Anggota
3.Patimah 1888620730
PENDAHULUAN
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap
orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari
pengelaman hidup sehari-hari, pengeruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh
kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, dan
media masa. Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak,
mengasuh, membimbing dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari
berbagai halangan dan tantangan, sedangkan guru disekolah merupakan pendidik yang kedua
setelah orang tua dirumah.
A. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sosial
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk
sosial (zoon politicori). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah
proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (1970:86)
"sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan
dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di
dalam lingkungan sosialnya".
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya,
bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan
sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
"Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan
sosial".
B. Perkembangan Emosi
Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia
pernah merasakannya, setiap orang bereaksi terhadap keberadaannya. Hidup manusia sangat
kaya akan pengalaman emosional. Hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya, adapula
yang sangat samar sehingga ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali pada
setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik itu laki-Iaki ataupun
perempuan. Sebagai contoh, seorang anak tertawa kegirangan ketika ayahnya melambungkan
tubuhnya ke udara atau kita meiihat seorang anak yang berusia satu tahun sedang menangis
karena mainannya direbut oleh kakaknya. Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih*mudah
diekspresikan rnelalui kondisi fisiknya.
Sebagai contoh seorang anak akan iangsung menangis apabila ia merasa sakit atau
merasa tidak nyaman. Namun, apabiia seorang anak ditanya tentang "bagaimana
perasaannya" atau "mengapa ia merasa sakit?", anak akan merasa kesulitan untuk
mengungkapkan perasaannya dalam bahasa verbal.Contoh-contoh perilaku di atas
menunjukkan gambaran emosi seseorang. Jadi, apa sebetulnya yang dimaksud dengan emosi
itu? Untuk mengetahui hai itu lebih jelas, Anda dapat mengikuti pembahasan berikut ini.
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan v senang atau
tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary emosi didefinisikan
sebagai "berbagai perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan
kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman
menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk
bertindak".Syamsuddin mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang
kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau
muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita
dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa
perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai
terjadinya suatu perilaku.
Kehadiran seorang anak adalah dambaan bagi setiap orang tua. Anak, selain menjadi
buah hati dan pelipur lara juga merupakan investasi dunia akhirat bagi orang tua. Memiliki
anak yang sholeh sholehah adalah dambaan orang tua. Untuk mewujudkannya, orang tua
harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya sejak masih dalam kandungan atau rahim
ibunya, hingga ia dilahirkan dan tumbuh berkembang menjadi dewasa.
Akan tetapi mendidik anak bukanlah hal yang mudah, karena harus memahami
berbagai jenis keterampilan dalam mendidik anak dan orang tua dituntut untuk dapat
menyempatkan waktunya dalam mendidik anak. Yang menjadi masalah kebanyakan orang
tua meneyerahkan anak-anaknya kepihak sekolah untuk mendidik anak-anaknya.
Padahal tanggung jawab sepenuhnya dalam mendidik anak tetap ada pada orang tua, guru
sifatnya hanya membantu untuk mendidik anak selama beberapa jam ketika anak berada di
sekolah. Keterlibatan orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini sangat
terbatas, contohnya sebagai berikut :
1. Orang tua kurang suka diajak musyawarah oleh guru terkait keberlamgsungan
pendidikan disekolah, karena sibuk dengan karirnya.
2. Orang tua sering memprotes guru yang dipandang kurang bisa mengajar.
3. Orang tua enggan menanyakan perkembangan psikis anaknya.
4. Orang tua enggan berkomunikasi ataupun konsultasi pada guru terkait dengan
suatu masalah yang menimpa anaknya.
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mengembangkan sosial
dan emosi anak usia dini, yaitu :
Pendidik perlu memberikan stimulasi edukatif pada anak agar kemampuan sosial
emosi anak berkembang sesuai tahapan usianya. Kegiatan belajar melalui permainan dapat
dioptimalkan dengan cara menstimulasi anak misalnya; mengajak anak terlibat dalam
permainan kelompok kecil, melatih anak bermain bergiliran, mengajak anak menceritakan
pengalamannya di depan kelas, melatih kesadaran anak untuk berbagi dalam kegiatan
kemanusiaan jika terjadi bencana, dan sebagainya.
Pengaruh dari pola orang tua dalam mengembangkan sosial emosional anak, dalam
perkembangan sosio-emosional anak, tentu ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhinya.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu:
1. Perlakuan dan Cara Pengasuhan Orang Tua
Secara garis besar ada tiga tipe gaya pengasuhan orang tua yakni otoriter, permisif, dan
otoritatif.
3. Temperamen anak
Temperamen bayi merupakan salah satu hal yang harus dipahami oleh sang pengasuh
agar bisa terjalin hubungan yang akrab antara pengasuh dan anak. Ada tiga gaya perilaku
bayi yakni bayi yang mudah, bayi yang sulit dan bayi yang lamban. Ciri bayi yang mudah
adalah memiliki keteraturan, adaptif, bahagia dan mau mendekati objek atau orang baru. Bayi
yang sulit cenderung tidak teratur, tidak senang terhadap perubahan situasi, sering menangis,
menempakkan perasaan negative. Sedangkan bayi yang lamban adalah bayi yang cenderung
kurang adaptif, menarik diri, kurang aktif dan intensitas respon kurang.
4. Perlakuan guru di sekolah
Apa yang guru perbuat di sekolah akan berpengaruh terhadap anak didiknya.
Perlakuan guru terhadap anak memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
perkembangan sosioemosional anak. Pengaruh guru tidak hanya pada aspek kognitif anak,
tetapi juga segenap perilaku dan pribadi yang ditampilkan guru di depan anak didiknya,
karena secara langsung hal tersebut bisa menjadi pengalaman-pengalaman anak.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kehidupan
anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak memperoleh
pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangatlah penting.
Mereka merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan
mengikuti orang tua mereka. Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang
satu dengan orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda.
Mereka mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut
akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-emosinya
Daftar pustaka
Hurlock, E.B. (1978). Chiled Development. 6th Ed. Tokyo : Mc. Graw Hill. Inc., International
Studend Ed.
Goleman, D. (1995). Emotional Intellegence. Jakarta : Gramedia.
https://www.kompasiana.com/nurie/566e9ae05b7b612109a7def3/keterlibatan-orang-tua-
dalam-pengembangan-sosial-dan-emosi-anak-usia-dini