Anda di halaman 1dari 30

GEOMETRI RUANG

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi


Tugas Mata Matematika Terapan
Dosen Pengampu: Normayati Sumanto, S.Si., M.Sc.

Disusun Oleh: (Kelompok 5)


1. Mita Khoirul Ulum (23070170101)
2. Mukhamad Syarifudin (23070170103)
3. Nurul Alya Saputri (23070170111)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam
penyusun haturkan kepada nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Terapan. Untuk menyelesaikan penyusunan
makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penyusun tidak mendapatkan bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Normayanti Sumanto, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing mata kuliah Matematika Terapan;
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun material;
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga
terselesaikannya makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, dan apabila terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini penyusun mohon maaf, karena penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Akhirnya segala kritik dan saran yang konstruktif
dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT. senantiasa memberkahi semua usaha kita, Aamiin.

Salatiga, 15 Oktober 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
PEMBAHASAN
2
A..................................................................................................Titik, Garis, Bidang,
Dan Ruang.................................................................................. 1
1..............................................................................................Titik 3
2..............................................................................................Garis 3
3..............................................................................................Bidang 5
4..............................................................................................Ruang 6
5..............................................................................................Hubungan Antara
Titik, Garis, Dan Bidang......................................................... 7
B..................................................................................................Sinar Garis,
Ruang Garis, Dan Sudut........................................................... 9
1..............................................................................................Sinar Garis 9
2..............................................................................................Ruang Garis
11
3..............................................................................................Sudut 11
4..............................................................................................Satuan Sudut
12
C..................................................................................................Kurva Dan Jenis-
Jenis Kurva................................................................................ 15
1..............................................................................................Pengertian Kurva
15
2..............................................................................................Jenis-Jenis Kurva
15
D..................................................................................................Sudut Dalam
Ruang Dan Volum...................................................................... 17
1..............................................................................................Sudut Dalam
Ruang...................................................................................... 17
2..............................................................................................Volume Dalam
Ruang...................................................................................... 20
LATIHAN SOAL..................................................................................... 25
KUNCI JAWABAN.................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28

3
PEMBAHASAN

A. Titik, Garis, Bidang, Dan Ruang


Dalam struktur geometri modern khususnya dan matematika pada
umumnya terdapat istilah-istilah yang telah disepakati dan menjadi pedoman
bagi semua orang yang mempelajari geometri, matematika, atau cabang
matematika yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah: 1) unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, 2) unsur-unsur yang didefinisikan, 3) aksioma/postulat, dan 4)
teorema/dalil/rumus.
Unsur yang tidak didefinisikan atau pengertian pangkal adalah konsep
primitif yang mudah dipahami dan sulit dibuatkan definisinya, seperti titik,
garis, dan bidang. Misalnya akan dibuat definisi untuk titik, seperti titik adalah
sesuatu yang menempati tempat. Kemudian kita harus mendefiniskan lagi
sesuatu yang menempati tempat itu apa, misalnya noktah yang ada pada
bidang. Kemudian kita harus mendefinisikan tentang noktah itu apa, dan
seterusnya. Sehingga dalam definisi terdapat definisi dan begitu seterusnya.
Oleh karena itu semua konsep yang memiliki sifat demikian dimasukan ke
dalam katagori unsur primitif atau unsur yang tidak terdefinisi.
Unsur-unsur yang didefinisikan adalah konsep yang mempunyai definisi
atau batasan. Sehingga dengan definisi konsep-konsep tersebut menjadi jelas,
tidak ambigius atau tidak bermakna ganda. Syarat sebuah definisi adalah harus
singkat, padat, jelas, dan tidak mengandung pengertian ganda. Unsur yang
didefinisikan adalah konsep-konsep yang dikembangkan dari unsur yang tidak
didefinisikan. Misalnya, sinar garis, ruas garis, segitiga, segiempat
dikembangkan dari konsep garis sebagai unsur yang tidak didefinisikan.
Aksioma/postulat adalah anggapan dasar yang disepakati benar tanpa
harus dibuktikan. Yang termasuk ke dalam aksioma/postulat adalah sesuatu
atau konsep yang secara logika dapat diterima kebenaranya tanpa harus
dibuktikan. Dalam geometri (Euclide) misalnya dikenal postulat garis sejajar
yaitu apabila ada sebuah garis dan sebuah titik di luar garis tersebut, melalui

1
titik itu dibuat garis lain yang sejajar garis pertama maka kedua garis tersebut
tidak akan berpotongan.
Teorema/rumus/dalil adalah anggapan sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian pembuktian deduktif.
Pembuktian teorema/rumus/dalil dalam matematika keberlakuannya harus
secara umum, tidak berlaku hanya untuk beberapa kasus seperti contoh.
Misalnya teorema Pythagoras yang menyatakan bahwa dalam sebuah segitiga
siku-siku berlaku “jumlah kuadrat sisi siku- siku sama dengan kuadrat sisi
miringnya”. Apabila kita mengajukan pembuktian melalui
menunjukkan/memberi contoh dalam segitiga siku-siku dengan panjang sisi
masing- masing 3 dan 4 satuan panjang, serta panjang sisi miringnya sama
dengan 5 satuan panjang (tripel Pythagoras), sehingga diperlihatkan hubungan
32 + 42 = 52 ini bukan pembuktian, tetapi sekadar menunjukkan satu kasus.
Teorema Pythagoras sejak ditemukannya sampai sekarang telah dibuktikan
lebih dari 200 cara. Berikut salah satu pembuktian teorema tersebut.
b a

a b
Luas daerah persegi kecil dengan sisi c sama dengan luas persegi besar
dengan sisi � + � dikurangi 4 kali luas daerah segitiga siku-siku. Secara
aljabar dapat kita selesaikan menjadi,
c2 = (a + b)2 – 4 luas daerah segitiga
c2 = a2 + 2ab + b2 – 4 ½ alas x tinggi

2
c2 = a2 + 2ab + b2 – 4 ½ ab

c2 = a2 + 2ab + b2 – 2 ab
c2 = a2 + b2 terbukti (c sisi miring, a dan b sisi siku-
sikusegitiga)
1. Titik
Pada bagian pendahuluan telah disinggung bahwa titik, garis, dan
bidang adalah unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Unsur-unsur sederhana
yang mudah dipahami tetapi menjadi blunder (berbelit) apabila kita
mencoba membuat definisinya. Sehingga para ahli geometri
mengelompokan konsep titik, garis, dan bidang ke dalam kelompok unsur
yang tidak didefinisikan atau disebut pengertian pangkal.
Dalam geometri, titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau
tidak berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat, atau
tidak mempunyai panjang, lebar, atau tinggi. Titik adalah ide atau gagasan
abstrak yang hanya ada dalam benak orang yang memikirkannya. Untuk
melukiskan atau menggambarkan titik diperlukan simbol atau model.
Gambar simbol atau model untuk titik digunakan noktah seperti di bawah
ini,

• • •

Gambar atau model sebuah titik biasanya diberi nama. Nama untuk
sebuah titik umumnya menggunakan huruf kapital yang diletakan dekat titik
tersebut, misalnya seperti contoh di bawah ini adalah titik A, titik P, dan titik
Z.

• • •
A P Z

3
2. Garis
Garis adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan
kata-kata sederhana atau kalimat simpel. Karenanya garis juga
dikelompokan ke dalam usur yang tidak didefiniskan. Garis adalah ide atau
gagasan abstrak yang bentuknya lurus, memanjang ke dua arah, tidak
terbatas atau tidak bertitik akhir, dan tidak tebal. Garis adalah ide atau
gagasan yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang memikirkannya.
Mengambar model garis dapat dilakukan dengan membuat goresan alat tulis
pada bidang tulis, kertas, atau papan tulis dengan bentuk yang lurus. Atau
model garis dapat dibuat dengan menggambar bagian sisi benda yang lurus,
misalnya menggambar salah satu sisi penggaris kayu. Berikut adalah model
garis yang diperoleh dari hasil menggambar salah satu bagian sisi penggaris
dengan memberi tanda anak panah pada kedua ujungnya yang menandakan
bahwa garis tersebut memanjang kedua arah tidak mempunyai titik akhir.

Menamai sebuah garis dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama
dengan sebuah hurup kecil pada salah satu ujung garis. Kedua menggunakan dua
hurup besar yang diletakan pada dua titik pada garis tersebut. Di bawah ini adalah
dua cara memberi nama terhadap garis
X

4
Garis yang paling kiri adalah garis ℓ dan yang sebelah kanan adalah
garis AB. Notasi untuk menyatakan garis AB ditulis dengan AB. Garis
disebut juga sebagai unsur geometri satu dimensi. Karena garis adalah
konsep yang hanya memiliki unsur panjang saja (linier).
3. Bidang
Bidang diartikan sebagai permukaan yang rata, meluas ke segala arah
dengan tidak terbatas, dan tidak memiliki tebal. Bidang masuk ke dalam
bangun dua dimensi, karena bidang dibentuk oleh dua unsur yaitu panjang
dan lebar.
Model bidang dapat digambarkan oleh bagian dari benda, misalnya
bagian permukaan kaca, permukaan daun pintu, lembaran kertas, atau
dinding tembok kelas yang rata. Atau bidang dapat diperoleh dengan cara
mengiris tipis-tipis permukaan benda sehingga diperoleh lembaran-
lembaran tipis, misalnya bagian salah satu sisi balok diirisiris menjadi
bagian-bagian yang tipis. Bagian-bagian tersebut adalah model-model
bidang. Di bawah ini adalah gambar atau model dari bidang.

Memberi nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah hurup kecil


atau hurup-hurup Yunani seperti α (alpa), β (beta), γ (gamma) yang
diletakan di daerah dalam bidang tersebut. Atau menggunakan hurup-hurup
besar yang disimpan di titik-titik sudut bidang tersebut. Berikut adalah cara
memberi nama sebuah bidang.

5
D
C
A
B

4. Ruang
Seperti halnya titik, garis, dan bidang, ruang juga adalah ide atau
gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang
mempersoalkannya. Ruang diartikan sebagai unsur geometri yang memiliki
panjang, lebar, dan tinggi yang terus mengembang tidak terbatas. Ketiga
unsur pembentuk ruang tersebut terus berkembang tanpa batas. Oleh
karenanya ruang disebut sebagai bangun tiga dimensi karena memiliki tiga
unsur yaitu panjang, lebar, dan tinggi.
Ruang didefinisikan sebagai kumpulan dari titik-titik. Ruang dapat
diilustrasikan sebagai balon yang ditiup terus mengembang tanpa pecah.
Balon yang mengembang tersebut dibentuk oleh titik-titik pada balon dan
udara sebagai titik-titik di dalam balon. Sehingga ruang digambarkan
sebagai balon yang terus mengembang tanpa pecah dengan titik-titik pada
balon dan titik-titik di dalam balon yang kesemua titik-titik itu mengembang
tanpa berhenti. Atas dasar itu ruang didefinisikan sebagai kumpulan dari
titik-titik.
Selain ruang dapat diilustrasikan sebagai balon yang ditiup dan terus
mengembang tanpa batas seperti di atas, ruang juga dapat digambarkan
sebagai gabungan dari permukaan tertutup sederhana dengan daerah
dalamnya dan dengan kumpulan titik-titik di bagian luar permukaan tertutup
sederhana tersebut. Permukaan tertutup sederhana di analogikan sebagai
kulit balon yang sudah ditiup. Sedangkan daerah dalam adalah udara yang
mengisi balon tersebut.
Ruang dapat dibuatkan modelnya. Model bangun ruang adalah benda
tiga dimensi yang solid atau padat yang mencerminkan berkumpulnya titik-

6
titik. Misalnya balok atau kubus kayu, prisma segitiga padat dan sebagainya.
Piramida tempat penguburan mayat raja-raja Mesir jaman dulu salah satu
contoh model bangun ruang.
Akan tetapi kita dapat membuat model-model bangun ruang yang bagian
dalamnya kosong, misalnya kardus bekas bungkus kulkas, bekas bungkus
mesin cuci, bekas bungkus TV dan sebagainya. Berikut contoh-contoh model
bangun ruang.

Model bangun ruang di atas dapat terbuat dari benda-benda padat


yang bagian dalamnya terisi seperti balok atau kubus kayu, atau model-
model bangun ruang yang daerah dalamnya kosong. Kedua jenis bentuk
bangun tersebut dapat digunakan sebagai model-model bangun ruang.

5. Hubungan Antara Titik, Garis, dan Bidang


a. Hubungan Antara Titik Dan Garis
Hubungan antara titik dan garis dapat terjadi dalam dua kondisi.
Pertama, titik pada garis dan kedua, titik di luar garis. Letak titik pada
garis apabila titik tersebut ada pada garis, atau titik tersebut menjadi
bagian dari garis. Apabila titik tersebut diiriskan (∩) dengan garis
hasilnya adalah titik itu sendiri (gambar kanan).
Sedangkan gambar kiri adalah letak titik di luar garis. Titik di luar
garis apabila titik tersebut tidak menjadi bagian dari garis, atau apabila
titik tersebut diiriskan (∩) dengan garis hasilnya himpunan kosong (ø).
Berikut gambar hubungan titik dengan garis.

7
Sebuah titik yang terletak pada sebuah garis memisahkan titik-titik
pada garis menjadi tiga bagian yaitu, pertama titik-titik di sebelah kiri
garis, kedua titik-titik di sebelah kanan garis (dua buah setengah garis)
dan ketiga titik itu sendiri. Seperti pada gambar di atas titik Q pada garis
ℓ yang memisahkan titik-titik pada ℓ menjadi tiga bagian pertama titik-
titik dari Q ke kanan atas, kedua titik-titik dari Q ke kiri bawah, dan
ketiga titik Q itu sendiri.
b. Hubungan antara titik dengan bidang
Keadaan di atas berlaku pula untuk hubungan titik dengan bidang.
Titik terletak pada bidang apabila irisan titik dengan bidang
menghasilkan titik itu sendiri. Atau titik tersebut menjadi bagian bidang.
Sedangkan titik tidak pada bidang apabila irisannya himpunan kosong.

.B

8
Titik A pada bidang persegipanjang, sedangkan titik B tidak pada bidang
tersebut.
c. Hubungan antara garis dan bidang
Hubungan antara garis dan bidang dapat diklasifikasikan menjadi:
1) garis terletak pada bidang, 2) garis tidak pada bidang, dan 3) garis
menembus/memotong bidang.
Garis terletak pada bidang apabila garis menjadi bagian dari
bidang, atau irisan garis dengan bidang menghasilkan garis itu sendiri.
Letak garis ℓ pada bidang (gambar i) membagi titik-titik pada bidang
menjadi dua setengah bidang dan garis itu sendiri. Titik- titik di setengah
bidang pertama berada di sebelah atas garis ℓ, titik-titik di setengah
bidang kedua terletak disebelah bawah garis ℓ, dan ketiga titik-titik pada
garis itu sendiri. Letak garis di luar bidang apabila garis tidak menjadi
bagian bidang, atau irisan garis dengan bidang merupakan himpunan
kosong. Adapun garis menembus/memotong bidang apabila persekutuan
antara garis dan bidang adalah sebuah titik. Berikut tiga
kondisi/hubungan antara garis dengan bidang.

9
B. Sinar Garis, Ruang Garis, Dan Sudut
1. Sinar Garis
Pada kegiatan belajar 1 disinggung bahwa apabila sebuah titik terletak
pada sebuah garis maka titik tersebut akan membagi himpunan titik pada
garis menjadi tiga himpunan titik yang saling lepas (disjoint). Apabila
sebuah titik terletak pada sebuah garis maka titik tersebut membagi garis
menjadi dua himpunan titik pada setengah garis. Berikut gambar dua
setegah garis yang dipotong oleh sebuah titik P.
P ℓ
.
Apabila titik P digabungkan dengan setengah garis pertama maka akan
diperoleh sinar garis. Berikut gambar sinar garis sebagai setengah garis.

P•

Gabungan antara sebuah titik dengan himpunan titik-titik setengah


garis dinamakan sinar garis. Sinar garis adalah bagian dari garis yang
memanjang ke satu arah dengan panjang tidak terhingga.
Memodelkan sebuah sinar garis dapat dilakukan seperti gambar-
gambar di atas, dimulai dari sebuah titik yang disebut titik pangkal dan
memanjang ke satu arah. Memberi nama sebuah sinar garis biasanya
menggunakan dua hurup kapital. Hurup pertama diletakan pada pangkal

10
sinar garis, dan hurup ke dua diletakan pada salah satu titik di bagian yang
memanjang dari sinar tersebut. Berikut sinar garis dengan nama- namanya.

S
Gambar di atas adalah sinar AB, sinar PQ, dan sinar ST. Untuk menyatakan
sinar AB dapat ditulis AB, sinar PQ adalah PQ, dan sinar ST adalah ST.
2. Ruas Garis
Apabila sinar garis adalah gabungan antara satu titik dengan
himpunan titik-titik pada setengah garis, maka ruas garis adalah bagian dari
setengah garis. Ruas garis adalah himpunan titik yang memanjang dengan
posisin lurus dan dibatasi oleh dua buah titik. Berikut gambar ruas garis.

Menamai sebuah ruas garis menggunakan dua huruf besar yang


diletakkan pada ujung-ujung ruas garis tersebut. Berikut gambar dan nama
ruas garis-ruas garis tersebut.

11
Gambar diatas adalah ruas garis AB dan ruas garis PQ. Ruas garis AB
dutulis AB dan ruas garis PQ ditulis dengan PQ.
3. Sudut
Sebuah sudut adalah gabungan dua buah sinar tidak kolinier(sinar-
sinar itu tidak terletak pada sebuah garis)yang bersekutu pada pangkalnya.
Berikut gambar-gambar sudut.

Gambar disebelah kanan adalah sudut yang dibentuk olehdua buah


sinar garis yang bersekutu pada pangkal-pangkal sinar garis tersebut. Sudut
yang terbentuk dari dua buah sinar garis adalah rentangan terkecil dan
bukan rentangan besarnya. Berikut adalah sudut yang terbentuk dari
gabungan dua sinar garis dimaksud.

Memberi nama sebuah sudut dapat dilakukan dengan menggunakan


satu huruf misalnya α, β, atau γ yang diletakkan didaerah dalam sudut. Atau
menggunakan tiga huruf besar, satu huruf diletakan pada panjang sinar-
sinarnya. Berikut dua cara peneraoan sudut.

12
Sudut disebelah kiri adalah sudut α, sedangkan sudut disebelah kanan
adalah sudut ABC atau sudut CBA. Memberi nama sudut seperti yangb
disebelah kanan huruf yang terletak pada titik sudut harus diletakan
ditengah-tengah. Notasi untuk sudut ABC dapat ditulis dengan < ABC.
4. Satuan Sudut
Mengukur besar sebuah sudut dapat dilakukan dengan menggunakan
satuan tidak baku ataunsatuan baku. Ukuran sudut dengan ukuran tidak baku
dapat menggunakn pojok atau sudut lain. Misalnya besar sudut ABC dua
kali besar sudut PQR seperti gambar dibawah ini.

Satuan sudut baku dikenal derajat dan radian. Satu derajat


didefinisikan sama dengan satu per tiga ratus enam puluh putaran apabila
titik ujung sebuah ruas garis diputar penuh dan ujung titik lainya sebagai
pusat putaran. Atau satu putaran sama dengan tiga ratus enam puluh derajat’
berikut gambar besar sudut NOP sama dengan 1 derajat (10) atau satu per
tiga ratus enam puluh putaran.

13
Juring NOP sama dengan 1/360 daerah lingkaran O, sehingga besar sudut
NOP sama dengan 1/360 × 3600 atau besar sudut NOP = 10.
Untuk menentukan besar sebuah sudut dapat menggunakan alat yang
disebut dengan busur derajat. Bentuk busur derajat adalah setengah
lingkaran yang ditera menjadi 1800 bagian yang sama. Berikut gambar busur
derajat.

Selain derajat satuan sudut yang lain adalah radian. Besar sudut satu
radian(1 rad) didefinisikan sama dengan besarvsudut yang menghadapi tali
busur dengan pamjamh r (jari-jari). Berikut gambar besar sudut 1 radian.

14
Dari ganabr diatas panjang AO = OB = r = jari-jari lingkaran. Busur AB
sama dengan r. Sehingga besar sudut AOB adalah 1 radian.
Kita dapat mengkonversi besar sudut radian kedalam derajat atau
sebaliknya. Dari definisi radian diatas, kita dapat menentukan besar sudut
satu lingkarn penuh dalam satuan radian, yaitu keliling lingkaran (2𝜋�)
dibagi jari-jari lingkaran (r). Atau bear sudut saatu lingkaran penuh dalam
satuan radian adalah (2𝜋�)/� = 2𝜋. sedangkan didepan kita sudah
menentukna bahwa besar sudut satu lingkaran penuh dalam satuan derajat
adlah 3600. Jadi 2𝜋 radian = 3600, atau 1 radian ≈ 570.

C. Kurva Dan Jenis-Jenis Kurva


1. Pengertian Kurva
Kurva atau disebut juga dengan lengkungan adalah bentuk geometri
satu dimensi yang dapat terletak pada bidang atau ruang. Kurva yang
terletak pada bidang didefinisikan sebagai hasil goresan alat tulis yang
meninggalkan bekas pada bidang tulis dengan tanpa mengangkat. Ketika
alat tulis yang digoreskan pad bidang tulis tidak dianggakt maka akan
dihasilkan goresan yang kontinu (tidak tyerputus) dan gambar itulah yang
dimaksud dengan kurva atau lekengkungan. Tetapi ketika goresan pada
bidang tulis diangkat dan kemudian dilanjutkan sehingga menjadi goresan

15
yang tidak kontinu(terputus) maka gambar yang yang diperoleh bukan
kurva. .
2. Jenis-Jenis Kurva
Kurva atau lengkungan yang terletak pada bidang dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis. Kurva terbuka sederhana, kurva
terbuka tidaak sederhana, kurva tertutup sederhana, dan kurva tertutup tidak
sederhana.
a. Kurva terbuka sederhana adalah lengkungan yang titik
berangkat/awalnya tidak berimpit dengan titik akhirnya dan tidak
terdapat titik potong pada dirinya.
b. Kurva rerbuka tidak sederhana adalah lengkungan yang titik
berangkatnya/awalnya tidak berimpit dengan titik akhirnya dan ada titik
potong dalam dirinya.
c. Kurva tertutup sederhana adalah lengkungan yang titik
berangkatnya/awalnya berimpit dengan titik akhirnya dan tidak ada titik
potong pada dirinya. Apabila sebuah kurva tertutup sederhana terletak
pada bidang kurva tersebut membagi bidang menjadi tiga himpunan titik
yang saling lepas. Pertama himpunan titik didalam kurva kedua
himpunan titik diluar kurva dan ketiga himpunana titik pada kurva.
d. Kurva tertutup tidak sederhana adalah lengkungan yang titik
berangkatnya saling berimpit dengan titik akhirnya dan ada titik potong
pada dirinya. Kurva tertutup tidak sederhana pada bidang minimal
membagi himpunan titik pada bidang menjadi empat himpunan titik
saling lepas. Di bawah ini adalah gamabr empat jenis kurva tersebut.

16
Gambar (i) adalah kurva terbuka sederhana, gambar (ii) adalah kurva
terbuka tidak sederhana, gambar (iii) adalah kurva tertutup sederhana,
gambar(iv) adalah kurva tertutup tidak sederhana.
Selain kurva dapat ditempatkan pada bidang kurva juga dapat
ditempatkan pada ruang. Misalnya ambil seutas tali plastik kemudian
jatuhkan keatas meja, maka kemungkinan tidak semua tali tersebut jatuh
rata pada bidang meja, tetapi ada bagian kurva yang tidak menempel pada
permukaan meja. Atau ada bagian kurva yang tidak sebidang dengan bagian
lainnya. Atas dasar itu kurva dapat diklasifikasikan kedalam delapan jenis,
yaitu;
a. Kurva terbuka sederhana sebidang;
b. Kurva terbuka sederhana tidak sebidang;
c. Kurva terbuka tidak sederhana sebidang;
d. Kurva terbuka tidak sederhana tidak sebidang;
e. Kurva tertutup sederhana sebidang;
f. Kurva tertutup sederhana tidak sebidang ➢ Kurva tertutup tidak
sederhana sebidang;
g. Kurva tertutup tidak sederhana tidak sebidang.

D. SUDUT DALAM RUANG DAN VOLUM


1. Sudut Dalam Ruang
a. Sudut Antara Dua Buah Garis Yang Bersilangan
Sudut antara dua buah garis a dan b yang bersilangan adalah sudut
yang terbentuk, apabila melalui sebarang titik T dibuat garis a1 yang
sejajar dengan garis a dan garis b1 yang sejajar dengan garis b. Perhatikan
gambar berikut:

17
Pada gambar di atas, garis a dan garis b bersilangan. Untuk
menentukan sudut antara garis a dan garis b tersebut, pada suatu titik,
misalnya titik T, dibuat garis a1 yang sejajar dengan garis a. Melalui titik
T juga dibuat garis b1 yang sejajar dengan garis b. Sudut yang dibentuk
oleh garis a1 dan b1 dengan titik sudut titik T tersebut merupakan sudut
antara garis a dan garis b yang bersilangan.
Khususnya jika sudut antara dua buah garis yang bersilangan
merupakan sudut siku-siku, maka dikatakan: kedua buah garis tersebut
bersilangan tegak lurus (misalnya garis tersebut a dan b, maka dikatakan:
garis a dan garis b bersilangan tegak lurus atau garis a menyilang tegak
lurus terhadap garis b). Perhatikan contoh berikut:

Gambar. ´
AC bersilangan dengan ´
HG
Pada gambar di atas, ´
AC ´ . Cukup
bersilangan dengan HG
dimengerti kedua garis tersebut pada permukaan sebuah balok
ABCD.EFGH. ´
AC pada bidang sisi-ABCD atau pada bidang-ABCD
dan memuat diagonal-sisi ´ . Sedangkan
AC ´
HG terletak pada
bidang-DCGH dan pada bidang-EFGH, atau ´ merupakan
HG
perpotongan antara bidang-DCGH dan bidang-EFGH, ´ = bidang-
HG
DCGH ∩ bidang-EFGH.
Jarak antara ´
AC dan ´
HG ditunjukkan oleh panjang ´ ,
CG
karena ´
CG ⏊ ´
AC dan ´
CG ⏊ ´ .
HG ´
CG ⏊ ´
AC ,
karena ´
CG ⏊ bidang-ABCD yang berarti ´
CG tegak lurus

18
terhadap semua garis yang terletak pada bidang-ABCD. ´
CG ⏊
´ , karena
HG ´
CG ⏊ bidang-EFGH yang berarti ´
CG tegak lurus
terhadap semua garis yang terletak pada bidang-EFGH. Sudut antara
´
AC dan ´
HG ditunjukkan oleh ACD.
b. Sudut Antara Garis Dan Bidang
Jika garis a tidak tegak lurus terhadap bidang-K (dalam hal ini garis
a memotong bidang-K), maka yang dimaksud dengan sudut antara garis a
dan bidang-K adalah sudut lancip yang dibentuk oleh garis a dan
proyeksi garis a pada bidang-K.

Pada gambar di atas, garis a memotong bidang-K di titik O, garis a 1


merupakan proyeksi garis a pada bidang-K, maka sudut antara garis a
dan bidang-K ditunjukkan oleh sudut lancip yang terbentuk oleh garis a 1
dan garis a. Dipilih titik P pada garis a, titik Q pada garis a 1 dan juga pada
bidang-K, titik O merupakan perpotongan garis a dengan bidang-K.
Ditulis: ⦟(a,K) = ⦟(a, a1) = ⦟POQ (artinya: sudut antara garis a dan
bidang-
K sama dengan sudut antara garis a dan garis a1, yang sama dengan
⦟POQ).
c. Sudut Antara Dua Buah Bidang (Berpotongan)
Jika dua buah bidang, yaitu bidang-K dan bidang-L saling
berpotongan, dengan garis potong (K,L), maka sudut antara bidang-K
dan bidang-L ditetapkan sebagai berikut: (Perhatikan gambar di bawah)
Dipilih sebuah bidang yang tegak lurus terhadap garis (K,L), misalnya
melalui satu titik P pada garis (K,L). Jika bidang tersebut dinamakan
bidang-M, maka bidang-M disebut bidang tumpuan.

19
Apabila bidang-M memotong bidang-K dan bidang-L berturut-turut
pada garis (K,M) dan garis (L,M), maka sudut yang dibentuk oleh garis
(K,M) dan garis (L,M) disebut sudut antara bidang-K dan bidang-L.

(a) (b)
Jika sudut antara dua buah bidang berupa sudut siku-siku atau
berukuran 900, maka dikatakan: kedua bidang tersebut saling tegak lurus.
Misalnya pada gambar (b) di atas, bidang-H tegak lurus terhadap bidang-
V, berarti m⦟(H,V) = 900. Sudut antara dua bidang tersebut disebut juga
sudut tumpuan, sedang bidang yang memuat sudut tumpuan disebut
bidang tumpuan.
2. Volume Bangun Ruang
Teorema 1: Volume sebarang prisma tegak persegi panjang (balok) adalah
hasil kali luas bidang alasnya dan tingginya.
Vbalok = p × l × t, dengan p = panjang, l = lebar, dan t = tinggi.

20
Gambar Balok

Teorema 2: Volume suatu silinder adalah hasil kali luas alasnya dan
tingginya.
Vsilinder = A × t, dengan A = luas alas dan t = tinggi.

Gambar Silinder-Silinder/Tabung-Tabung

Suatu prisma merupakan suatu bentuk khusus dari suatu silinder. Oleh
karena itu menurut “Teorema 2”, maka volume prisma adalah hasil kali
luas alasnya dan tingginya.
Vprisma = A × t, dengan A = luas alas dan t = tinggi.

Gambar Macam-Macam Prisma

Teorema 3: Volume suatu limas segitiga adalah sepertiga dari hasil kali luas
bidang alasnya dengan tingginya.

21
1
Vlimas-segitiga = × A × t, dengan A = luas alas dan t = tinggi.
3
X

Gambar Macam-Macam Limas Segitiga

Definisi Limas Tali Busur: Jika suatu limas dan suatu kerucut lingkaran
mempunyai kesamaan puncak, dan bidang alas limas merupakan segi
banyak tali busur pada bidang alas kerucut tersebut, maka limas tersebut
dinamakan tali busur.

Gambar Limas-Limas Tali Busur

Gambar di atas menyajikan tiga macam limas tali busur, yaitu limas
segitiga tali busur, limas segiempat tali busur, dan limas segilima tali busur.
Titik-titik sudut bidang alas limas terletak pada lingkaran alas suatu kerucut
dan puncak-puncak limas berimpit dengan puncak kerucut. Dengan
memanfaatkan limas tali busur, maka perhitungan volume kerucut dapat

22
didekati dengan perhitungan volume limas tali busur. Karena dari suatu
kerucut dapat dibentuk sebanyak mungkin suatu limas tali busur dan dari
limas tali busur dapat dibentuk limas-limas segitiga, maka dengan
pemikiran tersebut dapat dinyatakan bahwa perhitungan volume kerucut
sama dengan perhitungan volume limas. Volume suatu kerucut adalah
sepertiga dari hasil kali luas alas dan tinggi kerucut.
1
Vkerucut = × A × t, dengan A = luas alas dan t = tinggi.
3
4
Teorema 4: Volume suatu bola adalah hasil kali π dan pangkat tiga
3
jari-jarinya.
X

(1) (2)

Gambar (2) berupa bola dengan jari-jari r dan gambar (1) berupa
silinder lingkaran tegak yang alasnya berjari-jari r dan tinggi 2r. Di dalam
silinder terdapat dua kerucut lingkaran tegak yang tingginya t. Puncak kedua
kerucut tersebut berimpit di titik V. Ada sebuah bidang yang memotong
silinder maupun bola, dan perpotongannya berbentuk daerah lingkaran
dengan pusat O.
Misalkan jarak dari O ke V adalah h, h = OV.
Pada gambar (1), daerah lingkaran (penuh) yang diberi arsiran berjari-
jari r, sehingga luasnya π r2. Sedangkan lingkaran kecil di dalamnya
berjari-jari h, sehingga luasnya π h2. Oleh karena itu luas annulus (daerah

23
dalam lingkaran yang diberi arsiran) yang terbentuk mempunyai luas ( π
r2 - π h2).
Pada gambar (2), daerah lingkaran yang diberi arsiran mempunyai
jari-jari OC, sehingga luasnya π .OC2. Karena OC2 = VC2 – VO2 = r2 – h2,
maka luas daerah lingkaran tadi sama dengan ( π r2 - π h2).
Berdasarkan “Prinsip Cavalieri”, maka volume bola tersebut sama
dengan volume ruang dalam silinder di luar kerucut-kerucut (bagian
silinder). Sehingga:
Vbola= Vbagian-silinder = Vsilinder – Vkerucut-kerucut
1
= π r2.2r – 2. . π r2.r
3
2
= 2 π r3 - . π r3
3
4
= . π r3
3
Dengan demikian, telah terbukti bahwa perhitungan volume bola dapat
dirumuskan:
4
Vbola = . π r3, dengan dengan r = jari-jari bola.
3

24
LATIHAN SOAL

1. Panjang setiap rusuk ABCD.EFGH adalah √ 3 , sedangkan titik Q pada


AD dan AQ = 1. Tentukan jarak A ke bidang QBF!
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH memiliki volume air 1 liter. Jarak titik F ke
garis AC adalah …..cm
3. Diketahui panjang rusuk sebuah kubus adalah 16cm. Jika kubus tersebut
dipotong-potong menjadi kubus kecil-kecil dengan panjang rusuk masing-
masing 4cm, berapakah jumlah kubus kecil yang dihasilkan?
4. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk a . T adalah suatu titik

1
pada perpanjangan AE sehingga TE = a . Jika bidang TBD memotong
2
bidang atas EFGH sepanjang PQ, maka tentukan panjang PQ!
5. Pada suatu kubus ABCD.EFGH diketahui rusuknya adalah a , besar
sudut antara garis AH dan bidang BDHF adalah……

KUNCI JAWABAN

1. BQ = √ 1+ 3 = 2
1 1
L⦟QAB = AB.AQ = BQ.AA’
2 2
AB.AQ = BQ.AA’

25
√3 × 1 = 2 × AA’
1
AA’ = √3
2
2. V = s3 = 1 dm3 = 1000 cm3
s = √ 1000 = 10 cm
AC = AF = CF = Diagonal Ruang = 10 √ 2 cm
Dengan demikian ACF sama sisi. Oleh karena it ugaris FO tegak lurus terhadap
garis AC
1
BO = BD = 5 √ 2 cm
2
FO adalah jarak F ke garis AC.
FO = √ FB2 + OB2
= √ 102 + (5 √ 2 )2
= √ 100 + 50
= √ 150 = 5 √ 6
3. VKubus Besar = 163 = 4.096 cm3
VKubus Kecil = 43 = 64 cm3
Jumlah kubus kecil = 4.096 : 64 = 64 buah
TE PQ
4. =
TA BD
1
a
2 PQ
=
3 a√2
a
2
1
PQ = a√ 2
3
5. Sudut antara garis dan bidang merupakan sudut yang dibentuk oleh
perpotongan bidang dan garis.
Sehingga besar sudut yang dibentuk oleh garis AH dan bidang BDH sama
dengan besar sudut AOH.
Sisi AH merupakan diagonal sisi kubus ABCD.EFGH, sehingga panjang sisi
AO adalah
1
AO = a√2
2
Perhatikan segitiga AOH:
AO
sin ∝ =
AH
1
a√2
sin ∝ = 2
a√ 2

26
1
sin ∝ =
2
∝ = 30 °
Jadi, besar sudut antara garis AH dan bidang BDH adalah 30 °

DAFTAR PUSTAKA

Karso, M, dkk. (2010). Materi Kurikuler Matematika SMA. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Ruseffendi, H. E. T. (1989). Dasar-Dasar Matematika Modern Dan Komputer
Untuk Guru. Bandung: Tarsito.

27

Anda mungkin juga menyukai