Anda di halaman 1dari 6

BAB I

1.1 Latar Belakang


Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (Anton Moeliono, tt), bahwa kata pola memiliki arti sebagai berikut yaitu
system sebagai arti cara kerja dan bentuk atau bisa di seut dengan struktur yang tetap.
Sedangkan kata asuh memiliki arti sebagai berikut yakni menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil dan membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) supaya
dapat berdiri sendiri.
Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja atau bentuk
dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil supaya dapat
berdiri sendiri.
Tarsis Tarmudji (2005 : 1) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua merupakan
interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.
Menurut Slavin (dalam Hidayat, 2003) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua
adalah pola perilaku yang digunakan orangtua untuk berhubungan dengan anak-anak.
Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuh merupakan
sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara
orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua
menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan
terhadap anaknya.
Dapat di simpulkan secara umum bahwa, Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara
pendidikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini
adalah pola asuh yang diberikan orangtua/pendidik terhadap anak adalah mengasuh dan
mendidiknya penuh pengertian. Dan yang mempengaruhi pola asuh yang diberikan
orangtua atau pendidik adalah lingkungan sosial internal dan eksternal.
Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar dan
halus, perkembangan bahasa dan kemampuan sosial anak. Salah satu fase tumbuh
kembang pada anak memiliki ciri dan tugas perkembangan seperti ketrampilan motorik
kasar, motorik halus, kemampuan bahasa dan sosial. Kemampuan tersebut tergambarkan
dari tingkah laku anak seperti keinginan untuk bermain, rasa ingin berpetualang
menjelajah dunia luar, dan berimajinasi menciptakan suatu tingkah laku.
Pola pengasuhan anak secara tradisional menganggap bahwa ibu sebagai pengasuh
utama. Peran ibu adalah menghabiskan waktu untuk mengasuh anak di rumah secara
eksklusif. Peran wanita dalam lingkungan keluarga sangat fundamental, wanita ibarat
lembaga pendidikan bagi seorang anak. Namun dengan berkembangnya zaman banyak
wanita ikut berlomba dengan lakilaki untuk mendapat kemajuan dalam bidang ekonomi,
sosial, industri dan ilmu.
Peran ganda sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga mengakibatkan tuntutan yang
lebih dari biasanya terhadap wanita. Fenomena wanita karir yang sibuk dengan tekanan
pekerjaan dari atasan maupun dari lingkungan pekerjaan, jarak dan waktu kerja dan
pergaulan menciptakan dilema bagi wanita karir untuk memutuskan apakah harus tetap
berkarir atau berhenti bekerja. Terlebih lagi ketika situasi tersebut membuat hubungan
dengan keluarga semakin jauh dan tidak terurus.
Tuntutan dan standar layanan yang harus diberikan oleh seorang wanita karir yang
notabenenya memiliki peran ganda yaitu sebagai wanita karir di satu sisi dan sebagai ibu
rumah tangga di sisi lain, menyebabkan perannya sebagai ibu rumah tangga menjadi
terabaikan.
Hak-hak anak menjadi problem hereditas untuk tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa. Selain itu, hak asuh anak menjadi terabaikan, bahkan seringkali dieliminir
melalui sistem baby sitter, titip pada kakek/nenek, tetangga, playgroup atau tempat
penitipan anak. Pada posisi ini pula nilai-nilai kesantunan, keibuan, belai kasih ibu
sebagai orang tua yang melahirkan sirna pada masa pertumbuhan.
perkembangan anak tidak lepas dari peran penting orang tua, dimana orang tua
bertanggung jawab dalam segala hal terutama peran seorang ibu dalam mengasuh dan
mendidik karena ibu sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Ketika ibu bekerja
memiliki dampak negatif dan dampak positif terhadap perkembangan anak. Dampak
negatif dari ibu yang bekerja adalah kehadiran ibu dalam kehidupan sehari–hari sang
anak lebih sedikit, sehingga kesempatan ibu untuk memberikan motivasi dan stimulasi
dalam anak melakukan tugas-tugas perkembangan motorik menjadi terbatas. Dampak
positif dari ibu bekerja terhadap perkembangan anak dapat dilihat dari efek yang didapat
apabila anak memiliki interaksi sosial yang baik, perkembangan kognitif yang pesat, serta
fisik yang lebih aktif.
Kedekatan anak sangat penting bagi perkembangan, khususnya kedekatan rasa aman
karena rasa aman yang diberikan orang tua kepada anak menjadi pondasi yang
mendukung perkembangan sosiemosional yang sehat untuk tahun-tahun mendatang. Pada
usia prasekolah (3-5 tahun), orang tua harus mengetahui tingkah laku yang sangat
beragam seperti, agresif, banyak kemauan dan lain-lain. Apabila orang tua salah
menyikapinya, maka akan berdampak tidak baik dalam perkembangan selanjutnya. Pada
usia tersebut, anak juga cenderung meniru siapapun dan apa pun yang dilakukan orang
tuanya, ini yang disebut dengan proses identifikasi. Pada proses ini karakter anak
terbentuk lebih banyak dari petunjuk orang tua, sedangkan pada usia 4-5 tahun
perkembangan yang paling menoniol adalah keterampilan motorik. Perkembangan
motorik sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik.
Pola asuh ini dapat menentukan sikap anak di masa yang akan nanti. Kebiasaan
kebiasaan yang tertanam sejak kecil, yang di ajarkan oleh orangtua maupun mengamati
dari pola lingkungan hidupnya itu akan di bawa oleh anak saat dewasa, baik itu hal positif
maupun hal negatif. Pola asuh juga dapat mempengaruhi dampak psikologis anak,
dimana anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian ceria, murung,
penyendiri, pemalu dan sebagainya.
Sebelum mengetahui apa itu psikologis, penting mengetahui apa itu psikologi.
Psikologi bermula dari konsep sederhana yang kemudian terus dikembangkan dengan
pemikiran kritis oleh para ahli psikolog, hingga dikenal sampai sekarang ini. Psikologi
kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan
dan respon tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Berbagai macam pendapat ahli
bermunculan di jamannya, sebagai suatu proses penyempurnaan konsep psikologi itu
sendiri, hingga disepakati dan memiliki makna yang relevan. Sejarah perkembangan
psikologi dibagi menjadi beberapa periode jaman dari mulai pra berdirinnya psikologi
hingga psikologi seperti yang dikenal saat ini. Adapun pengertian tentang psikologi dari
beberapa ahli :
 Menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat jiwa dan mempelajari proses dari awal hingga akhir.
 Menurut Wilhem Wundt psikologi adalah ilmu yang tidak hanya mempelajari
tentang hakikat jiwa saja, tetapi juga mempelajari tentang pengalaman-
pengalaman yang dirasakan dan yang timbul. Nah, bisa jadi kamu juga merasakan
hal yang sama. Misalnya kamu menciptakan perasaan cinta, munculnya rasa benci
dan semacamnya. Atau bentuk perasaan lain yang ditimbulkan, seperti keingingan,
perasaan panca indra dan pikiran-pikiran.
 Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa mengajartikan psikologi sebaagi ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia. Meskipun singkat, dalam tulisanya pun juga
memaparkan banyak perspektif juga.
Jadi secara umum Psikologi adalah studi tentang pikiran dan perilaku. Ilmu psikologi
berfokus pada studi tentang pikiran, cara kerjanya, dan bagaimana hal itu memengaruhi
perilaku perilaku manusia.
Dari sisi kesehatan pun, masalah psikologi atau gangguan terkait kepribadian bisa
muncul akibat kondisi penyakit tertentu. Ini juga berlaku sebaliknya, beberapa perilaku
manusia juga bisa memengaruhi kesehatan. Oleh karena itu, memahami lebih dalam
mengenai psikologi adalah hal yang penting untuk dilakukan untuk meraih kesehatan
mental anak dan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.
Banyak teori psikologi didasarkan pada pengamatan perilaku manusia. Proses
berpikir, emosi, ingatan, mimpi, persepsi, dan sebagainya tidak dapat dilihat secara fisik,
seperti ruam kulit atau cacat jantung. Ini membuat sebuah pikiran dan perilaku sangatlah
kompleks. Kondisi yang berhubungan dengan psikologi bisa sulit diobati.
Dapat di simpulkan kondisi psikologis adalah kondisi yang bisa memengaruhi
kehidupan sehari-hari seorang individu. Terkadang, kondisi psikologis seseorang bisa
terganggu. Kondisi inilah yang disebut dengan gangguan psikologis atau gangguan
mental.
Gangguan psikologis adalah gangguan yang tak boleh diabaikan sama seperti
penyakit fisik seperti jantung atau kanker. Psikologis adalah bagian dari manusia yang
memengaruhi emosi, pikiran, hingga cara kerja otak. Kondisi psikologis adalah kondisi
yang harus ditangani oleh psikolog dan psikiater. Psikologis adalah bagian yang sangat
terkait dengan kesehatan mental. Berikut ulasan mengenai psikologis dan gangguan apa
saja yang bisa memengaruhi psikologis.
Gangguan psikologis ini ada berbagai macam jenisnya seperti Depresi, Bipolar,
Anorexia nervosa, Bulimia nervosa, Pica, Gangguan kecemasan, Skizofrenia, dan masih
banyak lainnya. Hal hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor mulai dari trauma,
kondisi lingkungan sosialnya, pola asuh atau didikan yang di berikan, dan banyak lagi
lainnya.
Prevalensi ADHD (Atttention Deficit Hyperactive Disorder) menurut Biro Sensus
Amerika Serikat memperkirakan 7,2% anak berusia 5–19 di seluruh dunia pada tahun
2013 memiliki GPPH (CHDAA The National Resource on ADHD, 2015). Menurut
Frieden dan Rothwell (2015, h157) di America Serikat sekitar 10,2% anak usia 5–17
tahun telah terdiagnosa ADHD, dengan prevalensi sebesar 14,1% pada anak laki-laki dan
6,2% pada anak perempuan tahun 2012-2014. Kejadian GPPH di Indonesia belum ada
data nasional yang pasti karena belum banyak penelitian yang dilakukan. Seotjiningsih
(2015, h416) memaparkan prevalensi GPPH sebesar 4%12% dan masing-masing terdiri
dari 9,2% laki-laki dan 2,9% perempuan.
Permasalahan yang sering ditemui pada perkembangan anak antara lain adalah anak
yang sulit berbicara seperti gagap atau mengalami keterlambatan bahasa, anak yang takut
bertemu dengan orang asing, antisosial, lambat belajar, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian. Penanganan dan menganalisis kebutuhan emosi anak usia prasekolah
diperlukan deteksi dini tumbuh kembang. Melalui deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-
masa kritis proses tumbuh kembang.
Gangguan perilaku merupakan diagnosis psikiatri yang sering ditemukan pada anak
dan remaja. Anak laki-laki lebih banyak menderita gangguan perilaku daripada
perempuan. Ciri-ciri gangguan perilaku dibagi menjadi dua bagian yaitu Internalizing
Behavior dan Externalizing Behavior. Internalizing Behavior berupa penolakan social,
kecemasan dan depresi. Externalizing Behavior berupa agresif, melanggar aturan dan
hiperaktivitas. Setiap Negara punya cara unik dan khas dalam hal pengasuhan anak
karena memang pola asuh anak erat kaitannya dengan budaya setempat. Psikolog social
susan Newman, penulis buku The Case For The Only Child. Mengatakan, setiap pola
asuh yang dipengaruhi budaya masing-masing bangsa punya sisi positif dan negative.
Penelitian di atas membuktikan bahwa keberhasilan perkembangan anak tergantung
pada pola asuh orang tua, oleh karena itu orang tua diharapkan memberikan perhatian
pada anaknya secara optimal. Anak yang sejak usia dini memiliki kedekatan dengan
orang tua cenderung berkembang menjadi anak yang ramah, mandiri, mudah beradaptasi
dan percaya diri sebaliknya anak yang pada usia dini tidak memiliki kedekatan erat
dengan orang tua menjadi individu yang tidak dewasa, manja dan rentan terhadap prilaku
disruptif atau agresif dalam fase perkembangan berikutnya. Pada anak ADHD pola asuh
oran tua diharapkan memberikan penerapan disiplin yang keras, tidak diperbolehkan ada
tekanan yang berat dari orang tua, respon guru terhadap perilaku anak yang rendah,
lingkungan tempat tinggal juga sangat mempengaruhi.
Berdasarkan latar belakang di atas, pola asuh orang tua menjadi faktor dominan dalam
pembentukan mental emosional anak dan perilaku anak. Oleh karena itu saya tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Pola Asuh Terhadap Anak Dan
Dampak Psikologisnya”

1.2 Tujuan Penelitian


Dalam pembuatan makalah ini saya memiliki tujuan yaitu membandingkan kualitas
pola asuh beberapa orangtua kepada anak, yang saya ambil dari sumber penelitian orang
orang yang sudah melakukan percobaan terhadap beberada anak anak yang ada.
Disini saya hanya akan mengembangkan, memperjelas, serta memberikan simpulan
tentang fakta fakta yang saya peroleh dari pengamatan ini. Disini saya juga ingin
mengingatkan kepada para orang tua maupun semua orang dalam mengasuh anak itu
perlu memperhatikan dari segala aspek aspek yang ada. Dimana hal tersebut mungkin
kecil bagi kalian para orang tua tetapi hal tersebut berdampak besar bagi kehidupan sang
anak.
Dalam kehidupan sehari hari tentu kita bisa melihat secara langsung akan perbedaan
pola asuh yang di berikan oleh para orangtua di setiap keluarga. Contoh saja pola asuh
antara abak yang berkecukupan bahkan selalu di manja oleh orang tuanya dengan anak
yang selalu di paksa bekerja karena keadaaan ekonomi bahkan sempat di pukuli.
Dapat terlihat jelas bukan perbedaannya? Tentu anak pertama akan memiliki sifat
manja dimana ketergantungan akan bantuan orang tua dan juga akan mengurangi rasa
kemandirian dalam anak tersebut. Sedangkan anak yang kedua tentu akan memiliki rasa
yang sedih berkelanjutan, memungkinkan juga mempunyai sifat iri terhadap anak yang
berkecukupan atau dendan terhadap orang tuanya.
Hal ini lah yang perlu di waspadai saat anak sudah kehilangan rasa kemanusiaannya
(anak menjadi pendendam). Anak akan menutup hatinya dari orang orang hingga ia
menjadi anak yang penyendiri, pemurung, dan mudah dendam terhadap orang orang. Tak
sedikit kasus yang berisikan tentang orang orang yang menjadi pembunuh atau profesi
keji lainnya, karena di latar belakangi faktor keluarganya.
Karena masih banyak orang tua ataupun pengasuh yang tidak terlalu memperhatikan
hal kecil bahkan mengabaikan anak. Hal yang kita lakukan pasti akan di serap oleh anak,
yang dimana kita juga perlu memperhatikan apa yang kita lakukan akankah di serap
sebagai hal yang positif atau sebagai hal yang negative oleh anak anak.
Maka dapat di simpulkan kembali tujuan makalah ini ialah :
 Dapat menyadarkan para orang tua maupun para pengasuh dalam mendidik anak
yang benar.
 Mengajarkan pola asuh yang baik terhadap anak, agar anak mau terbuka dan lebih
dekat.
 Mengurangi tingkat gangguan psikologis terhadap anak anak, terutama terhadap
anak yang di bawah umur 12 tahun.
 Memerhatikan tentang keingiinan dan mimpi anak, dimana para orang tua harus
mendukung mimpi anak.
 Mengembangkan bakat anak, para orang tua tidak boleh mengancam atau
menuntut anak sesuai keinginan kalian. Karena anak pun memiliki bakat masing
masing dan tidak segala sesuatu dapat di paksakan sesuai kehendak para orangtua.
 Mengurangi Tindakan kriminalitas terhadaap anak anak di bawah umur.

Anda mungkin juga menyukai