Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang

Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang
makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan
masyarakat Indonesia, yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang ada
dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan
banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan


ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata
bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.

Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata


dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis
adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas ketika pokok
bahasan tersebut secara rinci.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil


rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat?
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?
6. Apa sajakah macam-macam frasa, klausa dan kalimat dan beserta
contohnya?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengertian sintaksis.
2. Mengetahui yang termasuk dalam sintaksis.
3. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.
4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.
5. Mengetahui ciri-ciri frasa, klausa dan kalimat.
6. Mengetahui macam-macam frasa, klausa dan kalimat beserta contohnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sintaksis
a. Pengertian Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara etimologi
berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa Belanda
yaitu syntaxis. Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah
sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan tentang seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan klausa.
b. Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli
1) Menurut Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the
principles of arrangement of the construction (word) into large
constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin
dikaitkan dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam
konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
2) Robert (1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang
tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan
cara-cara menyusun kata-kata.Verhaar mengatakan bahwa sintaksis
adalah terdiri dari susunan subjek (s) predikat(p) objek (o) dan
keterangan yang merupakan tempat – tempat kosong yang tidak
mempunyai arti apa – apa.
3) Prof.Drs.M.Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang
ilmu bahasa (linguistik) yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa.
4) Prof.Dr.Suparman Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis
merupakan studi tentang hubungan antara kata yang satu dengan
kata yang lain.

3
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan
kalimat.

2. Lingkup Cakupan Sintaksis


a. Cakupan Sintaksis menurut Ramlan (1987:21) meliputi frasa, klausa,
kalimat, dan wacana
b. Menurut Chaer (1994 : 219) satuan terkecil adalah kata, yang secara
hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih
besar yaitu frasa, klausa dan kalimat. Sedangkan unsur penbentuk
wacana adalah kalimat.
Berdasarkan pengertian sintaksis di atas, dalam tataran sintaksis kata
merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen
pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Maka di sini, kata,
hanya dibicarakan sebgai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam
hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan yang lebih besar, yaitu
frase, klausa, dan kalimat.
3. Hubungan antara Frasa, Klausa dan Kalimat
Dilihat dari bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi
sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural
antara kata dan kata, atau kelompok kata dan kelompok kata yang lain,
berbeda-beda. Sementara, kedudukan tiap kata atau kelompok kata dalam
kalimat itu berbeda-beda pula. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua
satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan satuan
sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur
predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi.

4. Pengertian Frasa, Klausa dan Kalimat


a. Pengertian Frasa

4
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan
gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa
(Cook, 1971: 91 ; Elson and Pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui
batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain:
sifatnya tidak predikatif.

Venhaar (2001) menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata


yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.

Kentjono (1990) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal


yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri
klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa.

Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan suatu konstruksi


yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.

Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan


gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan
ini dapat rapat, dapat renggang.

Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi


yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah
pola dasar kalimat maupun tidak.

Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua


kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu
unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan).

b. Pengertiaan Klausa
Ada beberapa definisi klausa menurut para ahli bahasa yakni sebagai
berikut :
1. Menurut kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.

5
2. Ramlan mengatakan bahwa klausa merupakan satuan gramatik yang
terdiri atas S, P, (O), (Pel), dan (K).
3. H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua
kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.
4. Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya,
didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila
dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan
sebuah klausa (Chaer,2009:150).
5. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi
menjadi kalimat.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa klausa adalah gabungan dari beberapa kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, boleh dilengkapi
(objek), (pelengkap), dan (keterangan).

c. Pengertian kalimat
Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi atau pengertian
kalimat. Beberapa di antaranya akan penulis kemukakan sebagai
berikut.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri
sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari
klausa. (Cook, 1971: 39-40; Elson and Pickett, 1969: 82).

Pakar bahasa di Indonesia, Alisjahbana (1978) menyatakan bahwa


kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengadung
pikiran lengkap.

A.A.Fokker (1960:9), juga mengatakan: “kalimat ialah ucapan


bahasa yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi cirinya
sebagai batas keseluruhanya”.

6
Gorys Keraf (1978:156), dimana dikatakannya: “suatu bagian
ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan
intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap disebut
kalimat”.

Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa kalimat adalah (i) satuan


bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final
dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa; (ii) klausa bebas
yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan yang bebas,; jawaban minimal, seruan, salam, dan
sebagainya; dan (iii) konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau
lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri
sebagai satu satuan.

Alwi (2001) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa


terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.

Ramlan (1981:6) mengatakan: “kalimat ialah satuan gramatik yang


dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau
naik”.

Parera (1978:10) mengatakan: “sebuah bentuk ketatabahasaan yang


maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi
ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas adalah kalimat”.

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran


yang lengkap merupakan definisi umum yang biasa dijumpai. Dalam
kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil
(kata,frase,dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang
disusun dari konsituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjugsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

7
5. Ciri-ciri Frasa, Klausa dan Kalimat
a. Ciri-ciri Frasa
Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat
mengidentifikasi frasa sebagai suatu satuan atau konstruksi yang berciri:
(i) terdiri atas dua kata atau lebih yang berhubungan dan membentuk suatu
kesatuan, (ii) tidak bersifat predikatif, (iii) tidak berciri klausa, (iv)
merupakan unsur pembentuk klausa, dan (v) menempati salah satu unsur
atau fungsi dalam kalimat.
b. Ciri-ciri Klausa, yaitu:
1) terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
2) unsur klausa berupa S dan P,
3) unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
4) mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).
c. Ciri-ciri Kalimat
Berdasarkan definisi atau pengertian kalimat yang disampaikan para ahli,
kita dapat merumuskan ciri-ciri kalimat, yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
2) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;
3) Secara relatif dapat berdiri sendiri;
4) Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap;
5) Mempunyai pola intonasi akhir;
6) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan diakhiri
tanda baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda tanya untuk
kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat interjektif).
6. Macam-macam Frasa, Klausa dan Kalimat
a. Jenis-jenis Frase
1) Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu:

8
a) Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-
unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, laki bini ,
belajar atau bekerja
b) Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak
mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik
merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.
c) Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa
aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu,
dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya,
yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan
unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak
Saleh merupakan aposisi (Ap).
2) Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya.
Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:

9
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas
3) Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
a) Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan
kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
b) Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping
c) Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
4) Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda,
diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
5) Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan
atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut
ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita
terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan
semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
a) Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
b) Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
b. Jenis-jenis klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa
yaitu :

10
1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir
tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini
klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti
klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa
berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
a) Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P.
b) Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
c) Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya
hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P
saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara
gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan
jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang
secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
a) Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi
yang menegatifkan P.
Contoh : Pasha seorang penyanyi terkenal.
b) Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi
yang menegaskan P.
Contoh : Pasha bukan seorang penyanyi terkenal.
3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi
P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :
a) Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa nomina.
Contoh : Dia seorang sukarelawan.

11
b) Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa verba.
Contoh : Dia membantu para korban banjir.
c) Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh : Adiknya sangat gemuk.
d) Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori numeralia.
Contoh : Anaknya lima ekor.
e) Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh : Sepatu itu di bawah meja.
f) Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategoi ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
4) Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat
dibedakan atas :
a) Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi
kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi
sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa
tersebut.
Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
b) Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk
menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat
minor.
Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
5) Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria
tatarannya dalam kalimat.

12
a) Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis
dari klausa yang lain.
Contoh : Ketika paman datang, kami sedang belajar.
b) Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau
menjadi unsur dari klausa yang lain.
Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
c. Jenis-jenis kalimat
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti
pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas
dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan
keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola
kalimat baru.

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat

Ayah merokok. S-P

Adik minum susu. S-P-O

Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P-O-K

2) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola
kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a) Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas
sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih
pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b) Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat
yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.

13
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan
atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran.
(1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan
antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara
terdiri atas:
(a) Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya
menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan
sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
(b) Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata
tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
(c) Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata
tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
(2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal,
bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru
yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap)
disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang
mengalami perluasan dikenal adanya:
(a) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati
subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S

14
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
(b) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
predikat.
Misalnya: Katanyabegitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas
itu. anak kalimat pengganti predikat
(c) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang
mengambilnya. anak kalimat pengganti objek.
(d) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam. anak
kalimat pengganti keterangan.
(3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil
perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang
sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang
pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda
empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat

15
pola bawahan II
3) Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a) Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata
dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
(1) Hanya terdiri atas dua kata
(2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
(3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
(4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak
boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna
laksikalnya..
b) Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-
kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c) Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah
mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti
mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum
tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
(1) Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
(2) Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila
sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
(3) Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah
inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis
tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah
untuk dibelikan komputer.

16
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4) Kalimat Mayor dan Minor
a) Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah
menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di
sekolah.
b) Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur
inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!
5) Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau
penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
6) Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau
mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Misal: Amara pergi ke sekolah, lantas amara pergi ke rumah temannya
untuk belajar. (tidak Efektif/Tidak Efisien)
Amara pergi ke sekolah, lantas kerumah temannya untuk belajar.
(Efektif/Efisien).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa sintaksis
adalah cabang yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur-
unsur pembentuknya. Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa, dan kalimat.
Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang
mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang
satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya
mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan.
1985:21)
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan
kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan
dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase,
dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir
serta bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta
memiliki fungsi-fungsi gramatikal.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami berharap
makalah ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik.
Tapi, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami sebagai
pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan
yang ada pada makalah kami. Terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Irwan. 2011. Frase, Klausa, Kalimat. Diakses dari


http://irwansipetualang.blogspot.com/2011/10/frase-klausa-dan
kalimat.html pada tanggal 11 September 2014.

Widyartono, Didin. 2008. Frase, Klausa, dan Kalimat. Diakses dari


http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/
pada tanggal 11 September 2014.

Hidayah, Fatkhul. 2012. Perbedaan Frasa, Klausa dan Kalimat. Diakses dari
http://fatkhulhidayah.wordpress.com/2012/10/08/perbedaan-frase-klausa-
dan-kalimat/ pada tanggal 11 September 2014.

Setiawan, Ardi. 2013. Sintaksis Tata Bahasa Pengertian. Diakses dari


http://ardisetiawan1989.blogspot.com/2013/09/sintaksis-tata-bahasa-
pengertian.html pada tanggal 11 September 2014.

Anggara, Dyanteza. 2014. Frase, Klausa dan Kalimat. Diakses dari


http://dyantezaanggara27.blogspot.com/2014/01/frase-klausa-dan-
kalimat.html pada tanggal 11 September 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai