Anda di halaman 1dari 17

Pembuktian Di Dalam Matematika

Disusun oleh :
Kelompok 7 Aksioma
Heri Kurniawan (211610093) Fabianus Harun (211610085)
Agustin Eudya (211610104) Fransiska Ria Erlina (211610089)
Khairul Khatami (211610040) Safitri Nuryakin (211610064)
Nong Miatik (211610097) Petronela Astari (211610057)
Rizky Ramadani (211610039) Mira Sandra (211610014)
Ratih Waryanti (211510024)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


IKIP PGRI PONTIANAK
2016/2017
Kata Pengantar

Segala puji kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya terutama nikmat sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai tugas dari salah satu kegiatan “AKSIOMA” yang
berjudul “Pembuktian di Dalam Matematika” ini dengan baik. Kami ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan rekan-
rekan semua yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah mengenai pembuktian di dalam bidang matematika ini akan
membahas mengenai seberapakah pentingnya pembuktian di dalam matematika,
metode pembuktian serta hal-hal yang mendasar dalam pembuktian di bidang
matematika. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini karena keterbatasan kemampuan kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Pontianak, 26 November 2016

Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan penalaran deduktif
mengandalkan logika dalam meyakinkan akan kebenaran suatu pernyataan. Faktor
intuisi dan pola berpikir induktif banyak berperan pada proses awal dalam
merumuskan suatu konjektur yaitu dugaan awal dalam matematika. Proses
penemuan dalam matematika dimulai dengan pencarian pola dan struktur, contoh
kasus dan objek matematika lainnya.Selanjutnya, semua informasi dan fakta yang
terkumpul secara individual ini dibangun suatu koherensi untuk kemudian disusun
suatu konjektur. Setelah konjektur dapat dibuktikan kebenarannya atau
ketidakbenaranya maka selanjutnya ia menjadi suatu teorema. Pernyataan
pernyataan matematika seperti definisi, teorema dan pernyataan lainnya.
Pada umumnya berbentuk kalimat logika, dapat berupa implikasi,
biimplikasi, negasi, atau berupa kalimat berkuantor. Jadi membuktikan kebenaran
suatu teorema tidak lain adalah membuktikan kebenaran suatu kalimat logika.
Materi logika sudah diberikan sejak di bangku SLTA. Namun selama ini,
sebagian siswa atau guru masih menganggap logika sebagai materi hapalan,
khususnya menghapal tabel kebenaran. Belum tahu mengapa dan untuk apa logika
dipelajari.Tanpa menguasai logika maka sulit untuk terbentuknya apa yang
disebut dengan logicallythinking. Apa yang terbentuk pada siswa, mahasiswa,
guru atau bahkan dosen selama ini lebih dominan pada berpikir secara algoritma.
Pada tahap awal, pekerjaan memahami bukti bukanlah sesuatu yang
menarik karena kita lebih banyak bergelut dengan simbol dan pernyataan logika
ketimbang berhadapan dengan angka-angka yang biasanya dianggap sebagai
karakter matematika.Kenyataan inilah menjadikan salah satu alasan orang malas
untuk memahami pembuktian dalam matematika. Alasan lainnya adalah pekerjaan
membuktikan lebih sulit dan tidak penting. Padahal banyak manfaat yang dapat
diperoleh pada pengalaman membuktikan ini, salah satunya adalah melatih kita
berfikir secara logika dalam belajar matematika.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Matematika perlu adanya pembuktian?
2. Metode Apa saja yang diperlukan dalam pembuktian di bidang
matematika?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
aksioma Pemecahan masalah pembuktian dalam matematika serta untuk wawasan
dan ilmu kami tentang masalah pembuktian tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemecahan Masalah Dalam Matematika


Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika
yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa
tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi
perubahan keadaan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Tuntutan tersebut
tidak mungkin tercapai bila pembelajaran hanya berbentuk hafalan, latihan
pengerjaan soal yang rutin, serta proses pembelajaran yang “teacher centered”
yang tidak menuntut siswa untuk mengoptimalkan daya fikirnya. Menurut Gagne
(1970), keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui
pemecahan masalah.
Hudojo (1988: 119) menyatakan untuk menyelesaikan suatu masalah,
seseorang harus menguasai berbagai hal yang telah dipelajari sebelumnya dan
kemudian menggunakannya dalam situasi baru. Selanjutnya Hudojo (1990: 168)
juga menyatakan bahwa seseorang dalam merencanakan penyelesaian suatu
masalah harus dapat memilih teorema ataupun konsep yang telah dipelajari untuk
dikombinasikan sehingga dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah
tersebut, oleh karena itu masalah yang disajikan kepada siswa harus disesuaikan
dengan kesiapan siswa.
Pemecahan masalah matematika seperti halnya pemecahan masalah pada
umumnya mempunyai berbagai interpretasi. Menurut Baroody (1993) ada tiga
interpretasi pemecahan masalah yaitu: pemecahan masalah sebagai pendekatan
(approach), tujuan (goal), dan proses (process) pembelajaran. Pemecahan masalah
sebagai pendekatan maksudnya pembelajaran diawali dengan masalah,
selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan merekonstruksi
konsep-konsep matematika. Pemecahan masalah sebagai tujuan berkaitan dengan
pertanyaan mengapa matematika diajarkan dan apa tujuan pengajaran matematika.
Pemecahan masalah sebagai proses adalah suatu kegiatan yang lebih
mengutamakan pentingnya prosedur langkah-langkah, strategi atau cara yang
dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga menemukan
jawaban.Walaupun ketiga interpretasi pemecahan masalah tersebut berbeda,
namun dalam praktek ketiganya saling melengkapi (Suharta, 2002: 1). Menurut
Polya (1957), ada empat langkah dalam pemecahan masalah, yaitu memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
Pada pelaksanaan keempat langkah tersebut, tugas utama guru adalah membantu
dan memfasilitasi siswa untuk dapat mengoptimalkan kemampuannya mencapai
terselesaikannya masalah yang dihadapi secara logis, terstruktur, cermat, dan
tepat. Pada pelajaran matematika untuk memudahkan dalam pemilihan soal perlu
dilakukan pembedaan antara soal rutin dan soal tidak rutin.
B. Masalah Penemuan Dan Pembuktian
Penalaran dalam matematika sulit dipisahkan dari kaidah-kaidah logika.
Penalaran-penalaran yang demikian dalam matematika dikenal dengan istilah
penalaran deduktif. Menurut kaidah bahasa Indonesia, penalaran deduktif berarti
penalaran yang bersifat deduksi, yaitu penalaran atas dasar hal-hal yang bersifat
umum kemudian diturunkan ke hal-hal yang khusus. Sedangkan penalaran
induktif, secara bahasa berarti penalaran yang bersifat induksi, yaitu penalaran
atas dasar dari hal-hal yang bersifat khusus, kemudian disimpulkan menjadi yang
bersifat umum. Tercatat beberapa penjelasan tentang deduksi dalam matematika,
di antaranya:
1. Proses penalaran dari prinsip umum diturunkan ke kesimpulan fakta
khusus.
2. Proses penalaran yang konklusinya diturunkan secara mutlak dari premis-
premisnya.
3. Suatu argument adalah valid deduktif jika dan hanya jika bahwa tidak
mungkin konklusi salah padahal premisnya benar.
Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif biasanya
menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan jika, maka dan
Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut
silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di dalamnya
terdapat dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari argument
itu, dan sebuah kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam logika,
sebagai cabang (inti) matematika yang banyak membahas tentang silogisme
terdapat beberapa aturan yang menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih) atau
tidak.
1) Premis Mayor – Premis pertama haruslah memiliki satu hal yang
berhubungan dengan premis yang kedua.
2) Premis Minor – Premis kedua haruslah memiliki satu hal yang
berhubungan dengan premis pertama.
3) Konklusi – Kesimpulannya haruslah memiliki satu hal yang berhubungan
dengan kedua premis tersebut.
C. Metode Di Dalam Pembuktian
Sebagaimana disebutkan pada bagian terdahulu bahwa cara penalaran
dengan deduktif di antaranya dapat dilakukan secara aturan inferensi, bukti
langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika. Berikut beberapa contoh
sederhana tentang beberapa aturan dalam penalaran deduktif.
1. Bukti Langsung
Termasuk dalam bukti langsung ini di antaranya aturan penarikan
kesimpulan modus ponens, inferensi deduksi, dan implikasi transitif.
a) Pembuktian dengan Aturan Modus Ponen (modus ponendo ponens)
Aturan dasarnya: “bila p menyebabkan q, ternyata p benar, maka q benar”
Premis (1) :𝑝⇒𝑞
Premis (2) :𝑝
Konklusi :𝑞
atau ditulis ((𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ 𝑝) ⇒ 𝑞

Contoh Buktikan bahwa diskriminan persamaan kuadrat lebih besar dari


nol mempunyai akar real berbeda.
Bukti
Diskriminan dari 𝑥 2 − 5𝑥 + 1 adalah 21.
𝑥 2 − 5𝑥 + 1 = 0 mempunyai dua akar real berbeda.
b) Pembuktian dengan Implikasi Transitif
Aturan dasarnya:
Premis (1) :𝑝⇒𝑞
Premis (2) :𝑞⇒𝑟
Konklusi :𝑝⇒𝑟
atau ditulis ((𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑟)) ⇒ (𝑝 ⇒ 𝑟)
Contoh Buktikan bahwa dalam himpunan bilangan cacah, kuadrat bilangan
ganjil adalah bilangan ganjil.
Bukti
Dalam bentuk simbol logika dapat ditulis sebagai berikut.
m ∈ bilangan cacah, ( m bilangan ganjil ⇒ 𝑚2 bilangan ganjil)
Premis (1) : m bil. ganjil ∈ ada n bil. cacah sehingga 𝑚 = 2𝑛 + 1
Premis (2) : 𝑚 = 2𝑛 + 1 ⟺ 𝑚2 = (2𝑛 + 1)2
= 4𝑛2 + 4𝑛 + 1
= 2(2𝑛2 + 2𝑛) + 1
= 2𝑝 + 1 adalah bilangan ganjil

Kesimpulan : Jadi, m bilangan ganjil ⇒ 𝑚2 bilangan ganjil


2. Kontrapositif
Terkadang kita sulit membuktikan 𝑝 ⇒ 𝑞 secara langsung. Bila demikian
keadaanya, kita dapat membuktikan kontrapositifnya, yaitu membuktikan
kebenaran ~𝑞 ⇒ ~𝑝. Sebab, dalam ilmu logika diketahui bahwa pernyataan 𝑝 ⇒
𝑞 dan ~𝑞 ⇒ ~𝑝 adalah ekuivalen. Dikatakan, [(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧∼ 𝑞] ⇒∼ 𝑝 merupakan
tautologi.
Contoh Buktikan bahwa semua bilangan ganjil tidak habis dibagi dua
Bukti
Gunakan kontrapositifnya, yaitu untuk membuktikan 𝑝 ⇒ 𝑞 cukup dibuktikan
~𝑞 ⇒ ~𝑝
Misalkan p : bilangan ganjil dan q : tidak habis dibagi dua, maka ~𝑝 : bilangan
genap dan ~𝑞 : habis dibagi dua.
Akan dibuktikan jika a habis dibagi dua, maka a bilangan genap
Jika a adalah bilangan yang habis dibagi dua, maka ditulis a = 2n; untuk n
bilangan bulat. Padahal a = 2n tidak lain sebagai pernyataan dari bilangan genap.
Jadi, terbukti jika a habis dibagi dua, maka a bilangan genap.
Dengan kata lain, semua bilangan ganjil tidak habis dibagi dua.
3. Bukti Tidak Langsung
Pembuktian argumen dengan cara ini dilakukan dengan jalan membentuk
negasi dari konklusinya, yang kemudian dijadikan premis tambahan. Jika akibat
langkah ini muncul kontradiksi, maka argumen yang dibuktikan adalah valid.
Strateginya dimulai dengan memandang negasi dari proposisinya terbukti.
Misalnya, kita ingin membuktikan proposisi p. Kita pandang negasinya, yaitu ~𝑝.
Kita buktikan bahwa ~𝑝 terjadi kontradiksi, misalnya q dan ~𝑞 (tidak mungkin
dua sekaligus, sehingga pasti salah). Dari kontrapositif kondisi itu, kita telah
membuktikan negasi dari negasi proposisi.
Dengan demikian, kita menunjukkan bahwa ~(𝑞 ∨ ~𝑞) ∨ ~(~𝑝),
sehingga ~(~𝑝) = 𝑝. Pembuktian tak langsung, dikenal pula dengan pembuktian
kontradiksi atau reduction ad absurdum. Pembuktian dengan cara tidak langsung
memang rumit, tetapi hal ini dilakukan manakala kita dihadapkan pada masalah
pembuktian yang sulit diambil penalarannya secara langsung.
Contoh
Buktikan bila matriks bujursangkar mempunyai invers, maka inversnya itu
tunggal.
Bukti (tidak langsung)
P : matriks bujursangkar yang mempunyai invers
q : invers matris bujursangkar itu tunggal
sehingga → 𝑞 :invers matriks bujursangkar itu tidak tunggal
Andaikan invers matriks bujur sangkar itu tidak tunggal misalnya ada dua, yaitu
L1 dan L2, dengan L1 L2 .
Matriks bujur sangkar adalah matriks yang banyaknya banyak kolom sama
dengan banyaknya baris.
4. Induksi Matematika
Pembuktian cara induksi matematika merupakan pembuktian deduktif,
meski namanya induksi. Induksi matematika atau disebut juga induksi lengkap
sering dipergunakan untuk pernyataan-pernyataan yang menyangkut bilangan-
bilangan asli.. Pembuktian cara induksi matematika ingin membuktikan bahwa
teori atau sifat itu benar untuk semua bilangan asli atau semua bilangan dalam
himpunan bagiannya. Caranya ialah dengan menunjukkan bahwa sifat itu benar
untuk n = 1 (atau S(1) adalah benar), kemudian ditunjukkan bahwa bila sifat itu
benar untuk n = k (bila S(k) benar) menyebabkan sifat itu benar untuk n = k +1
(atau S(k+1) benar).
Contoh
𝑛(𝑛+1)
Buktikan bahwa 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = 2

Bukti
𝑛(𝑛+1)
Harus dibuktikan S(n) = 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = 2

(1) untuk n = 1, benar bahwa S(1) = 1


(2) Andaikan benar untuk n = k, yaitu
𝑘(𝑘+1)
S(k) = 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑘 = , maka akan dibuktikan benar pula
2
(𝑘+1)(𝑘+2)
untuk n = k+1, yaitu S(k+1) = 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑘 + (𝑘 + 1) = 2
(𝑘+1)(𝑘+2)
Sehingga 1 + 2 + 3 + … + k + (k +1) = (terbukti benar)
2

Jadi, S(n) benar untuk semua bilangan asli.

D. Pentingnya Pembuktian di Dalam Matematika


Dalam artikel making mathematics yang berjudul Proof, dijelaskan
secara rinci mengenai bukti dalam matematika. Adanya pembuktian merupakan
motivasi paling dasar mengapa orang perlu membuktikan suatu pernyataan
matematika, yaitu untuk meyakinkan bahwa apa yang selama ini dianggap benar
adalah memang benar. Tidak dapat dipungkiri selama ini banyak kebenaran fakta
di dalam matematika hanya dipercaya begitu saja tanpa adanya kecurigaan
terhadap kebenaran tersebut, tidak berusaha membuktikan sendiri, termasuk fakta-
fakta yang sangat sederhana.
Kita hanya menggunakan fakta tersebut karena sudah ada dalam buku,
atau karena sudah pernah disampaikan oleh guru kita. Memang tidak semua fakta
matematika yang dipelajari harus dipahami buktinya. Faktor kepadatan materi dan
keterbatasan waktu masih merupakan kendala klasik yang dihadapi oleh
pengampu matematika. Namun beberapa fakta sederhana pun sering diabaikan
pembuktiannya. Suatu ilustrasi ketika kita mengajar tentang himpunan bilangan
real kita pasti menyampaikan bahwa himpunan bilangan real yang disimbolkan
dengan R terpecah menjadi dua himpunan bagian yang saling asing, yaitu
himpunan bilangan rasional Q dan himpunan bilangan irrasional R n Q. Sangat
mudah dipahami untuk definisi bilangan rasional, tetapi tidak begitu jelas pada
definisi bilangan irrasional. Bilangan irrasional hanya didefinisikan sebagai
bilangan real yang bukan rasional. Pertanyaannya, pernahkah kita membuktikan
bahwa p2, ¼ dan e merupakan bilangan irrasional ? Bila bilangan irrasional dapat
dicirikan oleh tidak berulangnya angka-angka desimalnya maka bukti ini bersifat
temporer. Misalkan seorang siswa dapat menunjukkan bahwa 100 digit angka
pada bentuk desimal bilangan ¼ tidak berulang maka siswa tersebut
menyimpulkan bahwa ¼ irrasional. Tapi begitu ada siswa lain yang dapat
menunjukkan terdapatnya pola pengulangan, misalnya mulai dari digit ke- 150
maka klaim siswa pertama tadi gugur dan harus disimpulkan bahwa ¼ 3 rasional.
Kesimpulan siswa pertama di atas didasarkan pada intuisi bukan didasarkan pada
metode pembuktian yang sah. Banyak pembuktian yang tidak hanya membuktikan
suatu fakta tetapi juga memberikan penjelasan tentang fakta tersebut.
Disinilah, pembuktian teorema berfungsi untuk mendapatkan
pemahaman. Seorang pemenang medali ”field”, Pierre Deligne meyatakan bahwa
”I would be grateful if anyone who has understood this demonstration would
explain it to me.” Pernyataan ini mengandung makna bahwa bilamana seseorang
dapat menjelaskan kembali apa yang sudah dijabarkan oleh Pierre Deligne maka
dapat dipastikan bahwa orang tersebut telah memahaminya, mungkin saja
penjelasan yang telah disajikan oleh Pierre ada bagian-bagian yang belum jelas.
Terkadang, beberapa orang mempunyai pendirian sangat kuat bahwa suatu
konjektur adalah benar. Keyakinan ini mungkin berasal dari penjelasan informal
atau dari beberapa kasus yang ditemuinya. Bagi mereka tidak ada keraguan
terhadap keyakinan itu, tapi belum tentu berlaku untuk orang dari kelompok lain.
Disinilah bukti dapat dijadikan sarana untuk meyakinkan orang lain akan
kebenaran suatu idea. Akan tetapi untuk menyusun bukti formal terhadap
kebenaran suatu fakta tidaklah mudah. Mengikuti bukti yang sudah ditemukan
dan disusun orang lain saja tidak mudah apalagi menyusun sendiri. Membuktikan
merupakan tantangan sendiri para matematikawan, membuat penasaran dan begitu
terselesaikan maka diperoleh kepuasan intelektual. Ibarat seni, matematika itu
indah. Ini paling tidak pendapat para matematika. Bagi orang awam keindahan
matematika terlihat dari pola dan struktur objek matematika, seperti bilangan,
bangun geometri, simulasi matematika pada komputer.
Namun bagi mereka yang sudah mencapai begawan matematika,
keindahan sesungguhnya dari matematika (the real beauty of mathematics)
terletak pada pola penalaran yang berupa interkoneksi argumen-argumen logis. Ini
tercermin pada pembuktian teorema. Keberhasilan memformulasikan satu
konjektur, kemudian dapat membuktikannya maka satu masalah dalam
matematika terselesaikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika
yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.
Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif biasanya
menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan jika …, maka ….
Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut
silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di dalamnya
terdapat dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari argument
itu, dan sebuah kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam logika,
sebagai cabang (inti) matematika yang banyak membahas tentang silogisme
terdapat beberapa aturan yang menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih) atau
tidak.
Sebagaimana disebutkan pada bagian terdahulu bahwa cara penalaran
dengan deduktif di antaranya dapat dilakukan secara aturan inferensi, bukti
langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika.
B. Saran
Belajar matematika dengan cara memahami bukti tidaklah mudah.
Dibutuhkan waktu untuk memahami matematika sebagai bahasa logika. Juga,
dibutuhkan wawasan matematika yang luas untuk belajar membuktikan fakta-
fakta yang lebih rumit. Di dalam bukti termuat nilai-nilai strategis yang dapat
melatih kita berpikir secara logis. Keindahan matematika juga banyak terdapat
pada harmonisasi penalaran-penalaran dalam bukti. Dengan memahami bukti kita
dapat mengikuti alur berpikir para ahli yang pertama kali menemukannya, yang
berdampak pada kekaguman terhadap para inventor matematika dan pada
akhirnya menyenangi matematika itu sendiri. Berlatih memahami bukti
merupakan modal utama untuk dapat melakukan riset matematika.
Daftar Pustaka

Bartle, Robert G and D.R. Sherbet, 1994. Introduction to real analysis,


second edition,John Willey & sons. New York.
Julan H, 2007. Materi kuliah Fondasi Matematika, jurusan matematika
FMIPA, UAD.Yogyakarta.
Nahrowi, Adjie. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung :
UPI PRESS
Rinovia S dan Nana Nawawi G, 2005. Materi kuliah Matematika Diskrit,
jurusan matematika ITB.Bandung.
Setyadi, challis. (2009). Rumus Dasyat Matematika. Yogyakarta :
Cermelang Publishing

Anda mungkin juga menyukai