Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum fabel biasa diartikan sebagai dongeng binatang. Dalam sebuah fabel,
binatang mewakili manusia dengan berbagai kesalahan dan kebijakannya. Pengarang lebih
tertarik untuk membahas tentang perilaku dengan tujuan untuk mengingatkan pembaca akan
aturan-aturan kehidupan. Maka dari itu sebuah fabel mengandung suatu makna tersirat
mengenai ajaran moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari.
Yang menjadi penekanan pada cerita fabel adalah nilai moral yang terkandung di
dalamnya, selain itu nilai moral yang akan disampaikan dalam cerita. Penulis fabel
menggunakan hewan atau tumbuhan sebagai penggambaran dari sifat manusia maupun
masyarakat dan permasalahan yang muncul di dalamnya. Bentuk dari fabel sendiri bisa
berupa prosa ataupun sajak. Tetapi sebagian besar karya fabel pendek, karena pada awalnya
cerita fabel disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian fabel?
2. Bagaimana sejarah fabel
3. Bagaimana ciri-ciri umum dan struktur fabel?
4. Apa saja yang termasuk unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam fabel?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian fabel
2. Untk mengetahui sejarah fabel
3. Untuk mengetahui ciri-ciri umum dan struktur fabel
4. Untuk mengetahui unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam fabel
D. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam membuat makalah ini adalah metode deskriptif
dan observasi melalui internet dan beberapa referensi buku.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN FABEL
Fabel berasal dari kata bahasa latin fabula yang berarti sebuah cerita. Kata

fabula sendiri diperoleh dari kata kerja fari yang artinya berbicara dengan akhiran ula
yang menandakan sedikit, sehingga dapat diartikan juga sebagai cerita yang pendek. Secara
umum fabel biasa diartikan sebagai dongeng binatang. Tapi definisi lebih jelasnya tentang
fabel adalah sebagai berikut, fabel berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang
tak bergerak, ataupun kekuatan alam lainnya yang digambarkan memiliki kemampuankemampuan seperti manusia misalnya berjalan, makan, berbicara, ataupun tertawa. Dalam
sebuah fabel, binatang mewakili manusia dengan berbagai kesalahan dan kebijakannya.
B.

SEJARAH FABEL
Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel merupakan kesustraan dunia

yang tertua. Penulis pertamanya adalah seorang budak bernama sop. Penulis fabel yang
paling berpengaruh adalah Martin Luther yang menggunakan fabel sebagai media
penyampaian pandangannya tentang politik dan kehidupan beragama. Namun mengalami
kemunduran pada zaman Barock, tetapi fabel benar-benar berkembang paling pesat pada
zaman pencerahan. Pada zaman ini penulis fabel yang terkenal dari negara Jerman adalah
Lessing.
C.

CIRI-CIRI UMUM DAN STRUKTUR FABEL

Fabel mempunyai beberapa ciri-ciri umum diantaranya:


1.

Menggunakan tokoh hewan dalam penceritaannya.

2.

Hewan yang sebagai tokoh utama dapat bertingkah seperti manusia (berbicara,

berfikir)
3.

Menunjukkan penggambaran moral / unsur moral dan karakter manusia dan kritik

tentang kehidupan di dalam ceritanya.


4.

Penceritaan yang pendek.

5.

Menggunakan pilihan kata yang mudah

6.

Dalam cerita fabel, paling baik yang diceritakan adalah antara karakter manusia

yang lemah dan kuat.

7.

Menggunakan setting alam.

Adapun struktur fabel yaitu:


1.

Orientasi adalah bagian pendahuluan yang berisi latar dan pengenalan tokoh.

2. Komplikasi adalah bagian yang berisi permunculan masalah yang dialami tokoh.
3.

Resolusi adalah bagian yang berisi penyelesaian masalah yang dialami tokoh.

4. Koda adalah bagian terakhir dari struktur teks cerita moral/fabel yang berisi perubahan
yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut.

Contoh:
Tiga Ikan
(Orientasi)
Suatu ketika, terdapatlah tiga ikan yang hidup di sebuah kolam. Di suatu sore,
beberapa nelayan melewati kolam tersebut dan melihat ikan-ikan itu. "Kolam ini penuh
dengan ikan", merka berbicara satu sama lain dengan bergairah. "Kita belum pernah
memancing di sini sebelumnya. Kita harus datang lagi besok pagi dengan jaring kita dan
manangkap ikan-ikan ini!" Kemudian nelayan-nelayan tersebut pergi.
(Komplikasi)
Ketika ikan yang paling tua mendengar ini, dia gelisah. Dia memanggil ikan-ikan
yang lain dan berkata, 'Apakah kamu dengar apa yang dikatakan nelayan itu? Kita harus
meninggalkan kolam ini. Nelayan itu akan kembali besok dan membunuh kita semua!' Ikan
kedua setuju. 'Kamu benar', dia berkata. 'Kita harus meninggalkan kolam ini.'
Tetapi ikan yang paling muda tertawa. 'Kamu cemas tanpa ada alasan', dia berkata.
'Kita telah tinggal di kolam ini semur hidup kita, dan tidak ada nelayan yang datang kesini.
Kenapa harus orang-orang itu kembali? Saya tidak akan pergi kemana-mana keberuntunganku akan menyelamatkan ku.'
(Resolusi)
Ikan tertua meninggalkan kolam tersebut pada sora hari dengan seluruh keluarganya.
Ikan kedua melihat nelayan datang di kejauhan pada pagi hari dan meninggalkan kolam
tersebut dengan seluruh keluarganya. Ikan ketiga tetap menolak untuk pergi.
Nelayan tersebut pun datang dan menangkap semua ikan yang tertinggal di kolam.
Keberuntungan ikan ketiga tidak menyelamatkannya - dia juga tertangkap dan dibunuh.
(Koda)
3

Ikan yang cemas dahulu dan bertindak sebelum nelayan datang dan ikan yang
tertindak ketika nelayan datang bershasil selamat. Tetapi ikan yang mempercayakan hanya
pada keberuntungan dan tidak berbuat apa-apa semuanya mati. Begitu juga pada kehidupan.

D. UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM FABEL


Unsur instrinsik, merupakan unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri unsurunsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur faktual
yang akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik dalam suatu
cerita merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut serta dalam membangun cerita.
Kepaduan antar bebagai unsur instrinsik inilah yang membuat suatu cerita dapat tewujud.
Unsur instrinsik yang dimaksud berupa tema, alur, latar, sudut pandang, tokoh dan
penokohan.
Unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsurunsur ekstrinsik terdiri atas keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang semua itu memengaruhi karya yang ditulis. Selain itu,
unsur ekstrinsik berkaitan dengan psikologi pengarang dan keadaan di lingkungan pengarang
baik segi ekonomi, politik, agama, budaya, maupun sosial.
Contoh:
Jerapah Si Panjang Leher
Pada awalnya kehidupan di alam ini baik adanya. Semua sangat bersahabat dekat baik
jerapah, kuda, ular, kuda, burung, tikus, monyet, tupai, kelinci, ayam dan penghuni hutan
lainnya. Baik besar maupun kecil, baik yang sejenis maupun yang tidak, baik yang buruk
rupa dan yang tidak semuanya berteman tanpa terkecuali. Mereka saling membantu, saling
menolong dan saling berbagi. Mereka lebih mengutamakan kebersamaan dan persaudaraan
disbanding harus menunjukkan kesombongan terhadap apa yang mereka miliki. Binatangbinatang yang ada di sana memanfaatkan alam untuk makanan mereka. Alampun seakan
bersahabat dengan mereka. Pepohonan, dedaunan, tunas dan buah semuanya memberikan
hasil yang baik untuk dimakan.
Di sini banyak buah pisang yang bisa kumakan. Tahun ini semua pohon berbuah
lebat. Tak ada tempat yang paling indah selain hutan ini. Nyam nyam nyam., kata si
monyet sambil asyik menikmati buah-buahan yang bertumpuk di pangkuannya. Sesekali ia
4

bergerak dari satu batang pohon ke batang pohon lainnya saat semua makanan yang ia
pegang sudah habis.
Betul sekali monyet. Aku bisa menikmati semua rumput-rumput yang muda dan
segar di sini, sambung si kuda putih.
Begitulah keseharian si kuda dan si monyet. Keduanya memiliki kesamaan sifat yang
suka makan. Tapi untuk masalah penampilan monyet kalah jauh dengan si kuda. Si kuda
memiliki bulu yang halus dan putih bersih sementara si monyet tidak. Mukanya jelek.
Bulunya panjang dan tidak terurus. Namun perbedaan itu tidak membuat si kuda sombong. Si
monyetpun merasa dihargai dan tak minder berteman dengan si kuda.
Dari balik pepohonan muncul seekor jerapah. Mereka menyebutnya si panjang leher
karena jerapah memang memiliki leher yang panjang hingga mampu mencapai puncak pohon
mangga tua di hutan itu. Jika ada kesulitan yang dihadapi oleh hewan-hewan yang ada di
hutan yang berurusan dengan ketinggian, dia akan dengan senang hati membantunya.
Ternyata si jerapah hendak bermaksud bergabung dengan si kuda dan si monyet juga. Mereka
sering menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap dan menyaksikan tingkah lucu yang sering
dibuat si monyet untuk menghibur temannya.
Semua tampak indah dan bersahabat. Sampai pada suatu ketika keluarga harimau
berpindah ke hutan itu dan membawa bencana bagi kehidupan hutan. Harimau-harimau itu
mengetahui bahwa hutan tersebut menghasilkan banyak makanan dan hutan tersebut bisa
dijadikan tempat yang nyaman untuk ditinggali karena bebas dari polusi. Hutan yang mereka
tempati dulu telah dirusak oleh manusia untuk membuka lahan industry.
Mari kita bergegas ke sana dan temukan tempat yang nyaman untuk di huni. Bila
perlu habisi mereka yang mencoba menghalangi langkah kita. Kita adalah binatang terkuat
di hutan manapun. GRR.. . kata si Raja hutan dengan buasnya.
Sesampainya mereka di sana, semua mahkluk di sana takut dan gemetar melihat
segerombolan harimau buas itu yang memiliki badan yang besar, taringnya panjang dan tajam
dan cakarnya terlihat sangat mengerikan. Semakin hari mereka semakin menjadi-jadi. Mereka
menguasai seluruh hutan termasuk hewan-hewan yang ada di hutan. Dengan kekuasaan
mereka semua hewan-hewan dijadikan pekerja untuk mengumpulkan makanan dan melayani
harimau-harimau tersebut. bagi binatang yang melawan akan ditawan dan dibuat sengsara. Si
monyet salah satunya. Ia harus dikurung karena melawan perintah Si Harimau. Ia disiksa oleh
harimau-harimau itu.

Suatu ketika anak Si Raja Hutan itu berjalan-jalan di sekitar hutan. Cuaca pada hari
itu sangat cerah. Ia menginjak lubang dan membawanya terguling-guling ke bawah jurang. Ia
berteriak minta bantuan dari sesiapa saja yang mendengar teriakannya.
Tolong..!!! Tolong!!! Tolong aku!!!, teriak anak harimau itu dengan lemah.
Semakin lama tubuhnya semakin lemah memegang akar pohon tua yang berjuntai ke
bawah itu. Dan akar pohon tersebut semakin lama semakin tak kuat lagi menahan berat badan
si anak harimau. Untuk beberapa saat tidak ada yang mendengarkannya. Lalu muncullah
seekor harimau lainnya berniat untuk menolongnya namun apalah daya tangan tak sampai. Ia
tak bisa membantunya dengan tangan sendiri. Ia bergegas ke istana raja hutan untuk
memberitahukan kabar buruk itu. Segera setelah Raja hutan mendengar kabar itu ia langsung
berlari sekencang-kencangnya tak tega memikirkan apa yang sedang dialami oleh anak
tunggalnya. Namun begitu sampai di sana tampak si jerapah bersama anaknya. Si raja Hutan
masih tak mengerti. Melihat keadaan itu, anaknya lalu menjelaskan kejadian sebenarnya.
Ternyata si jerapah yang telah menolongnya dari jurang tersebut dengan lehernya yang
panjang. Mendengar hal itu, Si Raja hutan lalu menyadarinya dan berterimakasih kepadanya.
Sebagai hadiah, si raja harimau memberikan suatu permintaan yang akan dikabulkannya. Apa
saja yang ia minta. Setelah berpikir matang-matang si jerapah akhirnya mengungkapkan
permintaannya.
Aku ingin engkau lepaskan sahabat-sahabatku yang engkau tawan. Aku tak tega
melihat mereka tersiksa. Kata Si jerapah.
Jerapah sama sekali tidak memanfaatkan permintaan itu untuk kepentingan dirinya
sendiri. Si Raja Hutan tertunduk dan merasa malu terhadap sikapnya selama ini. Ia menyadari
bahwa persahabatan itu lebih penting daripada menjadi seseorang yang ditakuti. Ia
melepaskan semua hewan yang ia kurung dan meminta maaf kepada semua binatangbinatang yang ada di hutan. Kini mereka semua telah berdamai. Tak ada lagi raja yang
angkuh, raja yang jahat. Tak ada lagi tawanan, juga tak ada lagi penyiksaan. Semuanya
kembali seperti semula bahkan lebih indah lagi dari sebelumnya.
Unsur Intrinsik Fabel Jerapah Si Panjang Leher
1.

Tema
Tema yang terkandung dari cerita fabel di atas adalah persahabatan mampu
menahklukkan kejahatan.

2.

Alur

Alur yang digunakan dalam cerita fabel di atas adalah alur maju.
3.

Tokoh dan penokohan


Si Jerapah
Si Jerapah adalah binatang yang suka menolong, baik hati dan tidak mementingkan
diri sendiri. Jerapah dengan senang hati membantu teman-temannya yang kesuliltan
dengan leher panjangnya. Itulah bukti kebaikan hatinya menolong binatang-binatang yang
kesulitan. Ketika ia di berikan sebuah hadiah oleh Si Raja Hutan, ia lebih memilih untuk
menyelamatkan sahabat-sahabatnya daripada memikirkan dirinya sendiri.
Si Monyet
Si Monyet adalah binatang yang suka makan, rakus, jahil dan pelucu. Secara
penampilan ia kelihatan jelek dan memiliki bulu yang tidak teratur.
Si Kuda
Si Kuda adalah binatang yang cantik, memiliki bulu yang putih bersih dan teratur,
binatang yang suka makan dan sedikit rakus. Kecantikan yang ia miliki tak lantas
membuatnya sombong ataupun angkuh.
Si Raja Hutan
Si Raja Hutan adalah binatang yang kuat dan buas. Namun ia juga seekor binatang
yang angkuh dan jahat. ia menggunakan kekuatan yang ia miliki untuk dijadikan alat
menguasai seluruh wilayah di hutan.

4.

Latar

Latar tempat
Latar waktu
Latar suasana

5.

Sudut pandang

: Di hutan belantara.
: Pagi hari. Siang hari.
: Menyenangkan, menegangkan, mengharukan.

Sudut pandang yang digunakan dalam fabel Jerapah Si Panjang leher adalah sudut
pandang orang ketiga
Unsur ekstrinsik Fabel Jerapah Si Panjang Leher
1.

Nilai sosial
Nilai sosial yang dapat kita petik dari fabel di atas adalah hubungan yang baik dengan
orang-orang di sekitar kita bisa dilakukan pada siapa saja tanpa memandang seperti apa
orang tersebut. kita bisa bercermin dari sikap binatang-binatang tersebut yang menerima
teman-temannya secara apa adanya. Menerima kekurangan dan kelebihan setiap orang.

2.

Nilai budaya

Budaya tolong-menolong yang tergambar dari sikap Si Jerapah adalah budaya yang
bernilai positif. Berbeda dengan budaya yang tercermin dari sikap Si Raja Hutan yang
3.

jahat. Di sini yang kuat yang akan berkuasa.


Nilai pendidikan
Nilai pendidikan yang dapat kita petik dari fabel di atas adalah saling menghargai,
mau menolong orang yang lemah dan tidak menggunakan keperkasaan yang kita miliki
untuk membuat orang takut akan kita. Orang yang kuat bukan berarti mendapatkan kuasa
sepenuhnya. Namun hal yang mampu membuat orang supaya menghargai kita adalah saat
kita bersahabat juga dengan mereka.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Fabel berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bergerak,

ataupun kekuatan alam lainnya yang digambarkan memiliki kemampuan-kemampuan seperti


manusia misalnya berjalan, makan, berbicara, ataupun tertawa.
Sebagai salah satu jenis karya sastra fabel mempunyai struktur yang sederhana bisa
ditulis dalam bentuk puisi dan dalam bentuk narasi. Fabel juga ditulis dalam bahasa yang
sederhana (einfache Eorm), padat dan pendek. Alur dalam fabel juga sederhana yakni hanya
terdiri atas pembukaan yang pendek, konflik dan akhir yang tidak terduga. Kesederhanaan
bentuk dan bahasa tersebut mungkin berkaitan erat dengan nilai moral yang disampaikan oleh
fabel tersebut, supaya lebih mudah dicerna dan diterima oleh pembacanya.
B.

Saran
Sekarang fabel mulai dilupakan oleh anak-anak. Maka dari itu seharusnya kita sebagai

pembimbing anak-anak harus dapat menyampaikan betapa pentingnya fabel, karena di dalam
fabel terkandung pesan moral yang mengajarkan makna hidup dan penuh suri tauladan.

Daftar Pustaka
http://niwayanratihshopia.blogspot.com/2014/05/pengertian-fabel.html
http://fifi-bindo-fifi.blogspot.com/2014/09/tugas-2-mengenali-struktur-teks-cerita.html
http://hengkikristiantoateng.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-makalah-yang-baikdan-benar.html
http://mikasitinjak.blogspot.com/2012/07/fabel-jerapah-si-panjang-leher.html
http://bahanajarjsj.wordpress.com/2012/01/04/fabel/

10

Anda mungkin juga menyukai