DISUSUN OLEH:
Putri Eka Sudiarti: 1721312080
Septa Nelly : 1721312062
MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan seksual terhadap anak sudah terjadi bertahun-tahun dan bentuk-bentuk
kekerasan yang dialami anak-anak di Indonesia sangat beragam dan menakutkan. Data yang
dikumpulkan dan dianalisis Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Komnas Anak, terdapat
21.689.797 kasus pelanggaran Hak Anak. Sedangkan di tahun 2014 saja, pelayanan
pengaduan Komnas Anak sudah menerima laporan 679 kasus, dengan jumlah korban 896
orang anak. Sebanyak 52% adalah kejahatan seksual (Laporan KPAI).
Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya adalah orang yang memiliki
hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga, guru maupun teman sepermainannya
sendiri (Kliegman, 2011). Namun respon anak terhadap kekerasan seksual ini berhubungan
dengan bagaimana anak beradaptasi terhadap tekanan yang ia alami (Alligood, 2014). Model
adaptasi Roy adalah system model yang esensial dan banyak digunakan sebagai falsafah
dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Dalam memenuhi kebutuhannya,
manusia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk
melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah berespon
melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan
rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya (Salbiah, 2010).
Mekanisme koping dalam Roy juga berhubungan beberapa teori perkembangan anak
yang di kemukakan oleh Freud, Erikson Dan Piaget. Hal ini menunjukkan bahwa respon
anak yang adaptif tergantung pada respon masing-masing fase anak menhadapi tekananya
(Papalia & Feldman, 2014).
B. Tujuan
1. Menjelaskan konsep kekerasan pada anak
2. Aplikasi Teori Keperawatan Callista Roy dan Teori Perkembangan pada Anak dengan
Kekerasan Seksual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Aplikasi Teori Keperawatan Callista Roy dan Teori Perkembangan pada Anak dengan
Kekerasan Seksual.
Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai
kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu
dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas
dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi. Teori Roy dikenal dengan ”Model
Adaptasi Roy”. Menurut Roy, adaptasi merupakan suatu proses dari seseorang dalam
berperilaku sebagai individu atau kelompok guna menciptakan lingkungan yang
terintegrasi Skema diatas menunjukkan manusia sebagai sistem adaptasi selalu
mendapatkan input sebagai stimulus untuk melakukan proses kontrol. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang terdiri dari subsistem regulator dan cognator. Subsistem
regulator melakukan koping yang diperlihatkan dalam mode adaptasi fisiologis.
Penghubung sistem regulator adalah proses koping neural, kimia dan endokrin.
Sedangkan subsistem kognator berhubungan dengan fungsi yang lebih tinggi dari otak
yaitu persepsi atau pengolah informasi yang terdiri dari proses perhatian, dan ingatan.
Mekanisme koping kognator diperlihatkan dalam 3 (tiga) mode adaptif, yaitu konsep diri,
interdependen dan fungsi peran. Dalam mempertahankan integritas manusia, regulator
dan cognator sering dianggap berperan bersama-sama (Alligood, 2014).
1. Tingkatan adaptasi pada manusia dikemukan Roy, diantaranya yaitu (Alligood, 2014):
a. Stimuli fokal
Stimulasi fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu. Pada anak dengan
kekerasan seksual, stimulus fokal adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang
terdekat anaka maupun orang yang tidak dekat dengan anak.
b. Stimuli kontekstual
Stimulasi kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur secara subyektif. Stimulus kontekstual pada anak dengan
kekerasan seksual adalah tekanan fisik, psikologis anak dan tekanan psikologis dari
daerah sekitar anak.
c. Stimuli residual
Stimulasi residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada
atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi. Stimuli residual anak dengan kekerasan seksual adalah terjadi
dalam bentuk stigma dari masyarakat yang menambah tekanan psikologis pada
anak.
2. Proses adaptasi yang dikemukakan Roy yaitu (Alligood, 2014):
a. Mekanisme koping
Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme koping bawaan
yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara
genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh.
Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana koping tersebut diperoleh
melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya (Alligood, 2014).
Menurut Piaget anak usia sekolah (7-12 tahun) telah berada pada tahap
Operasional Konkret. Anak mulai berfikir secara logika dan anak juga bisa
mengolah sesuatu dalam memorinya. Mekanisme koping yang baik terjadi pada
anak yang memang memiliki fikiran yang positif dan dapat emngolah dengan baik
apa yang ia alami. Anak yang didukung dengan dukungan orang tua dan mendapat
kasih sayang oleh orang tua akan dapat menhadapi tekanan kekerasan seksual yang
dihadapinya dan bisa terjadi sebaliknya (Papalia & Feldman, 2014).
b. Pengaturan subsistem
Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses
kimiawi dan sistem endokrin. Adanya kemajuan struktur fungsi otak anak
membuat memiliki kemajuan kognitif (Kliegman, 2011). Anak dengan fase
Operasional Konkret dan Operasional menurut Piaget anak telah dapat berfikir
abstrak menghadapi suatu hipetesi dan memikirkan segala kemungkinan yang
terjadi. Perkembangan moral berkaitan dengan kematangan kognitif anakyang
muncul pada tiga tingkat, berubah dari pemikiran yang kaku dan menjadi fleksibel
(Papalia & Feldman, 2014).
c. Cognator subsistem
Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi,
pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.
Menurut lev Vygotsky teori pengolahan informasi melihat individu sebagai pemikir
aktif mengenai dunianya. Selain itu menurut Erikerikson anak usia pubertas keatas
berada pada tahap Identity and Identity Confution, dimana yang akan menentukan
persaan akan dirinya. Regullasi Emosi mengikutsertakan penuh terhadp usaha
control pada anak korban kekrasan seksual (Papalia & Feldman, 2014).
A. Penutup
Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan
seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat,
meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan (Kliegman, 2011). Respon
anak menghadapi kekrasan seksual I ini bisa di pengaruhi oleh koping anak untuk
beradaptasi. Sesuai dengan teori Callista Roy (Alligood, 2014).
Menurut Piaget istilah adaptasi adalah bagaiman anak mengolah informasi baru
dan mereka mengaitkan pada apa yang mereka ketahui. Terdapat proses asimilasi yaitu
mengambil informasi baru dan menggabungkan dengan struktur kognitif yang ada. Selain
asimilasi juga terdapat proses akomodasi yaitu menyesuaikan struktur kognitif yang ada
dengan informasi baru yang diterima. Proses koping anak yang mengalami kekerasan
seksual ini terjadi pada fase Erikerikson pada fase Identity dan Identity Confution (masa
pubertas hingga dewasa muda) dan fase intimacy dan isolation ( masa dewasa muda)
serta fase Operasional Konkret (7-12) dan Operasional (12tahun hingga dewasa)
menurut Piaget (Papalia & Feldman, 2014).
B. Saran
1. Diharapkan makalah ini dapat menjadi manfaat bagi orangtua yang memiliki anak
dengan kekerasan seksual.
2. Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber informasi para tega kesahatan dalam
merawat anak dengan kekerasan seksual.
3. Perlunya dikembangkan lebih spesifik suatu pendekatan Model Adaptasi Roy dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dalam meningkatkan respon adaptif
klien dengan kekerasan seksual.
DAFTAR PUSTAKA