Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Psiklogi pendidikan adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi
mengandung pengertian studi tentang proses mental dan perilaku atau mengenai
fenomena persepsi, kognisi, emosi, kepribadian, perilaku dan hubungan interpersonal.
Psikologi juga mengenai berbagai aktivitas manusia, mencangkup kehidupan sehari
hari seperti kehidupan keluarga, pendidikan dan ketenagakerjaan dan perawatan
permasalahan kesehatan mental. Tujuan psikologi adalah mendeskripsikan,
menjelaskan, memprediksi dan mengontrol perilaku manusia. Aplikasi dari tujuan dan
pentingnya psikologi yaitu untuk memperbaiki kualitas hidup manusia.
Psikologi pendidikan adalah hal penting yang memberikan kontribusi terhadap
pendidikan dalam memahami makna pembelajaran, peserta didik, poses belajar,
strategi pembelajaran. Prioritas utama dalam psikologi pendidikan adalah memahami
proses belajar dan pembelajaran, prosedur dan strategi siswa memperoleh informasi
baru, penjelasan teoritis tentang perilaku belajar yang dapat diaplikasikan dalam
praktik pembelajaran di kelas, dan anlisis kognitif tentang pembelajaran. Persoalan
psikologi pendidikan yang menjadi fokus utama adalah peserta didik, yakni sifat-sifat
psikologi yang ada pada peserta didik dalam proses pendidikan.
Psikologi pendidikan burupaya meletakkan dasar-dasar kepribadian
bedasarkan pada konsep kematangan, perbedaan-perbedaan individual, hereditas, dan
faktor lingkungan termasuk lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Psikologi
pendidikan berfungsi sebagai alat bantu untuk menciptakan kehidupan yang lebih
sehat, damai dan sejahtera.
BAB II PERKEMBANGAN INDIVIDU

A. Teori-Teori Perkembangan
Pada hakikatnya perkembangan mengandung makna perubahan dari waktu ke
waktu, suatu proses ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Pendapat tentang
faktor perkembangan yang bermacam-macam itu berawal pada pendirian masing-
masing ahli. Secara umum, pendapat-pendapat itu mencakup teori psikodinamika,
teori yang berorientasi biologis, konsep yang berorientasi faktor lingkungan, teori
interaksionisme.
Teori psikodinamika Sigmund Freud atau teori psikoanalitik perpandangan
bahwa seorang anak yang terlahir memiliki dua kekuatan biologik, yaitu libido
dan nafsu mati. Kedua kekuatan tersebut melalui proses konsentrasi energi psikis
terhadap suatu objek. Struktur anak pada waktu dilahirkan adalah das es atau
kepribadian yang asli dan sudah ada sejak lahir yang mendorong anak untuk
memuaskan nafsu-nafsunya. Karena pengauh lingkungan maka menimbulkan
struktur das ich atau ego yang berfungsi sebagai penentu diri terhadap dunia luar
maupun terhadap das es. Karena pengaruh lingkungan pula, termasuk orang tua,
maka terbentuklah das uber ich atau super ego yang berfungsi mengatur perilaku
das ich dan tuntunan-tuntunan yang bersumber dari das es. Apabila das ich tidak
berhasil menengahi das es dan uber ich, maka nafsu-nafsu yang berasal dari das
es ditekan secara tidak sadar.
Teori yang berorientasi biologis menitikberatkan pengaruh faktor keturunan,
termasuk faktor bakat atau keadaan psikofisik ysng dibawa sejak lahir.
Perkembangan bersifat endogen yaitu perkembangan itu tidak hanya secara
spontan saja, melainkan sebagai pemekaran predisposisi yang sudah ditentukan
secara biologis. Sebagai contoh konsep biologis mengidentifikasi perilaku agresi
dan kekerasan berdasarkan mekanisme biologis yang spesifik. Pendekatan
menjelaskan secara fisiologis khususnya bagian-bagian spesifik otak dan
hormonal sebagai pemicu perilaku kekerasan. Menurut Tedeschi dan Felson
komposisi genetik individu menjadi predisposisi bentuk-bentuk perilaku khusus.
Secara normal setiap individu memiliki 46 kromosom, yaitu kromosom XX
untuk wanita dan XY untuk pria. Abnormalitas kromosm XYY akan berpengaruh
terhadap perilaku agresi dan akan menunjukkan karakteristik permasalahan
perilaku pada masa kanak-kanak.
Konsep yang berorientasi faktor lingkungan yaitu konsep yang bersal dari
pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak, termasuk konsep-konsep
belajar dan konsep-konsep mengenai sosialisasi yang bersifat sosiologis. Konsep
belajar sosial memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan atas perilaku
seseorang dalam potensi yang bersifat relatif tetap dan tidak disebabkan oleh
pertumbuhan. Menurut konsep ini, potensi untuk berperilaku tidak tergantung
pada perubahan-perubahan spontan pada struktur diri organisme, melainkan
tergantung pada apa yang dipelajari dengan tepat. Ahli-ahli konsep belajar sosial
sangat optimis dan percaya bahwa faktor utama perkembangan bersumber dari
pengalaman. Anak-anak memperoleh perilaku baru dan memodifikasi perilaku-
perilaku sebelumnya berdasar pengaruh lingkungan fisik dan sosialnya.
Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku.
Teori interaksionisme atau teori perkembangan kognitif Piagnet
mementingkan perkembangan intelektual dan moral. Piaget memandang
perkembangan sebagai kelanjutan genesaembrio. Proses perkembangan melalui
stadium-stadium perekembangan dipengaruhi oleh berbagai macam fakor,
diantaranya faktor kematangan, pengalaman, transmisi sosial, dan interaksi
diantara semua faktor-faktor tersebut. Kematangan mengacu pada keadaan
biologis individu yang berinteraksi dengan faktor genetik dan keadaan
lingkungan sosial.

B. Tahap-tahap Perkembangan
Perkembangan setiap individu merupakan perubahan secara beratur, sesuai
dengan tingkat usia, potensi, kuantitas, dan kualitas rangsangan yang di dapat
dalam lingkungannya.
Erickson membedakan tahap perkembangan manusia atas 8 tahap, perrtama
perkembangan pada masa bayi (infancy) pada usia 0-1 tahun. Pada awal pertama
kehidupan, bayi sangat tergantung pada dunia luar terutama kepada orang tua atau
pengasuh dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan fisik, kehangatan,
dan afeksi. Jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara konsisten dan
mendapat respons positif dari orang tua, bayi akan mengalami perkembangan
kedekatan dengan orang tua, juga memdapatkan pengalaman belajar tentang
kepercayaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Kedua, perkembangan pada masa prasekolah (toddler), pada usia 2-6 tahun,
terjadi kerisis otonomi atau independensi melawan rasa malu. Pada tahap inilah
bayi belajar jalan, berbicara, menggunakan toilet dan percaya diri. Jika orang tua
memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan inisiatif dan
memahami anak ketika anak melakukan kesalahan. Maka anak akan berkembang
kepercayaan dirinya dalam mengatasi masalah, kontrol diri dan independensi.
Sebaliknya jika orang tua menentang tindakan independensi anak maka akan
berkembang perilaku negatif seperti rasa malu dan ragu ragu tentang
kemampuannya.
Ketiga, perkembangan pada masa anak anak yaitu pada usia 2-6 tahun. Krisis
yang terjadi adalah inisiatif melawan rasa bersalah. Anak anak menunjukkan
kemampuan dan keterampilan motorik dan menjadi lebih tertarik dalam interaksi
sosial dengan orang orang disekitar.
Keempat, perkembangan pada masa sekolah yaitu usia 6-12 tahun.krisis yang
terjadi adalah kompetensi melawan rendah diri. Sekolah adalah peristiwa penting,
maka anak belajar mengambil keputusan, memperoleh keterampilan pada bidang
tertentu serta pengembangan potensi dasar. Pada masa ini anak mengalami
transisi antara lingkungan keluarga dan pergaulan dengan teman sebaya.
Kelima, perkembangan pada masa remaja, yaitu pada usia 12-18 tahun. Krisis
yang terjadi adalah identitas melawan kebingungan peran. Pada masa inilah
remaja mempertanyakan “siapa saya”. Erickson menyatakan remaja mesti bebas
dari rasa konflik dalam berbagai hal, adanya peluang untuk mengembangkan
kepercayaan diri, independensi, kompetensi dan kontrol diri.
Keenam, masa dewasa yaitu usia 19-40 tahun. Karakteristik periode ini adlah
keintiman dan isolasi. Faktor penting adalah cinta dan kasih sayang dalam
menjalin persahabatan. Individu yang tidak sukses dalam mencapai keakraban
cenderung terisolasi, khawatir dalam melakukan komitmen dan menunjukkan
sifat tergantung.
Ketujuh, tahap dewasa pertengahan yaitu pada usia 40-65 tahun. Pada tahap
ini adalah krisis kebangkitan dan stagnasi. Erickson mendeskripsikan bahwa
generasivitas mengacu pada kemampuan orang dewasa untuk melihat hal-hal
ddiluar dirinya. Sebagai contoh, membina keluarga. Erickson mengatakan bahwa
orang orang dewasa memerrlukan kehaddiran seorang anak, begitupun
sebaliknya. Tahap ini menggambarkan kebutuhan untuk menciptakan sesuatu
untuk warisan kehidupan masa depan.
Kedelapan, masa dewasa akhir yaitu usia lebih dari 65 tahun. Krisis integritas
dan putus asa. Menurut Erickson pada usia ini seseorang akan ditanddai ddengan
perannya dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera, ada perasaan
aman dan tentram.

C. Tugas-tugas Perkembangan Secara Umum


Perkembangan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih maju.
Perubahan tersebut adalah perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik yang ditunjang oleh faktor lingkungan
dan proses belajar. Perkembangan fisik berkaitan dengan perubahan fiik,
sedangkan perkembangan psikis berkaitan dengan perkembangan sosial,
emosional, intelektual dan spiritual.
Pakar psikologi perkembangan Indonesia, Nuryato menggolongkan fase-fase
kehidupan manusia dalam 3 kategori, pertama fase progresif yaitu umur 0-25
tahun. Pada fase ini individu akan tumbuh dan berkembang dalam segi fisik,
psikis, maupun sosial dari kondisi yang sangat sederhana menuju kearah yang
sempurna. Kedua, fase statis yaitu umur 25-50 tahun. Pada fase ini individu telah
mencapai kematangan perkembangan secara menyeluruh dan sempurna. Pada
fase ini, seseorang telah bekerja dan berkeluarga sehingga tanggung jawabnya
meningkat. Setiap individu juga berusaha untuk meningkatkan dirinya sehingga
prestasi kerja dan kariernya meningkat. Ketiga, fase regresif yaitu usia lebih dari
50 tahun. Pada tingkat usia ini biasanya seseorang mengalami kemunduran,
khususnya kemampuan fisik. Kemunduran fisik pada umumnya tidak secara
drastis, sedangkan kemampuan psikis bagi sebagian mungkin masih meningkat
atau dipertahankan
BAB III PERKEMBANGAN REMAJA

A. Perkembangan Remaja Secara Umum


Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda dengan mengenai kapan
masa remaja itu berlangsung, karena perkembangan manusia itu bersifat individual,
ada yang berkembang cepat dan ada pula yang lambat. Dengan demikian, batasan
umur bersifat flaksibel artinya dapat maju atau mundur sesuai dengan kecepatan
perkembangan masing-masing individu.
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda karena disebabkan perbedaan
subjekdan variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan, termasuk
perbedaan latar budaya, pengasuh, keadaan sosial ekonomi dan latar pendidikan
orang tua, media, perbedaan individual dan ciri-ciri kepribaddian yang lainnya.
Bahkan Cole mengatakan terdapat perbedaan masa perkembangan remaja menurut
jenis kelamin.
Pada periode transisi, tidak jarang anak-anak mengalami kesulitan untuk
mencapai keberhasilan memasuki masa dewasa. Keniston menyatakan bahwa
transisi yang diikuti dengan adanya perubahan-perubahan selalu menimbulkan
kesulitan atau masalah. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam masa transisi
sangat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing individu, tuntutan masyarakat dan
lingkungan tempat remaja. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam
perkembangan remaja diantaranya adalah masa transisi yang berlansung cepat,
lamanya massa transisi, latihan yang teputus, tingkat ketergantungan, status yang
tidak jelas, tuntutan yang menimbulkan konflik, tingkat realisme.
Pada masa transisi, remaja dalam kondisi tidak stabil. Ada perasaan tidak
aman karena harus mengubah pola tingkah laku anak-anak ke dewasa. Emosi yang
tidak stabil dapat mendatangkan perasaan tidak bahagia. Munculnya perasaan tidak
bahagia dapat disebabkan oleh kegagalan hubungan heteroseksual, idealisme yang
berlebihan, tekanan sosial, problem penyesuaian, dan ketidakpuasan dalam
pemenuhan kebutuhan remaja.

B. Perkembangan Fisik
Perubahan fisik sudah dimulai pada masa praremaja dan terjadi secara cepat
pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan
dan remaja akhir. Menurut cole perkembangan fisik merupakan dasar perkembangan
dari aspek lain mencakup perkembangan psikis dan sosial. Pada masa remaja akan
terjadi kematangan seksual yang akan ditandai dengan mulai berfungsinya hormon
seksual menurut Dusek ialah:
a. Fungsi morfogenesis, yaitu hormon seksual memengaruhi pembentukan struktur
dan bentuk tubuh seseorang.
b. Fungsi integrasi, yaitu hormon seksual yang memengaruhi hormon fungsi
insting dan pola tingkah laku sesuai dengan spesiesnya.
c. Fungsi regulasi, yaitu hormon seksual merupakan bagian dari organisme yang
harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan diri dalam situasi apapun.

Beberapa faktor yang mempengaruhi datangnya kematangan seksual,


diantaranya ialah keturunan, inteligensi, kesehatan, gizi, status sosial ekonomi
keluarga, ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Penyimpangan yang mungkin terjaddi
pada proses kematangan seksual yang dialami remaja adalah jika terjadi terlalu awl
atau terlalu lambat. Keduanya mempunyai akibat yang tidak sama pada remaja laki-
laki dan remaja perempuan.

Kemasakan fisik remaja perempuan biasanya lebih cepat sekitar dua tahun
dibanding remaja laki-laki. Mengingat kemasakan fisik merupakan dasar bagi
perkembaangan aspek-aspek yang lain, maka anak perempuan juga akan mengalami
kematangan psikis dan sosial lebih awal dari pada remaja laki-laki.

C. Perkembangan Kognitif
Piaget menjelskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekitar usia
11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan
berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasar pengalaman
langsung. Struktur kognitif anak mencapai kematangan pada tahap ini. Potensi
kualitas penalaran dan berfikir berkembang secara maksimum. Remaja yang sudah
mencapai pekembngan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan
struktural kognitif seperti orang dewasa. Namun, hal ini tidak berarti bahwa
pemikiran remaja dengan penalaran formal sama baiknya dengan pemikiran aktual
orang dewasa karena hanya secara potensial sudah tercapai.
Setelah berkembangnya operasi formal, perubahan penalaran lebih bersifat
kuantitatif. Kualitas penalaran tidak banyak perubahan pada tahap ini.
Perkembangan kuantitatif ini bertitik tolak pada struktur operasi logis, tetapi hal ini
tidak berarti bahwa pemikiran kualitatif tidak mendukung setelah masa remaja.
Secara fungsional, pemikiran formal sama dengan pemikiran konkret. Kedduanya
bekerja atas dasar operasi logis. Perbedaan utama hanya terletak pada aplikasi dan
jenis operasi logis. Pemikiran konkret terbatas pada persoalan-persoalan yang
konkret. Anak dengan kemampuan operasi konkret tidak dapat mengatasi persoalan
verbal yang kompleks, trmasuk persoalan-persoalan hipotesis atau prediksi jauh
kedepan.

D. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif.
Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam khidupan dan dalam
berhubungan dengan orang lain. Keseimbangan di antara ketiga ranah psikologis
sangat dibutuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan
stimulus yang dihadapinya.
Prawitasari mengembangkan alat ungkap emosi dasar manusia berupa foto-
foto berbgai ekspresi wajah dari berbagai model. Berdasar hasil penelitian tersebut ia
mengungkap enam emosi dasar manusia, yaitu senang, sedih, terkejut, jijik, marah,
takut, dan malu. Sedangkan menurut Hurlock, pakar psikologi perkembangan
lainnya Nuryoto mengemukakan bahwa emosi dasar manusia terdiri atas tiga
katagori utama,yaitu marrah, senang dan takut. Emosi-emosi asar tersebut sudah
dimiliki manusia sejak bayi, kemudian berkembang bersamaan dengan pertumbuhan
fisik.
Pada masa remaja, ekspresi emosi yang tampak kadang-kadang tidak
menunjukkan emosi yang sebenarnya, semisal orang marah belum tentu mengamuk,
justru sebaliknya dia hanya diam seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat
individualis atau subjektif, tergantung pada kondisi pribaddi msing-masing.
Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk meningkatnya emosi
yaitu kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi dari
meningkatnya emosi adalah sikap bingung, emosi yang meledak-ledak, suka
berkelahi, tidak nafsu makan. Sedangkan ekspresi yang menonjol pada remaja
adalah khawatir,cemas, jengkel, frustasi, cemburu, iri, rasa ingin tahu, rasa kasih
sayang dan perasaan bahagia.
E. Perkembangan Moral
Kohlberg, ahli psikologi perkembangan moral dan tokoh pengembang teori Piaget,
mengidentifikasikan isu dilema moral remaja yang dapat menimbulkan konflik,
ermasuk hukuman, properti, afiliasi, otoritas, watak, aturan-aturan, kesepakatan,
kebenaran, kebebasan,kehidupan dan seks. Menurut kohlberg Tahap-tahap
perkembangan moral adalah
1. Tahap prakonvensional. Karakteristik perkembangan moralnya adalah ketaatan
terhadap hukum yaitu berupaya untuk menghindari hukum dan intrumental yaitu
aku akan melakukan itu jika kamu melakukan sesuatu untuk aku.
2. Tahap konvensional. Krakteristik perkembangan moralnya adalah persetujuan
interpersonal yaitu aku akan mlakukan itu dengan baik, dan kumu juga
melakukannya, sebagaimanaa aku melakukannya, kemudian hukum dan aturan
yaitu saya akan melakukan itu, disebabkan itu adalah hukum.
3. Tahap postkonvensional. Karakteristik perkembangan moralnya adalah kontrak
sosial, yaitu saya akan melakukan itu sebab hal itu adalah yang terbaik untuk
semua orang dan etika univrsal, yaitu aku akan melakukan itu sebab adalah hal
atau kebenaran yang bersifat universal.

F. Perkembangan Sosial
BAB IV

PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL DALAM PAUD

A. Pengantar
Usia dini yaitu usia 0-6 tahun merupakan masa penting dalam pembentukan
pribadi seorang anak, baik segi intelektual, kepribadian, kesehatan maupun dari
segi psikososialnya. Perkembangan yang baik tergantung pada beberapa aspek
diantaranya dukungan gizi, kesehatan, stimulassi psikososial yang cukup pada saat
pertumbuhan dan perkembangan di usia dini.
Keluarga adalah pendukung utama nilai-nilai kearifan lokal terutama dalam
mengasuh anak. Didalam keluarga anak merupakan pusat perhatian, bahkan
semenjak masih dalam kandungan. Oleh sebab itu orang tua harus memperhatikan
dalam mengasuh anak.
B. Konsep Pengasuhan Secara Umum
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi anak. Melalui
proses interaksi antara anak dan orang tua terbentuklah sikap dan perilaku masing-
masing pihak, anak mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya,
beegitupun sebaliknya.
Pengasuhan orang tua sebagai suatu mekanisme yang secra langsung
membentuk anak mencapai tujuan sosialisasi dan secara tidak langsung
memengaruhi internlisasi nilai-nilai sehingga anak lebih terbuka terhadap upaya
sosialisasi melalui berbagai bentuk kompetensi interaksi sosial. Pengasuhan orang
tua memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh berbagai bentuk
keterampilan melalui eksplanasi, dorongan dan diskusi serta adanya pengakuan
dari pihak orang tua.
Pengawasan terhadap anak dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Pemantauan langsung dapat dilakukan dengan mengamati secara aktif
keberadaan dan aktivitass anak setiap saat atau secara periodikddisekolah maupun
diluar sekolah. Pemantauan secara tidak langsung ini memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perkembangan kelekatan emosional antar-anggota keluarga.
Bertukarnya informasi dan pengalaman dapat menciptakan dan mengembangkan
rasa kasih sayang dan kehangatan antar-anggota keluarga. Keterlibatan anak
dalam pertukaran informasi dan pengalaman merupakan faktor penting dalam
memperkenakan secara efektif tentang pentingnya nilai-nilai, keterampilan serta
berbagai jenis perilaku prososial.
C. Konsep Pengasuhan Berdasarkan Kearifan Lokal
Keluarga adalah pendukung nilai-nilai kearifan lokal terutama dalam
pengasuhan anak karena anak merupakan pusat perhatian keluarga, bahkan
semenjak ia berada dalam kandungan. Ekowarni menjelaskan variasi kearifan
lokal dalam mendidik dan mengasuh anak. Masyarakat Batak Mandailing sangat
menjunjung tinggi falsafah 3H, yaitu homoroan (kekayaan), hagabeon
(kehormatan), hasangapon (kebahagiaan). Falsafah tersebut menjadi acuan dalam
pola pikir pendidikan, terutama terhadap anak laki-laki yang dianggap ssebagai
penerus marga. Masyarakat batak menganut sistem patrilineal, setelah menikahi
seorang istri mengikuti marga ssuaminya dan seorang anak perempuan tidak
mendapat harta peninggalan orang tuanya.
Sedangkan buddaya Minangkabau mnganut tatanan yang mengatur nilai
masyarakat Minangkabau adalah adat dan syara, kewajiban menjaga kepentingan
keluarga. Peran ninik-mamak sangat berpengaru terutama dalam menjaga
terjadinya pelanggaran nilai-nilai keluarga maupun agama. Posisi seorang
perempuan di Minangkabau sangat kuat, pihak perempuan menjemput pihak laki-
laki dengan membawa jumlah uang dan barang hantaran. Perempuan
Minangkabau memiliki banyak kewenangan keseharian masih bergantung pada
ninik-mamak.
BAB V
ANALISIS SOSIOKULTURAL VYGOTSKY DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pokok-pokok Teori Vygotsky


Menurut Vygotsky, interaksi sosial merupakan landasan terjadinya
perkembangan kognitif. Disamping itu, perkembangan biologis dan kultural
tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan kognitif anak. Teori kognitif
bermaksud memahami aktivitas perilaku manusia, seperti perhatian,
rekognisi, pembuatan keputusan , pemecahan masalah, pengetahuan
konseptual, belajar, penalaran, prinsip-prinsip, mekanisme perkembangan,
inteligensi, interpretasi, atribusi, penilaian, memori dan imajinasi. Konsep
dasar teori kognitif mengacu pada tingkat aktivitas mental yang tidak dapat
diubah begitu saja dalam menjelaskan tindakan sosial dengan postulat yang
sesungguhnya, seperti persepsi, pikiran, intensi, perencanaan, keterampilan
dan perasaan.
Vygotsky percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang
harus dianalisis sebagai suatu prodak yang akan dicapai. Proses
perkembangan dari sejak lahir hinga proses kematian merupakan suatu hal
yang kompleks yang tidak dapat digambarkan dalam suatu pentahapan
sederhana. Vygotsky pecaya bahwa hidup merindukan proses perkembangan
dan hal ini sangat tergantung pada interaksi sosial dan belajar sosial itu secara
aktual berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Vygotsky menjelaskan
bahwa jarak antara tingkat perkembangan aktual ditentukan oleh pemecahan
masalah secara independen dan tingkat perkembangan potensial ditentukan
melalui pemecahan masalah melalui kolaborasi antara guru pembimbing dan
arah orang dewasa atau antara teman sebaya yang lebih mampu.
B. Aplikasi Teori Vygotsky dalam Pendidikan
Salah satu teori yang penting dari teori Vygotsky adalah penekanan
pada hakikat sosialkultural dari perkembangan dan pembelajaran. Teori
sosialkultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan
melalui kultur masyarakat. Terjadinya perkembangan individu melalui dua
tahap, yaitu dimulai dengan interaksi dengan lingkungan sosial, kemudian
terjadinya internalisasi intrapersonal. Selanjutnya keterampilan individu dapat
dikembangkan melalui melalui interaksi individu dengan bantuan atau
bimbingan orang dewasa dan kolaborasi dengan teman sebaya.
Vygotsky meyakini nahwa manusia memiliki kemampuan dasar inborn
ability yang potensial untuk perkembangan bahasa dan kemudian berinteraksi
dengan lingkungan. Menurutnya, inner speech pada usia 5 tahun
menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi gerakan fisik dan menuntun
perilaku anak. Kata hati mengarahkan tindakan dan menuntun perilaku anak.
Dua implikasi uatama teori vygotsky terhadap tugas-tugas
perkembangan anak usia TK, yaitu susunan kelas berbentuk pembelajaran
kolaboratif antar-anak, sehingga mereka dapat berinteraksi dalam pemecahan
masalah dan pendekatan dalam pengajaran danbimbingan menekankan
scaffolding, sehingga anak semakin lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya.
Teori Vygotsky berfokus pada 4 hal pokok, yaitu pengaruh interaksi
sosial dalam perkembangan, scaffolding (perancah atau pemberian bantuan),
modeling, zone of proximal development (prbedaan antar apa yang dapat
ddikerjakan senddiri oleh anak ddan apa yang dapat dikerjakan dengan
bantuan orang lain).
BAB VI
KONTROL DIRI DAN KEMATANGAN EMOSIONAL

A. Pengertian Kontrol Diri


Kontrol diri merupakan kemampuan individdu untuk mengendalikan
dorongan-dorongan, baik dari dalam diri ataupun dari luar diri individu. Kontrol
diri juga berkaitan erat dengan keteerampilan emosional. Bahkan kontrol ddiri
merupakan salah satu komponen keterampilan emosional.
Keterampilan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi dan menunda keputusan, serta mengatur keadaan perasaan. Melalui
keterampilan emosional, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang
tepat, memilih keeputusan dan mengatur suasana hati. Keterampilan emosional
mencakup tiga unsur penting, yaitu mengelola diri sendiri, keterampilan
interpersonal dan keterampilan sosial, yaitu kepanddaian menggugah tanggapan
yang dikehendaki.
B. Aspek-aspek Kontrol Diri
Kontrol diri dibedakan menjadi tiga kategori, pertama mengontrol perilaku,
yaitu kemampuan untuk memoddifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan,
kedua mengontrol kognitif, yaitu cara seseorang dalam menafssirkan, menilai dan
menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif, ketiga mengontrol
keputusan merupakan kemampuan individu untuk memilih dan menentukan tujuan
yang diinginkan.
C. Cara Mengembangkan kemampuan Kontrol Diri
Strategi untuk memaksimalkan kontrol diri dapat digolongkan dalam tiga kategori,
pertama membuat lingkungan menjaddi responsif atau menunjang tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh individu. Contohnya adalah mengubah suatu letak
prabotan sehingga dapat menggurangi rasa bosan. Kedua, memperbanyak
informssi dan kemampuan untuk menghaddapi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Misalnya melatih diri dalam kondisi yang tidak menyenangkan yang
mungkin akan terjaddi dikemudian hari. Ketiga, menggunakan secara lebih efektif
kebebasan memilih dalam pengaturan lingkungan
BAB VII
KONSEP DIRI DAN PENGEMBANGANNYA

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian.
Konsep diri menganddung makn menerima diri dan identitas diri yang
merupakan konsep inti yang relatif stabil, namun dalam interaksi sosial konsep
ddiri bersifat dinamis, persepsi terhadapdiri sendiri yang didasarkan pada
pengalaman dan interpretsi terhaddap diri dan lingkungan dan struktur yang
besifat multidimensional berkaitan dengan penilaian individu tentang diri
sendiri. Konsep diri menggambarkan pengethuan tentang diri sendiri yang
mencakup konsep diri jasmaniah, diri ssosial dan diri spiritual. Konsep ddiri
jasmani meliputi keadaan fisik, fungsi dan penampilan fisik. Konsep diri sosial
keceenderunggan untuk menjalin persahabatan atau mengembangkan
hubungan dengan orang lain. Konsep diri spiritual mencakup keseluruhan
kapassitas psikis, keadaan kesadaran, dan disposisi seseorang.
B. Aspek-aspek Konsep diri
Song dan Hattie menyatakan bahwa aspek-aspek konsep diri dibdakan
menjadi konsep diri akademis dan konsep dii nonakademis. Konsep diri
nonakademis dibedakan menjadi konsep diri sosial daan penampilan diri. Pada
dasarnya konsep diri mencakup aspek konsep diri akademis, konsep diri sosial
dan penampilan diri.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa mencakup faktor keadaan
fisik dan penilaian orang lain mengenai fisik individu, faktor keluarga
termassuk pengassuhan orang tua, pengalamn peilaku kekerasan, sikap
saudara, ddan status sosial ekonomi dan faktor lingkunggan sekolah.
BAB VIII
KETERAMPILAN KOMUNIKASI DIDIK DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN

A.

Anda mungkin juga menyukai