahaan dapat beradaptasi
lebih cepat dan lebih baik dengan persyaratan lingkungan eksternal. Pembelajaran
organisasi dapat dipahami sebagai urutan dari empat proses interaktif: intuisi,
penafsiran, pengintegrasian, dan pelembagaan. Proses ini bertanggung jawab atas
penciptaan dan transformasi pengetahuan dari pengetahuan individu menjadi
pengetahuan organisasi. Meskipun penelitian yang dilakukan sejauh ini terkonsentrasi
pada pengetahuan kognitif, pembelajaran organisasi mencakup ketiga bentuk dasar
pengetahuan: kognitif, emosional, dan spiritual.
Pembelajaran organisasi didasarkan pada memperkuat umpan balik dan
menyeimbangkan umpan balik, serta reaksi umpan-maju. Semua interaksi antara
masukan dan hasil ini telah disusun menjadi pembelajaran putaran tunggal dan
putaran ganda, sesuai dengan pengaruhnya terhadap input (pembelajaran putaran
tunggal) dan variabel pengatur (pembelajaran putaran ganda). Pembelajaran
organisasi melibatkan pembelajaran organisasi simetri. Kedua proses tersebut terjalin
secara dinamis, dan memanfaatkan organisasi
memori, yang merupakan metafora konseptual lain yang digunakan dalam dinamika
pengetahuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Kinicki, Angelo dan Robert Kreitner, 2000,Organizational Behavior edisi Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat
16