Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU PENGETAHUAN ALAM SD 1

Dosen Pengampu:
Drs. H. Kaspul, M.Si/
Tika Puspita Widya Rini, M.Pd

Disusun oleh: Kelompok 2


Kelas 1A PGSD

Akhmad Maulana (2010125210130)


Nidaul Hasanah (2010125220136)
Siti Norhalisa (2010125220123)
Siti Radiati Salima (2010125220131)
Siti Raihan Nur Aulia (2010125120053)
Syafira Nurhanifa (201012520137)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya
memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dengan judul “Keanekaragaman
Makhluk Hidup”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
pihak-pihak, yang telah memberi bantuan dan bimbingan, hingga penulisan tugas
ini terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih khususnya
kepada Bapak Drs. H. Kaspul, M.Si dan Ibu Tika Puspita Widya Rini, M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam SD 1 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Lambung Mangkurat. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini, kami meminta masukannya demi perbaikan makalah di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Fenomena Keanekaragaman Makhluk Hidup.....................................1
B. Ringkasan.................................................................................................3
C. Identifikasi Masalah................................................................................5
D. Solusi.........................................................................................................5
E. Konsep......................................................................................................6
1. Ciri-Ciri Makhluk Hidup.......................................................................6
2. Klasifikasi Makhluk Hidup....................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................9
A. Terbentuknya Keanekaragaman Makhluk Hidup..............................9
1. Keanekaragaman Gen..........................................................................10
2. Keanekaragaman Spesies.....................................................................11
3. Keanekaragaman Ekosistem................................................................11
B. Klasifikasi Makhluk Hidup..................................................................12
1. Tahapan Klasifikasi.............................................................................12
2. Sistem Klasifikasi Mahluk Hidup........................................................13
3. Taksonomi dan Binomial Nomenclature.............................................17
C. Tumbuhan Tidak Berpembuluh..........................................................21
D. Tumbuhan Berpembuluh.....................................................................22
E. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati......................................23
BAB III..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Fenomena Keanekaragaman Makhluk Hidup

1
2
Sumber: https://republika.co.id/berita/oy2404284/cicak-jenis-baru-
ditemukan-di-hutan-meratus

3
B. Ringkasan
Pegunungan Meratus merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis
dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Pegunungan ini
termasuk dalam hutan pegunungan rendah membentang sejauh ±600 km2 menjadi
bagian dari 8 kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, antara lain Hulu Sungai
Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Kotabaru, Tanah Laut,
Banjar dan Tapin. Tak hanya itu, pegunungan Meratus juga mencakup dua
provinsi lainnya, yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Sebagai
kawasan yang berperan penting dalam menyumbang oksigen dunia, pegunungan
Meratus dilansir dari Republika.co.id menyimpan banyak sekali flora maupun
fauna yang bahkan belum teridentifikasi jenisnya. Diantaranya adalah adanya
temuan dari Biodiversitas Indonesia – ULM yang menemukan satu jenis reptil dan
dua amfibi terbaru dalam penyusuran kawasan tersebut pada ketinggian 70-170
meter di atas permukaan laut (mdpl). Meskipun Zainudin Kami, seorang peneliti
dan koordinator tim yang tergabung dalam Meratus Herfetofauna Project List
belum bisa menentukan apakah spesies yang ditemukan adalah spesies yang
pernah dikaji sebelumnya atau jenis baru, temuan ini mengindikasikan
kemungkinan-kemungkinan adanya spesies lain baik hewan maupun tumbuhan
yang belum teridentifikasi dan bahkan diberi nama. Proses identifikasi yang pada
dasarnya dilakukan pada semua tingkatan usia, yang dilakukan berdasarkan
karakteristik, habitat hingga analisis DNA, menjadikan penemuan tersebut tidak
dapat dipastikan jenisnya sebab individu yang ditemukan belum berhasil
dikoleksi.
Hewan melata yang belum terdata itu merupakan termasuk kelompok
Cyrtodactylus yang memiliki ciri khas berupa jari lengkung yang biasa hidup di
wilayah hutan dan sangat tergantung pada hutan. Setidaknya dari hasil
pendokumentasian, jenis cicak lengkung yang ditemukan tersebut mempunyai
kemiripan dengan 3 spesies dari sekitar 230 spesies dari marga ini yang tersebar di
Asia, terutama Asia Tenggara hingga kepulauan Pasifik dan Australia. Ketiga
spesies tersebut adalah Cyrtodactylus consobrinus, Cyrtodactylus baluensis, dan
Cyrtodactylus malayanus.

4
Di Kalimantan sendiri, terdapat 30 jenis cicak dari 2 famili yaitu
eublepharidae dan gekkonidae. Sampai tahun 2006, telah tercatat 29 jenis dari 9
marga yang berhasil diidentifikasi dalam famili gekkonidae, marga cicak jari
lengkung adalah salah satunya. Namun, ditengah maraknya konversi hutan,
penebangan liar, hingga konversi lahan yang khususnya berkembang di kawasan
hutan Meratus, membuat satwaliar tersebut kehilangan habitatnya. Degradasi
hutan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadikan populasi hewan
khususnya cicak lengkung semakin menipis. Dengan adanya temuan dari tim
peneliti Meratus Herfetofauna Project List, menjadikan temuan tersebut sebagai
tambahan dari spesies yang telah berkurang karena mengalami kepunahan.

C. Identifikasi Masalah
Keanekaragaman hayati atau keanekaragaman makhluk hidup merupakan
sebuah istilah yang menunjukan keseluruhan ekosistem di suatu daerah dari
variasi gen hingga spesiesnya. Dari fenomena di atas, adanya penemuan baru
satwa berjenis reptil di kawasan pegununungan Meratus yang menjadi bentangan
hutan terbesar di Kalimantan Selatan, adalah fenomena dari melimpahnya
keanekaragaman hayati di bumi Kalimantan. Namun, fenomena tersebut tidak
menunjukan bertambahnya jumlah spesies yang ada. Tingginya alih fungsi hutan,
pembalakan liar hingga pemanfaatan hutan secara berlebihan mengakibatkan
terancamnya populasi satwa yang telah ditemukan. Keanekaragaman hayati yang
bersifat dinamis memungkinkan terjadinya kepunahan spesies yang tidak
sebanding dengan spesies yang ditemukan.

D. Solusi
Keanekaragaman hayati merupakan salah satu topik utama yang diangkat
dalam pengelolaan sumber daya global selama beberapa dekade terakhir. Berjuta-
juta jenis makhluk hidup yang ada, hanya sebagian saja yang sudah dapat
diidentifikaasi, dan masih banyak jenis-jenis makhluk hidup yang belum dikenali.
Penelitian yang dilakukan guna menemukan spesies makhluk hidup baru terus
dilakukan. Namun, tidak dapat dipungkiri keanekaragaman hayati ini bersifat
dinamis, sehingga seringkali temuan spesies baru yang ditemukan tidak sebanding

5
dengan langka bahkan punahnya spesies lain. Solusi yang ditawarkan guna
mencegah dan melestarikan keanekaragaman ini adalah pelestarian secara in-situ
dan ex-situ. Pelestarian in-situ merupakan pelestarian yang dilakukan di habitat
asli fauna atau flora tersebut. Seperti pelestarian badak di Ujung Kulon, komodo
di NTT, bunga raflesia di Bengkulu dan sebagainya. Sedangkan untuk pelestarian
ex-situ, pelestarian dilakukan di luar habitat aslinya, seperti membuat suaka
margasatwa, suaka hewan, kebun raya, kebun binantang dan lain-lain.
Di sisi lain, upaya-upaya pelestarian secara in-situ dan ex-situ juga harus
didukung pelestarian alam secara umum. Membuang sampah pada tempatnya dan
mengelola sampah dengan baik merupakan langkah awal dalam menjaga
kelestarian ekosistem. Penanaman lahan yang gundul, memakai sistem tebang-
pilih, dan hal lain seperti membersihkan got agar tidak tersumbat juga langkah
yang harus dilakukan setiap manusia di muka bumi ini. Selain itu, pencegahan
kerusakan biota laut ataupun biota darat akibat tercemar bahan-bahan kimia,
seperti kebocoran minyak di laut, atau buruknya kondisi tanah yang menyebabkan
kurangnya keproduktifan tanaman yang dapat membunuh makhluk hidup dapat
diantisipasi dengan terus-menerus melakukan penelitan dan konservasi alam.

E. Konsep

1. Ciri-Ciri Makhluk Hidup


Manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan kelompok makhluk hidup atau
disebu sebagai komponen biotik. Sedangkan benda tak hidup atau benda mati
deisebut sebagai komponen abiotik. Antara makhluk hidup dan benda tak hidup
atau benda mati dibedakan dengan adanya ciri-ciri kehidupan. Makhluk hidup
menunjukkan adanya ciri-ciri kehidupan antara lain bernapas, bergerak, tumbuh
dan berkembang, berkembang biak, memerlukan nutrisi, dan peka terhadap
rangsang. Benda mati tidak memiliki ciri-ciri tersebut.
a. Bernapas
Pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem biologis yang terdiri dari organ
dan struktur-struktur lain yang digunakan untuk pertukaran gas pada hewan dan
tumbuhan. Pertukaran gas-gas tersebut berupa penarikan O2 dan pembuangan

6
CO2 dari dalam tubuh makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki berbagai
jenis alat atau organ untuk bernapas tergantung ukuran tubuhnya, lingkungan
tempat hidupnya, dan riwayat evolusinya.
b. Bergerak
Makhluk hidup dapat begerak. Berdasarkan posisinya, pergerakan mahluk
hidup ada yang aktif dan pasif. Kemudian, sistem gerak mahluk hidup memiliki
alat yang berbeda beda tergantung tempat hidup dan evolusinya.
c. Tumbuh dan Kembang
Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel
dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat
kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi
besar. Sedangkan berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah
kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.
d. Berkembang Biak
Makhluk hidup melakukan reproduksi untuk meneruskan generasinya. Proses
reproduksi pun berbeda cara. Ada yang secara seksual (bertemunya sel kelamin)
atau aseksual.
e. Memerlukan Makanan
Dalam bertahan hidup, semua makhluk hidup memerlukan asupan energi dan
nutrisi dalam tubuhnya. Asupan energi dan nutrisi terkumpul dalam makanan.
f. Peka Terhadap Rangsangan
Kemampuan merasakan rangsangan atau iritabilitas adalah ciri mahkhluk
hidup. Rangsangan bentuknya bisa berupa suara, gelombang cahaya, sentuhan
fisik, aroma, dan suhu.
g. Adaptasi
Bertahan untuk hidup dengan cara menyesuakan dengan lingkungan disebut
adaptasi. Setiap makhluk hidup memiliki proses adaptasi yang berbeda-beda. Hal
ini sesuai dengan kemampuannya dalam menghadapi situasi serta kondisi di
lingkungan.
h. Ekskresi

7
Makhluk hidup yang memerlukan makanan dan mengolahnya akan
membuang sisa-sisanya melalui sistem ekskresi. Misalnya pada tumbuhan akan
melepas oksigen. Kemudian, pada hewan monyet akan mengeluarkan air seni dan
feses yang merupakan bahan buangan yang tidak diperlukan tubuh.

2. Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi makhluk hidup adalah penggolongan/pengelompokan
organisme atau makhluk hidup dalam takson melalui pencarian keseragaman
dan keanekaragaman. Organisme atau makhluk hidup yang diklasifikasikan
dalam satu kelompok memiliki persamaan. Dan makhluk hidup yang memiliki
golongan berbeda akan memiliki banyak perbedaan. Semakin dekat hubungan
pengelompokannya maka semakin banyak persamaan dari kedua mahluk
hidup tersebut. Misalnya dari bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya.
Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu
golongan. Dasar-dasar klasifikasi makhluk hidup, dapat berdasarkan ukuran
tubuhnya, lingkungan tempat hidupnya dan manfaatnya serta makhluk hidup
yang dikelompokkan berdasarkan jenis makanannya.
Berdasarkan ukuran tubuhnya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
pohon, perdu, semak dan lain sebagainya. Sedangkan klasifikasi tumbuhan
berdasar pada lingkungan tempat hidupnya adalah seperti tumbuhan yang
dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit),
tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup
di lingkungan lembap (higrofit). Untuk tumbuhan yang dikelompokkan atas
manfaatnya, contohnya tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-
obatan, tanaman sandang, tanaman hias, dan tanaman pangan. Kemudian
untuk berdasarkan jenis makanannya contohnya hewan yang dikelompokkan
menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan
(herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Keanekaragaman Makhluk Hidup


Keanekaragaman merupakan variasi organisme dari keseluruhan makhluk
hidup di bumi yang hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan
ekosistem. Terjadinya keanekaragaman ini berkaitan dengan teori evolusi.
Menurut teori Lamarck (1744-1829) dan teori Darwin (1809-1882) yang
mengemukakan bahwa adanya mekanisme dasar evolusi berupa seleksi alam
menimbulkan bentuk-bentuk makhluk hidup baru yang berasal dari bentuk-bentuk
makhluk hidup yang telah ada sebelumnya. Dengan adanya teori evolusi ini, jenis-
jenis tumbuhan maupun hewan yang ada di muka bumi ini dari masa ke masa
perlahan-lahan bentuknya akan berubah ke bentuk lainnya, sehingga setiap jenis
makhluk hidup memperlihatkan kecenderungan untuk bervariasi.
Perkembangan yang dialami makhluk hidup tersebut baik dari tingkat rendah
hingga tingkat tinggi dikenal dalam sebutan filogeni yang menggambarkan
evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Pohon filogenetika yang
menunjukkan silsilah keturunan seluruh makhluk hidup seringkali disebut sebagai
dasar dari takson. Menurut Soerjani (1996), keanekaragaman hayati atau makhluk
hidup menyangkut keunikan suatu spesies dan genetik dimana makhluk hidup
tersebut berada. Keanekaragaman hayati disebut unik karena spesies hidup di
suatu habitat yang khusus atau makanan yang dimakannya sangat khas.
Contohnya komodo (Varanus komodoensis) hanya ada di pulau Komodo, Rinca,
Flores, Gili Motang, Gili Dasami, dan Padar. Kemungkinan-kemungkinan yang

9
mendorong bertambahnya keanekaragaman hayati ini antara lain karena faktor
genetik, mutasi, adaptasi, kompetisi, dan lain-lain.
Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah
menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi
kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman
ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput,
padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lainlain.
Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik mengenai kualitas
komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal inilah yang menyebabkan
terbentuknya keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini.
Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis),
dan keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
jenis atau spesies makhluk hidup. Contohnya, buah durian ada yang berkulit tebal,
berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, dan berbiji
kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna
rambut pada kucing, ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan coklat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-
gen yang terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut
diperoleh dari kedua induknya melalui pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi
gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Contohnya bibit yang diambil dari batang induk mangga yang memiliki sifat
genetik berbuah besar, bila ditanam pada lingkungan yang berbeda (misalnya
tandus dan miskin unsur hara) kemungkinan tidak menghasilkan buah mangga
berukuran besar seperti sifat genetik induknya.
Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi
(perkawinan silang) antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui

10
proses domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh menusia).
Contohnya adalah hibrididasi tanaman anggrek untuk mendapatkan bunga
anggrek dengan warna beraneka ragam, hibrididasi sapi Fries Holland dengan sapi
Bali, dan hibrididasi berbagai jenis tanaman atau hewan tertentu dengan spesies
liar untuk mendapatkan jenis yang tahan terhadap penyakit. Dengan hibrididasi
akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies.
Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.

2. Keanekaragaman Spesies
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan
secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan
sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur)
untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh
variasi yang ada pada makhluk hidup antar jenis. Perbedaan antar spesies
organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati
perbedaan antar individu dalam satu spesies.
Dalam keluarga kacang-kacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis,
kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan
tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena di antara mereka
ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan
hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda. Contoh lainnya terlihat
keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon pinang dan juga pada pohon
palem.

3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga makhluk hidup
dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan
berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya
dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis
makhluk hidup yang sesuai. Pada suatu lingkungan akan terdapat suatu makhluk
hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah

11
menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada lingkungan yang inilah tempat setiap
makhluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Malah, makhluk hidup yang
terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara
makhluk hidup dengan lingkungannya akan berinteraksi dengan dinamis.
Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah
menyebabkan makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi
komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem.
Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut,
gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Komponen
biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik mengenai kualitas komponen
tersebut maupun kuantitasnya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya
keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar ekosistem hidup
berdampingan tanpa mengganggu, dan kelangsungan kepunahan atau gangguan
terhadap salah satu anggotanya maka akan kelangsungan hidup organisme
lainnya. Suatu perubahan yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini
akan berpengaruh terhadap keseimbangan (homeostatis) ekosistem tersebut.
Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang
saling terkait. Misalnya pengambilan makanan, energi, zat atau materi, dan
produktivitas atau ekosistem total. Contoh keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren
tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik
di daerah dataran rendah.

B. Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi merupakan suatu cara yang sistematis dalam mempelajari suatu
objek, misalnya makhluk hidup, dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan
ciri dan sifat yang tampak. Tujuan dilakukannya klasifikasi adalah untuk
mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar
mudah dikenal, mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup serta
mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.

12
1. Tahapan Klasifikasi
Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian tahapan.
Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pengamatan sifat makhluk hidup
Pengamatan merupakan proses awal klasifikasi, yang dilakukan dalam proses ini
adalah melakukan identifikasi makhluk hidup satu dengan makhluk hidup yang
lainnya. Mengamati dan mengelompokkan berdasarkan tingkah laku, bentuk
morfologi, anatomi, dan fisiologi.
b. Pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada ciri yang diamati
Hasil pengamatan kemudian diteruskan ke tingkat pengelompokkan makhluk
hidup. Dasar pengelompokkannya adalah ciri dan sifat atau persamaan dan
perbedaan makhluk hidup yang diamati.
c. Pemberian nama makhluk hidup
Pemberian nama makhluk hidup merupakan hal yang penting dalam klasifikasi.
Ada berbagai sistem penamaan makhluk hidup, antara lain pemberian nama
dengan sistem tata nama ganda (Binomial Nomenclature) dan trinomial. Dengan
adanya nama makhluk hidup maka ciri dan sifat makhluk hidup akan lebih mudah
dipahami.

2. Sistem Klasifikasi Mahluk Hidup


Seiring dengan perkembangan ilmu klasifikasi makhluk hidup, sistem
klasifikasi dapat dibedakan berdasarkan cara dan tujuannya, yaitu:
a. Sistem Klasifikasi Buatan (Artificial)
Didasarkan pada pertimbangan secara sekehendak hati para ahli taksonomi
dengan melihat habitat (tempat hidup) dan nilai guna dari makhluk hidup
tersebut. Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam ikhtisar
dunia makhluk hidup. Dasar klasifikasi ini adalah ciri morfologi, alat reproduksi,
habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya).
b. Sistem Klasifikasi Alami (Natural)
Klasifikasi makhluk hidup yang menggunakan sistem alami menghendaki
terbentuknya takson yang alami. Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan

13
berdasarkan pada karakterkarakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada
umumnya berdasarkan karakter morfologi. Sistem ini didasarkan pada kesamaan
morfologi secara fenotip yang ada hubungannya dengan makhluk hidup yang
sesungguhnya
c. Sistem Klasifikasi Filogenik
Sistem klasifikasi ini lebih menekankan aspek hubungan kekerabatan dan
sejarah perkembangan evolusi makhluk hidup yang ada sekarang. Makin dekat
hubungan kekerabatan, maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi
antar takson. Semakin sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti
makin jauh hubungan kekerabatannya. Klasifikasi yang didasarkan pada
hubungan filogenetik mengalami berbagai perkembangan. Klasifikasi ini diakui
dan dipakai secara internasional. Ada beberapa sistem klasifikasi yang pernah
diperkenalkan oleh para ahli taksonomi, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem Dua Kingdom
Sistem dua kingdom adalah sistem klasifikasi yang pertama dan dikemukakan
oleh Aristoteles yang pada saat itu belum dikenal organisme mikroskopis.
Dalam sistem ini organisme dibedakan atas dua dunia, yaitu berikut ini.
a) Kingdom Plantae (dunia tumbuhan).
Dasar pengelompokan tumbuhan adalah semua organisme yang
mempunyai dinding sel kaku atau keras karena tersusun dari selulosa dan
mempunyai kemampuan melakukan fotosintesis. Meskipun tidak
berklorofil, bakteri dan jamur dimasukkan dalam kingdom plantae. Alga,
lumut, paku-pakuan dan tumbuhan berbiji juga dimasukkan pada
kingdom tumbuhan.
b) Kingdom Animalia (dunia hewan), dikelompokkan berdasarkan suatu ciri,
yaitu mempunyai kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain, tidak berklorofil dan tidak berdinding sel. Misalnya, Protozoa,
Porifera, Coelenterata, Arthropoda, Echinodermata sampai Chordata.
2) Sistem Tiga Kingdom
Sistem tiga kingdom muncul setelah adanya mikroskop, yang mengungkapkan
adanya makhluk mikroorganisme bersel satu (uniseluler) dan bersel banyak

14
(multiseluler) yang memiliki ciri hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup
tersebut dikelompokkan tersendiri, yaitu kingdom protista. Dengan demikian,
makhluk hidup, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kingdom, yaitu
sebagai berikut:
a) Kingdom Protista
Ciri-ciri adalah tubuh terdiri dari satu sel atau banyak sel yang belum
terdiferensiasi. Contohnya, semua organisme yang bersel satu, misalnya
alga dan diatom, serta organisme multiseluler sederhana seperti
Paramecium dan alga.
b) Kingdom Plantae
Terdiri dari organisme yang bersifat autotrof, eukariota multiseluler dan
berreproduksi dengan spora. Contohnya, jamur, lumut, paku, dan tumbuhan
biji.
c) Kingdom Animalia.
Terdiri dari organisme yang bersifat heterotrof dan multiseluler.
Contohnya, Protozoa, Porifera, Coelenterata, Arthropoda, Echinodermata
sampai Chordata.
3) Sistem Empat Kingdom
Sistem empat kingdom berkembang setelah dalam struktur sel ditemukan inti
sel yang tersebar dalam sitoplasma. Hal ini terjadi karena tidak ada membran
yang membungkus inti yang disebut prokariotik. Selain itu, ditemukan juga
organisme eukariotik, yaitu organisme yang inti selnya telah mempunyai
membran inti. Berdasarkan hal tersebut maka organisme dikelompokkan
menjadi empat kingdom, yaitu sebagai berikut:
a) Kingdom Monera, memiliki ciri-ciri inti tanpa membran (prokariot).
b) Kingdom Protista, terdiri dari organisme bersel satu dan organisme
multiseluler yang belum terdiferensiasi.
c) Kingdom Plantae, terdiri dari jamur, lumut, paku dan tumbuhan biji.
d) Kingdom Animalia, semua hewan mulai dari Protozoa sampai Chordata.
4) Sistem Lima Kingdom

15
Sistem lima kingdom dikembangkan oleh R.H. Whittaker tahun 1969 dan
banyak didukung oleh ilmuwan biologi. Pada sistem ini, jamur dipisahkan dari
kingdom plantae berdasarkan ciri struktur sel dan cara memperoleh makanan,
kemudian dikenal klasifikasi sistem lima kingdom yang terdiri atas berikut ini:
a) Kingdom Monera, memiliki ciri-ciri sel yang prokariotik, artinya sel
tersebut tidak memiliki membran sel, dan selain itu juga tidak memiliki
mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi dan lisosom. Cara
berkembang biak dengan membelah diri secara langsung (amitosis).
Makhluk hidup yang termasuk Kingdom Monera adalah ganggang
hijaubiru, Archaebacteria dan Eubacteria.
b) Kingdom Protista, memiliki ciri-ciri tubuh tersusun dari satu sel atau
banyak sel, namun sel-sel tersebut sederhana dan tidak membentuk
jaringan. Sel bersifat eukariotik, misalnya termasuk protozoa dan
ganggang.
c) Kingdom Fungi/jamur, memiliki ciri-ciri organisme eukariota, sebagian
besar multiseluler, bersifat heterotrof dengan cara menyerap zat-zat
makanan dari lingkungan. Makhluk hidup yang termasuk Kingdom ini
adalah semua jamur, kecuali jamur lendir dan jamur air.
d) Kingdom Plantae, memiliki ciri-ciri organisme eukariota, multiselluler,
bersifat autrotof dan dapat melakukan fotosintesis. Organisme yang
termasuk Kingdom ini adalah Bryophita, Pterydophyta, dan
Spermatophyta.
e) Kingdom Animalia, memiliki ciri-ciri eukariota bersel banyak yang
bersifat heterotrof. Makhluk hidup yang termasuk kingdom ini adalah
semua hewan mulai dari Protozoa sampai Chordata.
5) Sistem Enam Kingdom
Sistem enam kingdom pertama kali dikemukakan oleh Carl Woese, seorang
ahli biologi molekuler dari University of Illionis, yang menemukan bahwa
Archaebacteria berbeda dengan Eubacteria (bakteri). Archaebacteria berbeda
dengan Eubacteria dalam hal proses transkripsi dan translasi genetiknya. Pada
Archaebacteria transkripsi dan translasinya lebih mirip dengan apa yang

16
terjadi pada eukariotik. Selanjutnya para ahli biologi bersepakat memisahkan
Eubacteria dan Archaebacteria. Secara lengkap klasifikasi sistem enam
kingdom adalah berikut ini.
a) Eubacteria (bakteri), ciri-cirinya adalah prokariot bersel satu.
b) Archaebacteria (prokariot), ciri-cirinya mirip eukariot.
c) Protista, (eukariot bersel satu), ciri-cirinya tidak memiliki jaringan atau sel
yang terdiferensiasi.
d) Fungi, ciri-cirinya bersifat eukariot osmotrofik bersel satu atau banyak.
e) Plantae (tumbuhan), bersifat autrotof, eukariot multiseluler, dan
bereproduksi dengan spora.
f) Animalia (hewan), bersifat heterotrof dan eukariot multiselular.

3. Taksonomi dan Binomial Nomenclature


Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani, tassein yang berarti untuk
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di
mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik.
Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang
mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai
adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial
atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus
Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia.
Dalam tata nama binomial, penamaan suatu jenis cukup hanya menyebutkan
nama marga (selalu diawali dengan huruf besar) dan nama jenis (selalu diawali
dengan huruf kecil) yang dicetak miring (dicetak tegak jika naskah utama dicetak
miring) atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini seharusnya tidak akan
membingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk tingkatan takson lain
yang lebih tinggi.
Adapun tingkatan takson utama yang sering kita kenal sehari-hari yaitu:
a. Kingdom (Dunia)

17
Semua hewan dimasukkan dalam kingdom animalia, sedangkan semua
tumbuhan dimasukkan dalam kingdom Plantae.
b. Filum/divisio
Filum atau divisio merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa
kelas yang memiliki persamaan ciri. Filum digunakan untuk menunjuk takson
hewan, sedangkan divisio digunakan untuk menunjuk takson tumbuhan. Untuk
tingkat divisio, ditentukan bahwa nama takson itu harus menceminkan ciri khas
seluruh warga divisio ditambah ahkiran phyta atau mycota.
Contohnya: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Eumycota (jamur sebenarnya)

Spermatophyta
Sumber: gurupendidikan.com
c. Classis (kelas)
Beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri dimasukkan dalam satu kelas.
Misalnya, berikut ini:
1) Ordo Carnivora, ordo Rodentia (binatang pengerat, misal tikus), ordo Primata
(bangsa kera), ordo Chiroptera (bangsa kelelawar), dan ordo Insektivora
mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu melahirkan anak, mempunyai kelenjar
susu serta menyusui anaknya sehingga dimasukkan dalam satu kelas, yaitu
Mamalia.
2) Dicotyledoneae (tumbuhan yang mempunyai lembaga dua).

18
Sumber: genwisaku.blogspot.com
d. Ordo (bangsa)
Ordo adalah tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili. Pada hewan,
untuk nama-nama takson di atas kategori suku berlaku ketentuan: nama-nama itu
terdiri atas satu kata berbentuk jamak, tidak terikat kepada tipe di bawahnya,
biasanya bersifat deskriptif, tidak mempunyai akhiran tertentu. Contohnya, Ordo
Carnivora.
Beberapa kelompok khusus menggunakan akhiran iformes di belakang nama
takson tingkat ordo. Misalnya, nama-nama tingkat ordo dari burungburung
dibentuk dari nama takson tingkat genus ditambah akhiran. Misalnya:
Columbiformes, dibentuk dari Columba + iformes
Passeriformes, dibentuk dari Passer + iformes
Untuk tumbuhan dapat diambil dari salah satu suku yang tergolong dengan
mengubah akhiran aceae menjadi ales. Misalnya:
Malvaceae (suku)
Malvales (bangsa)
Nama bangsa dapat juga diambil dari ciri khas dari seluruh bangsa. Misalnya:
Tubiflorae (golongan tumbuhan yang berbunga tabung).

19
Tubiflorae
Sumber: Shutterstock
e. Family (keluarga)
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan
biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea.
Famili adalah tingkatan takson yang anggotanya terdiri dari beberapa marga atau
genus. Ketentuan untuk nama takson tingkat suku ialah terdiri atas satu kata,
dibentuk dari salah satu nama takson tingkat marga yang dibawahi dan dipilih
sebagai tipe tata namanya ditambah dengan akhiran aceae, tidak dicetak miring.
Contoh, Solanaceae dibentuk dari kata Solanum + aceae Namun, ada nama
beberapa takson tingkat tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan itu karena
sudah sejak dulu digunakan. Misalnya, Graminae, nama lain dari Poaceae.
Compositae, nama lain dari Asteraceae. Untuk hewan, dibentuk dengan cara,
seperti pada tumbuhan, yaitu dari nama takson tingkat marga yang dipilih sebagai
tipenya ditambah dengan akhiran idea. Misalnya, Canidae, dibentuk dari Canis +
idea.

Sumber: fieldguides.fieldmuseum.org

20
f. Genus (marga)
Genus adalah takson yang lebih rendah daripada family. Nama genus terdiri
atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf capital, dan seluruh huruf dalam
kata itu ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya. Genus
adalah tingkatan takson yang memiliki beberapa spesies yang memiliki kesamaan
ciri. Misalnya, bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium sativum)
merupakan dua spesies berbeda, namun masih dalam satu genus yaitu Allium.

Sumber: health.kompas.com Sumber: ayobogor.com


g. Species (jenis)
Spesies adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan
antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur). Spesies
merupakan unit dasar dari klasifikasi. Di dalam satu spesies sering terdapat
berbagai macam makhluk hidup yang memiliki ciri khusus, yang disebut varietas
atau ras. Varietas biasanya dipakai untuk menyebut variasi dalam satu spesies
tumbuhan dan ras untuk hewan. Pada tumbuhan, di bawah spesies ada tingkatan
takson yang setara dengan varietas, yaitu kultivar.

21
Sumber: lipi.go.id

C. Tumbuhan Tidak Berpembuluh


Tumbuhan tidak berpembuluh adalah tumbuhan tanpa sistem pengangkut yang
terdiri dari pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Meskipun tumbuhan ini tidak
memiliki jaringan pengangkut yang terdiri dari pembuluh tapis dan pembuluh
kayu, tetapi mereka memiliki jaringan pengangkut sederhana yang khusus untuk
transport air secara internal. Contoh tumbuhan tidak berbempuluh, yaitu
tumbuhan lumut dan ganggang hijau. Tumbuhan ini memiliki stuktur yang terlihat
seperti daun, tetapi bukanlah daun sejati karena mereka adalah satu lembaran sel
tanpa kultikula, tanpa stomata, tidak ada ruang uadara internal dan tiadak
memiliki xilem dan floem. Akibatnya, mereka tidak mampu mengendalikan laju
transpirasi air dari jaringan dan di katakan poikilohidrik.
Semua tanaman darat memiliki siklus hidup dengan pergiliran keturunan
antara sporofit diploit dan gametofit haploid, tetapi pada tumbuhan non-vaskuler
fase gametofit merupakan fase yang dominan. Tanaman ini bergantung pada
gametofit untuk mengambil air, nutrisi mineral dan penyediaan hasil fotosintesis.
Kelompok tumbuhan tidak berpembuluh terkadang disebut sebagai tanaman
tingkat rendah, yang mengacu pada status mereka sebagai kelompok tanaman
paling awal dalam evolusi. Tetapi status ini tidak tepat, karena dapat digunakan
untuk memasukkan tumbuhan berpembuluh kriptogamae. Tumbuhan tidak
berpembuluh sering menjadi spesies yang pertama kali tumbuh pada lingkungan
tang baru dan tidak ramah, bersama dengan prokariota dan protista. Ini berfungsi
sebagai spesies pionir atau tumbuhan perintis.

D. Tumbuhan Berpembuluh
Tumbuhan berpembuluh atau Trachaeophyta (dibaca: tra-ke-o-fi-ta) adalah
kelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem-sistem pembuluh yang jelas dan
khas untuk menyalurkan hara/nutrien dari tanah oleh akar ke bagian tajuk (shoot)
serta untuk menyalurkan hasil fotosintesis dan metabolisme dari daun ke bagian-
bagian lain tubuhnya. Pembuluh ini memiliki tipe sel-sel yang khusus untuk
keperluan ini dan dapat dibedakan dengan jelas secara anatomi. Tumbuhan

22
berpembuluh juga memiliki akar, batang, dan daun sejati, sehingga termasuk ke
dalam kormofita. Pengelompokan ini bersifat monofiletik. Ke dalamnya termasuk
semua tumbuhan masa kini yang biasa dikenal sebagai tumbuhan tingkat tinggi ,
tumbuhan hijau daratan, atau Embryophyta, yaitu tumbuhan berbiji dan tumbuhan
paku (arti luas), namun tidak mencakup kelompok yang biasa dikenal sebagai
tumbuhan lumut (Anthocerophyta, Hepatophyta, dan Bryophyta). Sistem
pembuluh yang dikenal pada tumbuhan ini dikenal sebagai sistem pembuluh kayu
(xylem) dan sistem pembuluh tapis (phloem). Masing-masing sistem memiliki
jaringan-jaringan dengan tipe sel tertentu.

Sumber: www.gurupendidikan.co.id

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh


yang paling sederhana dan digolongkan dalam Cormophytaberspora yang telah
memiliki pembuluh angkut. Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat hidup epifit,
higrofit,hidrofit, dan hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain (Wijana, 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor-
faktor yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor dalam (internal) yaitu gen
dan hormon. Sedangkan faktor luar (eksternal) yaitu air, mineral, cahaya matahari,
suhu, dan kelembapan (Saktyowati, 2010).

E. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati di Indonesia mengalami pengurangan terus-menerus
hingga berada pada tingkat yang mencemaskan, yaitu kepunahan. Dalam catatan
sejarah ditunjukkan bahwa ada organisme yang pernah hidup, tetapi sudah punah

23
karena eksploitasi besar-besaran. Keberadaan organisme itu mestinya mempunyai
peranan sebagai sumber daya hayati di zamannya. Berkurangnya keanekaragaman
hayati menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas
alam. Beberapa penyebab hilangnya atau berkurangnya keanekaragaman hayati
adalah antara bencana alam seperti gunung meletus dan kebakaran hutan
(disebabkan tanpa campur tangan manusia) serta bencana yang disebabkan oleh
manusia seperti eksploitasi berlebihan pada spesies hewan dan tumbuhan, dan
juga adanya pencemaran baik itu pencemaran udara, pencemaran air dan bahkan
pencemaran tanah. Sehingga diperlukan upaya berupa konservasi alam untuk
menanggulangi dan mencegah kepunahan ini terjadi.
Berbicara tentang konservasi sumber daya alam hayati sama dengan
pelestarian ekosistem, sebab komponen-komponen sumber daya alam hayati
adalah bagian dari ekosistem. Usaha konservasi sumber daya alam hayati dapat
dilakukan dengan cara, antara lain secara in-situ dan ex-situ. Cara insitu dilakukan
dengan memelihara/menanam kembali di habitat alaminya sehingga kepunahan
dapat dihindari. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 326 kawasan cagar alam,
antara lain Cagar alam Kerinci Seblat, Cagar alam Tanjung Puting di Kalimantan,
perlindungan komodo di pulau Komodo, dan perlindungan bunga bangkai di
Bengkulu. Sedangkan konservasi ex-situ dilakukan dengan cara memelihara di
luar kawasan/di luar habitat aslinya. Cara ini terutama dilakukan terhadap spesies
makhluk langka atau memiliki nilai ekonomi tinggi. Misalnya, penangkaran
hewan-hewan langka seperti harimau Jawa, badak, jalak Bali, babi rusa, kura-
kura, orang hutan. Tempat penangkaran ex-situ, seperti kebun raya atau kebun
binatang, Taman Safari, kebun-kebun koleksi tanaman budi daya (karet, kopi, the,
dan buah-buahan). Konservasi keanekaragaman hayati secara in-situ lebih efektif
dan biayanya lebih efisien, namun pada ekosistem kota upaya ex-situ perlu
dikembangkan terutama terhadap tumbuhan khas yang terdapat di ekosistemnya.
Konservasi haruslah seiring dengan pembangunan, keduanya harus sejalan
dengan saling menguntungkan dan timbal balik. Dengan demikian, manfaat dari
keanekaragaman hayati dapat dirasakan baik generasi sekarang maupun yang akan
datang. Banyak jenis yang telah punah dan terancam kepunahan sementara itu

24
manfaatnya bagi manusia belum sempat diketahui. Untuk itu pelestarian
keanekaragaman hayati bukan hanya peran pemerintah, tetapi juga peran swasta,
ilmuwan, LSM, dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keanekaragaman adalah variasi keseluruhan makhluk yang hidup di muka
bumi, dan terjadinya keanekaragaman berkaitan dengan teori evolusi.
2. Menurut teori evolusi, jenis-jenis tumbuhan maupun hewan yang ada di
muka bumi ini dari masa ke masa perlahan-lahan bentuknya akan berubah
ke bentuk lainnya, sehingga setiap jenis makhluk hidup memperlihatkan
kecenderungan untuk bervariasi.
3. Dengan terjadinya proses evolusi, keanekaragaman akan bertambah, tetapi
dalam sejarah perkembangan makhluk hidup ada pula bentuk-bentuk yang
punah hingga diperlukan penelitian yang berkesinambungan. Fakta
menunjukkan bahwa lebih banyak ragam baru yang muncul dari pada yang
hilang.
4. Perkembanagan yang dialami oleh makhluk hidup dari tingkat rendah
sampai tingkat tinggi dinamakan filogeni, yang menggambarkan sejarah
keturunan atau silsilah semua makhluk hidup yang sekarang masih ada.
5. Sifat-sifat spesifik makhluk hidup baru muncul selama perjalanan filogeni.
Selama perjalanan filogeni ini mungkin akan muncul bentuk-bentuk baru
yang akan menambah keanekaragaman hayati.
6. Kemungkinan-kemungkinan yang mendorong bertambahnya
keanekaragaman makhluk hidup antara lain faktor genetik, mutasi,
adaptasi dan kompetisi.
7. keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
keanekaragaman ekosistem.

25
8. Ilmu yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup adalah taksonomi.
9. Taksonomi terbagi menjadi tujuh tingkatan yaitu, kingdom, fillum/divisio,
classis, ordo, famili, genus, dan species.
10. Tumbuhan tidak berpembuluh adalah tumbuhan tanpa sistem pengangkut
yang terdiri dari pembuluh kayu dan pembuluh tapis.
11. Tumbuhan berpembuluh adalah adalah kelompok tumbuhan yang telah
memiliki sistem-sistem pembuluh yang jelas dan khas.

B. Saran
Makalah ini masih memerlukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut,
sehingga disarankan para pembaca untuk lebih teliti. Diharapkan makalah ini
dapat mejadi tambahan pengetahuan bagi kita semua tentang Keanekaragaman
Makhluk Hidup. Penulis berharap para pembaca mampu memanfaatkannya
sebagai sumber belajar. Tak lupa kritik, masukan serta saran membangun agar
kedepannya penulisan makalah menjadi lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Moch dan Djoko Martono. 2009. Biologi 1 Untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA) – Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Chamisijatin, Lise dan Husamah. 2017. Sumber Belajar Penunjang Kompetensi


Profesional Mata Pelajaran Biologi. Malang: Media Nusa Creative.

Cyrtodactylus. (2019, Juni 7). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Cyrtodactylus pada tanggal 9 Oktober 2020.

Pramono, Shidiq. dkk. 2009. Biologi 1 Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Ridwan, M. 2012. Tingkat Keanekaragaman Hayati Dan Pemanfaatannya Di


Indonesia. Jurnal Biology Education, Vol.1, No.1, hlm.1-3.

Sudjamiko, Heri. dkk. 2015. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Tanggerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Susilowati, dkk. 2011. Materi Kurikuler Biologi SMA. Tanggerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Taksonomi. (2019, Agustus 27). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi pada tanggal 11 Oktober 2020.

Tumbuhan Berpembuluh. (2020, Juli 23). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.


Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berpembuluh pada
tanggal 10 Oktober 2020.

Tumbuhan Tidak Berpembuluh. (2019, Oktober 24). Di Wikipedia, Ensiklopedia


Bebas. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_tidak_berpembuluh#:~:text=Tum
buhan%20tidak%20berpembuluh%20(tumbuhan%20non,khusus%20untuk
%20transport%20air%20internal pada tanggal 10 Oktober 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai