Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPEIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


PENGARUH KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK

Tugas LK 2
Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Keperawatan

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6 kelas B
Anil Basya : 1721312034
Yance Hidayat : 1721312081
Putri Eka Sudiarti: 1721312080
Edi Efian : 1721312069
Desma Yelly: 1721312055
Herlina Susanti: 1721312048

MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017

i
KATA PENGANTAR

Syukur setinggi-tingginya kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat meyelesaikan makalah
Pengaruh Kepemimpinan dalam Keperawatan meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada ibu Dr. Yulastri Arif. M.Kep selaku dosen mata kuliah
Kepemimpinan dalam Keperawatan Unand yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai konsep falsafah keilmuan dan struktur logik keilmuan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Terimakasih.

Padang, Oktober 2017

Kelompok 6 kelas B

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................... 1
BAB II - KERANGKA TEORI
A. Konsep Kelompok............................................................................ 3
B. Konsep tentang Konflik………………………………………….. 5
C. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kerja Kelompok …………9
D. Pengaruh Kepemimpinan Manajemen Negosiasi dan Lobi. ….. 9
E. Pengaruh Kepemimpinan pada Pergerakan Kelompok ………..12
F. Proses Interaksi dalam Kepemimpinan …………………………13
BAB IV - PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa mengalami dan merasakan
kepemimpinan (leadership) dalam aneka macam bentuk, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Kepemimpinan juga dialami atau dirasakan dari para pemimpin berbagai
organisasi yang mana kita menjadi anggotanya. Bahkan tidak jarang dalam praktek terlihat
bahwa manusia kadang-kadang berada dalam posisi dualistis yaitu kadang-kadang sebagai
pihak yang dipimpin dan pada saat atau kondisi lain ia justru bertindak sebagai pemimpin.
Walaupun aktifitas “menerima kepemimpinan” dan aktifitas “memberi kepemimpinan”
merupakan dua macam aktifitas yang beberbeda, tetap kedua hal tersebut perlu dipelajari dan
dihayati agar Pihak yang memimpin dapat menjadi pemimpin yang baik dan Pihak yang
dipimpin dapat menjadi pengikut yang baik.
Dalam kehidupan nyata kita mengenal aneka macam jenis pimpinan seperti: formal,
Pemimpin informal, Pemimpin dalam bidang keagamaan, Pemimpin dalam bidang
kependidikan , Pemimpin dalam bidang politik, Pemimpin dalam bidang pemerintahan, dan
Pemimpin bidang keamanan
Salah satu naluri manusia sebagai makhluk sosial adalah kecenderungan untuk hidup
berkelompok atau bermasyarakat yang disebut instink gregarious. Dan salah satu bentuk
manifestasi dari kecenderungan naluriah tersebut adalah apa yang disebut oleh para ahli
psikologi dengan interaksi sosial. Hubert Bonner memberikan pembatasan sebagai berikut :
Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau
lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan
antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk
hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing bertindak
dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain juga bertindak.
Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik, suatu perilaku dimana
masing – masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan
tindakan yang akan dilakukan orang lain
.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan menerapkan pengaruh kepemimpinan dalam
kelompok.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep kelompok
b. Mengetahui teori dan konsep konflik
c. Mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kerja kelompok
d. Mengetahui pengaruh Kepemimpinan pada manajemen konflik negosiasi dan
melobi
e. Mengetahui Kepemimpinan pada pergerakan kelompok
f. Mengetahui proses interaksi dalam kepemimpinan

2
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Konsep Kelompok
1. Definisi
Pengertian kelompok adalah sekumpulan manusia yang merupakan kesatuan
dan memiliki identitas, dimana identitas tersebut dapat berupa adat istiadat dan sistem
norma yang mengatur pola interaksi masyarakat manusia yang hidup di dalam
masyarakat sendiri, kelompok terbagi menjadi beberapa golongan misalnya kelompok
profesi, kelompok aliran, kelompok bermain dan sebagainya. Setiap kelompok juga
memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Jika anda ingin mengetahui definisi kelompok
lebih rinci lagi, maka ada beberapa definisi kelompok menurut ahli.
2. Pengertian Kelompok Menurut Ahli
Menurut Merton, kelompok yaitu sekumpulan orang yang saling berinteraksi
sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan di dalam kelompok tersebut ada rasa
solidaritas karena adanya nilai bersama dan adanya tanggung jawab bersama. Selain
itu pengertian kelompok menurut Homans (1950) mengatakan bahwa kelompok
merupakan sejumlah individu yang berkomunikasi satu dengan lainnya dalam jangka
waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga hal tersebut
memberikan kesempatan bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara langsung.
Dan terakhir yaitu menurut Joseph De Vito (1997) kelompok adalah sekumpulan
individu yang berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuan bersama dan adanya
organisasi atau struktur diantara mereka. Di dalam kelompok dikembangkan norma-
norma yang dianggap sebagai dasar berperilaku anggotanya.
Kelompok merupakan kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya selama periode waktu tertentu untuk suatu kebutuhan
atau tujuan bersama.
3. Proses kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang
sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang
terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan
menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau
anggota).
4. Dasar Pembentukkan Kelompok

3
Langkah proses pembentukan diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
a. Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang,
apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota
yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang
lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.
b. Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok
untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
c. Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas
kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama,
seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan
anggotanya.
d. Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga
penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
e. Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud
kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide
dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam
kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
f. Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang
penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik
akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke
anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan
informasi terpenuhi).
5. Tahap pembentukan kelompok
a. Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum saling percaya.
b. Tahap 2 - Storming

4
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang
mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka
selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan
perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai.
Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.
c. Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
d. Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif
tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling
bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
e. Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja
kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

B. Teori dan Konsep Konflik


1. Teori Konflik
Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik adalah:
a. Teori hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu
masyarakat.
b. Teori kebutuhan dasar manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal
yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan,
partisipasi, dan otonomi.
c. Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
d. Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang
sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak
5
diselesaikan.
e. Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
f. Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya
dan ekonomi.
2. Sumber konflik
a. Keterbatasan sumber daya
b. Perbedaan tujuan
c. Ketidakjelasan peran
d. Hubungan dalam pekerjaan
e. Perbedaan anatr individu
f. Masalah organisasi
g. Masalah dalam komunikasi
3. Kategori Konflik
a. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah
internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal
ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya,
manajer mungkin merasa mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas
terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada
pasien.
b. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan,
dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer
sering mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
c. Konflik Antarkelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau organisasi.
Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas
(kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana.
4. Langkah-Langkah
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi
pengkajian, identifikasi, dan intervensi.
6
a. Pengkajian.
1) Analisis situasi.
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui
pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.
2) Analisis dan mematikan isu yang berkembang.
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama
yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
3) Menyusun tujuan.
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi.
Mengelola perasaan. Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang
mempunyai respons yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
c. Intervensi.
1) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
2) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
5. Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik
a. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.
b. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan.
c. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan saksama.
d. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari solusi yang terbaik dan gali
konsekuensi dari keputusan yang akan dibuat.
e. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.
f. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.
6. Beberapa Strategi Penyelesaian Konflik
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam.
a. Kompromi atau negosiasi.
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling menyadari
dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai
lose-lose situation. Kedua pihak yang terlibat saling menyerah dan menyepakati hal

7
yang telah dibuat. Di dalam manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan
oleh middle dan top manajer keperawatan.
b. Kompetisi.
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini
menekankan hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan,
putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.
c. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation. Konflik ini
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang. Pada strategi
ini, masalah utama yang terjadi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
d. Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat
dipergunakan pada konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi.
e. Menghindar.
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah
yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.
Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya
penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
f. Kolaborasi.
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua pihak
yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Oleh karena keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai
bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan
dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok/seseorang (Bowditch dan Buono, 1994)

8
C. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kerja Kelompok
Hasil Penelitian Manajer perawat menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda beda
tergantung pada situasi, namun lebih cenderung pada gaya kepemimpinan yang suportif,
diikuti oleh gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian dan gaya kepemimpinan
partisipatif. Staf perawat menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang rendah. Gaya
kepemimpinan manajer perawat bersama-sama menjelaskan 29% varians dalam kepuasan
kerja staf. Niat untuk bertahan di tempat kerja saat ini rendah (2,64 dari 5) di antara staf
perawat. Lebih dari setengah (51,7%) staf perawat bermaksud untuk meninggalkan tempat
kerja mereka saat ini, dan 20% di antaranya secara aktif mencari kesempatan untuk pergi.
Gaya kepemimpinan manajer perawat secara statistik menjelaskan 13,3% niat staf untuk tetap
pada posisi kerja mereka saat ini. Kesimpulan: Temuan ini memiliki implikasi yang sangat
besar untuk praktik keperawatan, manajemen, pendidikan, dan sumber daya manusia untuk
kebijakan kesehatan yang dapat menyebabkan retensi staf yang lebih baik.dan kepuasan
kerja, dan pada akhirnya memperbaiki perawatan pasien (Asamani 2015) .

D. Pengaruh Kepemimpinan pada Manajemen Konflik Negoisasi dan Melobi


Menurut Purba (2014), Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun
tidak. Gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu
sendiri.
Menurut Nursalam (2014) Manajemen konflik adalah meneyelesaikan konflik
untuk menciptakan penyelesaian-menang-menang (win win solution) untuk seluruh pihak
terkait. Tujuan manajer adalah mengelola konflik dengan cara mengurangi perbedaan
persepsi antara kedua belah pihak yang terlibat. Seorang pemimpin bertugas mengenali
manajemen konflik atau strategi penyelesaian masalah yang palin tepat untuk setiap
situasi. Strategi penyelesaian masalah:
1. Berkompromi atau Negosiasi
Setiap pihak melepaskan salah satu tuntutannya. Agar kompromi tidak
menghasilkan situasi kalah-kalah kedua pihak harus mau melepaskan sesuatu yang
sama berharganya.
2. Berkompetisi
Ketika satu pihak memaksakan kehendaknya walaupun mengorbankan orang
lain, karena hanya ada satu pihak yan g menang pihak yang berkompetisi mencari jalan
agar menang tanpa peduli akibatnya pada pihak lain.
3. Bekerja sama / Mengakomodasi
Pada pendekatan kerja sama satu pihak mengorbankan keyakinan dan
keinginannya sehingga pihak lain dapat menang, masalah yang sebenarnya biasanya
tidak diselesaikan dalam situasi menang-kalah. Bekerja sama dan mengakomodasi

9
adalah strategi politik yang tepat jika konflik tidak bernilai terlalu tinggi bagi yang
mengakomodasi.
4. Smoothing atau melancarkan
Smoothing digunakan untuk mengatur situasi konflik. Seseorang menarik hati
orang lainyang terlibat dalam konflik untuk mengurangi komponen emosional dalam
konflik itu. Smoothing terjadi ketika satu pihak dalam konflik berupaya untuk memuji
pihak lain atau fokus pada hala yang disetujui bersama.
5. Menghindari
Pihak yang terlibat menyadari adanya konflik tetapi memilih untuk tidak
mengakuinya atau berupaya menyelesaikannya. Penghindaran diindikasikan untuk
perselisihan, ketika kerugian yang ditimbulkan dari menyelesaikan konflik melebihi
manfaatnya.
6. Berkolaborasi
Adalah cara penyelesaian masalah yang asertif dan kooperatif yang
menghasilkan penyelesaian menang-menang. Dalam kolaborasi semua pihak
mengesampingkan tujuan awal dan bekerja bersama untuk mementukan tujuan umum
prioritas atau supraordinat.

Negosiasi dalam bentuk yang kreatif akan sama seperti kolaborasi dan dalam
bentuk yang dikelola dengan buruk akan mirip dengan kompetisi. Dalam negosiasi setiap
pihak merelakan sesuatu dan penekanannya adalah ada mengakomodasi perbedaan antara
pihak yang terlibat. Tujuan utama negosiasi yang efektif adalah membuat pihak lain
merasa puas dengan hasilnya. Fokus dalam negosiasi adalah menciptakan situasi menang-
menang. Jika manajer ingin berhasil dalam negosiasi yang penting untuk sumber daya
unit, mereka harus: cukup siap (mengumpulkan informasi sebanyak mungkin), mampu
menggunakan strategi negosiasi yang tepat dan menerapkan penutupan dan tindak lanjut
yang tepat. (Marquis, B. L. & Huston, C. J, 2013)
Lobi (lobbying) adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk dapat mempengaruhi
pihak-pihak tertentu dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang di inginkan pelobi. Di
inginkan di sini tidak berarti selalu harus mencapai sasaran yang sesuai rencana dan selalu
menguntungkan.
Gillies (1994) mengatakan gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu: otoriter, demokratis, partisipatif dan bebas
tindak (Laissez– Faire).
Menurut Purba (2014) berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa lebih dari setengah responden (70,8%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala
ruangan diterapkan di ruang rawat inap instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan
adalah partisipatif, manajemen konflik kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat

10
pelaksana di ruang rawat inap instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan adalah
kompromi (44,4 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai praktisi perawat yang
bergerak dibidang manajemen terkhusus kepala ruangan harus mampu untuk mengatur
bawahannya dan harus mampu memanajemen konflik dengan baik dalam berbagai
kondisi. Pada peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang faktor-faktor yang
menyebabkan konflik di pelayanan keperawatan diharapkan menggunakan metode lain
dalam pengumpulan data berupa observasi dan wawancara yang lebih mendalam agar hasil
yang didapat representatif.
Pemimpin yang memiliki visi dalam ruang lingkup kesehatan dan penerapannya
pada gaya manajemen konflik bergantung kepada perubahan manajemen dari rumah sakit.
Dalam meningkatkan produksi atau penghasilan sebuah rumah sakit, hal ini tidak bisa
lepas dari peran seorang pemimpin di rumah sakit tersebut. Manajemen penyelesaian
konflik akan terasa lebih mudah apabila: memiliki perencanaan yang baik pada beberapa
waktu sebelumnya, para karyawan memiliki kesempatan dalam mengeluarkan ide serta
pendapatnya, dan tidak mengesampingkan komunikas (Cinar & Kaban, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 15 November 2011 sampai
dengan 15 Januari 2012 pada 2 rumah sakit terhadap 15 orang manajer yang berada pada
middle level manager dan 284 karyawan didapatkan bahwa dalam suatu organisasi, akan
terjadi begitu banyak konflik dan permasalahan seperti penyimpangan tujuan organisasi,
serta persaingan dalam lingkungan kerja. Kedua hal tersebut menjadi contoh konflik yang
terjadi di dunia pekerjaan. Namun, dengan adanya konflik yang terjadi maka akan dapat
membantu mengembangkan dan mengasah keterampilan, skill, dan kemampuan yang
dimiliki anggota maupun pemimpin tersebut dalam mengembangkan organisasi tersebut.
Organisasi yang hampir tidak memiliki konflik membuat tertutupnya pola pikir dan
menghambat perkembangan anggota atau komponen organisasi tersebut. Dengan demikian
suatu konflik dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi organisasi.
Dampak positif dan negative dari organisasi harus mampu dikendalikan oleh
seorang manajer yang memiliki visi. Seorang manajer harus mampu mengendalikan
dampak yang ditimbulkan oleh sebuah konflik agar jangan sampai mempengaruhi
kemajuan dari kinerja organisasi. Kepemimpinan merupakan sebuah proses dan bagian
dari strategi yang dipakai dalam menyelesaikan konflik, sedangkan konflik merupakan
bagian yang terpenting dari keberhasilan suatu proses organisasi.
Kualitas kepemimpinan yang baik akan mampu menjadikan sebuah konflik
menjadi pengalaman dan pelajaran yang membuat sebuah organisasi menjadi lebih baik
dari sebelumnya dan lebih terlatih dalam menghadapi berbagai ancaman-ancaman yang
dapat membahayakan keberlangsungan proses organisasi serta mampu membuka wawasan
11
dan menambah pengetahuan. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan seorang pemimpin
yang memiliki visi yang mampu mengubah suatu konflik menjadi strategi yang kuat dalam
menghadapi permasalahan yang akan datang.

E. Pengaruh Kepemimpinan pada Pergerakan Kelompok

Menurut Asrul, Anwar (2013), Setiap kelompok atau tim bagaimanapun


struktunya tetap membutuhkan seseorang untuk mengarahkan kelompok atau tim
tersebut. Kemudian seseorang itu harus mampu berperan sebagai pembuka hubungan
dengan kelompok. Adapun peran-peran pimpinan dalam satu kelompok:
1) Planning
Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
2) Proggramming
Menetapkan perencanaan dengan menentukan secara rinci kapan, siapa, dan dimana
tugas itu akan dilakukan.
3) Execution
Melakukan tindakan nyata dari rencana yang telah diprogramkan.
4) Supervision
Melakukan tindakan korektif dengan membandingkan perencanaan dengan tindakan
nyata atau apa yang telah dilakukan
Kemudian seorang pemimpin harus bisa mempertahankan hubungan antar
individu, anggota tim, dan antar kelompok kerja dalam tim tersebut. Dalam hal ini yang
bisa dilakukan oleh pemimpin antara lain:
1) Questioning Procsses
Proses ini bertujuan untuk mencapai kesempatan baru dan belajar dari kesalahan.
Pemimpin juga dapat mengubah paradigma yang selama ini dipakai.
2) Creating Of Visions and sharing it
Pemimpin harus dapat melihat masa depan itu seperti apa dan mampu membagikan
visi kepada stafnya. Pemimpin dapat menjadikan staf staf nya memahami visi
tersebut.
3) Enabling other
Pemimpin harus mampu memberdayakan stafnya dan berpartisipasi untuk
berkembang sehingga menguatkan kerja sama dan kepercayaan.
4) Showing The Way Forward
Pemimpin harus mampu menunjukkan jalan menuju kedepan. Mampu membuat tim
bekerja untuk mencapai tujuan jangka panjang.
5) Paying Attention To The environment
Mempersiapkan tim untuk menghadapi tantangan dari luar.
6) Setting objective
Membantu untuk menciptakan budaya kerja yang baik.
7) Motivating, Giving, And Encouragement
Mengenali dan menyampaikan apa yang telah dicapai atau kemajuan yang telah
dicapai kepada masing-masing individu yang ada didalam tim.

12
F. Proses Interaksi dalam Kepemimpinan
1. Pengertian Interaksi
Salah satu naluri manusia sebagai makhluk sosial adalah kecenderungan untuk
hidup berkelompok atau bermasyarakat yang disebut instink gregarious. Dan salah satu
bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah tersebut adalah apa yang disebut oleh
para ahli psikologi dengan interaksi sosial. Hubert Bonner memberikan pembatasan
sebagai berikut :
Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang
atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui
dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah
menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing –
masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan
yang lain juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal
balik, suatu perilaku dimana masing – masing individu dalam proses itu mengharapkan
dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.
2. Faktor dasar interaksi.
a. Factor Imitasi
Proses imitasi diawali oleh timbulnya sebuah gagasan ( keyakinan baru) di dalam
masyarakat sebagai perangsang pikiran. Gagasan itu lalu dirumuskan oleh
individu berbakat tinggi yang kemudian menjadi ide baru, ide baru ini lalu diimitasi
dan dsebarkan oleh orang banyak dalam masyarakat.
b. Factor Sugesti
Suatu proses dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Dalam proses sugesti, seorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang
diterima oleh orang lain di luar dirinya. Sugesti dapat terjadi dengan mudah pada
keadaan – keadaan tertentu, seperti :
a). Sugesti karena hambatan berfikir.
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenai sugesti mengambil
pandangan – pandangan orang lain tanpa memberikan pertimbangan –
pertimbangan dan kritik terlebih dahulu, hal itu lebih mudah terjadi apabila
individu berada dalam keadaan hilang cara berfikir kritis.
b). Sugesti karena keadaan pikiran terpecah – pecah
Pikiran terpecah – pecah juga dapat mempercepat proses sugesti. Sugesti ini dapat
dilihat pada keadaan seseorang yang sedang bingung.
c). Sugesti karena otoritas

13
Dalam hal ini orang cenderung menerima pandangan atau sikap tertentu apabila
pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang – orang yang ahli dibidangnya
yang dianggap memiliki otoritas.
d). Sugesti karena mayoritas.
Individu dalam masyarakat akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila
pandangan itu dibantu oleh mayoritas anggota masyarakat tersebut dan cenderung
menerima pandangan itu pertimbangan lebih lanjut.
3. Factor Identifikasi
Identivikasi berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk
menjadi sama seperti ayah atau ibunya. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi
seorang anak .secara tidak sadar seorang anak akan mengambil sikap – sikap orang
tua yang dapat ia mengerti mengenai norma dan pedoman tingkah laku sejauh
kemampuan yang ada pada anak tersebut, dalam proses identivikasi seluruh system
norma, sikap, tingkah laku orang tua harus dapat dijadikan system norma dan cita –
cita seorang anak.
4. Factor Simpati.
Simpati merupakan proses sadar bagi diri manusia yang merasa simpati
terhadap orang lain. Dalam hal simpati, hubungan yang timbal balik akan
menghasilkan suatu hubungan kerjasama, di mana individu yang satu ingin lebih
mengerti dengan individu yang lain secara lebih mendalam, sehingga individu
tersebut dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seolah – olah ia adalah individu
yang lain.
5. Bentuk-Bentuk Interaksi
a. Bentuk Interaksi Asosiatif
Asosiatif itu sendiri adalah suatu hubungan yang bersifat positif artinya
hubungan ini dapat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok, seperti :
a). Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan
kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk
kerja sama, yaitu:
- Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara
dua organisasi atau lebih.
- Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan

14
- Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan
yang sama.
b). Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan
kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik.
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
- Coertion, yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
- Compromise yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
- Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri
- Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial
dalam persoalan yang ada.
- Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
- Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam
melakukan pertentangan.
- Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
Bentuk Interaksi Disosiatif
Disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negative, artinya hubungan ini dapat
merenggangkan solidaritas yang terjalin, seperti :
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.
Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan
tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang,
akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau
pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial
yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain
15
disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara
lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan
pertentanfan politik.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Robbins mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan
saling bergantungan, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
Seorang pemimpin kelompok harus dapat mengelola peran anggota dan memahami
kebutuhan anggota kelompok untuk memfasilitasi komunikasi dan produktivitas kelompok
dalam organisasi tersebut sehingga individu tersebut tidak mengganggu produktivitas
kelompok dan efektivitas kelompok meningkat. Didalam interaksi sebuah kelompok akan
muncul konflik akibat dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi dimana
seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya. Namun konflik
dapat diatasi dengan bernegosiasi dengan cara setiap pihak melepaskan salah satu
tuntutannya dan melobi (lobbying) dengan cara mempengaruhi pihak-pihak tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh hasil yang di inginkan pelobi.
Seorang pemimpin sangat berperan penting dalam mengelola sebuah kelompok atau
organisasi. Untuk mengelola kelompok, pemimpin harus mengetahui posisi serta perannnya
didalam kelompok dan dapat menempatkan diri sebagai pemimpin yang memiliki tugas
dalam membantu anggota kelompok untuk mengelola kelompok agar tujuan bersama dapat
tercapai.

B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri. Jika mampu berhasil memimpin dirinya sendiri akan kelak berhasil juga menjadi
pemimpin dari organisasi yang dijalankan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Yesmil.2013.Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: Pt Refedika Aditama.


Baswori.2005.Pengantar Sosiologi.Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia Gunarsa,S.D.Dan
Gunarsa,Y.S.(1995).Psikologi Perawatan,Jakarta : Penerbit

Asamani J.A., Florence N., Adelaide MA. 2015. Leadreship Styles in Nursing Management:
Implikations for Staff Outcomes. Journal of Health Siences. 2016; 6(1) 23-36.

Bowditch, J.L., dan A.F. Buono. 1994. A Primer on Organizing Behavior. New York: Wiley.

Kalean. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Pradigma.
Kaswan. 2013. Leadership And Teamworking. Bandung: Penerbit Alfabeta

Marquis, B.L. & Huston, C. J (2014). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : Teori
dan aplikasi (Ed 4). Jakarta : EGC

Nursalam, M.Nur. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Salemba Medika. Edisi 4. Jakarta Selatan.

Vestal, K.W. 1994. Nursing Management: Control and Issues. Edisi 2. Philadelphia: J.B.
Lippincott.

18

Anda mungkin juga menyukai