Anda di halaman 1dari 13

Makalah Legenda

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN KARYA TULIS
Selama ini Di tengah kemajuan peradaban umat manusia, yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi modern, tradisi lisan sebagai
kekuatan kultural merupakan sumber pembentukan peradaban dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal ini penting karena tradisi lisan, dalam berbagai bentuknya sangat kompleks
yang mengandung, tidak hanya cerita, mitos, legenda, dan dongeng , tetapi juga mengandung
berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya, misalnya
kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge),
sejarah, hukum, adat, pengobatan, sistem kepercayaan dan religi, astrologi, dan berbagai hasil
seni.
Kedudukan tradisi lisan sebagai bagian dari warisan budaya bangsa ditetapkan dalam
Konvensi UNESCO tertanggal 17 September 2003. Sebagai bagian dari intangible cultural
heritage, dikatakan bahwa Oral traditions is important to be transmitted value things: oral
traditions is going to be the source of identity for humanity in this millenium (Konggres
IFLA, Agustus 1999). Tradisi lisan terbukti juga, selain merupakan identitas komunitas dan
salah satu sumber penting dalam pembentukan karakter bangsa, tradisi lisan adalah pintu
masuk untuk memahami permasalahan masyarakat pemilik tradisi yang bersangkutan.
Tradisi Lisan merupakan tradisi yang berkembang di dalam masyarakat yang diceritakan
dari mulut ke mulut dan secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisi lisan erat kaitannya dengan adat istiadat yang melekat pada suatu masyarakat.
Dalam makalah ini, kami mencoba melakukan pembukuan terhadap beberapa tradisi lisan
yang berkembang di masyarakat. Adapun beberapa daerah yang kami jadikan sumber tradisi
lisan adalah Pituruh, kaliglagah, Kalikotes, dan Kemranggen. Beberapa tradisi lisan itu di
antaranya adalah Mitoni Desa Kalikotes, Suran di Desa Kaliglagah, Tujuh Pengikut Raja di
Desa Pituruh, serta Merti Desa di Desa. Kemranggen, Kec. Bruno, Kab. Purworejo.
Dari hasil penelitian kami di lapangan, ternyata banyak sekali tradisi lisan yang belum
terpublikasikan. Kami juga menyadari, bahwa tradisi lisan di tiap daerah adalah berbeda.

Dengan adanya tradisi lisan ini, maka corak dan ragam budaya yang ada di Indonesia
bertambah banyak, dan bervariasi.

Tradisi-tradisi lisan yang ada di suatu wilayah dapat berupa simbol, dongeng, legenda, adat
istiadat atau kebiasaa, dan bentuk-bentuk yang lain. Kebanyakan dari tradisi lisan itu
mengandung sebuah filosofi yang begitu diyakini oleh masyarakat sehingga menjadi seperti
kepercayaan. Dari tradisi itu muncullah tujuan-tujuan yang melatar belakangi adanya tradisi
lisan tersebut.
B . PERMASALAHAN
Legenda adalah cerita semihistoris yang turun temurun dari zaman dahulu, yang
menceritakan perbuatan-perbuatan pahlawan, perpindahan penduduk dan pembentukan adat
kebiasaan lokal. Legenda merupakan campuran antara realisme dan supernatural, perpaduan
antara rasional dan irrasional. Fungsi legenda adalah untuk menghibur dan memberi pelajaran
serta membangkitkan atau menambahkan kebanggaan orang terhadap keluarga, suku atau
bangsanya.
Adapun permasalahan yang akan kita ungakap pada makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Legenda ?
2. Apakah cirri ciri legenda ?
3. Jenis jenis ari legenda ?
4. Macam macam legenda di tanah air Indonesia ?
C . TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini antara lain:
a.

Meningkatkan pengenalan pentingnya legenda di Indonesia.

b. Dapat mencari alternatif pemecahan masalah yang di hadapi dalam penyusunan makalah.
c.

Melatih ketrampilan dalam menyusun karya tulis.

2. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dalam penyususnan karya tulis ini antara lain :
a.

menambah wawasan dan pentingnya tradisi lisan.

b. Menambah pengetahuan bagaimana penerapan tradisi lisan di lingkungan masyarakat.


c.

Melatih moral, etika dan pentingnya penerapan dalam lingkungan masyarakat.

D. MANFAAT KARYA TULIS


1. Manfaat bagi penulis

a.

Dapat menambah wawasan bagi penulis dalam penyusunan makalah maupun yang lain.

b. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam penulisan makalah.


c.

Dapat mengembangkan pemikiran makalah.

d. Dapat melatih penulisan dalam menulis sebuah makalah.


2. Manfaat bagi pembaca
a.

Dapat menambah pengetahuan pembaca.

b. Dapat menilai kekurangan penulis.


c.

Dapat mengambil hikmah dalam bacaan.

d. Dapat mendorong pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia terutama tentang tradisi lisan.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. PENGERTIAN LEGENDA
Legenda (dari bahasa latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering
kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak
tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distrosi sehingga sering kali jauh berbeda
dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk
merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya
dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang
dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci
atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Berbagai pendapat muncul dalam pengertian legenda antara lain :
1. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya
dengan peristiwa sejarah.
2. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang
setengah lagi berdasarkan angan-angan.
3. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip
dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.
4. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang
mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas
setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya
dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

Roro Jonggrang, Timun Mas, Si Pitung, Legenda Danau Toba, dan ber-Ibu Kandung Seekor
Kucing merupakan sederetan cerita rakyat yang ada di Indonesia. Masih banyak sederetan
cerita rakyat yang memang diperuntukkan bagi anak-anak.
Sayangnya ada sebagian cerita rakyat yang bersifat kontroversial karena dianggap tidak layak
untuk anak. Sebut saja Sangkuriang, cerita yang mengisahkan seorang anak jatuh cinta

dengan ibunya sendiri Ada beberapa pengertian mengenai arti kata dari Legenda yang
dikemukakan oleh beberapa ahli.
Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. walaupun demikian, karena tidak tertulis,
maka kisah tersebut telah mengalami distorsi (pembelokan)
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi
sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang
mengandung sifat-sifat folklor. Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh
beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang
juga membedakannya dengan mite.
B. CIRI CIRI LEGENDA
Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut.
1) Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh- sungguh pernah
terjadi.
2) Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan
bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah
manusia.
3) Sejarah kolektif, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali
dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4) Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah
yang berbeda.
5) Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian
tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
C. JENIS JENIS LEGENDA
Legenda dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib,
legenda perseorangan, dan legenda setempat.
1.

Legenda Keagamaan
Legenda yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan disebut dengan legenda
keagamaan.

2. Legenda Alam Gaib.


Bentuk kedua yaitu legenda alam gaib. Legenda ini biasanya berbentuk kisah yang
dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang.
3.

Legenda Perorangan

Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap


benar-benar terjadi.

4. Legenda lokal/Setempat.
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya gunung,
bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda terjadinya Danau Toba di Sumatra,
Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Parahu) di Jawa Barat, Rara Jonggrang di
Yogyakarta dan Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa Tengah, dan Desa Trunyan di Bali.
D. MACAM MACAM LEGENDA DI TANAH AIR INDONESIA
Banyak sekali macam macam legenda di Indonesia. Antara lain yang pernah diketahui
adalah :

No

Legenda

Tempat

Legenda Pulau Senua

Kepulauan Riau

Putri Pandan Berduri

Kepulauan Riau

Putri Pinang Gading

Kepulauan Bangka Belitung

Si Pahit Lidah

Sumatera Selatan

Sigarlaki dan Limbat

Sulawesi Utara

Legenda Danau Lipan

Kalimantan Timur

Puti Kusumba

Jambi

Aji Bonar

Riau

Putri Sedaro Putih

Bengkulu

10

Mandin Tangkaramin

Kalimantan Selatan

11

Danau Tolire

Maluku

12

Candi Prambanan

Yogyakarta

13

Sangkuriang

14

Aryo Menak

15

Si Lancang

16

Si Sigarlaki dan Si Limbat

17

Aji Saka

18

Arti Sebuah Persahabatan

19

Batu Golog

20

Bende Wasiat

21

Buaya Ajaib

22

Asal Usul Danau Lipan

23

Buaya Perompak

24

Cindelaras

25

Kancil si pencuri Timun

26

Kelelawar Yang Pengecut

27

Keong Mas

28

Kera dan Ayam

29

Kera Jadi Raja

30

Kutukan Raja Pulau Mintin

31

La Dana dan Kerbaunya

32

Laba-laba

33

kelinci dan sang bulan

34

Loro Jonggrang

35

Lutung Kasarung

36

Malin Kundang

37

Manik Angkeran

38

Pak Lebai Malang

39

Puteri Junjung Buih

40

Raja Parakeet

41

Si Pitung.
Tabel 1.7 Macam Macam Legenda

Dalam uraian diatas kami memilih legenda Tangkuban Prahu, Rawa Pening, dan malin
kundang. sebagai contoh penjelasan tentang legenda.
Legenda Tangkuban Prahu
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang
sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang
terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik.
Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang
terbalik. Berikut ini ceritanya.

Gambar 1.8 Gunung Tangkuban Prahu

Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang
ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat
cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di
beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan
benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang
Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan
pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti
yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau
tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang
berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama
Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor
anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan
sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah
perkasa.

Gambar 2.9 Dayang sumbi

Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu
rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang
merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa
dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia
menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah
daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.

Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada
anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia
mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam
kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas
perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya
Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar
di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan
dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik.
Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka

tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun
menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut
tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia
menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang
Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya
memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh
Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa
menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut.
Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.

Gambar 3.10 Sangkuriang


Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu
kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk
memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air
dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang
pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa
Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk
merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari
bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang
perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan
terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh
dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita
mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan
seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang
Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

Rawa Pening

Gambar 4.11 Rawa Pening


Rawa Pening ada sekitar 1000-2000 tahun yang lalu. Berada 45 km dari kota Semarang. Mata
pencaharian penduduk di sana mayoritas adalah Nelayan eceng gondok. Kedekatan
masyarakat Rawa Pening dengan rawa memunculkan mitos, bahwa terdapat ular besar yang
menempati rawa bernama Biru Klinting.
Salah satu nelayan disana katanya pernah melihat Biru Klinting, warnanya kekuningkuningan, dan mempunyai panjang kurang lebih 50 m. Dikepalanya ada tengger yang sama
dengan tengger ayam jago. Siapa sih Biru Klinting sebenarnya? Konon hiduplah seorang
bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu
memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam dan amis. Luka itu tak pernah
kering. Jika mulai
Gambar 5.11 Baru kelinting
kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Biru Klinting berubah menjadi
seorang anak kecil yang mempunyai luka disekujur tubuhnya, dan lukanya menimbulkan bau
amis. Biru Klinting berjalan-jalan di desa tersebut, dan melihat anak-anak didesa
itu sedang bermain. Muncullah keinginan dihatinya untuk bergabung, namun anak-anak
tersebut menolak kehadiran Biru Klinting dan memaki-makinya dengan ejekan. Biru Klinting
pun pergi. Ditengah jalan, perutnya mulai lapar, dan Biru Klinting mendatangi salah satu
rumah dan meminta makan. Saat itu Biru Klinting pun kembali di tolak bahkan di makimaki.
Desa tersebut adalah desa yang makmur, namun penduduk di Desa itu sangatlah angkuh.
Sampai suatu hari ada seorang Janda tua (Nyai) yang baik dan mau menampung dan memberi
makan Biru Klinting. Setelah selesai makan, Biru Klinting berterimakasih kepada Nyai,
sambil berkata, "Nyai, kalau Nyai mendengar suara kentongan, Nyai harus langsung naik ke
perahu atau lisung ya?", kemudian Nyai tersebut menjawab "Iya".
Ketika Biru Klinting sedang di perjalanan meninggalkan komunitas tersebut, Biru Klinting
bertemu dengan anak-anak yang sering menghinanya dan langsung mengusir Biru Klinting
dengan kata-kata kasar. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan
sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah,
bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya.

Satu persatu mulai berusaha mencabut lidi yang di tancapkan Biru Klinting, namun anakanak tidak ada yang bisa mencabutnya. Sampai akhirnya orang-orang dewasa yang berusaha
mencabut lidi tersebut. Namun hasilnya TETAP TIDAK BISA! Akhirnya Biru Klinting
sendiri yang menarik lidi tersebut, karena hanya dia yang bisa mencabutnya (mengingat
bahwa dia sakti). Saat itupun keluarlah air dari tanah bekas lidi itu menancap, airnya sangat
deras keluar dari tanah, dan terjadilah banjir bandang di Desa Rawa Pening dan menewaskan
seluruh masyarakat di desa itu, kecuali Nyai.
Setelah lidi tersebut lepas, Biru Klinting langsung membunyikan kentongan untuk
memperingati Nyai. Akhirnya Nyai yang sedang menumbuk padi segera masuk ke lisung,
dan selamatlah dia. Nyai menceritakan kejadian ini kepada penduduk2 desa tetangganya
dan Biru Klinting kembali menjadi ular dan menjaga desa yang telah menjadi rawa tersebut.
Malin Kundang

jthgGAmbarmms

Gambar 6.12 Malin kundang


Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu
dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan
tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk
membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya
raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali
setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin
pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin
Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah
berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut.
Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut.
Bahkan sebagian besar
Gambar 7.13 Anak durhka

awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu
sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke
desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur.
Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi
seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya
lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang
gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada
ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang
mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah
kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke
dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau
yang

sedang

berdiri

itu

adalah

anaknya

Malin

Kundang

beserta

istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan
kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?",
katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh

dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa
wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga
anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak
menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin
menyumpah anaknya "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah
batu".

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan
datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin
Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu
karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama
pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai