Anda di halaman 1dari 10

KEKERASAN PSIKOLOGIS PADA ANAK DALAM

KELUARGA DAN DAMPAKNYA PADA MASA DEPAN ANAK

Pendahuluan
Anak adalah seseorang yang harus diasuh dan dilindungi. Mengurus
anak bukanlah permasalah yang sederhana saja, maka daripada itu tidaklah
heran kalau orang tua, keluarga maupun juga pengasuh anak kadang merasa
terganggu dengan perilaku anak yang pilih-pilih dan tidaklah terkontrol serta
juga terkadang anak sulit teruntuk bisa memahami siapa diri kita. Kondisi
anak yang demikian terkadang membuat geram orang tua serta juga orang
terdekat si anak. Selain daripada demikian, situasi keuangan keluarga tidak
normal (pengeluaran lebih tinggi dari pendapatan) dan berbagai masalah
orang tua maupun juga pengasuh anak dapat membebani mereka, hingga
dengan tanpa sadar mereka melampiaskan emosi yang ada di dalam dirinya
kepada anak-anak yang tidaklah mengerti ataupun mengetahui apapun.
Realitas yang ada pada saat ini banyak orang tua yang lalai memenuhi
tanggung jawabnya, sehingga banyak anak yang mengalami kekerasan
termasuk kekerasan psikologis. Di negara Indonesia masihlah cukup banyak
terjadinya kasus kekerasan psikologis pada anak usia dini. Baik itu yang ada
di media cetak maupun elektronik, tingkat kekerasan yang terjadi pada anak
usia dini semakin meningkat setiap tahunnya. Terjadi kekerasan terhadap
anak hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tindak kekerasan yang terjadi
pada anak tidaklah cuma terjadi di perkotaan besar namun juga bisa terjadi di
perkotaan kecil maupun pedesaan.
Terdapat beberapa data kasus kekerasan pada anak, di antaranya:
Menurut Ketua Umum Komnas Anak, Sirait (Ferdianto, 2016) berdasarkan
data dan informasi Komnas Anak, kekerasan psikis atau psikologis terjadi
sebanyak 43 kasus (9%) yang terjadi. Lalu "Survei Kekerasan Terhadap Anak
Indonesia 2013" dari Kementerian Sosial memperlihatkan untuk kategori
kekerasan emosional, sebanyak 86,65 persen anak laki-laki dan 96,22 persen
anak perempuan menyatakan pernah mengalaminya. Dari hasil data tersebut
bahwa jelas sekali kekerasan psikologis terjadi cukup banyak dimana yang
melakukan tindakan tersebut justru orang terdekat, yaitu keluarga. Sehingga
ketika seringnya dilakukan kekerasan psikologis pada anak maka akan
diterima secara sosial yang akan berdampak buruk pada masa depan anak
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
1. Kekerasan Psikologis Anak
Kekerasan psikologis ataupun emosional merupakan perbuatan yang
menyebabkan ketakutan, hilangnya rasa yakin diri, hilangnya keahlian
buat bertindak, rasa tidak berdaya maupun penderitaan psikologis erat
pada individu. Kekerasan psikologis juga merupakan seluruh wujud
perbuatan yang bisa mengakibatkan kendala psikologis ataupun kendala
emosional terhadap anak.
1.1 Definisi Kekerasan psikologis
Kekerasan yang cenderung tidak sangat nyata ataupun jelas
semacam kekerasan raga. Kekerasan psikologis merupakan tipe
kekerasan yang berupa tekanan yang bisa merendahkan keahlian
mental ataupun otak.
Menurut Lawson (Huraerah, 2012) kekerasan anak secara
psikis adalah suatu perbuatan berupa pembentakan, pengucapan
kata-kata kasar dan kotor, mempertontonkan buku, gambar dan film
yang berisi tentang pornografi kepada anak. Lalu WHO (Suradi,
2013) menegaskan bahwa kekerasan psikologis ialah segala suatu
hal yang dapat menghambat perkembangan emosi anak.
Menurut dari WHO, kekerasan yang terjadi pada anak ialah
penyalahgunaan maupun eksploitasi anak dalam wujud kerugian
fisik, psikologis, penelantaran, seksual, serta juga eksploitasi
komersial, yang dapat atau tidaklah dapat mempengaruhi kesehatan
manusia, kelangsungan hidup dan martabat manusia dalam
perkembangan mereka.
1.2 Klasifikasi Kekerasan Psikologis Pada Anak
Menurut Azevedo & Viviane (Maknun, 2017), klasifikasi
kekerasan psikologis terhadap anak bisa berbentuk wujud tindakan
ancaman serta teror, tidak hirau (indifference), penghinaan
(humiliation), mengisolasi( isolation), serta penolakan (rejection).
Klasifikasi bentuk-bentuk kekerasan psikologis ada banyak
perbuatan, tetapi klasifikasi kekerasan psikologis terhadap anak
disini berbentuk tindakan pengancaman, pengabaian, pengisolasian,
penghinaan, serta pemaksaan.
Menurut Sinclair (Maknun, 2017) menyatakan bahwasanya
berbagai macam bentuk kekerasan psikis pada anak diklasifikasikan
sebagai berikut: Teror serta Ancaman, Pemaksaan Verbal, Kontrol,
Emosi, Pelecehan serta juga Pengabaian.
Pentingnya Psikologis pada anak yang baik memungkinkan
seorang anak untuk berpikir jernih, berkonsentrasi, berkembang
lebih baik secara sosial dan mempelajari keterampilan baru dengan
lebih mudah. Selain itu, peran orang tua dan teman terdekatnya,
seperti guru dan teman, sama pentingnya dalam membantu anak
mengembangkan kepercayaan diri, harga diri yang tinggi, dan
pandangan hidup yang sehat secara emosional.
Kekerasan psikologis terhadap anak terutama terjadi di rumah
orang tua sendiri, dikarenakan lingkungan belajar pertama dari
seorang anak ialah ada di dalam rumahnya sendiri. (Hidayah, 2015)
menyatakan kekerasan dapat disebabkan oleh pengalaman kekerasan
orang tua di usia muda, sikap agresif pada anggota keluarga yang
lain serta perilaku agresif yang dilakukan kepada seorang anak, dan
juga lingkungan yang mendukung untuk terjadinya tindakan
kekerasan secara berulang.
1.3 Pentingnya Menjaga Psikologis
Menjaga psikologis anak menjadi isu penting yang wajib untuk
diperhatikan oleh orang terdekat anak yaitu, kedua orang tua. Bahwa
psikologis yang baik dan terjaga memberi anak kesempatan untuk
berpikir jernih, berkonsentrasi, berkembang lebih baik secara sosial,
dan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah. Selain itu,
peran orang tua dan orang-orang terdekat, seperti guru dan teman,
penting dalam membantu anak mengembangkan kepercayaan diri,
harga diri yang tinggi, dan pandangan hidup yang sehat secara
psikologis.
2. Penyebab kekerasan psikologis pada anak
Menurut Rusmil (Huraerah, 2012) terdapat bermacam-macam faktor
penyebab terjadinya tindak kekerasan psikologis pada seorang anak, yang
diantaranya sebagai berikut:
1) Anak yang cacat fisik, cacat intelektual, gangguan perilaku, autis,
anak yang terlalu naif, mudah marah, anak yang tidak tahu diri,
Anak berhak bergantung pada orang dewasa. Kondisi ini membuat
seoarang anak menjadi jauh lebih gampang untuk bisa tertipu.
2) Keluarga miskin, penghasilan yang tidaklah mencukupi, orang tua
menganggur, banyak anak. Situasi tersebut menyebabkan banyaknya
tindak kekerasan terhadap anak.
3) Orang tua tunggal ataupun perpecahan keluarga, misalnya
perceraian, ketidakhadiran ibu yang berkepanjangan maupun
keluarga dengan tidaklah memiliki ibu serta ayah yang tidak bisa
menghidupi anak dengan cara finansial.
4) Keluarga yang belumlah dewasa secara rohani (tidak menginginkan
anak), melahirkan anak sebelum menikah.
5) Salah satu maupun kedua dari orang tua yang sedang mengidap
penyakit berat atau gangguan jiwa, misalnya karena gangguan jiwa
dan depresi dalam mengasuh dan mendidik anak.
6) Riwayat penelantaran anak. Orang tua yang mengalami pola asuh
yang salah di masa kecilnya biasanya melakukan kekerasan terhadap
anaknya.
7) Kondisi sosial dan ekologis yang tidak baik , permukiman kumuh,
taman bermain yang terabaikan, ketidakpedulian psikologis anak dan
nilai anak yang buruk.
3. Dampak Pada Kekerasan Psikologis Anak
Dampak kekerasan psikologis tidak kelihatan bentuknya, namun
akibat yang ditimbulkan dari tindak kekerasan psikologis sangatlah
beresiko karena dampak dari perbuatan kekerasan psikologis ini dapat
langsung ke psikologis anak ataupun mental anak. Oleh karena itu
dampak yang bisa terjadi terhadap anak yaitu:
1) Dampak jangka panjang
Dampak kekerasan psikologis jangka panjang, seperti gangguan
kejiwaan atau gangguan emosional, pada anak-anak yang menjadi
korban bisa dilihat pada saat anak telah memasuki umur sekolah,
umur remaja dan umur dewasa. Anak yang berusia sekolah
mempunyai pemikiran yang mulai tumbuh, sehingga akibat yang
ditimbulkan dari kekerasan tersebut akan lebih kompleks. Akibat
kekerasan ini sangat fatal bagi tumbuh kembang intelektual anak.
Bahkan efeknya sendiri mematikan bisa menjadi bunuh diri.
2) Dampak pada inner child
Dampak pada innerchild memiliki efek yaitu merasa bahwa
orang yang mereka ajak berkomunikasi sama dengan orang di masa
lalu yang pernah diperlakukan kekerasan psikologis. Misalnya,
kesulitan berkomunikasi, membuat keputusan atau membentuk
hubungan sosial.
3) Dampak pada pola pikir
Dampak pada pola pikir dapat terjadi ketika pola pikir negatif
membalas dendam karena melakukan hal yang sama kepada orang
lain, kapan mereka dapat mengulangi tindakan yang sama pada
orang lain karena dilecehkan secara psikologis.
4) Dampak pada gangguan emosi
Pada anak yang kerap menemukan perlakuan negatif dari orang
tuanya, maka ini dapat memunculkan gangguan emosi dimana bisa
berbentuk anak yang mengalami kesulitan dalam belajar ataupun
sekolah, sukar bersosialisasi dengan sahabat sebaya atau
lingkungannya, hilangnya rasa percaya diri, ketakutan yang
kelewatan, serta cemas. Apalagi sebagian anak bisa jadi kasar
ataupun berselisih dengan orang dewasa, ataupun menutup diri dari
area sosial/ menghindari pergaulan.
4. Penanganan terhadap kekerasan psikologis pada anak
Dalam menghadapi kekerasan psikologis pada anak diperlukan
penanganan yang dapat mengurangi dampak dari terjadinya kekerasan
psikologis pada anak dalam keluarga. Oleh karena itu penanganan yang
bisa dilakukan, yaitu:
1) Pentingnya Parenting
Banyak contoh anak mengalami kekerasan dan menutup diri
dari semua orang, termasuk orang tua mereka sendiri. Itulah
mengapa penting bagi orang tua untuk mereka memiliki hubungan
yang baik dengan anak-anak mereka, dimana anak-anak dapat
mempercayai orang tua mereka untuk memberi tahu apa yang terjadi
pada mereka. Bercerita merupakan bagian penting dari pembelajaran
anak untuk mengungkapkan perasaannya dan harus dimulai dalam
keluarga. Biasakan bertanya kepada anak anda apa yang terjadi di
sekolah hari ini atau siapa sahabatnya. Juga, tanyakan tentang
keadannya dan kegiatannya apakah menyenangkan atau sebaliknya
karena orang tua yang cerdas memperhatikan perubahan aneh pada
perilaku anak-anak mereka dan dengarkan baik-baik cerita mereka.
2) Mengendalikan emosi
Merupakan penanganan untuk mencegah terjadinya kekerasan
psikologis. Karena awal mulanya terjadi kekerasan ini adalah
disebabkan oleh emosi orang lain yang akhirnya bisa mengakibatkan
kekerasan psikologis. Jadi ketika ada anak yang membuat kita marah
hendaknya tidak melulu di salahkan apalagi melakukan kekerasan
verbal (fisik) atau non verbal.
3) Komunikasi yang baik
Selalu membiasakan komunikasi yang baik dengan anak maka
anak akan terbiasa berkata baik dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman pada orang lain. Orang tua perlu membiasakan
komunikasi terapeutik (komunikasi yang direncanakan dan
dirancang untuk tujuan terapi) dengan anak, terutama saat anak
sedang berusaha menghadapi suatu permasalahan.
4) Peran keluarga yang “sehat” bagi anak
Peran yang “sehat” bagi anak dengan menjaga, mendampingi
dan memberikan rasa aman serta nyaman, menjalin komunikasi
interaktif, dan menciptakan pola pengasuhan yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.
Peran ini sangat penting karena ketika semua anggota
memainkan peran yang sehat dengan anak dan semua orang maka
anak akan terbiasa dengan peran seperti tanggung jawab dan peran
positif lainnya yang ditiru oleh anggota keluarga. Itulah mengapa
penting bagi keluarga memberikan contoh yang baik untuk anak-
anak.
5) Melakukan terapi
Cara ini merupakan cara terakhir setelah cara diatas tidak
berhasil. Umumnya, anak dengan gangguan jiwa menarik diri dari
lingkungan sosial, mudah marah dan sakit hati, memiliki nilai buruk
di sekolah, tidak mau bermain dan bersosialisasi dengan teman lain.
Dengan melakukan terapi ke profesional berguna untuk memantau
kesehatan anak dalam perawatan kesehatan dengan psikolog atau
bahkan psikiater.
Anon. t.t.-a. “Kekerasan Terhadap Anak Yang Dilakukan Oleh Orang Tua (Child
Abuse).”
Anon. t.t.-b. “Kekerasan_terhadap_anak.”
Hidaayah, Nur. t.t. MENCEGAH DAMPAK DARURAT KEKERASAN PADA ANAK
INDONESIA.
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Jl Dewi Sartika Cawang No,
Pusat RI, dan Jakarta Timur. 2013. 83 PROBLEMA DAN SOLUSI STRATEGIS
KEKERASAN TERHADAP ANAK Problema And Strategic Solutions Violence
Against Children Suradi. Vol. 18.
 

Anda mungkin juga menyukai