Anda di halaman 1dari 60

1

Makalah

SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM INDERA PADA HEWAN DAN

MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA-Biologi

Dosen Pengampu Ibu Dr. Any Fitriani, M.Si

Oleh :
Dea Santika Rahayu (1707726)
Devi Aulia Rachmayati (1707938)
Fitria Nurdianti (1707503)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2018
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “sistem pencernaan dan sistem
indera” ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA Biologi.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Mei 2018

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
A. PENCERNAAN ............................................................................................... 5
1. Mulut .......................................................................................................... 5
2. Faring dan esofagus .................................................................................... 6
3. Lambung ..................................................................................................... 7
4. Usus halus ................................................................................................... 8
5. Usus besar ................................................................................................... 9
ZAT MAKANAN .................................................................................................... 10
1. Karbohidrat .................................................................................................. 10
2. Protein .......................................................................................................... 11
3. Lemak ........................................................................................................... 11
4. Vitamin ......................................................................................................... 11
ADAPTASI EVOLUSIONER PADA SISTEM PENCERNAAN VERTEBRATA 12
SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA ................................................. 13
KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA .... 15
B. SISTEM INDERA ............................................................................................ 17
1. Tipe – tipe Reseptor Sensoris ..................................................................... 17
2. Sistem Pendengaran dan Kesetimbangan ................................................... 21
3. Sistem Indera Peraba .................................................................................. 30
4. Sistem Penglihatan pada Vertebrata ........................................................... 34
5. Sistem Indra Penciuman ............................................................................. 50
6. Sistem Indra Pengecapan (Lidah) ............................................................... 55
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 60
4

BAB I
PENDAHULUAN

Makanan merupakan zat yang sangat dibutuhkan untuk proses hidup.


Tanpa makanan, manusia akan mati. Makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh
mengalami proses pemecahan secara mekanik dan kimiawi menjadi unsur-unsur
yang lebih sederhana. Peristiwanya disebut dengan pencernaan. Makanan tanpa
melalui berbagai macam perlakuan pada proses pencernaan tidak dapat
bermanfaat bagi tubuh, karena susunan molekul makanan sangat kompleks
sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh. Bagaimana sistem pencernaan pada
manusia?
Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri dengan proses fotosintesis.
Sedangkan hewan dan manusia mendapatkan makanan dari mahkluk hidup lain.
Selain memerlukan makanan untuk mempertahankan hidupnya setiap mahkluk
hidup juga mempunyai kemampuan menanggapi rangsang yang berbeda-beda.
Memerlukan makan dan peka terhadap rangasang merupakan dua dari beberapa
ciri makhluk hidup.
Kedua proses yang disebutkan sebelumnya merupakan dua hal yang kita
lakukan setiap harinya. Namun hanya segelintir orang yang memahami setiap detil
prosesnya. Proses bagaimana kita bisa merasakan manis dan hangatnya teh dalam
cangkir, apa yang terjadi setelah teh masuk ke dalam tubuh kita termasuk
mekanisme kerja mata saat kita membaca tulisan ini. Proses-proses ini sudah
barang tentu bukan proses yang sederhana. Dalam rangka memahami proses
tersebut maka disusunlah makalah berjudul Sistem Pencernaan dan Sistem Indra
pada Manusia dan Hewan. Dengan mengkaji kedua proses semoga kita bisa
menjadi pribadi yang lebih bersyukur atas kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM PENCERNAAN

Gambar 1. Organ sistem pencernaan


Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar
pencernaan adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna
makanan. Saluran pencernaan antara lain sebagai berikut :

1. Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva).
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas
mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan akar
gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email
yang berwarna putih. Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang
berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak
makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Dan terdapat
pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan
submandibularis.
Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau
amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang
dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Kehadiran makanan dalam
6

rongga mulut akan memicu refleks saraf yang menyebabkan kelenjar ludah
mengeluarkan ludah melalui ductus (saluran) ke rongga mulut. Ludah bisa
dihasilkan bahkan sebelum makanan masuk ke mulut, karena adanya rangsangan
dari aroma masakan atau rangsangan lain. Di dalam ludah terkandung glikoprotein
yang disebut musin. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di
antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan ini
kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus. Kemudian
bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.

Gambar 2. Rongga mulut

2. Faring dan esofagus


Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk
kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian
belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). Pada
pangkal faring terdapat katup pernapasan yang disebut epiglottis. Epiglotis
berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak
masuk ke saluran pernapasan. Setelah melalui faring, bolus menuju ke esophagus;
suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan berdidnding tebal. Otot
kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan meremas yang
mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut
gerakan peristaltik. Ketika kita menelan, bagian atas batang tenggorokan akan
bergerak ke atas sehingga lubang pembukaannya (glottis) tertutup oleh penutup
dari tulang rawan (epiglottis). Penutupan lubang batang tenggorokan akan
7

melindungi system respirasi terhadap masuknya makanan atau cairan selama


penelanan.

Gambar 3. Faring dan esofagus

3. Lambung
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara
mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Lambung dapat menyimpan
keseluruhan makanan yang dimakan dalam satu waktu, maka tidak perlu makan
terus-menerus. Lambung dapat meregang ntuk menampung sekitar 2 liter
makanan dan air. Di dalam lambung terdapat getah lambung yang mengandung
HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin. Getah lambung
mempunyai pH sekitar 2, yang berfungsi membunuh sebagian besar bakteri dalam
makanan yang tertelan. Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi
peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melalui
pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang
disebut kimus (bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus
halus.
8

Gambar 4. Lambung

4. Usus halus
Usus mempunyai panjang kurang lebih sekitar 6 m pada manusia, usus
halus mempunyai diameter yang kecil dibandingkan usus besar. Usus halus
memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus tengah (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pankreas dan saluran empedu.
Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju
duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung
empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk
menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Organ hati melakukan
berbagai fungsi penting dalam tubuh, termasuk produksi empedu, empedu
mengandung garam empedu yang bertindak dalam penyerapan lemak. Empedu
juga mengandung pigmen yang dikeluarkan tubuh bersama dengan feses.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini
terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan
setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat
makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan
mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, gliserol, dan vitamin yang larut
9

dalam lemak setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh
getah bening dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.

Gambar 5. Usus halus

5. Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam
usus besar. Usus besar mempunyai panjang sekitar 1,5 m dan berbenuk huruf U
terbalik. Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik
(ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian yang
menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang
sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri
atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat tercerna, misalnya
selulosa.
Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bila kadar air
pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap
kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka
dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan. Di
dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu
membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh
tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui
anus. Jika lapisan kolon terinfeksi atau teriritasi virus atau bakteri, misalnya
jumlah air yang dapat diserap kembali akan lebih sedikit dibandingkan dengan
keadaan normal, yang menyebabkan diare. Kebalikan dari keadaan tersebut, jika
10

pergerakan feses terlalu lambat, kelebihan air diserap dan feses menjadi padat dan
keras.
Satu fungsi kolon adalah untuk menyerap kembali air yang telah masuk ke
dalam saluran pencernaan sebagai pelarut getah pencernaan. Sekitar 7 liter cairan
disekresikan ke dalam saluran pencernaan setiap hari.

Gambar 6. Usus besar

ZAT MAKANAN
Zat makanan disebut juga biomolekul karena merupakan senyawa atau
molekul kimia yang dibutuhkan untuk dapat hidup dengan baik (bio = hidup;
molekul = senyawa). Zat makanan tersebut dapat dikelompokkan menurut jumlah
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yaitu zat makanan makro dan zat makanan
mikro. Zat makanan makro,yaitu zat makanan yang diperlukan tubuh dalam
jumlah besar, antara lain berupa karbohidrat, protein, lemak, dan air. Zat makanan
mikro, yaitu zat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, antara lain
berupa vitamin dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat tersimpan dalam tubuh tumbuhan dan merupakan hasil
sintesis senyawa anorganik yang mengandung unsurunsur C, H, dan O menjadi
senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut dapat digolongkan menurut jumlah
senyawa penyusunnya yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Fungsi karbohidrat diantaranya:
a) Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi bagi tubuh antara lain sebagai
berikut.
11

Sumber energi utama dan tidak dapat diganti dengan sumber energi yang lain
pada beberapa organ, yaitu otak, lensa mata, dan sel saraf.
b) Menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
c) Membantu proses penyerapan kalsium.
2. Protein
Protein merupakan unsur penting dalam tubuh karena sebagai komponen
utama pembentukan enzim yang berfungsi sebagai biokatalis. Protein juga
merupakan komponen penyusun tubuh, seperti kuku dan rambut. Pada dasarnya
protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),
dan kadang-kadang mengandung belerang (S) atau fosfor (P). Unsur-unsur ini
tersusun dalam struktur dasar penyusun protein. Protein dapat diperoleh dari
berbagai sumber bahan makanan. Fungsi protein yaitu:
a) Untuk pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh.
b) Merupakan sumber energi, setiap 1 gram protein menghasilkan energi sebesar
4,1 kalori.
c) Penyusun hormon, zat antibodi, dan organela lainnya.
d) Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
3. Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H,
O (karbon, hidrogen, dan oksigen) dan kadang-kadang P dan N (fosfor dan
nitrogen). Lemak tidak dapat larut alam air, melainkan larut dalam kloroform,
eter, dan minyak tanah. Sumber lemak bisa berasal dari tumbuhan yang disebut
lemak nabati. Lemak nabati bisa diperoleh dari makanan, antara lain kelapa,
minyak kelapa, kacang-kacangan, kedelai, avokad, zaitun, dan lain-lain. Adapun
sumber lemak yang berasal dari hewan disebut lemak hewani. Lemak hewani bisa
diperoleh dari daging, susu, mentega, telur, ikan, dan sebagainya.
Fungsi lemak yaitu :
a) sebagai pelarut vitamin (A, D, E, dan K),
b) pelindung organ tubuh
c) penahan rasa lapar karena lemak membutuhkan waktu yang lama untuk
dicerna dan sebagai penyedap makanan.
4. Vitamin
12

Vitamin berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme tubuh dan


tidak dapat menghasilkan energi. Di dalam tubuh, vitamin bekerja sebagai
katalisator tubuh, yaitu mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh. Vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan larut dalam air (vitamin B
dan C).

ADAPTASI EVOLUSIONER PADA SISTEM PENCERNAAN


VERTEBRATA
sistem pencernaan mamalia dan vertebrata lain merupakan variasi dari
sebuah rancang bangun yang sama, tetapi terdapat banyak adaptasi yang sangat
menarik, yang seringkali berkaitan dengan jenis makanan hewan itu.
Dentisi (pergigian), susunan gigi hewan merupakan salah satu contoh variasi
strktural yang mencerminkan jenis makanan.

Gambar 7. Perbandingan susunan gigi pada vertebrata


a. Karnivora, misalnya anjing dan kucing umumnya meiliki gigi seri dan gigi
taring runcing yang dapat digunakan untuk membunuh mangsa dan merobek-
robek dagingnya menjadi potongan-potongan kecil. Geraham depan dan
geraham yang bergerigi akan menggerus dan melumatkan makanan.
b. Herbivora, seperti sapi umumnya memiliki gigi dengan permukaan yang luas
dan dan bergelombang yang melumatkan materi-materi tumbuhan. Gigi seri
dan gigi taring untuk menggigit dan memotong tumbuhan.
c. Omnivora, manusia memakan daging dan tumbuhan sehingga memiliki
dentisi dewasa memiliki jumlah 32. Mulai pada pertengahan rahang atas dan
bawah terdapat dua gigi seri yang mirip bilah pisau untuk menggigit, sebuah
13

gigi taring tajam untuk merobek, dua geraham depan untuk menggerus, dan
tiga geraham untuk melumatkan.
Contoh lain adalah ular berbisa, memiliki gigi taring yang termodifikasi
untuk menyuntikan bisa ke dalam tubuh mangsanya. Beberapa gigi taring
berlubang, seperti alat suntik, sementara yang lain meneteskan racunnya di
sepanjang lekukan pada permukaan gigi itu.
Perbandingan saluran pencernaan karnivora dan herbivora

Gambar 8. Perbandingan saluran pencernaan karnivora dan herbivora


Meskipun kedua mamalia ini hampir sama ukurannya, usus halus koala
jauh lebih panjang. Hal ini untuk meningkatkan pengolahan daun eukaliptus yang
berserat. Sekum koala sepanjang 2 m merupakan yang terpanjang diantara hewan-
hewan yang berukuran sama berfungsi sebagai ruangan fermentasi dimana bakteri
mengubah daun-daun yang telah dikunyah menjadi makanan yang lebih bergizi.
Sedangkan untuk hewan karnivora, panjang saluran pencernaannya sudah cukup
untuk mencerna daging dan menyerap nutrien.

SISTEM PENCERNAAN PADA RUMINANSIA


Hewan ruminansia seperti sapi dan kerbau mempunyai pencernaan yang
agak berbeda dengan manusia. Pada bagian mulutnya, hewan ini memiliki rahang
yang besar sehingga gigi-gigi gerahamnya berukuran besarbesar dan lebar. Sesuai
dengan makanannya berupa tumbuhan yang banyak mengandung selulosa dan
bersifat lebih keras, gigi geraham ini berfungsi untuk mencabik dan menggilas
14

makanannya supaya hancur. Sedangkan gigi seri berukuran besar dan lebar
berbentuk pahat berfungsi untuk memotong dan mencabik makanan serta untuk
memperkecil ukurannya agar mudah dikunyah.
Kelenjar ludah di dalam mulut mensekresikan air liur dalam jumlah sangat
banyak dan mengandung natrium bikarbonat sehingga dapat membasahi makanan
dan menjaga kondisi rumen (lambung) selalu lembap. Natrium bikarbonat
memberikan suasana basa pada makanan, yaitu memiliki pH kurang dari 8,5.
Jika kita perhatikan sapi saat makan, terlihat seolah-olah sapi melakukan
gerakan mengunyah secara terus-menerus. Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Ternyata sapi sering memuntahkan kembali makanan dari bagian lambung, yaitu
retikula rumen (rumen dan retikulum) ke mulut untuk dikunyah kembali.
Tujuannya untuk menghaluskan makanan yang masih kasar, kemudian ditelan
kembali. Karena peristiwa inilah sapi disebut hewan ruminansia. Lambung
ruminansia dapat dibedakan menjadi bagian depan dengan ukuran yang besar,
yaitu rumen, retikulum, dan omasum serta bagian yang berada di belakang dengan
ukuran lebih kecil yang disebut abomasums.
Makanan yang sudah dihancurkan di dalam mulut dicampur dengan air
liur dan ditelan melalui kerongkongan (esophagus) masuk lambung, yaitu pada
bagian retikulo-rumen. Di dalam retikulo-rumen ini makanan dicerna menjadi
bubur dengan gerakan mengaduk dari kontraksi otot dinding retikulo-rumen.
Setelah itu, makanan dimuntahkan kembali melewati kerongkongan masuk ke
dalam mulut untuk dikunyah kembali. Selanjutnya, makanan turun kembali ke
rumen. Di dalam retikulo-rumen terdapat bakteri anaerob dan Protozoa dengan
konsentrasi masing-masing kurang lebih 109 tiap cc dan 106 setiap cc dari isi
rumen. Aktivitas bakteri dan Protozoa ini adalah untuk menfermentasikan
makanan di retikulo-rumen. Selulosa diubah menjadi selobiosa dan kemudian
diubah menjadi glukosa-1-fosfat.
Makanan kemudian masuk ke dalam omasum, dan diteruskan ke
abomasum yang merupakan lambung sebenarnya. Di dalam abomasum terdapat
getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makanan. Dari abomasum,
makanan masuk ke dalam usus. Usus ruminansia berukuran lebih panjang
daripada hewan lain yang ukuran tubuhnya sama. Hal ini disebabkan karena
15

makanan dicerna dengan bantuan bakteri dalam waktu yang agak lama di dalam
usus dan dicerna sedikit demi sedikit. Bakteri-bakteri ini melakukan fermentasi
selulosa dan membebaskan isi sel tumbuhan sehingga mudah dicerna. Pati dicerna
oleh amilase bakteri dan protozoa menjadi maltose dan isomaltosa. Oleh maltase
diubah menjadi glukosa dan glukosa-6-fosfat. Sukrosa diubah menjadi fruktosa
dan glukosa oleh sukrase bakteri dalam protozoa. Dari hal ini sehingga kita tidak
heran lagi bahwa makanan ruminansia berasal dari rumput yang keras dinding
selnya. Selulosa tidak tercerna oleh enzim-enzin pencernaan, tetapi dapat tercerna
oleh bakteri dan Protozoa. Selain itu bakteri dapat menghasilkan vitamin terutama
vitamin B.

Gambar 9. Hewan ruminansia

KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA


Beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada alat-alat sistem
pencernaan antara lain:
a. Parotitis
Penyakit gondong yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang
kelenjar air ludah di bagian bawah telinga, akibatnya kelenjar ludah menjadi
bengkak atau membesar.
16

b. Xerostomia
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai dengan
rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat makanan
kurang tercerna dengan baik.
c. Tukak Lambung
Tukak lambung terjadi karena adanya luka pada dinding lambung bagian dalam.
Maka secara teratur sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko timbulnya tukak
lambung.
d. Appendiksitis
Appendiksitis atau infeksi usus buntu, dapat merembet ke usus besar dan
menyebabkan radang selaput rongga perut.
e. Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun protozoa pada
usus besar. Karena infeksi tersebut, proses penyerapan air di usus besar terganggu,
akibatnya feses menjadi encer.
f. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit terjadi akibat penyerapan air yang berlebihan pada sisa
makanan di dalam usus besar. Akibatnya, feses menjadi sangat padat dan keras
sehingga sulit dikeluarkan. Untuk mencegah sembelit dianjurkan untuk buang air
besar teratur tiap hari dan banyak makan sayuran atau buah-buahan.
17

B. SISTEM INDERA
Pada bahasan ini, kita akan mengeksplorasi proses-proses penginderaan
dan tindakan pada invertebrata maupun vertebrata. Bahasan akan dimulai dengan
proses-proses sensoris yang menghantarkan informasi tentang lingkungan
eksternal dan internal ke otak. Semua rangsangan merepresentasikan bentuk
energi. Sensasi melibatkan pengubahan energi ini menjadi suatu perubahan dalam
potensial membran sel-sel reseptor sensoris sehingga meregulasi keluaran
potensial-potensial aksi ke sistem saraf pusat (SSP). Jalur-jalur sensoris memiliki
empat fungsi dasar yang sama yaitu penerimaan sensoris, transduksi, transmisi,
dan persepsi.

1. Tipe – tipe Reseptor Sensoris


Berdasarkan sifat rangsangan yang ditransduksi, reseptor-reseptor sensoris
dibagi menjadi lima kategori yaitu mekanoreseptor, kemoreseptor, reseptor
elektromagnetik, termoreseptor dan reseptor nyeri.

a. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor mengindra deformasi fisik yang diakibatkan oleh bentuk-
bentuk energi mekanis seperti tekanan, sentuhan, regangan, gerakan, dan suara.
Mekanoreseptor biasanya terdiri dari saluran-saluran ion yang tertaut ke struktur-
struktur yang memanjang di luar sel, misalnya “rambut” (silia) serta struktur-
struktur sel internal, misalnya sitoskeleton. Penekukan atau peregangan
struktur eksternal menghasilkan tegangan yang mengubah permeabilitas saluran-
saluran ion. Perubahan permeabilitas ion ini mengubah potensial membran,
menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi.
Indera atau sensasi sentuhan pada mamalia mengandalkan mekanoreseptor
yang sesungguhnya merupakan dendrit neuron sensoris yang dimodifikasi.
Reseptor sentuhan seringkali tertanam dalam lapisan jaringan ikat. Struktur
jaringan ikat dan lokasi reseptor sangat mempengaruhi tipe energi mekanis
(sentuhan ringan, getaran, atau tekanan kuat) yang merangsang reseptor dengan
paling baik. Reseptor yang mendeteksi sentuhan ringan atau getaran terletak di
dekat permukaan kulit, reseptor-reseptor tersebut mentransduksikan sedikit input
energi mekanis menjadi potensial reseptor. Reseptor yang merespons terhadap
18

tekanan dan fibrasi yang kuat dalam tubuh berada dalam lapisan kulit yang lebih
dalam. Reseptor sentuhan lainnya mengindra gerakan rambut. Misalnya, kucing
dan berbagai jenis rodensia memiliki mekanoreseptor yang sangat sensitif di
dasar misainya. Karena pembengkokan misai yang berbeda memicu potensial aksi
yang mencapai sel-sel berbeda di otak, misai hewan menyediakan informasi detail
tentang objek-objek di dekatnya.
Satu contoh interoreseptor yang distimulasi oleh distorsi mekanis adalah
gelendong otot (muscle spindle), atau reseptor regangan. Mekanoreseptor ini
memonitor panjang otot rangka. Gelendong otot mengandung serabut otot yang
termodifikasi yang bertautan dengan neuron sensoris dan tersusun sejajar dengan
otot. Ketika otot itu direnggangkan, serabut gelendong otot juga akan teregang,
yang mendepolarisasikan neuron sensoris dan memicu potensial aksi yang
dihantarkan kembali ke sumsum tulang belakang.
Sel rambut (hair cell) adalah salah satu jenis mekanoreseptor yang umum
dalam mendeteksi pergerakan. Sel-sel rambut ditemukan dalam telinga vertebrata
dan pada organ gurat sisi ikan dan amfibia, di mana sel-sel itu mendeteksi
pergerakan relatif terhadap lingkungan. “Rambut“ adalah silia atau mikrovili yang
mengalami spesialisasi. “Rambut“ mencuat ke atas dari permukaan sel-sel
rambut ke dalam kompartemen internal, seperti telinga bagian dalam manusia,
atau ke lingkungan eksternal, seperti kolam. Ketika silia atau mikrovili
membengkok ke satu arah, membran sel rambut meregang dan meningkatkan
permeabilitasnya terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi
peningkatan laju produksi impuls dalam neuron sensoris. Ketika silia
membengkok pada arah yang berlawanan, permeabilitas ion akan berkurang,
yang menurunkan jumlah potensial aksi pada neuron sensoris. Spesifisitas ini
memungkinkan sel-sel rambut merespons terhadap arah pergerakan, juga kekuatan
dan kecepatan pergerakan tersebut.

b. Kemoreseptor
Kemoreseptor meliputi reseptor umum yang menghantarkan informasi
mengenai konsentrasi zat terlarut total dalam suatu larutan dan reseptor spesifik
yang merespons terhadap masing-masing jenis molekul. Osmoreseptor pada otak
mamalia, misalnya, adalah reseptor umum yang mendeteksi perubahan
19

konsentrasi zat terlarut total dalam darah dan merangsang rasa haus ketika
osmolaritas meningkat. Reseptor air pada kaki lalat rumah merespons terhadap air
murni atau terhadap suatu larutan encer dari zat apapun. Sebagian besar hewan
juga mempunyai reseptor yang spesifik terhadap molekul penting, seperti glukosa,
oksigen, karbondioksida, dan asam amino. Pada semua contoh ini, molekul
stimulus berikatan dengan suatu tempat spesifik pada membran sel reseptor dan
memulai perubahan permeabilitas membran. Dua kelompok kemoreseptor lain
menunjukkan spesifisitas antara (intermediet). Reseptor gustatoris (pengecapan)
dan reseptor olfaktoris (penciuman) merespons terhadap kategori zat
kimia yang berkaitan. Manusia seringkali mengklasifikasikan kategori
seperti manis, asam, asin, atau pahit. Dua kemoreseptor yang paling sensitif dan
paling spesifik yang dikenal ditemukan pada antena ulat sutera jantan. Keduanya
mendeteksi kedua komponen kimia feromon seks ulat betina.

(a)

(b)

Gambar 1. Kemoreseptor pada serangga. (a) Antena ulat sutera jantan Bombyx mori
ditutupi oleh rambut sensoris, yang terlihat pada (b) pembesaran SEM.
Sumber : Campbell, 2010

c. Reseptor Elektromagnetik
Reseptor elektromagnetik (electromagnetic receptor) mendeteksi
berbagai bentuk energi elektromagnetik, seperti cahaya tampak, listrik, dan
magnetisme. Fotoreseptor yang mendeteksi radiasi yang kita kenal sebagai
cahaya tampak, seringkali diorganisasikan menjadi mata. Ulat mempunyai
respon inframerah yang sangat sensitif yang mendeteksi panas tubuh mangsa
yang berada di lungkungan yang lebih dingin. Beberapa ikan melepaskan
arus listrik dengan menggunakan elektroreseptor tertentu untuk menemukan
benda, seperti mangsa, yang mengacaukan arus listrik. Platipus, anggota golongan
mamalia monotremata, mempunyai elektroreseptor pada paruhnya yang
20

kemungkinan dapat mendeteksi medan listrik yang dibangkitkan oleh otot


mangsa, seperti krustase, katak, dan ikan-ikan kecil.
Terdapat juga bukti-bukti bahwa banyak hewan yang menuju sarangnya
atau yang bermigrasi menggunakan garis medan magnetik bumi untuk membantu
mengorientasikan arah. Magnetit mineral yang mengandung besi ditemukan di
tengkorak beberapa burung dan mamalia (termasuk manusia), dalam abdomen
lebah, pada geligi beberapa jenis moluska, pada protista tertentu dan prokariota
yang mengorientasikan dirinya dengan mengacu pada medan magnetik bumi.
Magnet mungkin merupakan satu bagian dari mekanisme pengorientasian yang
penting pada banyak hewan, dan pernah digunakan oleh para pelaut sebagai
kompas primitif. Dalam penelitian mengenai magnetoresepsi, Michael Walker dan
rekan-rekannya di University of Auckland secara eksperimental
mendemonstrasikan sensitivitas magnetik pada rainbow trout (Oncorhynchus
mykiss) dan mulai memahami jalur sensoris yang mendasari kemampuan ikan
untuk menjelajah dan menavigasi dengan menggunakan medan magnetik.

(a)

(b)

Gambar 2. Reseptor elektromagnetik khusus. (a) Ular derik (rattlesnack) dan ular beludak (pit
viper) lainnya (b) Beberapa hewan yang sedang bermigrasi, seperti paus beluga pada foto udara
Sumber : Campbell, 2010

d. Termoreseptor
Termoreseptor yang merespons terhadap panas atau dingin, membantu
mengatur suhu tubuh dengan cara mendeteksi suhu permukaan dan bagian dalam
21

tubuh. Masih terdapat perdebatan mengenai identitas termoreseptor pada kulit


mamalia. Kemungkinan adalah dua reseptor yang terdiri atas satu dendrit
bercabang dan berkapsul. Akan tetapi banyak peneliti meyakini bahwa struktur ini
sesungguhnya adalah reseptor tekanan yang telah dimodifikasi dan mereka
mempercayai bahwa dendrit telanjang dari neuron sensoris tertentu adalah
termoreseptor yang sesungguhnya pada kulit. Ada suatu kesepakatan bahwa
reseptor dingin dan panas pada kulit, dan interotermoreseptor pada hipotalamus
anterior otak, mengirimkan informasi ke termostat tubuh, yang berlokasi di
hipotalamus posterior.

e. Reseptor Nyeri (pain receptor)


Reseptor Nyeri (pain receptor) pada manusia merupakan kelompok dendrit
telanjang pada epidermis kulit yang disebut nosiseptor (nociceptor). Sebagian
besar hewan kemungkinan mengalami rasa sakit, meskipun kita tidak dapat
mengatakan persepsi apa yang sesungguhnya diasosiasikan oleh hewan lain
dengan stimulasi reseptor rasa sakitnya. Rasa sakit merupakan salah satu
sensasi yang paling penting karena stimulus diterjemahkan menjadi reaksi
negatif, seperti penarikan diri dari bahaya. Sebagian kecil individu terlahir tanpa
sensasi rasa sakit sama sekali. Mereka bisa mati akibat suatu kondisi seperti usus
buntu yang pecah, karena mereka tidak bisa merasakan rasa sakit yang berasosiasi
dengan kondisi tersebut dan dengan demikian tidak menyadari bahaya tersebut.
Kelompok reseptor rasa sakit yang berbeda merespons terhadap panas dan
tekanan yang berlebihan, atau kelas zat kimia spesifik yang dibebaskan
secara berlebihan dari jaringan yang meradang. Beberapa zat kimia yang
menginduksi rasa sakit meliputi histamin dan asam. Prostaglandin meningkatkan
rasa sakit dengan membuat reseptor menjadi sensitif yakni menurunkan nilai
ambangnya. Aspirin dan ibuprofen mengurangi rasa sakit dengan cara
menghambat sintesis prostaglandin.

2. Sistem Pendengaran dan Kesetimbangan


Pendengaran dan persepsi kesetimbangan tubuh saling berkaitan pada
sebagian besar hewan. Keduanya melibatkan pembentukan sensasi oleh
mekanoreseptor yang mengandung sel-sel rambut yang menghasilkan potensial
22

reseptor ketika rambut dibengkokkan oleh partikel yang mengendap atau cairan
yang bergerak. Pada mamalia dan sebagian besar vertebrata darat lain, organ
sensoris untuk pendengaran dan kesetimbangan menyatu secara erat dalam
rongga-rongga yang dipenuhi oleh cairan dalam telinga.

a. Organ pendengaran mamalia berada di dalam telinga bagian dalam


Telinga mamalia dapat dibagi menjadi tiga bagian. Telinga bagian luar (outer ear)
terdiri atas daun telinga (external pinna) dan saluran auditoris, yang
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke membran timpani
(gendang telinga) yang memisahkan telinga bagian luar dan telinga bagian
tengah. Di dalam telinga bagian tengah (middle ear), vibrasi (getaran)
dihantarkan melalui tiga osikel (tulang kecil) yakni maleus (martil), incus
(landasan), dan stapes (sanggurdi) ke telinga bagian dalam, melalui jendela oval
(suatu membran di bawah sanggurdi. Telinga bagian dalam membuka ke dalam
saluran eustachius yang berhubungan dengan faring dan menyamakan tekanan
antara telinga bagian tengah dan atmosfer, yang mampu “meletuskan” telinga
ketika ketinggian berubah. Telinga bagian dalam (inner ear) terdiri dari suatu
labirin saluran di dalam tulang tengkorak (tulang temporal). Saluran ini dilapisi
oleh membran dan mengandung cairan yang bergerak sebagai respons terhadap
suara atau pergerakan kepala.

Gambar 3. Struktur dan fungsi telinga manusia


Sumber : Campbell, 2010
23

Bagian dari telinga dalam yang terlibat dalam pendengaran merupakan


sebuah organ berpilin yang rumit yang dikenal sebagai koklea. Koklea
mempunyai dua ruangan besar, yaitu saluran vestibuler bagian atas dan saluran
timpani bagian bawah, yang dipisahkan oleh duktus (saluran) koklea yang lebih
kecil. Saluran vestibuler dan saluran timpani mengandung suatu cairan yang
disebut perilimfe, dan duktus koklea dipenuhi dengan cairan yang disebut
endolimfe. Bagian dasar duktus, membran basilar, mengandung organ Corti yang
mengandung mekanoreseptor telinga, yaitu sel-sel rambut dengan rambut yang
menjulur ke duktus koklea. Banyak di antara rambut itu bertaut ke membran
tektorial, yang menggantung di atas organ Corti seperti sebuah tenda. Gelombang
suara menggetarkan membran basilar, yang mengakibatkan penekukan rambut
dan depolarisasi sel-sel rambut.
Telinga mengubah energi gelombang tekanan yang mengalir di udara
menjadi impuls saraf yang dipersepsi otak sebagai suara. Benda yang
bergetar, seperti senar gitar yang bergaung atau pita suara seseorang yang sedang
berbicara, menciptakan gelombang perkusi di udara sekitarnya. Gelombang ini
menyebabkan membran timpani bervibrasi dengan frekuensi yang sama dengan
suara. Ketiga tulang telinga bagian tengah memperbesar dan menghantarkan
gerakan mekanis ke jendela oval, yaitu membran pada permukaan koklea. Vibrasi
jendela oval menghasilkan gelombang tekanan dalam cairan di dalam koklea.
Koklea mentransduksikan energi dari cairan yang bervibrasi itu menjadi
potensial aksi. Sanggurdi yang menggetarkan jendela oval menghasilkan suatu
gelombang tekanan yang merambat dan menjalar dalam cairan koklea yang
melewati saluran vestibuler. Gelombang ini terus di sekitar ujung koklea dan
melewati saluran timpani, dan menghilang ketika menumbuk jendela bundar.
Gelombang tekanan dalam saluran vestibuler mendorong ke bawah pada duktus
koklea dan membran basiler. Membran basiler bervibrasi ke atas dan ke bawah
sebagai respons terhadap gelombang tekanan, dan sel rambutnya secara
bergantian menggosok membran tektorial dan ditarik kembali dari membran
tersebut. Defleksi rambut akan membuka saluran ion pada membran plasma sel
rambut, dan ion positif K+ akan masuk.
24

Depolarisasi menyebabkan peningkatan pembebasan neurotransmiter dari


sel-sel rambut dan frekuensi potensial aksi dalam neuron sensoris yang
bersinapsis dengan sel-sel rambut. Neuron ini membawa sensasi ke otak melalui
saraf auditoris.

Gambar 4. Penerimaan sensoris oleh sel-sel rambut

Gambar 5. Transduksi pada koklea


Sumber : Campbell, 2010
Suara dideteksi melalui peningkatan frekuensi impuls dalam neuron
sensoris, namun bagaimana kualitas suara tersebut ditentukan? Dua aspek penting
dari suara adalah volume dan tinggi nada. Volume (kerasnya suara) ditentukan
oleh amplitudo, atau ketinggian dari gelombang suara tersebut. Semakin besar
amplitudo suara, semakin kuat vibrasi cairan dalam koklea, semakin besar
pembengkokan sel rambut, dan semakin banyak potensial aksi yang dibangkitkan
dalam neuron sensoris. Tinggi nada (pitch) suara adalah fungsi frekuensi
gelombang suara atau jumlah vibrasi per detik, yang dinyatakan dalam
Hertz (Hz). Gelombang pendek dengan frekuensi tinggi menghasilkan suara
bernada tinggi, semaentara gelombang panjang dengan frekuensi rendah
25

menghasilkan suara bernada rendah. Manusia muda yang sehat dapat mendengar
suara dalam kisaran 20 sampai 20.000 Hz, anjing dapat mendengar suara setinggi
40.000 Hz, dan kelelawar dapat memancarkan dan mendengar suara berdetik
dengan frekuensi di atas 100.000 Hz, dan menggunakan kemampuan ini untuk
menemukan lokasi benda melalui sonar.
Tinggi nada dapat dibedakan oleh koklea karena tidak seragamnya
membran basiler di sepanjang koklea. Ujung proksimal yang dekat dengan jendela
oval relatif sempit dan kaku, sementara ujung distal yang dekat dengan pucuk
lebih luas dan lebih flexibel. Masing-masing bagian-bagian membran basiler
dipengaruhi oleh suatu frekuensi vibrasi tertentu. Neuron sensoris yang berkaitan
dengan bagian yang vibrasinya paling kuat pada setiap saat tertentu mengirimkan
sebagian besar potensial aksi (yang paling kuat) di sepanjang saraf auditoris. Akan
tetapi persepsi tinggi nada sesungguhnya bergantung pada pemetaan neural
otak. Neuron sensoris dari jalur auditoris diproyeksikan ke daerah auditoris
spesifik pada korteks serebral yang sesuai dengan bagian membran basiler
dimana sinyal itu berasal. Ketika tempat tertentu pada korteks dirangsang, kita
akan mempersepsikan suara dengan tinggi nada tertentu.

Gambar 6. Organ kesetimbangan pada telinga bagian dalam


Sumber : Campbell, 2010

Beberapa organ pada telinga bagian dalam manusia dan sebagian besar
mamalia lain dapat mendeteksi posisi tubuh dan kesetimbangan. Di belakang
jendela oval terdapat vestibula yang memiliki dua ruangan, utrikel dan sakul.
26

Utrikel membuka ke dalam tiga saluran semisirkuler yang melengkapi alat-alat


untuk kesetimbangan.
Sensasi yang berkaitan dengan posisi tubuh dibangkitkan seperti sensasi
suara pada manusia dan sebagian besar mamalia lain. Sel-sel rambut dalam utrikel
dan sakul merespons terhadap perubahan dalam posisi kepala karena adanya
gravitasi dan pergerakan dalam satu arah. Sel-sel rambut tersusun dalam
kelompok, dan semua rambut diproyeksikan ke dalam material bergelatin yang
mengandung banyak partikel kalsium karbonat kecil yang disebut otolith (batu
telinga). Karena bahan ini lebih berat dibandingkan dengan endolimfa di dalam
utrikel dan sakul, gravitasi selalu menarik rambut sel-sel reseptor ke arah bawah,
yang mengirimkan suatu rangkaian potensial aksi yang konstan di sepanjang
neuron sensoris cabang vestibuler saraf auditoris.
Sudut tubuh yang berbeda akan merangsang sel rambut dan neuron
sensoris yang berbeda pula. Ketika posisi kepala berubah dalam kaitannya
dengan gravitasi (seperti ketika kepala dijulurkan ke depan), gaya pada sel-sel
rambut akan berubah, dan hal itu akan meningkatkan (atau menurunkan) output
neurotransmiter-nya. Otak menerjemahkan perubahan produksi impuls yang
dihasilkan oleh neuron sensoris untuk menentukan posisi kepala. Dengan
mekanisme yang yang serupa, saluran semisirkuler, yang tersusun dalam tiga
sumbu spasial, mendeteksi perubahan laju notasi atau pergerakan angular kepala.

b. Pendengaran dan kesetimbangan pada vertebrata lain


Seperti vertebrata lain, ikan dan amfibia air juga mempunyai telinga
bagian dalam yang terletak dekat otak. Tidak ada koklea dalam bagian telinga
dalam hewan-hewan itu, akan tetapi terdapat sakul, utrikel, dan saluran
semisirkuler, struktur yang homolog dengan sensor kesetimbangan pada telinga
kita. Di dalam ruangan telinga bagian dalam ikan, rambut sensoris
dirangsang oleh pergerakan otolith. Berbeda dengan alat pendengaran mamalia,
telinga ikan tidak memiliki gendang pendengaran dan tidak membuka ke bagian
luar tubuh. Vibrasi air yang disebabkan oleh gelombang suara dihantarkan melalui
kerangka kepala ke telinga bagian dalam, yang menggerakkan otolith dan
merangsang sel-sel rambut. Gelembung renang yang penuh cairan juga bervibrasi
sebagai respons terhadap suara dan dapat memindahkan suara ke telinga bagian
27

dalam. Beberapa ikan, termasuk catfish dan minnow, mempunyai rangkaian


tulang yang disebut aparatus Wiberein, yang menghantarkan vibrasi dari
gelembung renang ke telinga bagian dalam.
Sebagian besar ikan dan amfibia air juga mempunyai sistem gurat sisi di
sepanjang dua sisi tubuhnya. Sistem tersebut mempunyai mekanoreseptor yang
mendeteksi gelombang frekuensi rendah melalui mekanisme yang serupa dengan
fungsi telinga bagian dalam. Air dari lingkungan sekitar hewan memasuki sistem
gurat sisi melalui sejumlah pori dan mengalir di sepanjang sebuah saluran
melewati mekanoreseptor. Unit reseptor, yang disebut neuromas yang mirip
dengan ampula dalam saluran semisirkuler kita. Masing-masing neuromas
mempunyai kumpulan sel rambut, dengan rambut sensoris yang tertanam dalam
tudung bergelatin, yaitu kupula. Ketika tekanan air yang mengalir
membengkokkan kupula, sel-sel rambut mentransduksikan energi menjadi
potensial reseptor, kemudian menjadi potensial aksi yang dihantarkan di
sepanjang saraf menuju otak. Informasi ini membantu ikan mempersiapkan
pergerakannya ke dalam air atau arah dan kecepatan aliran air yang mengalir di
atas tubuhnya. Sistem gurat sisi juga mendeteksi pergerakkan air atau vibrasi yang
dihasilkan oleh benda lain yang bergerak, yaitu mangsa dan pemangsa.

(a)

(b)

Gambar 7. Sistem gurat sisi pada ikan


Sumber : Campbell, 2010
28

Sistem gurat sisi hanya berfungsi di dalam air. Pada hewan vertebrata
terestrial, telinga bagian dalam telah berevolusi sebagai organ utama
pendengaran dan kesetimbangan. Beberapa amfibia mempunyai sistem gurat sisi
ketika berbentuk kecebong, akan tetapi gurat sisi tidak ada lagi ketika sudah
berubah menjadi katak dewasa yang hidup di darat. Pada telinga katak darat,
vibrasi suara yang mengalir di udara dihantarkan ke telinga bagian dalam oleh
membran timpani pada permukaan tubuh dan sebuah tulang telinga tengah.
Terdapat juga bukti-bukti bahwa paru-paru katak bervibrasi sebagai respons
terhadap suara dan memancarkan vibrasinya ke gendang telinga melalui pipa
auditoris. Suatu kantung samping kecil dari sakul berfungsi sebagai organ
pendengaran utama pada katak, dan sakul yang tumbuh membesar akan menjadi
koklea yang lebih rumit selama evolusi mamalia. Burung juga mempunyai sebuah
koklea, akan tetapi seperti amfibia dan reptilia, suara dihantarkan dari membran
timpani ke telinga bagian dalam melalui sebuah tulang tunggal, yaitu
sanggurdi.

c. Kelainan dan penyakit pada sistem pendengaran manusia


1) Penumpukan kotoran pada telinga dapat menghalangi getaran suara masuk
ke gendang telinga sehingga pendengaran menjadi terganggu.
2) Pecahnya gendang telinga disebabkan oleh mendengarkan suara yang
terlalu keras atau gendang telinga terkena benda tajam.
3) Otosklerosis adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang ditandai dengan
gejala tinitus (dering pada telinga) ketika masih kecil. Otosklerosis adalah
pertumbuhan tulang abnormal di telinga tengah dan terutama
memengaruhi tulang stapes kecil. Akibatnya, tulang stapes tidak
dapat menghantarkan suara sebagaimana fungsinya. Kondisi ini
menyebabkan gangguan pendengaran perlahan pada awalnya, tetapi terus
memburuk secara bertahap. Penyakit ini biasanya mulai timbul pada
akhir masa remaja. Hingga saat ini penyebab terjadinya Otosklerosis
belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa kasus yang
menunjukan bahwa penyakit ini mungkin diturunkan dalam keluarga.
Otosklerosis merupakan penyebab paling sering terjadinya gangguan
pendengaran telinga tengah pada orang dewasa. Jika Otosklerosis sudah
29

parah, dapat menyebabkan kerusakan pada koklea dan sel-sel saraf di


dalamnya, maka transmisi impuls saraf ke otak bisa terganggu dan terjadi
tuli sensorineural. Gejala Otosklerosis umumnya ada tiga macam, yaitu
paracusis, di mana penderita bisa mendengar dengan lebih baik saat
terdapat lebih banyak suara di sekitarnya, kemudian tinitus,
merupakan suara abnormal yang didengar dan tidak berasal dari luar
telinga. Suara-suara ini bisa berupa dengungan. Gejala ketiga adalah
vertigo, pada penderita Otosklerosis terkadang merasakan sakit kepala
yang teramat sangat dan kehilangan keseimbangan.
4) Presbikusis adalah kerusakan pada sel saraf pendengaran yang pada
umumnya terjadi pada usia manula.
5) Tuli. Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau
suara. Tuli dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga,
tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya saraf pendengaran. Pada orang
yang telah berusia lanjut, ketulian biasanya disebabkan oleh kakunya
gendang telinga dan kurang baiknya hubungan antar tulang pendengaran.
6) Congek. Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada bagian telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini
disebabkan oleh bakteri.
7) Otitis eksterna. Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata)
atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna
seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
8) Perikondritis. Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan
(kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan
serangga dan pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan terkumpul
diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala- gejala yang ringan.
30

9) Eksim. Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga
luar dan saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan,
pengelupasan kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari
telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan
saluran telinga.
10) Cedera. Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa
menyebabkan memar diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi
penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk
telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang
tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini
disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada pegulat dan petinju.
11) Tumor. Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor
yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan
penimbunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh dari tumor jinak
pada saluran telinga adalah:
a) Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)
b) Osteoma (tumor tulang)
c) Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah
terjadinya cedera).
12) Kanker. Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh
pada telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan
berulang-ulang. Pada stadium dini, bisa diatasi dengan pengangkatan
kanker atau terapi penyinaran. Pada stadium lanjut, mungkin perlu
dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang lebih luas. Jika kanker
telah menyusup ke kartilago, dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan
sel skuamosa juga bisa tumbuh di dalam atau menyebar ke saluran telinga.

3. Sistem Indera Peraba


Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
hipodermis. Epidermis merupakan lapisan tipis yang terdiri dari stratum lusidum,
stratum granulosum dan stratum germinativum. Lapusan pertama yaitu straum
31

korneum merupakan sel epitel selapis pipih yang mati dan menumpuk menjadi
berlapis-lapis. Stratum lusidum adalah laporan bening yang mendanung melanin
di bawah stratum korneum. Yang terakhir adalah stratum germinativum yaitu sel
yang membelah terus-menerus dan mendesak lapisan sel lama ke atas.

Gambar 8. Struktur Kulit

Selanjutnya lapisan kulit bagian bawah yaitu dermis. Di lapisan dermis


terdapat serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan
rambut. Serabut saraf dalam kulit merupakan dendrit dari neuron sensorik.
Terdapat tiga tipe reseptor pada kulit yaitu mekanoreseptor, termoreseptor dan
reseptor rasa nyeri. Berikut ini adalah penjelasan setiap tipe reseptor sensorik:
a. Mekanoreseptor mengindra perubahan fisik yang diakibatkan oleh bentuk
energi mekanis seperti sentuhan, regangan, gerakan dan suara. Jenis-jenis
mekanoreseptor adalah meisner dan paccini. Mekanoreseptor ini merupakan
dendrit neuron sensoris. Struktur dan lokasi reseptor sangat mempengaruhi
tipe enegi mekanis. Misalnya reseptor pendeteksi sentuhan terletak di
pemukaan kulit, reseptor pendeteksi tekanan dan getaran terletak pada lapisan
kulit lebih dalam. Pada kucing mekanoreseptor terletak pada dasar misainya
(kumisnya), pembengkokan misai kucing dapat memberikan informasi
detail tentang objek di dekatnya.
32

b. Termoreseptor mengindra atau mendeteksi panas dan dingin. Selain terdapat


pada kulit termoreseptor juga terdapat pada hipotalamus anterior. Jenis-jenis
termoreseptor adalah Ruffini dan Krause. sel termoreseptor akan mengirimkan
informasi ke termostat tubuh yang terletak di hipotalamus posterior. Jika kita
mengkonsumsi makanan pedas, terkadang kita berkeringat mengapa hal ini
bisa terjadi? hal ini terjadi karena saat kita mengkonsumsi makanan pedas,
tubuh kita mengartikanya sebagai panas karena zat kapsaisin
mengaktivasi reseptor sensori yang sama dengan sup dan kopi panas. Yang
unik dari reseptor panas ini juga adalah reseptor tipe RTP bisa diaktivasi oleh
mentol (rasa dingin).
c. Reseptor rasa sakit atau pain receptor berguna untuk mendeteksi rangsangan
yang merefleksikan kondisi yang menyakitkan. Dengan kata lain reseptor ini
digunakan sebagai pertahanan diri. Seperti kita tahu aspirin dan ibuprofen
dapat mengurangi rasa nyeri. Cara kerja dari kedua jenis obat ini adalah
dengan menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin meningkatkan rasa
sakit dengan membuat reseptor menjadi sensitif. Stimulus baik berupa
tekanan, perubahan suhu maupun rasa sakit akan diterima oleh reseptor pada
kulit, lalu diteruskan oleh neuron sensorik ke saraf pusat. Sampai akhirnya
terdapat reaksi dari stimulus tersebut. Penjelasan rinci ditunjukan gambar 9.

Gambar 9. Perjalanan stimulus menjadi reaksi

Beberapa penyakit yang terjadi pada kulit diantaranya sebagai berikut


33

a. Jerawat merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh propionibacterium


acnes. Faktor yang membuat resiko terkena jerawat adalah kurangnya
kebersihan wajah, wajah berminyak akibat maknaan maupun hormon.
b. Psoriasis adalah kondisi gangguan kulit kronis yang ditandai dengan bercak
merah terkadang menyerupai sisik pada kulit.
c. Panu merupakan Jenis penyakit kulit dengan faktor penyebab utamanya adalah
jamur. Bagi penderita yang terkena penyakit panu akan menimbulkan gejala-
gejala seperti gatal-gatal dan ada juga yang terasa panas. Penyakit kulit panu
tergolong penyakit kulit yang ringan dan mudah di sembuhkan.
d. Bisul merupakan penyakit kulit yang tergolong tidak terlalu parah, penyakit
bisul adalah penyakit kulit dimana kulit menjadi membengkak hal itu di
sebabkan oleh infeksi dari bakteri staphylococcus aureus yang terjadi pada
kulit. Sedangkan penyakit bisul ada yang tumbuh tunggal dan ada juga yang
muncul dengan jumlah lebih satu yang dikenal dengan istilah Carbunculosis.
Penyakit bisul ini, jika tidak segera diobati dapat menyebar kebagian tubuh
yang lain bahkan juga dapat menular ketubuh orang lain.
e. Penyakit kulit ini di karenakan kulit telah kehilangan warna/pigmen kulit
sehingga menyebabkan bercak keputih-putihan. Penyakit tersebut bisa
hilang dengan sendirinya apabila sel pigmen pada kulit masih ada.
f. Penyakit kulit Rosacea merupakan penyakit kronis yang terdapat pada sekitar
wajah dengan ciri-ciri bintik-bintik yang berisi air/nanah.
Teknologi yang berkaitan dengan perawatan kulit yang sedang
digandrungi adalah tanam benang. Metode ini salah satu metode anti aging untuk
memodifikasi sel kolagen pada kulit. Mekanisme ini dilakukan dengan
memasukan benang ke bagian tertentu pada wajah. Benang yang ditanamkan
tersebut akan membentuk kolagen pada lapisan kulit yang berfungsi
mengencangkan kulit. Selain itu orang-orang berlomba untuk menciptakan
zat untuk memutihkan wajah. Sebagian besar produk pemutih kulit tubuh maupun
wajah bekerja dengan menghambar dan mengurangi produksi melanin dengan
menekan enzim tirosinase.
34

4. Sistem Penglihatan pada Vertebrata


Mirip dengan mata berlensa tunggal pada banyak invertebrata, mata
vertebrata juga seperti kamera, akan tetapi berevolusi dari garis keturunan
vertebrata dan berbeda dari mata berlensa tunggal pada invertebrata dalam
beberapa hal. Mata manusia, mampu mendeteksi keragaman warna yang hampir
tak terhitung, yang membentuk bayangan benda yang berjarak beberapa mil
jauhnya, dan bahkan merespons terhadap satu foton cahaya. Akan tetapi, ingat
bahwa otaklah yang sesungguhnya “melihat“. Dengan demikian, untuk
memahami penglihatan kita harus memulai dengan cara mempelajari bagaimana
mata vertebrata membangkitkan sensasi (potensial aksi), kemudian mengikuti
sinyal ini ke pusat visual otak, di mana bayangan dipersepsikan.

Gambar 10. Struktur mata vertebrata. Dalam penampang longitudinal mata ini, vitreous humor
yang mirip jeli digambarkan hanya pada paruh bagian bawah bola mata. Membran mukosa, atau
konjungtiva, yang mengelilingi sklera (bagian putih pada mata) tidak ditunjukkan.
Sumber : Campbell, 2010

Bagian luar bola mata vertebrata terdiri atas lapisan jaringan ikat yang
berwarna putih dan kuat yang disebut sklera dan lapisan bagian dalam yang tipis
dan berpigmen, yang disebut koroid (choroid). Lapisan sel-sel epitelium yang
rumit membentuk membran mukosa, konjungtiva (conjunctiva), yang menutupi
35

permukaan sklera dan membantu mempertahankan mata tetap lembab. Pada


bagian depan, sklera menjadi kornea transparan, yang melewatkan cahaya ke
dalam mata dan bertindak sebagai lensa tetap. Konjungtiva tidak menutupi
kornea. Di bagian depan mata, koroid membentuk iris yang berbentuk donat, yang
memberikan warna pada mata. Dengan mengubah ukuran, iris mengatur jumlah
cahaya yang memasuki ke pupil, lubang di tengah iris. Pada bagian dalam koroid,
retina membentuk lapisan paling dalam dari bola mata dan mengandung lapisan-
lapisan neuron dan fotoreseptor. Informasi dari fotoreseptor meninggalkan mata
pada cakram optik, suatu titik di bagian luar bawah retina, tempat saraf optik
melekat ke mata. Karena tidak ada fotoreseptor pada cakram optik, maka bintik
yang terletak di bagian luar bawah retina adalah bintik buta dan cahaya yang
difokuskan pada bagian retina tersebut tidak terdeteksi.
Lensa (lens) dan badan bersilia (ciliary body) membagi mata menjadi
dua rongga, yakni rongga anterior di antara kornea dan lensa, serta rongga
posterior yang jauh lebih besar di belakang lensa. Badan bersilia selalu
menghasilkan aqueous humor yang jernih dan berair, yang mengisi rongga
anterior. Penyumbatan saluran yang mengalirkan aqueous humor dapat
menyebabkan glaukoma, karena adanya peningkatan tekanan di mata yang
merusak saraf optik, menyebabkan penglihatan berkurang dan terkadang
kebutaan. Rongga posterior, yang penuh dengan vitreous humor yang mirip jeli,
menyusun sebagian besar volume mata. Aqueous humor dan vitreous humor
berfungsi sebagai lensa cair yang membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Lensa itu sendiri adalah suatu cakram protein transparan yang memfokuskan
bayangan ke retina. Banyak ikan seperti cumi-cumi dan gurita memfokuskan
bayangan dengan cara menggerakkan lensa ke depan (memajukan) dan ke
belakang (menarik), seperti pada kamera. Akan tetapi manusia dan mamalia lain,
memfokuskan bayangan dengan mengubah bentuk lensa. Saat memfokuskan
objek yang dekat, lensa menjadi nyaris bundar. Saat melihat objek yang jauh,
lensa akan memipih. Perubahan bentuk lensa ini disebut dengan daya akomodasi
mata.
Retina manusia mengandung sekitar 125 juta sel batang (rod cell) dan 6
juta sel kerucut (cone cell). Keduanya adalah fotoreseptor yang dinamai sesuai
36

dengan bentuknya. Keduanya menyusun sekitar 70% reseptor sensoris pada tubuh,
suatu kenyataan yang menegaskan pentingnya mata dan informasi visual dalam
persepsi manusia terhadap lingkungannya.

(a) Penglihatan dekat (akomodasi)

(b) Penglihatan jauh


Gambar 11. Pemfokusan pada mata mamalia. Otot bersilia mengontrol bentuk lensa yang
membengkokkan cahaya dan memfokuskannya ke retina. Semakin tebal lensa, semakin tajam
cahaya dibengkokkan.
Sumber : Campbell, 2010

Sel kerucut dan batang mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam


penglihatan, dan jumlah relatif kedua fotoreseptor ini dalam retina berkorelasi
sebagian dengan apakah seekor hewan banyak melakukan aktivitas pada malam
hari atau siang hari. Sel-sel batang tidak dapat membedakan warna dan lebih
sensitif terhadap cahaya, dan memungkinkan untuk melihat pada malam hari,
namun hanya dalam warna hitam putih. Sel kerucut menghasilkan penglihatan
berwarna, namun karena kalah sensitif, sedikit berperan dalam penglihatan
malam. Ada tiga tipe sel kerucut. Masing-masing memiliki sensitivitas yang
berbeda terhadap spektrum tampak, sehingga memberikan respons yang optimal
37

terhadap cahaya merah, hijau, atau biru. Sel kerucut dapat membedakan warna
pada siang hari.
Penglihatan warna ditemukan pada semua kelas vertebrata, meskipun tidak
pada semua spesies. Jumlah relatif sel batang dan sel kerucut dalam retina
bervariasi di antara hewan yang berbeda-beda, berkolerasi dengan beberapa
tingkat keaktifan hewan di malam hari. Sebagian besar ikan, amfibia, reptilia, dan
burung mempunyai penglihatan warna yang kuat, akan tetapi pada mamalia,
manusia dan primata lain adalah kelompok minoritas yang mempunyai
kemampuan ini. Sebagian besar mamalia adalah nokturnal, dan jumlah sel batang
yang melimpah pada retina merupakan suatu adaptasi yang memungkinkan hewan
memiliki penglihatan yang tajam pada malam hari. Kucing, yang umumnya paling
aktif di malam hari, mempunyai penglihatan warna yang terbatas dan mungkin
melihat alam dengan warna pastel pada siang hari.
Sel batang pada mata manusia ditemukan dengan kerapatan paling padat
pada daerah pinggiran retina dan tidak ada sama sekali di fovea, pusat medan
visual. Anda tidak dapat melihat sebuah bintang yang redup pada malam hari
dengan memandangnya secara langsung, akan tetapi jika anda memandangnya
dengan sudut yang memfokuskan cahaya bintang ke bagian retina yang paling
banyak mengandung sel batang, anda akan mampu melihat bintang. Anda
mencapai penglihatan yang paling tajam di siang hari dengan cara melihat secara
lurus ke benda yang diinginkan, karena sel-sel kerucut terdapat paling padat pada
fovea, di mana terdapat sekitar 150.000 reseptor warna per mm2. Beberapa jenis
burung mempunyai lebih dari sejuta sel kerucut per mm2, yang memungkinkan
spesies seperti elang melihat dan menemukan mencit dan mangsa kecil lainnya
dari suatu ketinggian di langit. Pada retina mata, seperti pada semua struktur
biologis, keanekaragaman menggambarkan adaptasi evolusioner.
Ketika lensa vertebrata memfokuskan suatu citra cahaya pada retina,
bagaimana sel-sel retina mentrasduksikan stimulus tersebut menjadi sensasi-
potensial aksi yang menghantarkan informasi mengenai lingkungan ke otak?
Masing-masing sel batang atau sel kerucut mempunyai suatu segmen luar dengan
setumpuk lipatan membran, atau cakram, di mana pigmen penglihatan terbungkus.
Pigmen penglihatan terdiri dari molekul pigmen penyerap cahaya yang disebut
38

retinal (suatu turunan vitamin A) yang terikat pada suatu protein membran yang
disebut opsin. Opsin bervariasi dari satu jenis fotoreseptor ke jenis fotoreseptor
yang lain, dan kemampuan retinal untuk menyerap cahaya dipengaruhi oleh
identitas spesifik pasangan opsinnya.

Gambar 12. Aktivasi rhodopsin oleh cahaya


Sel batang mengandung pigmen penglihatan rhodopsin, yang tertanam dalam tumpukan
cakram bermembran pada segmen luar batang. Rhodopsin terdiri dari molekul retinal penyerap
cahaya yang berikatan ke opsin, suatu protein membran integral. Opsin memiliki tujuh heliks α
yang melingkupi membran cakram
Sumber : Campbell,2010

Sel batang mengandung jenis opsinnya sendiri, yang digabungkan dengan


retinal untuk menyusun pigmen visual rhodopsin. Ketika rhodopsin menyerap
cahaya, komponen retinalnya berubah bentuk, yang memicu suatu jalur transduksi
sinyal yang menghasilkan suatu potensial reseptor pada membran sel batang. Pada
awalnya, perubahan bentuk retinal menyebabkan suatu perubahan konformasi
pada pasangan opsinnya. Molekul opsin yang telah berubah itu kemudian
mengaktifkan molekul penghantar dalam jalur transduksi sinyal, yaitu sejenis
protein G yang disebut transdusin, yang juga berada pada membran cakram
tersebut. Selanjutnya, transdusin akan mengaktifkan suatu enzim efektor yang
secara kimiawi mengubah messenger (pembawa pesan) kedua pada sel batang,
yaitu nukleotida yang disebut guanosin monofosfat siklik (cGMP).
Pada keadaan gelap, ketika rhodopsin tidak aktif, cGMP terikat pada
saluran ion natrium pada membran plasma sel batang dan mempertahankan
saluran tersebut agar tetap terbuka. Pada kondisi ini, membran sel batang
39

sesungguhnya terdepolarisasi dan membebaskan suatu neurotransmiter inhibitoris


pada sinapsisnya dengan neuron lain pada retina. Neurotransmiter menghambat
depolarisasi membran neuron, yang dengan demikian mencegahnya untuk tidak
mengembangkan potensial aksi. Namun, ketika cahaya mengubah retinal, yang
memicu jalur transduksi sinyal rhodopsin, enzim efektor mengubah cGMP
menjadi GMP, yang membuatnya terlepas dari saluran Na+. Hal ini akan menutup
saluran Na+, menurunkan permeabilitas membran terhadap Na+ dan mengubah
potensial membran. Sesungguhnya, hiperpolarisasi memperlambat pembebasan
neurotransmiter inhibitoris oleh sel-sel batang. Dengan demikian, transduksi
energi cahaya menjadi potensial reseptor menyebabkan suatu penurunan sinyal
kimiawi ke sel-sel yang mempunyai hubungan sinapsis dengan sel batang, dan
penurunan tersebut merupakan pesan bahwa sel batang telah terangsang oleh
cahaya.
Perubahan pada retina yang diinduksi oleh cahaya, yang mengawali jalur
transduksi sinyal pada sel-sel batang, disebut sebagai “pelunturan (bleaching)”
rhodopsin. Pada keadaan gelap, enzim mengubah retinal kembali ke bentuk
semula, dan akan bergabung dengan opsin untuk membentuk rhodopsin. Cahaya
terang dan cerah membuat rhodopsin tetap dalam keadaan luntur dan sel batang
menjadi tidak responsif; maka kerucut akan mengambil alih. Ketika anda berjalan
dari lingkungan yang cerah ke suatu tempat gelap, misalnya berjalan ke dalam
gedung bioskop pada siang hari, pada mulanya anda hampir buta terhadap cahaya
redup. Tidak ada cukup cahaya untuk merangsang sel kerucut, dan paling tidak
diperlukan beberapa menit supaya sel batang yang luntur menjadi fungsional
kembali.
40

Gambar 13. Produksi potensial reseptor dalam sel batang. Perhatikan bahwa dalam sel batang
(dan kerucut), potensial reseptor adalah hiperpolarisasi, bukan depolarisasi.
Sumber : Campbell,2010

Gambar 14. Aktivitas sinapsis sel batang dalam terang dan gelap
Sumber : Campbell,2010

Penglihatan warna melibatkan pemrosesan sinyal yang lebih kompleks


dibandingkan dengan mekanisme rhodopsin pada sel batang. Penglihatan warna
ditimbulkan oleh adanya tiga subkelas sel kerucut pada retina, yang masing-
masing memiliki jenis opsinnya sendiri dan berkaitan dengan retinal untuk
membentuk pigmen visual yang secara kolektif disebut fotopsin. Fotoreseptor ini
ini dikenal sebagai kerucut merah, kerucut hijau, dan kerucut biru, yang mengacu
pada warna yang paling baik diserap oleh fotopsin masing-masing. Spektra
absorbsi untuk pigmen-pigmen ini saling tumpang-tindih, dan persepsi otak
41

terhadap corak intermediet bergantung pada perbedaan stimulasi dua atau lebih
jenis sel kerucut. Sebagai contoh, ketika sel kerucut merah dan hijau dirangsang,
kita mungkin bisa melihat warna kuning atau orange, bergantung pada populasi
sel kerucut mana yang paling kuat dirangsang. Buta warna, yang lebih banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita karena umumnya diwariskan
sebagai sifat yang terpaut seks, disebabkan oleh defisiensi atau tidak ada satu atau
lebih jenis sel kerucut.
Pengolahan informasi visual dimulai di retina itu sendiri. Akson sel batang
dan sel kerucut bersinapsis dengan neuron yang disebut sel bipolar, yang
selanjutnya bersinapsis dengan sel ganglion. Jenis neuron lain pada retina, sel
horizontal dan sel amakrin, membantu mengintegrasikan informasi sebelum
dikirim ke otak. Akson sel-sel ganglion kemudian mengirimkan sensasi yang
dihasilkan otak sebagai potensial aksi disepanjang saraf optik.

Gambar 15. Organisasi seluler retina vertebrata


Cahaya harus melewati sejumlah lapisan sel yang relatif transparan sebelum mencapai sel
batang dan sel kerucut. Fotoreseptor ini berkomunikasi melalui sel bipolar dengan sel ganglion,
yang memiliki akson yang meneruskan sensasi visual (potensial aksi) ke otak. Setiap sel bipolar
menerima informasi dari beberapa sel batang atau sel kerucut, dan setiap sel ganglion menerima
dari beberapa sel bipolar. Sel horizontal dan sel amakrin mengintegrasikan informasi di seluruh
retina. Anak panah merah mengindikasikan jalur informasi visual dari fotoreseptor ke saraf optik.
Sumber : Campbell, 2010
42

Sinyal dari sel batang dan sel kerucut mengikuti jalur vertikal atau lateral.
Dalam jalur vertikal, informasi berjalan dari sel reseptor ke sel bipolar hingga ke
sel ganglion. Sel-sel horizontal dan amakrin memudahkan integrasi sinyal visual
secara lateral. Sel-sel horizontal membawa sinyal dari satu sel batang atau satu sel
kerucut ke sel fotoreseptor lain dan ke sel bipolar lain; sel-sel amakrin
menyebarkan informasi tersebut dari satu sel bipolar ke beberapa sel ganglion.
Ketika sel kerucut merangsang sebuah sel horizontal, sel horizontal akan
merangsang reseptor yang berdekatan namun menghambat reseptor yang lebih
jauh dan sel bipolar yang tidak diterangi, yang membuat berkas cahaya nampak
lebih terang dan sekitarnya yang gelap nampak lebih gelap. Integrasi ini, yang
disebut inhibisi lateral, mempertajam bagian tepi dan meningkatkan kontras
bayangan. Inhibisi lateral diulangi oleh interaksi sel-sel amakrin dengan sel-sel
ganglion dan terjadi pada semua tingkat pengolahan visual.
Akson sel-sel ganglion membentuk saraf optik yang menghantarkan
sensasi dari mata ke otak. Saraf optik dari kedua mata bertemu pada kiasma optik
di dekat pusat dasar korteks serebral. Saluran saraf optik kiasma tersusun
sedemikian rupa sehingga sensasi visual dari medan visual bagian kiri kedua mata
dihantarkan ke sisi kanan otak, dan sensasi visual pada medan visual kanan
dihantarkan ke sisi kiri otak. Sebagian besar akson sel ganglion menuju ke
nukleus genikulata lateral talamus. Neuron nukleus genikulata lateral terus ke
belakang sampai ke korteks visual primer di lobus occipitalis serebrum.
Interneuron tambahan membawa informasi ke pusat integrasi dan pengolahan
yang lebih kompleks di suatu tempat yang lain di dalam korteks.
43

Gambar 16. Jalur neural penglihatan. Setiap saraf optik mengandung sekitar sejuta akson yang
bersinapsis dengan interneuron di nukleus genikulata lateral. Nukleus merelai sensasi ke korteks
visual primer, salah satu dari banyak pusat otak yang bekerjasama dalam membangun persepsi
visual kita.
Sumber : Campbell,2010
Titik demi titik informasi pada medan visual diproyeksikan di sepanjang
neuron ke korteks visual sesuai posisinya pada retina, akan tetapi informasi yang
diterima oleh otak sangat terdistorsi. Bagaimana otak mengubah suatu kumpulan
potensial aksi yang kompleks yang menggambarkan bayangan dua dimensi yang
diproyeksikan ke retina menjadi persepsi tiga dimensi tentang lingkungan sekitar
kita? Para peneliti memperkirakan bahwa total 30% dari korteks serebral (ratusan
juta interneuron atau mungkin lusinan pusat integrasi) berperan dalam
memformulasikan apa yang sesungguhnya kita lihat. Penentuan bagaimana pusat
ini mengintegrasikan komponen penglihatan kita seperti warna, pergerakan,
kedalaman, bentuk, dan detail adalah fokus penelitian yang menarik dan
berkembang pesat.

Kelainan dan penyakit pada sistem penglihatan manusia


1) Rabun Dekat
Rabun dekat atau hipermetropi atau hiperopia adalah gangguan pada
penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu pipih. Bayangan benda yang
dilihat terbentuk di belakang retina sehingga mata tidak dapat melihat benda-
benda yang dekat. Penglihatan penderita hipermetropi dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata berlensa cembung atau positif. Dengan lensa cembung,
sinar yang jatuh di belakang retina akan dikembalikan tepat pada retina sehingga
dapat melihat benda dari jarak dekat.
44

Gambar 17. Hipermetropi


Sumber : Hidayat T, 2013
2) Rabun Jauh
Rabun jauh adalah kebalikan dari rabun dekat, mata dengan lensa terlalu
cembung atau bulat mata terlalu panjang. Rabun jauh adalah ketidakmampuan
mata untuk melihat dalam jarak yang jauh. Bayangan yang dihasilkan akan jatuh
di depan retina. Penderita rabun jauh dapat menggunakan kacamata berlensa
cekung atau negatif. Lensa cekung akan menempatkan kembali bayangan tepat di
titik retina, sehingga mata dapat melihat benda yang jauh. Siapa yang bisa terkena
rabun jauh? Mereka yang : memiliki keturunan orang tuanya yang juga penderita
miopia, kurang asupan makanan bergizi terutama makanan yang mengandung
vitamin A, memiliki kebiasaan buruk melihat benda dengan jarak yang sangat
dekat misalnya melihat televisi terlalu dekat, membaca terlalu dekat dan kurang
cahaya dll.

Gambar 18. Miopi


Sumber : Hidayat T, 2013
45

3) Presbiopi (Mata Tua)


Presbiopi adalah suatu keadaan gangguan penglihatan yang umum terjadi
karena faktor usia. Presbiopi sering disebut kondisi penuaan mata, dimana
menyebabkan mata tidak mampu fokus melihat dari jarak dekat dan tidak dapat
melihat benda jauh dengan jelas, karena ada masalah yang berkaitan dengan
pembiasan pada mata. Mata tidak mampu memfokuskan cahaya langsung ke
retina akibat pengerasan dari lensa alami. Penuaan mempengaruhi serat otot di
sekitar mata sehingga sulit bagi mata tua untuk fokus pada objek dekat, sehingga
ketidakefektifan lensa menyebabkan cahaya berfokus ke retina, menyebabkan
berkurangnya penglihatan pada benda-benda yang dekat. Ketika kita muda, lensa
mata masih lembut dan fleksibel, memungkinkan otot-otot kecil di dalam mata
dapat dengan mudah membentuk kembali lensa untuk fokus pada benda dekat
maupun jauh. Kacamata berlensa cekung dan cembung sekaligus adalah cara
paling sederhana dan paling aman untuk mengoreksi presbiopi.

Gambar 19. Presbiopi


Sumber : Hidayat T, 2013
4) Astigmatisma
Astigmatisma atau mata silindris adalah suatu kondisi mata/penglihatan
dimana penglihatan menjadi kabur, disebabkan oleh bentuk kornea yang tidak
teratur, dimana lensa mata mempunyai cekungan yang berbeda antara tengah dan
pinggir. Dikarenakan bayangan benda jatuh di retina mata ada dua tidak satu,
sehingga efeknya adalah penderita melihat benda seakan menjadi dua/kabur/blur.
Penderita astigmatisma reguler (melihat garis vertikal terlihat kabur dan garis
horisontal terlihat jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris.
Selain dengan kacamata, penderita silindris bisa mendapatkan visi yang jelas
46

dengan menggunakan lensa kontak, orthokeratology, laser dan prosedur operasi


bias lainnya.

Gambar 20. Astigmatisme


Sumber : Hidayat T, 2013
5) Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidarasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progressif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital, atau
penyakit mata local menahun.

Gambar 21. Katarak


Sumber : Hidayat T, 2013
6) Rabun Senja
Rabun senja atau nyctalopia atau hemeralopi adalah gangguan penglihatan
kala senja atau malam hari atau dalam cahaya redup. Rabun senja juga sering
disebut rabun ayam, karena ayam tidak dapat melihat jelas saat senja atau malam
hari. Rabun senja terjadi karena adanya kerusakan pada sel retina yang seharusnya
dapat bekerja saat melihat benda/objek dengan cahaya yang kurang atau redup.
47

Penyebab terjadinya rabun senja antara lain; katarak, rabun jauh, pemakaian obat-
obatan tertentu, kekurangan vitamin A (walaupun sangat jarang), bawaan dari
lahir, mata minus dll. Penderita rabun senja dapat menyebabkan masalah dengan
mengemudi di malam hari, kesulitan melihat bintang, berjalan di ruangan/tempat
yang gelap dll. Rabun senja dapat dikurangi dengan mengkonsumsi suplemen
vitamin A atau jika sangat mengganggu penglihatan secara signifikan, maka
sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Agar diketahui
penyebabnya dan dapat segera diperbaiki, misalnya dengan kacamata atau
pengangkatan katarak.

7) Buta Warna
Buta warna terjadi ketika ada masalah dengan butiran sensor-warna
(pigmen) dalam sel-sel saraf tertentu dari mata. Buta warna sama sekali bukanlah
bentuk kebutaan, tetapi kekurangan dalam cara Anda melihat warna dan kesulitan
dalam membedakan warna tertentu, seperti biru dan kuning atau merah dan hijau.
Buta warna dapat menurun dan laki-laki lebih sering terkena kasus buta warna
daripada perempuan. Buta warna karena keturunan tidak dapat disembuhkan,
tetapi dapat dibantu dengan memakai kacamata lensa warna, untuk membantu
membedakan warna lebih dengan mudah. Atau kacamata dengan lensa yang dapat
mengurangi cahaya, karena jika terlalu terang atau silau penderita buta warna
lebih sulit membedakan warna.

Gambar 22. Contoh penglihatan penderita buta warna


Sumber : Hidayat T, 2013
48

8) Kebutaan
Kebutaan adalah kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor
fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya
penglihatan yang tidak dapat dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa
kontak. Kebutaan terbagi menjadi dua, parsial dan lengkap. Kebutaan parsial
berarti memiliki visi/pandangan yang sangat terbatas. Kebutaan lengkap berarti
tidak dapat melihat apa-apa dan tidak bisa melihat cahaya. Kebutaan/kehilangan
penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba atau selama periode waktu. Kebutaan
dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya adalah: kecelakaan atau luka
pada permukaan mata, diabetes, glukoma, mengacu pada kondisi mata/penyakit
mata yang menyebabkan kerusakan pada syaraf optik, sehingga lama kelamaan
menjadi kebutaan, degenerasi makula, adalah gangguan mata yang perlahan-lahan
menurunkan ketajaman, penglihatan sentral sehingga sulit untuk melihat detil
seperti membaca dan menulis. Seiring dengan perkembangan dunia medis,
kebutaan dapat disembuhkan dengan implan steroid dalam suntikan yang
melepaskan obat antiinflamasi di dekat retina. Namun biayanya pun sangatlah
mahal. Beberapa tips agar terhindar dari kebutaan, ada baiknya perlu diikuti,
seperti; menggunakan kacamata agar terhindar dari sinar UV, menerapkan pola
hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vit A,
memeriksakan mata secara rutin bila sudah mencapai usia 40 tahun, berhati-hati
dalam menggunakan lensa kontak.

Gambar 23. Penggunaan huruf Braille


Sumber : Hidayat T, 2013
49

9) Pinguecula
Pinguecula adalah salah satu degenerasi konjungtiva mata (membran
mukosa tipis yang membatasi bagian dalam dari kelopak mata dan melipat ke
belakang membungkus permukaan depan dari bola mata) yang umum terjadi.
Pinguecula merupakan pertumbuhan jaringan tipis (selaput) non-kanker di
konjungtiva dan tidak berbahaya. Pinguecula terlihat seperti benjolan kecil di
ujung bola mata dekat dengan kornea dan berwarna kekuningan. Penyebab
pastinya belum diketahui, namun penyebab paling umum terjadi adalah karena
paparan sinar matahari dan iritasi mata. Pinguecula tidak memerlukan pengobatan,
misalnya dengan tindakan operasi atau tindakan medis lainnya. Hal yang dapat
dilakukan agar terhindar dari pinguecula adalah dengan menjaga mata tetap basah,
menghindari paparan langsung ultraviolet dengan menggunakan kacamata hitam,
hindari iritasi mata. Hubungi dokter jika pinguecula berubah ukuran, berubah
warna dan berubah bentuk.

Gambar 24. Pinguecula


Sumber : Hidayat T, 2013
10) Pterygium
Pterygium adalah salah satu penyakit mata yang ditunjukkan dengan
adanya pertumbuhan selaput tipis di konjungtiva yang menutupi bagian putih dari
mata dan meluas ke kornea. Pterygium hampir mirip dengan pinguecula. Hanya
saja pterygium berbentuk segitiga dan puncaknya terletak di kornea. Penyebab
pterygium juga belum diketahui secara pasti. Namun pterygium lebih sering
terjadi pada orang yang sering terpapar sinar UV, angin, berdebu dan orang-orang
yang bekerja di luar rumah. Para petani dan nelayan serta orang-orang yang
tinggal di dekat garis khatulistiwa lebih banyak terkena pterygium. Pterygium
50

adalah pertumbuhan jaringan non-kanker, namun jika pertumbuhannya cepat dan


meluas ke kornea, maka penglihatan penderita pterygium akan menjadi kabur dan
silau. Gejala pterygium diantaranya mata akan terasa mengganjal, sedikit gatal,
berair, tetapi adapula yang tidak memiliki gejala. Hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi pertumbuhan pterygium adalah menghindari kontak
langsung dengan sinar UV dengan menggunakan kacamata hitam jika berada di
luar dengan sinar matahari yang menyengat, menjaga mata tetap lembab dan
menghindari iritasi. Hubungi dokter jika pertumbuhan pterygium terjadi dengan
cepat dan mengganggu visi.

Gambar 25. Pterygium


Sumber : Hidayat T, 2013

5. Sistem Indra Penciuman


Banyak hewan yang menggunakan inderanya untuk menemukan pasangan
kawin (seperti ketika ulat sutra jantan merespon terhadap pheromones yang
diemisikan oleh betina), mengenali teritori yang ditandai dengan zat-zat kimia
(seperti ketika anjing dan kucing mencium bau dari batasan-batasan yang telah
dijaga oleh tetangga sekitarnya), dan membantu penjelajahan selama migrasi
(seperti ketika salmon menggunakan penciuman unik dari sungai tempat asal
mereka untuk kembali dan bertelur). “Percakapan“ kimiawi sangat penting
khususnya pada hewan, seperti semut dan lebah, yang hidup dalam kelompok
sosial yang besar. Pada semua hewan, pengecapan (gustasi) dan penciuman
(olfaksi) sangat penting dalam perilaku pencarian dan pengambilan makanan.
Sebagai contoh, seekor hydra memulai gerakan menelan ketika kemoreseptor
mendeteksi senyawa glutathione, yang dikeluarkan oleh mangsa yang ditangkap
oleh tentakel hidra tersebut.
51

Persepsi pengecapan dan penciuman bergantung pada kemoreseptor yang


mendeteksi zat kimia spesifik di lingkungan. Pada hewan terestrial, pengecapan
adalah pendeteksian zat kimia tertentu yang disebut tastants yang terdapat dalam
suatu larutan, dan penciuman adalah pendeteksian odorants yang dibawa melalui
udara. Akan tetapi, kedua indera kimiawi ini umumnya saling berhubungan erat,
dan sebenarnya tidak ada perbedaan antara keduanya dalam lingkungan akuatik.
Reseptor pengecapan pada serangga terletak pada rambut sensoris di kaki
dan mulut yang disebut sensila. Hewan menggunakan indera pengecapannya
untuk menyeleksi makanan. Rambut pengecap mengandung sel kemoreseptor,
yang masing-masing secara khusus responsif terhadap suatu golongan stimulus
kimiawi tertentu, seperti gula atau garam. Dengan mengintegrasikan sensasi
(impuls saraf) dari sel-sel reseptor yang berbeda ini, otak serangga ternyata dapat
membedakan jumlah pengecapan yang sangat banyak. Serangga dapat juga
mencium zat kimia yang terkandung di udara, dengan menggunakan sensila
olfaktoris, yang umumnya berlokasi di antena.
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung terdiri dari kulit,
lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari
selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan konka hidung (konka nasalis).

Gambar 26. Anatomi Hidung


Sumber : Encyclopedia Britannica, 2003
52

Daerah yang sensitif tehadap rasa bau terletak pada bagian atap rongga
hidung dimana terdapat 2 jenis sel yaitu sel penyokong dan sel-sel pembau.

Gambar 27. Sel Olfaktoris


Sumber : Campbell, 2010

Tidak seperti gustasi, dalam olfaksi, sel sensorinya adalah neuron. Sel
reseptor olfaktoris melapisi bagian atas dari rongga hidung dan mengirimkan
impuls sepanjang akson secara langsung kepada bola olfaktoris otak. Ujung-ujung
sel reseptif mengandung sillia yang memanjang ke dalam lapisan mukus yang
melapisi rongga hidung. Ketika sebuah bau berdifusi ke dalam area ini, bau
tersebut akan terikat pada protein GPCR spesifik yang disebut odorant receptor
(OR) pada membran plasma dari silia olfaktoris. Kejadian ini menggerakkan
tranduksi sinyal yang mengarah kepada produksi AMP siklis. Dalam sel olfaktori,
AMP siklis membuka saluran dalam membran plasma yang permeabel terhadap
Na+ and Ca2+. Aliran ion ini ke dalam sel reseptor memandu depolarisasi
membran yang membangkitkan potensial aksi yang menuju otak.
Manusia dapat membedakan ribuan bau-bauan yang berbeda. Hal ini
kemungkinan didasarkan pada beberapa bau utama, analog dengan citarasa dasar
pada sistem gustasi. Level untuk membedakan sensor ini membutukan banyak OR
yang berbeda. Pada 1991, Richard Axel dan Linda Buck yang bekerja pada
Columbia University, menemukan lebih dari 1000 kelompok gen OR (sekitar 3%
dari keseluruhan gen manusia). Masing-masing sel reseptor olfaktoris muncul
untuk mengekspresikan satu gen OR. Sel dengan selektivitas odorant yang
53

berbeda diinterpretasikan di rongga hidung. Sel yang mengekspresikan gen OR


yang sama mentransmisikan potensial aksi kepada area kecil yang sama dari bola
olfaktoris. Pada 2004, Axel dan Buck mendapat penghargaan nobel untuk
penelitian mereka dalam kelompok gen dan reseptor yang berfungsi dalam olfaksi.

Gambar 28. Penciuman pada manusia. Molekul odorant terikat pada protein reseptor spesifik di
dalam membran plasma dari sel reseptor olfaktoris, menggerakkan potensial aksi.
Sumber : Campbell, 2010
Meskipun jalur reseptor dan otak untuk pengecapan dan penciuman berdiri
sendiri-sendiri, namun kedua indera tersebut saling berinteraksi. Sesungguhnya,
kebanyakan apa yang kita sebut pengecapan adalah penciuman. Jika sistem
olfaktoris dihambat, seperti pilek dan flu, persepsi pengecapan akan sangat
berkurang drastis.
Ketidakmampuan hidung untuk mencium bau disebut anosmia. Anosmia
diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Terjadinya penyumbatan rongga hidung, misalnya akibat pilek dan
pembengkakan kelenjar polip
b. Gangguan pada urat saraf indera pembau
Agar hidung dapat berfungsi dengan baik, hidung harus dirawat. Setiap
hari hidung harus dibersihkan dan jika terkena pilek jangan biarkan terlalu lama
karena dapat merusak indera penciuman.
54

Pada pembahasan kita mengenai mekanisme sensoris, kita telah melihat


banyak contoh bagaimana input sensoris pada sistem saraf menghasilkan
pergerakan tubuh spesifik yang kita amati sebagai perilaku hewan. Gerakan
berenang pada planaria yang menjauhi cahaya, perilaku melarikan diri pada
ngengat yang mendengar sonar kelelawar, gerakan mencari dan mengambil
makanan pada seekor hydra ketika ia mengecap glutathione, dan gerakan menuju
tempat tinggal pada salmon yang dapat membaui aliran sungai tempatnya
berkembang biak, semuanya ini hanya beberapa kasus yang kita paparkan sejauh
ini.
Kelainan dan penyakit pada sistem penciuman manusia dintaranya
a. Influenza adalah penyakit yang ditandai oleh gejala batuk, pilek, dan
terkadang suhu badan meningkat. Penyakit ini dapat sembuh tanpa obat. Jika
influensa berlangsung lebih dari satu minggu atau menimbulkan panas, batuk,
lendir, sampai sakit dada, maka penderita mengalami radang cabang
tenggorokan (bronchitis) atau radang paruparu (pneumonia).
b. Alergi disebabkan oleh masuknya benda asing ke dalam saluran tenggorokan.
Saat terkena alergi, penderita biasanya akan mengalami bersin-bersin.
c. Pilek adalah gejala yang timbul karena Influenza atau yang juga biasa lebih
dikenal dengan nama Flu dan merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus.
d. Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau
tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah.
Tumor ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang
mengalami masa puber.
e. Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma
disebabkan oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun.
Papiloma bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak
tidak dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran udara.
f. Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh
adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi
asing ke dalam saluran tenggorokan.
55

g. Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang


yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi
dalam waktu menahun (kronis).
h. Anosmia, adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk
membau. Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau
infeksi di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor
otak bagian depan. Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu
penyebabnya.
i. Disosmia. Dinosmia adalah salah satu gangguan pada indra penciuman yang
mengakibatkan penderita mengalami perubahan penciuman sehingga
penderita merasa selalu mencium bau yang tidak enak. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh infeksi di dalam sinus, kerusakan parsial pada syaraf
olfaktoris, kurangnya kebersihan mulut.
j. Hiposmia. Hiposmia adalah kondisi dimana berkurangnya kemampuan untuk
mencium bau. Jika pada Anosmia penderita tidak dapat mencium bau sama
sekali, maka pada hiposmia penderita hanya kehilangan sensitifitas bau
tertentu.
k. Hipernosmia. Hipernosmia juga merupakan salah satu gangguan pada indra
penciuman, yaitu penciuman yang berlebihan. Namun gangguan ini sangat
jarang terjadi.
l. Polip Hidung. Polip Hidung adalah gangguan pada indra penciuman dimana
penderita mengalami gangguan berupa adanya pertumbuhan sel yang bersifat
jinak di selaput lendir hidung. Hal ini bisa disebabkan oleh reaksi hipersensitif
atau juga bisa karena alergi.

6. Sistem Indra Pengecapan (Lidah)


Lidah merupakan indra yang digunakan untuk mendeteksi zat kimia
(tastan) dari lingkungan yang masuk ke dalam tubuh. Sel reseptor pengecapan
pada mamalia adalah sel epitel termodifikasi yang terorganisasi menjadi kuncup
pengecap. Kuncup ini bisa kita temui di papila. Papila ini yang menyebabkan
permukaan lidah bersifat kasar.
56

Gambar 29. Anatomi Lidah


(Sumber: Mayasari A, 2011)
Reseptor pada kuncup ini akan mengenali 5 tipe tastan, yaitu asin, manis,
asam, pahit dan lezat/umami (daging dan keju). Wilayah lidah manapun bisa
mendeteksi kelima rasa tersebut. Sehingga peta pengecapan lidah yang ada di
masyarakat merupakan hal yang salah. Proses bagaimana lidah kita dapat
merasakan rasa manis ditunjukan oleh gambar 33.
57

Gambar 30. Transduksi sensoris pada reseptor manis


(Sumber: Campbell, 2010)
Seperti reseptor pengecapan pada serangga, data sensoris yang
ditransmisikan oleh neuron sensoris dari kuncup pengecapan ke otak mamalia
menggambarkan stimulasi berbagai kelas reseptor yang berbeda. Meskipun
masing-masing sel reseptor lebih responsif terhadat suatu jenis zat tertentu, sel
reseptor sesungguhnya dapat dirangsang oleh suatu kisaran zat kimia yang luas.
Dari tiap citarasa makanan atau tegukan minuman, otak mengintegrasikan input
yang berbeda dari kuncup pengecapan, dan mempersepsikan citarasa yang
kompleks. Para peneliti telah mengidentifikasi protein reseptor untuk semua
citarasa kecuali asin. Reseptor ini dibagi menjadi dua kategori, masing-masing
58

evolusioner ini berkaitan dengan reseptor pada sensasi yang lain. Sel pengecap
mengekspresikan satu tipe reseptor dan mendeteksi hanya salah satu jenis rasa.
Berikut ini adalah beberapa kelainan yang bisa terjadi pada lidah manusia :
a. Sariawan
Sariawan adalah gejala erosi pada lapisan epitel di dalam mulut yang dapat
menimbulkan rasa perih ketika makan. Sariawan bisa terjadi di lidah atau pipi.
Sariawan disebabkan oleh kekurangan vitamin C, makan makanan yang bersifat
panas, kekurangan zat besi, atau karena penurunan daya tahan tubuh.
b. Oral candidosis
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans. Gejalanya lidah
akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
c. Atropic glossitis
Penyakit ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat
baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling
sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada
penderita anemia.
d. Geografic tongue
Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian
pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih
tebal.
e. Fissured tongue
Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah,
kadang juga bercabang-cabang.
f. Glossopyrosis
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas
dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini
kebanyakan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
59

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai


berikut
1. Alur sensoris dari rangsangan yang datang diawali dengan proses penerimaan
sensoris, transduksi sensoris, transmisi, sampai akhirnya persepsi. Proses-
proses ini melibatkan alat indera yang masing-masing di dalamnya terdapat
reseptor sensoris yang berfungsi menerima berbagai rangsangan yang datang
baik berupa perubahan bentuk fisik (mekanoreseptor), rasa sakit (pain
receptor), energi elektromagnetik (electromagnetic receptor), dan zat kimia
(kemoreseptor),. Interaksi alat-alat ini dengan otak akan menyebabkan
munculnya respon terhadap berbagai jenis rangsangan tersebut. Alat-alat
indera tersebut meliputi mata, telinga, hidung, lidah dan kulit.
2. Sistem Pencernaan manusia terdiri dari dua jenis yaitu pencernaan secara
kimiawi dan pencernaan secara mekanik. Proses pencernaan diawali dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan berakhir di
anus
3. Terdapat empat jenis mekanisme makan utama dari hewan yaitu pemakan
substrat, pemakan fluida, pemakan bongkahan dan pemakan cairan.
60

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.


Hidayat, Tanzil. 2013. Penyakit dan Gangguan pada Mata. [online] tersedia:
http://tanzilhidayat27.blogspot.co.id/2013/06/10-penyakit-dan-
gangguan-pada-mata.html (diakses 10 Mei 2018)
Mayasari, Anisa. 2011. Struktur Atanomi Lidah. [Tersedia online
http://annisamayasari.blogspot.co.id/2011/04/41-struktur-dan-
anatomi-lidah.html.

Anda mungkin juga menyukai