Makalah
MANUSIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA-Biologi
Oleh :
Dea Santika Rahayu (1707726)
Devi Aulia Rachmayati (1707938)
Fitria Nurdianti (1707503)
SEKOLAH PASCASARJANA
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “sistem pencernaan dan sistem
indera” ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA Biologi.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PENCERNAAN
1. Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva).
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas
mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan akar
gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email
yang berwarna putih. Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang
berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak
makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Dan terdapat
pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan
submandibularis.
Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau
amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang
dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Kehadiran makanan dalam
6
rongga mulut akan memicu refleks saraf yang menyebabkan kelenjar ludah
mengeluarkan ludah melalui ductus (saluran) ke rongga mulut. Ludah bisa
dihasilkan bahkan sebelum makanan masuk ke mulut, karena adanya rangsangan
dari aroma masakan atau rangsangan lain. Di dalam ludah terkandung glikoprotein
yang disebut musin. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di
antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan ini
kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus. Kemudian
bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.
3. Lambung
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara
mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Lambung dapat menyimpan
keseluruhan makanan yang dimakan dalam satu waktu, maka tidak perlu makan
terus-menerus. Lambung dapat meregang ntuk menampung sekitar 2 liter
makanan dan air. Di dalam lambung terdapat getah lambung yang mengandung
HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin. Getah lambung
mempunyai pH sekitar 2, yang berfungsi membunuh sebagian besar bakteri dalam
makanan yang tertelan. Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi
peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melalui
pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang
disebut kimus (bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus
halus.
8
Gambar 4. Lambung
4. Usus halus
Usus mempunyai panjang kurang lebih sekitar 6 m pada manusia, usus
halus mempunyai diameter yang kecil dibandingkan usus besar. Usus halus
memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus tengah (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pankreas dan saluran empedu.
Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju
duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung
empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk
menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Organ hati melakukan
berbagai fungsi penting dalam tubuh, termasuk produksi empedu, empedu
mengandung garam empedu yang bertindak dalam penyerapan lemak. Empedu
juga mengandung pigmen yang dikeluarkan tubuh bersama dengan feses.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini
terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan
setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat
makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan
mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, gliserol, dan vitamin yang larut
9
dalam lemak setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh
getah bening dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.
5. Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam
usus besar. Usus besar mempunyai panjang sekitar 1,5 m dan berbenuk huruf U
terbalik. Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik
(ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian yang
menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang
sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri
atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat tercerna, misalnya
selulosa.
Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bila kadar air
pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap
kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka
dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan. Di
dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu
membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh
tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui
anus. Jika lapisan kolon terinfeksi atau teriritasi virus atau bakteri, misalnya
jumlah air yang dapat diserap kembali akan lebih sedikit dibandingkan dengan
keadaan normal, yang menyebabkan diare. Kebalikan dari keadaan tersebut, jika
10
pergerakan feses terlalu lambat, kelebihan air diserap dan feses menjadi padat dan
keras.
Satu fungsi kolon adalah untuk menyerap kembali air yang telah masuk ke
dalam saluran pencernaan sebagai pelarut getah pencernaan. Sekitar 7 liter cairan
disekresikan ke dalam saluran pencernaan setiap hari.
ZAT MAKANAN
Zat makanan disebut juga biomolekul karena merupakan senyawa atau
molekul kimia yang dibutuhkan untuk dapat hidup dengan baik (bio = hidup;
molekul = senyawa). Zat makanan tersebut dapat dikelompokkan menurut jumlah
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yaitu zat makanan makro dan zat makanan
mikro. Zat makanan makro,yaitu zat makanan yang diperlukan tubuh dalam
jumlah besar, antara lain berupa karbohidrat, protein, lemak, dan air. Zat makanan
mikro, yaitu zat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, antara lain
berupa vitamin dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat tersimpan dalam tubuh tumbuhan dan merupakan hasil
sintesis senyawa anorganik yang mengandung unsurunsur C, H, dan O menjadi
senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut dapat digolongkan menurut jumlah
senyawa penyusunnya yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Fungsi karbohidrat diantaranya:
a) Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi bagi tubuh antara lain sebagai
berikut.
11
Sumber energi utama dan tidak dapat diganti dengan sumber energi yang lain
pada beberapa organ, yaitu otak, lensa mata, dan sel saraf.
b) Menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
c) Membantu proses penyerapan kalsium.
2. Protein
Protein merupakan unsur penting dalam tubuh karena sebagai komponen
utama pembentukan enzim yang berfungsi sebagai biokatalis. Protein juga
merupakan komponen penyusun tubuh, seperti kuku dan rambut. Pada dasarnya
protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),
dan kadang-kadang mengandung belerang (S) atau fosfor (P). Unsur-unsur ini
tersusun dalam struktur dasar penyusun protein. Protein dapat diperoleh dari
berbagai sumber bahan makanan. Fungsi protein yaitu:
a) Untuk pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh.
b) Merupakan sumber energi, setiap 1 gram protein menghasilkan energi sebesar
4,1 kalori.
c) Penyusun hormon, zat antibodi, dan organela lainnya.
d) Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
3. Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H,
O (karbon, hidrogen, dan oksigen) dan kadang-kadang P dan N (fosfor dan
nitrogen). Lemak tidak dapat larut alam air, melainkan larut dalam kloroform,
eter, dan minyak tanah. Sumber lemak bisa berasal dari tumbuhan yang disebut
lemak nabati. Lemak nabati bisa diperoleh dari makanan, antara lain kelapa,
minyak kelapa, kacang-kacangan, kedelai, avokad, zaitun, dan lain-lain. Adapun
sumber lemak yang berasal dari hewan disebut lemak hewani. Lemak hewani bisa
diperoleh dari daging, susu, mentega, telur, ikan, dan sebagainya.
Fungsi lemak yaitu :
a) sebagai pelarut vitamin (A, D, E, dan K),
b) pelindung organ tubuh
c) penahan rasa lapar karena lemak membutuhkan waktu yang lama untuk
dicerna dan sebagai penyedap makanan.
4. Vitamin
12
gigi taring tajam untuk merobek, dua geraham depan untuk menggerus, dan
tiga geraham untuk melumatkan.
Contoh lain adalah ular berbisa, memiliki gigi taring yang termodifikasi
untuk menyuntikan bisa ke dalam tubuh mangsanya. Beberapa gigi taring
berlubang, seperti alat suntik, sementara yang lain meneteskan racunnya di
sepanjang lekukan pada permukaan gigi itu.
Perbandingan saluran pencernaan karnivora dan herbivora
makanannya supaya hancur. Sedangkan gigi seri berukuran besar dan lebar
berbentuk pahat berfungsi untuk memotong dan mencabik makanan serta untuk
memperkecil ukurannya agar mudah dikunyah.
Kelenjar ludah di dalam mulut mensekresikan air liur dalam jumlah sangat
banyak dan mengandung natrium bikarbonat sehingga dapat membasahi makanan
dan menjaga kondisi rumen (lambung) selalu lembap. Natrium bikarbonat
memberikan suasana basa pada makanan, yaitu memiliki pH kurang dari 8,5.
Jika kita perhatikan sapi saat makan, terlihat seolah-olah sapi melakukan
gerakan mengunyah secara terus-menerus. Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Ternyata sapi sering memuntahkan kembali makanan dari bagian lambung, yaitu
retikula rumen (rumen dan retikulum) ke mulut untuk dikunyah kembali.
Tujuannya untuk menghaluskan makanan yang masih kasar, kemudian ditelan
kembali. Karena peristiwa inilah sapi disebut hewan ruminansia. Lambung
ruminansia dapat dibedakan menjadi bagian depan dengan ukuran yang besar,
yaitu rumen, retikulum, dan omasum serta bagian yang berada di belakang dengan
ukuran lebih kecil yang disebut abomasums.
Makanan yang sudah dihancurkan di dalam mulut dicampur dengan air
liur dan ditelan melalui kerongkongan (esophagus) masuk lambung, yaitu pada
bagian retikulo-rumen. Di dalam retikulo-rumen ini makanan dicerna menjadi
bubur dengan gerakan mengaduk dari kontraksi otot dinding retikulo-rumen.
Setelah itu, makanan dimuntahkan kembali melewati kerongkongan masuk ke
dalam mulut untuk dikunyah kembali. Selanjutnya, makanan turun kembali ke
rumen. Di dalam retikulo-rumen terdapat bakteri anaerob dan Protozoa dengan
konsentrasi masing-masing kurang lebih 109 tiap cc dan 106 setiap cc dari isi
rumen. Aktivitas bakteri dan Protozoa ini adalah untuk menfermentasikan
makanan di retikulo-rumen. Selulosa diubah menjadi selobiosa dan kemudian
diubah menjadi glukosa-1-fosfat.
Makanan kemudian masuk ke dalam omasum, dan diteruskan ke
abomasum yang merupakan lambung sebenarnya. Di dalam abomasum terdapat
getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makanan. Dari abomasum,
makanan masuk ke dalam usus. Usus ruminansia berukuran lebih panjang
daripada hewan lain yang ukuran tubuhnya sama. Hal ini disebabkan karena
15
makanan dicerna dengan bantuan bakteri dalam waktu yang agak lama di dalam
usus dan dicerna sedikit demi sedikit. Bakteri-bakteri ini melakukan fermentasi
selulosa dan membebaskan isi sel tumbuhan sehingga mudah dicerna. Pati dicerna
oleh amilase bakteri dan protozoa menjadi maltose dan isomaltosa. Oleh maltase
diubah menjadi glukosa dan glukosa-6-fosfat. Sukrosa diubah menjadi fruktosa
dan glukosa oleh sukrase bakteri dalam protozoa. Dari hal ini sehingga kita tidak
heran lagi bahwa makanan ruminansia berasal dari rumput yang keras dinding
selnya. Selulosa tidak tercerna oleh enzim-enzin pencernaan, tetapi dapat tercerna
oleh bakteri dan Protozoa. Selain itu bakteri dapat menghasilkan vitamin terutama
vitamin B.
b. Xerostomia
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai dengan
rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat makanan
kurang tercerna dengan baik.
c. Tukak Lambung
Tukak lambung terjadi karena adanya luka pada dinding lambung bagian dalam.
Maka secara teratur sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko timbulnya tukak
lambung.
d. Appendiksitis
Appendiksitis atau infeksi usus buntu, dapat merembet ke usus besar dan
menyebabkan radang selaput rongga perut.
e. Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun protozoa pada
usus besar. Karena infeksi tersebut, proses penyerapan air di usus besar terganggu,
akibatnya feses menjadi encer.
f. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit terjadi akibat penyerapan air yang berlebihan pada sisa
makanan di dalam usus besar. Akibatnya, feses menjadi sangat padat dan keras
sehingga sulit dikeluarkan. Untuk mencegah sembelit dianjurkan untuk buang air
besar teratur tiap hari dan banyak makan sayuran atau buah-buahan.
17
B. SISTEM INDERA
Pada bahasan ini, kita akan mengeksplorasi proses-proses penginderaan
dan tindakan pada invertebrata maupun vertebrata. Bahasan akan dimulai dengan
proses-proses sensoris yang menghantarkan informasi tentang lingkungan
eksternal dan internal ke otak. Semua rangsangan merepresentasikan bentuk
energi. Sensasi melibatkan pengubahan energi ini menjadi suatu perubahan dalam
potensial membran sel-sel reseptor sensoris sehingga meregulasi keluaran
potensial-potensial aksi ke sistem saraf pusat (SSP). Jalur-jalur sensoris memiliki
empat fungsi dasar yang sama yaitu penerimaan sensoris, transduksi, transmisi,
dan persepsi.
a. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor mengindra deformasi fisik yang diakibatkan oleh bentuk-
bentuk energi mekanis seperti tekanan, sentuhan, regangan, gerakan, dan suara.
Mekanoreseptor biasanya terdiri dari saluran-saluran ion yang tertaut ke struktur-
struktur yang memanjang di luar sel, misalnya “rambut” (silia) serta struktur-
struktur sel internal, misalnya sitoskeleton. Penekukan atau peregangan
struktur eksternal menghasilkan tegangan yang mengubah permeabilitas saluran-
saluran ion. Perubahan permeabilitas ion ini mengubah potensial membran,
menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi.
Indera atau sensasi sentuhan pada mamalia mengandalkan mekanoreseptor
yang sesungguhnya merupakan dendrit neuron sensoris yang dimodifikasi.
Reseptor sentuhan seringkali tertanam dalam lapisan jaringan ikat. Struktur
jaringan ikat dan lokasi reseptor sangat mempengaruhi tipe energi mekanis
(sentuhan ringan, getaran, atau tekanan kuat) yang merangsang reseptor dengan
paling baik. Reseptor yang mendeteksi sentuhan ringan atau getaran terletak di
dekat permukaan kulit, reseptor-reseptor tersebut mentransduksikan sedikit input
energi mekanis menjadi potensial reseptor. Reseptor yang merespons terhadap
18
tekanan dan fibrasi yang kuat dalam tubuh berada dalam lapisan kulit yang lebih
dalam. Reseptor sentuhan lainnya mengindra gerakan rambut. Misalnya, kucing
dan berbagai jenis rodensia memiliki mekanoreseptor yang sangat sensitif di
dasar misainya. Karena pembengkokan misai yang berbeda memicu potensial aksi
yang mencapai sel-sel berbeda di otak, misai hewan menyediakan informasi detail
tentang objek-objek di dekatnya.
Satu contoh interoreseptor yang distimulasi oleh distorsi mekanis adalah
gelendong otot (muscle spindle), atau reseptor regangan. Mekanoreseptor ini
memonitor panjang otot rangka. Gelendong otot mengandung serabut otot yang
termodifikasi yang bertautan dengan neuron sensoris dan tersusun sejajar dengan
otot. Ketika otot itu direnggangkan, serabut gelendong otot juga akan teregang,
yang mendepolarisasikan neuron sensoris dan memicu potensial aksi yang
dihantarkan kembali ke sumsum tulang belakang.
Sel rambut (hair cell) adalah salah satu jenis mekanoreseptor yang umum
dalam mendeteksi pergerakan. Sel-sel rambut ditemukan dalam telinga vertebrata
dan pada organ gurat sisi ikan dan amfibia, di mana sel-sel itu mendeteksi
pergerakan relatif terhadap lingkungan. “Rambut“ adalah silia atau mikrovili yang
mengalami spesialisasi. “Rambut“ mencuat ke atas dari permukaan sel-sel
rambut ke dalam kompartemen internal, seperti telinga bagian dalam manusia,
atau ke lingkungan eksternal, seperti kolam. Ketika silia atau mikrovili
membengkok ke satu arah, membran sel rambut meregang dan meningkatkan
permeabilitasnya terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi
peningkatan laju produksi impuls dalam neuron sensoris. Ketika silia
membengkok pada arah yang berlawanan, permeabilitas ion akan berkurang,
yang menurunkan jumlah potensial aksi pada neuron sensoris. Spesifisitas ini
memungkinkan sel-sel rambut merespons terhadap arah pergerakan, juga kekuatan
dan kecepatan pergerakan tersebut.
b. Kemoreseptor
Kemoreseptor meliputi reseptor umum yang menghantarkan informasi
mengenai konsentrasi zat terlarut total dalam suatu larutan dan reseptor spesifik
yang merespons terhadap masing-masing jenis molekul. Osmoreseptor pada otak
mamalia, misalnya, adalah reseptor umum yang mendeteksi perubahan
19
konsentrasi zat terlarut total dalam darah dan merangsang rasa haus ketika
osmolaritas meningkat. Reseptor air pada kaki lalat rumah merespons terhadap air
murni atau terhadap suatu larutan encer dari zat apapun. Sebagian besar hewan
juga mempunyai reseptor yang spesifik terhadap molekul penting, seperti glukosa,
oksigen, karbondioksida, dan asam amino. Pada semua contoh ini, molekul
stimulus berikatan dengan suatu tempat spesifik pada membran sel reseptor dan
memulai perubahan permeabilitas membran. Dua kelompok kemoreseptor lain
menunjukkan spesifisitas antara (intermediet). Reseptor gustatoris (pengecapan)
dan reseptor olfaktoris (penciuman) merespons terhadap kategori zat
kimia yang berkaitan. Manusia seringkali mengklasifikasikan kategori
seperti manis, asam, asin, atau pahit. Dua kemoreseptor yang paling sensitif dan
paling spesifik yang dikenal ditemukan pada antena ulat sutera jantan. Keduanya
mendeteksi kedua komponen kimia feromon seks ulat betina.
(a)
(b)
Gambar 1. Kemoreseptor pada serangga. (a) Antena ulat sutera jantan Bombyx mori
ditutupi oleh rambut sensoris, yang terlihat pada (b) pembesaran SEM.
Sumber : Campbell, 2010
c. Reseptor Elektromagnetik
Reseptor elektromagnetik (electromagnetic receptor) mendeteksi
berbagai bentuk energi elektromagnetik, seperti cahaya tampak, listrik, dan
magnetisme. Fotoreseptor yang mendeteksi radiasi yang kita kenal sebagai
cahaya tampak, seringkali diorganisasikan menjadi mata. Ulat mempunyai
respon inframerah yang sangat sensitif yang mendeteksi panas tubuh mangsa
yang berada di lungkungan yang lebih dingin. Beberapa ikan melepaskan
arus listrik dengan menggunakan elektroreseptor tertentu untuk menemukan
benda, seperti mangsa, yang mengacaukan arus listrik. Platipus, anggota golongan
mamalia monotremata, mempunyai elektroreseptor pada paruhnya yang
20
(a)
(b)
Gambar 2. Reseptor elektromagnetik khusus. (a) Ular derik (rattlesnack) dan ular beludak (pit
viper) lainnya (b) Beberapa hewan yang sedang bermigrasi, seperti paus beluga pada foto udara
Sumber : Campbell, 2010
d. Termoreseptor
Termoreseptor yang merespons terhadap panas atau dingin, membantu
mengatur suhu tubuh dengan cara mendeteksi suhu permukaan dan bagian dalam
21
reseptor ketika rambut dibengkokkan oleh partikel yang mengendap atau cairan
yang bergerak. Pada mamalia dan sebagian besar vertebrata darat lain, organ
sensoris untuk pendengaran dan kesetimbangan menyatu secara erat dalam
rongga-rongga yang dipenuhi oleh cairan dalam telinga.
menghasilkan suara bernada rendah. Manusia muda yang sehat dapat mendengar
suara dalam kisaran 20 sampai 20.000 Hz, anjing dapat mendengar suara setinggi
40.000 Hz, dan kelelawar dapat memancarkan dan mendengar suara berdetik
dengan frekuensi di atas 100.000 Hz, dan menggunakan kemampuan ini untuk
menemukan lokasi benda melalui sonar.
Tinggi nada dapat dibedakan oleh koklea karena tidak seragamnya
membran basiler di sepanjang koklea. Ujung proksimal yang dekat dengan jendela
oval relatif sempit dan kaku, sementara ujung distal yang dekat dengan pucuk
lebih luas dan lebih flexibel. Masing-masing bagian-bagian membran basiler
dipengaruhi oleh suatu frekuensi vibrasi tertentu. Neuron sensoris yang berkaitan
dengan bagian yang vibrasinya paling kuat pada setiap saat tertentu mengirimkan
sebagian besar potensial aksi (yang paling kuat) di sepanjang saraf auditoris. Akan
tetapi persepsi tinggi nada sesungguhnya bergantung pada pemetaan neural
otak. Neuron sensoris dari jalur auditoris diproyeksikan ke daerah auditoris
spesifik pada korteks serebral yang sesuai dengan bagian membran basiler
dimana sinyal itu berasal. Ketika tempat tertentu pada korteks dirangsang, kita
akan mempersepsikan suara dengan tinggi nada tertentu.
Beberapa organ pada telinga bagian dalam manusia dan sebagian besar
mamalia lain dapat mendeteksi posisi tubuh dan kesetimbangan. Di belakang
jendela oval terdapat vestibula yang memiliki dua ruangan, utrikel dan sakul.
26
(a)
(b)
Sistem gurat sisi hanya berfungsi di dalam air. Pada hewan vertebrata
terestrial, telinga bagian dalam telah berevolusi sebagai organ utama
pendengaran dan kesetimbangan. Beberapa amfibia mempunyai sistem gurat sisi
ketika berbentuk kecebong, akan tetapi gurat sisi tidak ada lagi ketika sudah
berubah menjadi katak dewasa yang hidup di darat. Pada telinga katak darat,
vibrasi suara yang mengalir di udara dihantarkan ke telinga bagian dalam oleh
membran timpani pada permukaan tubuh dan sebuah tulang telinga tengah.
Terdapat juga bukti-bukti bahwa paru-paru katak bervibrasi sebagai respons
terhadap suara dan memancarkan vibrasinya ke gendang telinga melalui pipa
auditoris. Suatu kantung samping kecil dari sakul berfungsi sebagai organ
pendengaran utama pada katak, dan sakul yang tumbuh membesar akan menjadi
koklea yang lebih rumit selama evolusi mamalia. Burung juga mempunyai sebuah
koklea, akan tetapi seperti amfibia dan reptilia, suara dihantarkan dari membran
timpani ke telinga bagian dalam melalui sebuah tulang tunggal, yaitu
sanggurdi.
9) Eksim. Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga
luar dan saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan,
pengelupasan kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari
telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan
saluran telinga.
10) Cedera. Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa
menyebabkan memar diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi
penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk
telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang
tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini
disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada pegulat dan petinju.
11) Tumor. Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor
yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan
penimbunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh dari tumor jinak
pada saluran telinga adalah:
a) Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)
b) Osteoma (tumor tulang)
c) Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah
terjadinya cedera).
12) Kanker. Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh
pada telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan
berulang-ulang. Pada stadium dini, bisa diatasi dengan pengangkatan
kanker atau terapi penyinaran. Pada stadium lanjut, mungkin perlu
dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang lebih luas. Jika kanker
telah menyusup ke kartilago, dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan
sel skuamosa juga bisa tumbuh di dalam atau menyebar ke saluran telinga.
korneum merupakan sel epitel selapis pipih yang mati dan menumpuk menjadi
berlapis-lapis. Stratum lusidum adalah laporan bening yang mendanung melanin
di bawah stratum korneum. Yang terakhir adalah stratum germinativum yaitu sel
yang membelah terus-menerus dan mendesak lapisan sel lama ke atas.
Gambar 10. Struktur mata vertebrata. Dalam penampang longitudinal mata ini, vitreous humor
yang mirip jeli digambarkan hanya pada paruh bagian bawah bola mata. Membran mukosa, atau
konjungtiva, yang mengelilingi sklera (bagian putih pada mata) tidak ditunjukkan.
Sumber : Campbell, 2010
Bagian luar bola mata vertebrata terdiri atas lapisan jaringan ikat yang
berwarna putih dan kuat yang disebut sklera dan lapisan bagian dalam yang tipis
dan berpigmen, yang disebut koroid (choroid). Lapisan sel-sel epitelium yang
rumit membentuk membran mukosa, konjungtiva (conjunctiva), yang menutupi
35
dengan bentuknya. Keduanya menyusun sekitar 70% reseptor sensoris pada tubuh,
suatu kenyataan yang menegaskan pentingnya mata dan informasi visual dalam
persepsi manusia terhadap lingkungannya.
terhadap cahaya merah, hijau, atau biru. Sel kerucut dapat membedakan warna
pada siang hari.
Penglihatan warna ditemukan pada semua kelas vertebrata, meskipun tidak
pada semua spesies. Jumlah relatif sel batang dan sel kerucut dalam retina
bervariasi di antara hewan yang berbeda-beda, berkolerasi dengan beberapa
tingkat keaktifan hewan di malam hari. Sebagian besar ikan, amfibia, reptilia, dan
burung mempunyai penglihatan warna yang kuat, akan tetapi pada mamalia,
manusia dan primata lain adalah kelompok minoritas yang mempunyai
kemampuan ini. Sebagian besar mamalia adalah nokturnal, dan jumlah sel batang
yang melimpah pada retina merupakan suatu adaptasi yang memungkinkan hewan
memiliki penglihatan yang tajam pada malam hari. Kucing, yang umumnya paling
aktif di malam hari, mempunyai penglihatan warna yang terbatas dan mungkin
melihat alam dengan warna pastel pada siang hari.
Sel batang pada mata manusia ditemukan dengan kerapatan paling padat
pada daerah pinggiran retina dan tidak ada sama sekali di fovea, pusat medan
visual. Anda tidak dapat melihat sebuah bintang yang redup pada malam hari
dengan memandangnya secara langsung, akan tetapi jika anda memandangnya
dengan sudut yang memfokuskan cahaya bintang ke bagian retina yang paling
banyak mengandung sel batang, anda akan mampu melihat bintang. Anda
mencapai penglihatan yang paling tajam di siang hari dengan cara melihat secara
lurus ke benda yang diinginkan, karena sel-sel kerucut terdapat paling padat pada
fovea, di mana terdapat sekitar 150.000 reseptor warna per mm2. Beberapa jenis
burung mempunyai lebih dari sejuta sel kerucut per mm2, yang memungkinkan
spesies seperti elang melihat dan menemukan mencit dan mangsa kecil lainnya
dari suatu ketinggian di langit. Pada retina mata, seperti pada semua struktur
biologis, keanekaragaman menggambarkan adaptasi evolusioner.
Ketika lensa vertebrata memfokuskan suatu citra cahaya pada retina,
bagaimana sel-sel retina mentrasduksikan stimulus tersebut menjadi sensasi-
potensial aksi yang menghantarkan informasi mengenai lingkungan ke otak?
Masing-masing sel batang atau sel kerucut mempunyai suatu segmen luar dengan
setumpuk lipatan membran, atau cakram, di mana pigmen penglihatan terbungkus.
Pigmen penglihatan terdiri dari molekul pigmen penyerap cahaya yang disebut
38
retinal (suatu turunan vitamin A) yang terikat pada suatu protein membran yang
disebut opsin. Opsin bervariasi dari satu jenis fotoreseptor ke jenis fotoreseptor
yang lain, dan kemampuan retinal untuk menyerap cahaya dipengaruhi oleh
identitas spesifik pasangan opsinnya.
Gambar 13. Produksi potensial reseptor dalam sel batang. Perhatikan bahwa dalam sel batang
(dan kerucut), potensial reseptor adalah hiperpolarisasi, bukan depolarisasi.
Sumber : Campbell,2010
Gambar 14. Aktivitas sinapsis sel batang dalam terang dan gelap
Sumber : Campbell,2010
terhadap corak intermediet bergantung pada perbedaan stimulasi dua atau lebih
jenis sel kerucut. Sebagai contoh, ketika sel kerucut merah dan hijau dirangsang,
kita mungkin bisa melihat warna kuning atau orange, bergantung pada populasi
sel kerucut mana yang paling kuat dirangsang. Buta warna, yang lebih banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita karena umumnya diwariskan
sebagai sifat yang terpaut seks, disebabkan oleh defisiensi atau tidak ada satu atau
lebih jenis sel kerucut.
Pengolahan informasi visual dimulai di retina itu sendiri. Akson sel batang
dan sel kerucut bersinapsis dengan neuron yang disebut sel bipolar, yang
selanjutnya bersinapsis dengan sel ganglion. Jenis neuron lain pada retina, sel
horizontal dan sel amakrin, membantu mengintegrasikan informasi sebelum
dikirim ke otak. Akson sel-sel ganglion kemudian mengirimkan sensasi yang
dihasilkan otak sebagai potensial aksi disepanjang saraf optik.
Sinyal dari sel batang dan sel kerucut mengikuti jalur vertikal atau lateral.
Dalam jalur vertikal, informasi berjalan dari sel reseptor ke sel bipolar hingga ke
sel ganglion. Sel-sel horizontal dan amakrin memudahkan integrasi sinyal visual
secara lateral. Sel-sel horizontal membawa sinyal dari satu sel batang atau satu sel
kerucut ke sel fotoreseptor lain dan ke sel bipolar lain; sel-sel amakrin
menyebarkan informasi tersebut dari satu sel bipolar ke beberapa sel ganglion.
Ketika sel kerucut merangsang sebuah sel horizontal, sel horizontal akan
merangsang reseptor yang berdekatan namun menghambat reseptor yang lebih
jauh dan sel bipolar yang tidak diterangi, yang membuat berkas cahaya nampak
lebih terang dan sekitarnya yang gelap nampak lebih gelap. Integrasi ini, yang
disebut inhibisi lateral, mempertajam bagian tepi dan meningkatkan kontras
bayangan. Inhibisi lateral diulangi oleh interaksi sel-sel amakrin dengan sel-sel
ganglion dan terjadi pada semua tingkat pengolahan visual.
Akson sel-sel ganglion membentuk saraf optik yang menghantarkan
sensasi dari mata ke otak. Saraf optik dari kedua mata bertemu pada kiasma optik
di dekat pusat dasar korteks serebral. Saluran saraf optik kiasma tersusun
sedemikian rupa sehingga sensasi visual dari medan visual bagian kiri kedua mata
dihantarkan ke sisi kanan otak, dan sensasi visual pada medan visual kanan
dihantarkan ke sisi kiri otak. Sebagian besar akson sel ganglion menuju ke
nukleus genikulata lateral talamus. Neuron nukleus genikulata lateral terus ke
belakang sampai ke korteks visual primer di lobus occipitalis serebrum.
Interneuron tambahan membawa informasi ke pusat integrasi dan pengolahan
yang lebih kompleks di suatu tempat yang lain di dalam korteks.
43
Gambar 16. Jalur neural penglihatan. Setiap saraf optik mengandung sekitar sejuta akson yang
bersinapsis dengan interneuron di nukleus genikulata lateral. Nukleus merelai sensasi ke korteks
visual primer, salah satu dari banyak pusat otak yang bekerjasama dalam membangun persepsi
visual kita.
Sumber : Campbell,2010
Titik demi titik informasi pada medan visual diproyeksikan di sepanjang
neuron ke korteks visual sesuai posisinya pada retina, akan tetapi informasi yang
diterima oleh otak sangat terdistorsi. Bagaimana otak mengubah suatu kumpulan
potensial aksi yang kompleks yang menggambarkan bayangan dua dimensi yang
diproyeksikan ke retina menjadi persepsi tiga dimensi tentang lingkungan sekitar
kita? Para peneliti memperkirakan bahwa total 30% dari korteks serebral (ratusan
juta interneuron atau mungkin lusinan pusat integrasi) berperan dalam
memformulasikan apa yang sesungguhnya kita lihat. Penentuan bagaimana pusat
ini mengintegrasikan komponen penglihatan kita seperti warna, pergerakan,
kedalaman, bentuk, dan detail adalah fokus penelitian yang menarik dan
berkembang pesat.
Penyebab terjadinya rabun senja antara lain; katarak, rabun jauh, pemakaian obat-
obatan tertentu, kekurangan vitamin A (walaupun sangat jarang), bawaan dari
lahir, mata minus dll. Penderita rabun senja dapat menyebabkan masalah dengan
mengemudi di malam hari, kesulitan melihat bintang, berjalan di ruangan/tempat
yang gelap dll. Rabun senja dapat dikurangi dengan mengkonsumsi suplemen
vitamin A atau jika sangat mengganggu penglihatan secara signifikan, maka
sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Agar diketahui
penyebabnya dan dapat segera diperbaiki, misalnya dengan kacamata atau
pengangkatan katarak.
7) Buta Warna
Buta warna terjadi ketika ada masalah dengan butiran sensor-warna
(pigmen) dalam sel-sel saraf tertentu dari mata. Buta warna sama sekali bukanlah
bentuk kebutaan, tetapi kekurangan dalam cara Anda melihat warna dan kesulitan
dalam membedakan warna tertentu, seperti biru dan kuning atau merah dan hijau.
Buta warna dapat menurun dan laki-laki lebih sering terkena kasus buta warna
daripada perempuan. Buta warna karena keturunan tidak dapat disembuhkan,
tetapi dapat dibantu dengan memakai kacamata lensa warna, untuk membantu
membedakan warna lebih dengan mudah. Atau kacamata dengan lensa yang dapat
mengurangi cahaya, karena jika terlalu terang atau silau penderita buta warna
lebih sulit membedakan warna.
8) Kebutaan
Kebutaan adalah kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor
fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya
penglihatan yang tidak dapat dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa
kontak. Kebutaan terbagi menjadi dua, parsial dan lengkap. Kebutaan parsial
berarti memiliki visi/pandangan yang sangat terbatas. Kebutaan lengkap berarti
tidak dapat melihat apa-apa dan tidak bisa melihat cahaya. Kebutaan/kehilangan
penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba atau selama periode waktu. Kebutaan
dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya adalah: kecelakaan atau luka
pada permukaan mata, diabetes, glukoma, mengacu pada kondisi mata/penyakit
mata yang menyebabkan kerusakan pada syaraf optik, sehingga lama kelamaan
menjadi kebutaan, degenerasi makula, adalah gangguan mata yang perlahan-lahan
menurunkan ketajaman, penglihatan sentral sehingga sulit untuk melihat detil
seperti membaca dan menulis. Seiring dengan perkembangan dunia medis,
kebutaan dapat disembuhkan dengan implan steroid dalam suntikan yang
melepaskan obat antiinflamasi di dekat retina. Namun biayanya pun sangatlah
mahal. Beberapa tips agar terhindar dari kebutaan, ada baiknya perlu diikuti,
seperti; menggunakan kacamata agar terhindar dari sinar UV, menerapkan pola
hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vit A,
memeriksakan mata secara rutin bila sudah mencapai usia 40 tahun, berhati-hati
dalam menggunakan lensa kontak.
9) Pinguecula
Pinguecula adalah salah satu degenerasi konjungtiva mata (membran
mukosa tipis yang membatasi bagian dalam dari kelopak mata dan melipat ke
belakang membungkus permukaan depan dari bola mata) yang umum terjadi.
Pinguecula merupakan pertumbuhan jaringan tipis (selaput) non-kanker di
konjungtiva dan tidak berbahaya. Pinguecula terlihat seperti benjolan kecil di
ujung bola mata dekat dengan kornea dan berwarna kekuningan. Penyebab
pastinya belum diketahui, namun penyebab paling umum terjadi adalah karena
paparan sinar matahari dan iritasi mata. Pinguecula tidak memerlukan pengobatan,
misalnya dengan tindakan operasi atau tindakan medis lainnya. Hal yang dapat
dilakukan agar terhindar dari pinguecula adalah dengan menjaga mata tetap basah,
menghindari paparan langsung ultraviolet dengan menggunakan kacamata hitam,
hindari iritasi mata. Hubungi dokter jika pinguecula berubah ukuran, berubah
warna dan berubah bentuk.
Daerah yang sensitif tehadap rasa bau terletak pada bagian atap rongga
hidung dimana terdapat 2 jenis sel yaitu sel penyokong dan sel-sel pembau.
Tidak seperti gustasi, dalam olfaksi, sel sensorinya adalah neuron. Sel
reseptor olfaktoris melapisi bagian atas dari rongga hidung dan mengirimkan
impuls sepanjang akson secara langsung kepada bola olfaktoris otak. Ujung-ujung
sel reseptif mengandung sillia yang memanjang ke dalam lapisan mukus yang
melapisi rongga hidung. Ketika sebuah bau berdifusi ke dalam area ini, bau
tersebut akan terikat pada protein GPCR spesifik yang disebut odorant receptor
(OR) pada membran plasma dari silia olfaktoris. Kejadian ini menggerakkan
tranduksi sinyal yang mengarah kepada produksi AMP siklis. Dalam sel olfaktori,
AMP siklis membuka saluran dalam membran plasma yang permeabel terhadap
Na+ and Ca2+. Aliran ion ini ke dalam sel reseptor memandu depolarisasi
membran yang membangkitkan potensial aksi yang menuju otak.
Manusia dapat membedakan ribuan bau-bauan yang berbeda. Hal ini
kemungkinan didasarkan pada beberapa bau utama, analog dengan citarasa dasar
pada sistem gustasi. Level untuk membedakan sensor ini membutukan banyak OR
yang berbeda. Pada 1991, Richard Axel dan Linda Buck yang bekerja pada
Columbia University, menemukan lebih dari 1000 kelompok gen OR (sekitar 3%
dari keseluruhan gen manusia). Masing-masing sel reseptor olfaktoris muncul
untuk mengekspresikan satu gen OR. Sel dengan selektivitas odorant yang
53
Gambar 28. Penciuman pada manusia. Molekul odorant terikat pada protein reseptor spesifik di
dalam membran plasma dari sel reseptor olfaktoris, menggerakkan potensial aksi.
Sumber : Campbell, 2010
Meskipun jalur reseptor dan otak untuk pengecapan dan penciuman berdiri
sendiri-sendiri, namun kedua indera tersebut saling berinteraksi. Sesungguhnya,
kebanyakan apa yang kita sebut pengecapan adalah penciuman. Jika sistem
olfaktoris dihambat, seperti pilek dan flu, persepsi pengecapan akan sangat
berkurang drastis.
Ketidakmampuan hidung untuk mencium bau disebut anosmia. Anosmia
diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Terjadinya penyumbatan rongga hidung, misalnya akibat pilek dan
pembengkakan kelenjar polip
b. Gangguan pada urat saraf indera pembau
Agar hidung dapat berfungsi dengan baik, hidung harus dirawat. Setiap
hari hidung harus dibersihkan dan jika terkena pilek jangan biarkan terlalu lama
karena dapat merusak indera penciuman.
54
evolusioner ini berkaitan dengan reseptor pada sensasi yang lain. Sel pengecap
mengekspresikan satu tipe reseptor dan mendeteksi hanya salah satu jenis rasa.
Berikut ini adalah beberapa kelainan yang bisa terjadi pada lidah manusia :
a. Sariawan
Sariawan adalah gejala erosi pada lapisan epitel di dalam mulut yang dapat
menimbulkan rasa perih ketika makan. Sariawan bisa terjadi di lidah atau pipi.
Sariawan disebabkan oleh kekurangan vitamin C, makan makanan yang bersifat
panas, kekurangan zat besi, atau karena penurunan daya tahan tubuh.
b. Oral candidosis
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans. Gejalanya lidah
akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
c. Atropic glossitis
Penyakit ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat
baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling
sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada
penderita anemia.
d. Geografic tongue
Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian
pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih
tebal.
e. Fissured tongue
Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah,
kadang juga bercabang-cabang.
f. Glossopyrosis
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas
dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini
kebanyakan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
59
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA