PEMBAHASAN
Setiap orang di ciptakan dengan bebagai kelebihan seperti potensi bakat,minat kreativitas
yang unik dan dinamis.dengan kelbihan tersebut itu kita bisa mengembangkannya dan bisa mengolah
emosi dan mengendalikan diri sendiri agar bisa menjadikan hasil yang sesuai.
1. Keadaan anak.
Keadaan fisik pada seorang anak, seperti adanya bentuk cacat pada tubuh anak maupun
kekurangan yang terdapat pada diri seorang anak akan sangat berpengaruh pada tahap perkembangan
emosional anak tersebut, bahkan apabila tidak cepat diatasi secapat dan sedini mungkin maka akan
berdampak pada kepribadian anak tersebut.
2. Faktor belajar
Pengalaman anak dalam belajar ternyata juga menentukan bagaimana reaksi serta potensi
yang akan mereka gunakan pada saat mereka atau anak-anak tersebut merasa marah.
Setiap orang di ciptakan dengan bebagai kelebihan seperti potensi bakat,minat kreativitas
yang unik dan dinamis.dengan kelbihan tersebut itu kita bisa mengembangkannya dan bisa mengolah
emosi dan mengendalikan diri sendiri agar bisa menjadikan hasil yang sesuai.
Seorang anak akan diajarkan bagaimana cara merespon dan bagaimana cara bereaksi kepada
orang lain sehingga respon ang mereka berikan tersebut dapat diterima orang lain jika seandainya
suatu emosi anak tersebut terangsang.
Seorang anak akan belajar meniru hal-hal yang ada didekatnya dan bahkan anakanak tersebut
juga akan mengamati sesuatu hal yang dapat membangkitkan emosi lawannya atau orang lain, anak
akan bereaksi dan bertindak sesuai dengn emosi dan dengan cara yang sama terhadap orang yang
diamatinya secara langsung.
2
5. Belajar dengan pengondisian
Dengan mengkondisikan cara serta teknik untuk membangkitkan emosiaonal seorang anak
yang awalnya gagal dilakukan akan bisa menjadi berhasil jika penerapan asosiasi.
Pertama, terdapat tiga teori perkembangan sosial anak, yaitu: teori nativisme, empirisme, dan
konvergensi. Teori nativisme mengatakan bahwa manusia akan berkembang seperti apa sangat
tergantung dari pembawaan. Teori empirisme menyatakan bahwa bayi ketika lahir ibarat kertas yang
masih putih bersih, dan akan tumbuh dan berkembang, seorang anak sangat tergantung pengaruh dari
luar yang datang. Teori konvergensi menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia
tergantung pada dua faktor: yaitu bakat atau pembawaan dan lingkungan atau sekolah. Teori
konvergensi mengakui bahwa manusia lahir telah membawa bakat atau potensi-potensi dasar yang
dapat dikembangkan. Proses pengembangan sangat tergantung pada lingkungan masyarakat dan
sekolah. Kedua, Proses perkembangan sosial anak atau sebagai makhluk sosial yang berkepribadian
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal (yang berasal dari dalam diri anak) maupun faktor
eksternal (yang berasal dari luar diri anak). Ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan
kepribadian anak, yaitu sifat dasar, lingkungan pre-natal, perbedaan individual, lingkungan dan
motivasi.
Proses sosioemosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan
emosi, dan kepribadian individu denganorang lain, perubahan emosi dan kepribadian individu. Ketiga
proses ini saling berkaitan dan salingmempengaruhi. Misalnya, proses biologis akan mempengaruhi
proses kognitif, proses kognitif dapatmeningkatkan atau membatasi proses sosioemosional, dan proses
sosioemosional mempengaruhhiproses kognitif. Oleh karena itu, ketiga aspek ini aspek biologis,
kognitif, dan sosioemosional tidakboleh dipandang secara terpisah, ketiganya merupakan satu
kesatuan, serta semua aspek harusmemperoleh perhatian dan stimulasi yang harus memadai agar
ketiga aspek berkembang optimal danterintegrasi.
Dapat dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena diusia inilah
banyakaspek penting yang berkembang pesat dan masa diletakannya pola-pola dasar perilaku
individu.Beberapa ahli menyatakan bahwa usia-usia awal tersebut ada disekitar lima tahun pertama
kehidupan(Hurlock, 1980), antara lain: para ahli mengatakn bahwa tahun-tahun persekolah, yaitu
3
sekitar duasampai lima tahun , merupakan periode diletakannya dasar struktur perilaku yang
kompleks yangdibentuk didalam kehidupan seorang anak .
Namun individu mengalami perkembangan disepanjang hayat hidupnya dan ada banyak
halyang mempengaruhi selama proses perkembangan. Oleh karena itu menurut Horlock(1980) , pola-
polaperilaku yang terbentuk di tahun-tahun kehidupan dan yang cenderung mapan tersebut, bukan
berartitidak bisa berubah.
Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi, dan masa yang paling
potensial untuk belajar, terutama dalam proses perkembangan sosialnya. Sesuai dengan pendapat
Kurnia (2009:83), bahwa: “Perkembangan sosial adalah kemampuan untuk bersosialisasi,
kemandirian, dan mengendalikan diri. Perkembangan sosial anak-anak dapat dilhat dari tingkatan
kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota masyarakat sosial yang
produktif. Hal ini mencakup bagaimana seorang anak belajar untuk memiliki suatu kepercayaan
terhadap perilakunya dan hubungan sosialnya’’
Sementara menurut Nasution (2010) menyebutkan bahwa Keterampilan anak merupakan cara
anak dalam melakukan interaksi baik dalam bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi
dengan orang lain.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli yang telah dipaparkan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa keterampilan sosial didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki anak dalam
berinteraksi dan berperilaku menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta menyeimbangkan
kemampuan proses berpikiryang diekspresikan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang
yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. Kemampuan
tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
D. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial dan moral anak-anak dan madya
a) Sosial anak
Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, manusia juga
pada umumnya saling membutuhkan. Berkaitan dengan hal itu perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
4
1. Keluarga
2. Kematangan
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga dalam
lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa “menjaga” status
sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial
keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh khidupan keluarga, masyarakat dan
kelembagaan.
b) Moral anak
Pendapat lainnya
Menurut Berns, dalam Pranoto, mengatakan terdapat tiga keadaan yang bisa memberikan
pegaruh terhadap moralitas anak, yaitu situasi, individu dan sosial (Pranoto & Khamidun, (2019).
Adapun ketiganya peneliti lihat dari kacamata yang sedikit berbeda sebagaimana berikut:
1) Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan lingkungan sosial.
5
Keadaan atau situasi merupakan hal di mana seorang anak berada dalam konteks
kehidupannya. Konteks kehidupan yang dimaksud adalah keadaan sosial yang di dalamnya terdapat
norma-norma kemasyarakatan. Artinya tempat seorang anak berada dan bersosialisasi memiliki
segugus norma yang akan ia lihat, ia alami bahkan dinegosiasi olehnya.
Konteks individu merupakan konteks diri pribadi seorang anak. Seorang anak lahir dengan
fitrah atau potensi yang akan membuatnya memiliki karakteristik tertentu. Fitrah ini bukanlah
moral, namun bawaan yang diberikan oleh Tuhan.
3) Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya), media masa, institusi
pendidikan dan masyarakat.
Konteks sosial merupakan hal yang pasti dilalui oleh setiap orang, termasuk bagi anak yang
berusia dini. Konteks sosial memainkan peran memberikan pengalaman dan pengetahuan yang
akan diserap dalam diri para anak. Artinya, melalui konteks sosial anak berusia dini akan belajar,
jika dikaitkan dengan lingkungan pendidikan, maka institusi keluarga menjadi yang pokok,
dilanutkan institusi masyarakat dimana anak berusia dini menghabiskan waktu mereka untuk
berinteraksi dan bersosialisasi melalui bermain, serta institusi pendidikan yang juga menjadi wadah
bagi anak berusia dini untuk digembleng secara intelektual maupun kejiwaannya.