Anda di halaman 1dari 14

DINAMIKA KELOMPOK DALAM ORGANISASI

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok : 10
Muhammad Remi
Muhammad Harun Zen
Muhammad Ayub Hanura
Dosen Pengampu : Muhammad Nurul Hadi, SHI. M.Sh

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH


SUMATERA UTARA-MEDAN
TA. 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Dinamika Kelompok Dalam Organisasi” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Medan, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................ii

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian dan Maksud Dinamika Pembentukan Kelompok 2

B. Teori-teori Pembentukan Kelompok......................................................3

C. Terbentuknya Kelompok Dalam Organisasi .........................................6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................10

B. Saran..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi kodrat, manusia tidak bisa hidup sendiri. Secara otomatis sesuai
hukum alam yang berlaku manusia akan melakukan sosialisasi dengan manusia lainnya.
Interaksi antar manusia dinamakan interaksi sosial. Jika interaksi sosial terjadi pada beberapa
manusia dengan alasan tertentu maka interaksi tersebut akan ditampung dalam suatu wadah,
kelompok. Kelompok menjadi tempat adanya interaksi antar manusia untuk saling tukar
informasi maupun saling mempengaruhi. Interaksi yang ada di kelompok selanjutnya
membentuk budaya kelompok. Budaya kelompok pun mempengaruhi budaya organisasi.
Oranisasi yang dimaksud disini yakni kelompok dalam jumlah besar. Maraknya kelompok-
kelompok di era metropolis ini menyulitkan pengidentifikasiannya. Untuk itu perlu studi
lanjut untuk mengidentifikasi bagaimana makna kelompok, pembeda antar kelompok, serta
apa peran kelompok dalam sebuah organisasi. Baik kelompok yang terbentuk maupun
sengaja dibentuk, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dibedakan
sesuai porsinya dalam tata organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan maksud pembentukan kelompok ?
2. Apa saja teori-teori pembentukan kelompok?
3. Bagaimana terbentuknya kelompok secara teoritis dan praktis ?

C. Tujuan Penulisa
1. Untuk mengetahui pengertian dan maksud pembentukan kelompok
2. Untuk mengetahui saja teori-teori pembentukan kelompok
3. Untuk mengetahui terbentuknya kelompok secara teoritis dan praktis

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Maksud Dinamika Pembentukan Kelompok


Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga
berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok
secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat
kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok
tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang
mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott
mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt
Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its
members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu
unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi.
Dinamika kelompok  merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain
yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.  Dinamika kelompok
juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-
ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
o Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok
lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
o Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling
menghargai pendapat orang lain
o Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
o Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam
kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang
ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai

2
mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah
berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut
”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada
proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main
yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota
kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok
melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”.

B. Teori-teori Pembentukan Kelompok


Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah teori yang menjelaskan alasan seseorang
memasuki kelompok. Sajian ini sengaja tidak dipaparkan secara mendalam karena dipilah
saja teori yang memiliki peluang sering dipakai dalam membahas kasus di lapangan,
diantaranya adalah :
1. Domisili Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada diri manusia ada dorongan untuk berafiliasi dengan
orang lain dalam rangka menemukan/menampilkan eksistensi diri. Adapun pilihan pertama
ialah pada mereka yang secara geografis dekat dengan dirinya. Keterdekatan yang dimaksud
adalah bisa berarti ruang, bisa juga daerah (spatial and geographical proximity), dengan kata
lain teori ini mendasarkan pada asumsi bahwa orang akan memilih teman, pilihan pertamanya
adalah orang lain yang secara geografis dekat dengan tempatnya. Hal ini dapat dilihat
manakala seseorang berada di tempat yang baru atau sama sekali asing baginya. Dalam
kesendirian orang tersebut akan berupaya mengenal orang yang berada di sekitarnya.
2. Similar Attitude Theory
Teori ini disebut juga sebagai teori kesamaan sikap yang dicetuskam oleh Newcomb
(1961). Dasar pendekatannya bahwa: “seseorang akan cenderung tertarik dengan orang lain
dan bergabung,apabila diantara mereka ada kesamaan sikap”. Dasar pemikiran dari konsep
ini ialah bermula pasa asumsi bahwa orang yang berkeinginan untuk belajar maka akan
mencari teman yang sama-sama ingin belajar. Aliran ini antara lain dianut oleh Festenger,
Feldman (1986) yang mengajukan semacam alasan, antara lain :
1. Karena kesamaan sikap membuat orang merasa tertarik satu dengan lainnya.
2. Orang yang memiliki kesamaan dalam sikap lebih mudah untuk berinteraksi.
3. Karena kesamaan sikap maka cenderung akan terjadi kesamaan perilaku.
4. Adanya dugaan dari para pelaku kalau orang mempunyai sikap yang sama maka akan
mudah menyatukan pendapat.
3
5. Activity Intercation Sentimen Theory
Teori ini dikenal dengan teori AIS. Konsepsi dasar teori ini berpijak pada dasar
pemikiran (Hommans, 1950): “Makin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang
lain, maka makin beraneka ragam interaksi yang dikembangkan.”. Akibatnya semakin
tumbuh rasa kebersamaan diantara mereka. Semakin sering seseorang melakukan interaksi
maka semakin sering orang tersebut membagikan perasaan dengan orang lain.Semakin
memahami perasaan orang lain maka semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti
juga semakin sering aktivitas dilakukan.
Nampaknya teori ini akan mencoba mengembangkan alternatif baru yang mungkin dapat
dikembangkan dari aktifitas yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan dan perasaan yang
ditimbulkan.
3. Practicality Theory
Menurut teori ini dikatakan bahwa orang akan mengelompok apabila ada alasan
praktis. Pada umumnya alasan ekonomi menjadi dominasi utama, walau demikian bukan
berarti alasan-alasan lain tidak berperan. Hal ini tentu sesuai dengan apa yang menjadi alasan
saat itu. Alasan praktis inilah yang membuat orang berafiliasi dalam kelompok (Rusidi, 1989
dan Reitz, 1977:290). Influs-influs kepentingan muncul menjadi tujuan bersama karena
kepentingan bersama. Sebagai contoh karena merasa tidak mendapatkan pelayanan yang
layak,warga Perumnas ramai-ramai mendatangi developer.
4. The Principle of Complementary Theory
Teori ini dikemukakan oleh winh (1958). Pada dasarnya teori ini membantah teori
kesamaan sikap. Teori ini mengatakan bahwa daya tarik interaksi itu ditentukan oleh prinsip
atau asas saling melengkapi ketidakadaan pada diri tadi guna mendapatkannya dari orang
lain. Teori ini mencoba mengungkap bahwa manusia pada dasarnya berada pada posisi yang
selalu kurang. Untuk melengkapi kekurangannya maka dia memerlukan orang lain. Dalam
upaya mengisi kekurangan diri tadi maka manusia berinteraksi dengan orang lain.
5. Exchange Theory
              Exchange theory sering diterjemahkan menjadi teori pertukaran. Dasar teori ini ialah
interaksi itu terjadi karena adanya reward dan cost (imbalan dan kobaran). Reward tidak
harus berwujud benda,akan tetapi dapat saja berbentuk tingkat kepuasan bentuk-bentuk
immaterial lainnya. Demikian juga dengan cost dapat saja berupa kepatuhan akan sesuatu.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Hommans yang kemudian dipopulerkan oleh
Thibaut dan Kelly. Terakhir dikembangkan oleh Peter Blaw yang mengemukakan jika
seseorangmemasuki kelompok maka dalam diri mereka akan selalu muncul perhitungan
4
aspek keuntungan dalam setiap alternative pilihannya (comparison level of alternative ).
Sedangkan pengalaman masa lalu selalu dijadikan rujukan untuk memutuskan apa yang akan
diperbuat.
Pada umumnya setelah suatu kelompok terbentuk, maka kelompok akan menampilkan
ciri-ciri tertentu yang hal ini membuat orang di luar kelompoknya tertarik untuk masuk ke
dalam kelompok tadi. Cartwright dan Zanden (1968) menjelaskan hal ini karena :
Pertama, faktor yang berasal dari kelompok itu sendiri. Maksudnya kelompok itu menarik
bagi orang lain di luar kelompok karena aktivitas kelompok,anggotanya atau tujuan dari
kelompok dapat juga prestise yang di tampilkan oleh keanggotaannya.
Kedua, faktor yang berasal dari luar yaitu adanya pressure (tekanan) sehingga orang harus
menjadi anggota.
Kedua hal tersebut sebenarnya hanya merupakan syarat minimal. Karena banyak hal
lain (variable) yang saling berpengaruh antar satu dengan yang lain sehingga seseorang
menjadi sangat terikat atau committed terhadap kelompok. Dapat dicontohkan di sini antara
lain perimbangan kesamaan karakteristik, motivasi yang mendorong.
Jumlah keanggotaan dalam kelompok terutama kelompok kecil (small group) tidak
ada batasan yang pasti. Setiap ahli mencoba mengungkapkan dengan argumentasi masing-
masing. Salah satu contoh Shaw (1979) mengatakan bahwa small group memiliki anggota
maksimal 20 orang. Tetapi ada ahli lain yang mengatakan tidak lebih dari 5 orang. Hanya
saja ada keseragaman diantara mereka dalam melihat kelompok.
Sherif & sherif menyimpulkan ciri kelompok itu adalah:
1. Anggota memiliki motivasi yang sama dan ini mendorong mereka berinteraksi dalam
mencapai tujuan.
2. Kelompok terdiri/memiliki struktur , status, peran yang semua itu terjadi karena
perbedaan kebutuhan.
3. Organisasi di dalam kelompok yang sifatnya tegas akan mempermudah memberikan ciri
pada kelompok tersebut.
4. Adanya norma yang tegas dari kelompok tersebut
Sedangkan Van Zanden (1984:92) dengan tegas menampilkan ciri-ciri kelompok
sebagai berikut:
1. Kelompok itu memiliki ciri tertentu yang dibatasi oleh lokasi geografis, paham politik,
agama, dan lain-lain.
2. Kelompok itu memiliki tujuan yang jelas.

5
3. Umumnya anggota menyadari bahwa keanggotaannya dalam kelompok itu berbeda
dengan kelompok lain.
Ciri-ciri kelompok ini ternyata memiliki benang merah yang sama yaitu adanya
kesamaan tujuan , memiliki keanggotaan yang terikat satu dengan lainnya. Terlepas makna
perekat tadi sebagai interaksi atau sebagai kesamaan ranah yang membuat/tempat kelompok
itu berada dalam arti gerak prosesnya. Akan tetapi ada sesuatu yang nampaknya vital dalam
kelompok yaitu adanya norma yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Norma
kelompok yang bersifat mengikat ke dalam dan norma ini memiliki karakteristik:
1. Norma terbentuk karena ada upaya melindungi kepentingan kelompok.
2. Norma dapat diterima oleh berbagai macam tingkatan atau lapisan yang ada di dalam
kelompok.
3. Norma dapat hanya berlaku pada sebagian anggota kelompok saja. (Gibson:1985)
Uraian di atas nampak sekali adanya upaya untuk membedakan pengertian antara
status dan peran juga memiliki norma yang harus dipatuhi oleh penyandang/ pelakunya.

C. Terbentuknya Kelompok Dalam Organisasi


Kelompok terbentuk dengan memenuhi beberapa syarat, diantaranya :
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
keseluruhan anggota  kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideologi politik yang sama.
5. Terbentuk secara berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar
individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok
akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali
dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam
memenuhi kebutuhannya. Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya
perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul
motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya
terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok.

6
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar
individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok
akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali
dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi
kebutuhannya. Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang
sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi
kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga
terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan
kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi
anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang
memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara
karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena
kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok :
1.  Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada
anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai
tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi
ketimpangan yang mencolok
2. Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
3. Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok
atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini
suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
4. Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian
masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan
disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya.
Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak
mengganggu proses kelompok.
7
6. Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting
dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses
memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain,
sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).

Tahap-tahap perkembangan kelompok menurut beberapa ahli memiliki perbedaan.


Berikut berbagai pendapat ahli mengenai tahap perkembangan kelompok :
1. Krettner dan Kinicki
Suatu kelompok timbul dan berkembang melalui enam tahap, diantaranya :
1. Orientasi : Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka setuju turut menjadi
anggota kelompok itu.
2. Konflik dan Tantangan : Mereka rebut-ribut gempuran satu sama lain dalam
menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok, oposan, pemberontakan halus,
saling beradu pendapat dan saling berjaga.
3. Kelekatan : Konflik dan tantangan reda, akhirnya mereka menyetujui keputusan-
keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik dan mulai membentuk kedamaian dan
kerukunan.
4. Delusi : Suasana setelah melepas pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini
terasa adanya partisipasi para anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok.
Namun, apa yang mereka rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya
tidak sesuai dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.
5. Disilusi : Menyadari kesalahan persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik,
yaitu dengan adanya harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya
tidak realistis itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok
tidak terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.
6. Penerimaan : setelah tahap sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian,
kritikan, dan lain-lain, maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.
2. Robbins
Menurut Robbins, tahap-tahap perkembangan kelompok bibagi atas tahap-tahap
berikut :
1. Forming ialah tahap pembentukanyang sifatnya masih mencari, misalnya siapa
pemimpinnya, apa tujuannya dan bagaimana cara mencapainnya.
2. Stormingialah beradu pendapat karena perbedaan–perbedaan pandangan.
8
3. Norming ialah pembentukan aturan yang digunakan sebagai norma perilaku
kelompok dan para anggotanya dalam mencapai tujuan.
4. Performing ialah dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja untuk
mencapai tujuan.
5. Adjourning ialah selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja atau
bubar, khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang terbatas atau
sementara.
3. Northcraft & Neale dan Albanese & Van Vleet
Keempat kokoh ini mengemukakan pendapat yang sama, diantaranya :
1. Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon anggota
belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan tugas-tugannya.
2. Differentiation,adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan sub-
kelompok dan saling ber-argumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya, dan siapa
pemimpinnya.
3. Intergration,sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada  kerukunan, dan
persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.
4. Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan kegiatan
mencapai tujuan.

9
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam pembentukan kelompok terdapat beberapa teori, misalnya : domisili theory, similar
attitude theory, activity intercation theory, dan sebagainya.
Ciri-ciri kelompok diantaranya memiliki motivasi yang sama dalam mencapai tujuan,
memiliki peran, struktur, dan status yang berbeda dalam kelompok, terbatasi letak geografis,
paham politik, dan agama, serta memiliki tujuan yang jelas.
Ditinjau dari sudut pandang yang berbeda jenis-jenis kelompok banyak bermunculan.
Salah satu contohnya kelompok formal dan informal. Kelompok formal bersifat resmi
sedangkan kelompok informal bersifat tidak resmi dengan kata lain terbentuknya kelompok
berdasarkan kebutuhan anggota kelompok sendiri.
Kelompok tidak terbentuk secara langsung. Terdapat beberapa syarat, diantaranya
adalah kesadaran setiap anggota kelompok akan perannya dalam kelompok, hubungan timbal
balik, kesamaan, terstruktur dan berperilaku. Salah satu syarat terbentuknya kelompok yakni
dengan adanya daya tarik interpersonal. Daya tarik interpersonal yakni sikap suka terhadap
orang lain sehingga menuumbuhkan kecenderungan untuk berinteraksi. Tahap pembentukan
kelompok terdiri atas beberapa tahap, menurut Robbins tahapannya adalah Forming,
Storming, Norming, Performing, Adjourning.
Budaya organisasi dengan dinamika kelompok terjadi hubungan timbal balik. Budaya
organisasi mempengaruhi kelompok begitupun kelompok mempengaruhi organisasi.
Organisasi merupakan kelompok dalam jumlah besar sehingga hubungan antara kelompok
dan organisasi saling berkelanjutan.

2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak
kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan
dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan
agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Huraerah, Abu, dan Purwanto. 2006. Dinamika kelompok konsep dan aplikasi. Bandung : PT


Refika Aditama.
Sobirin, Ahmad. 2007. Budaya Organsisasi. Yogyakarta : UPPSTIM YKPN
Sudjarwo. 2011. Dinamika Kelompok. Bandung : Mandar Maju
Sutrisno, Edi. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta : Kencana

11

Anda mungkin juga menyukai