Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup: Keterampilan menyimak,


keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan
berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari Mari perhatikan kehidupan
masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara
berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan
multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada
orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut.
Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio. Komunikasi dua arah terjadi
ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi pesan.
Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang
jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan.
Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang
diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini
disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkan
lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat
diterima secara utuh. Proses ini disdebut dengan decoding.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian keterampilan berbahasa indonesia disekolah dasar ?
2. Bagaimana keterampilan membaca disekolah dasar ?
3. Bagaimana keterampilan menulis disekolah dasar ?
4. Bagaiman Keterampilan menyimak disekolah dasar ?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian berbahasa indonesia.
2. Untuk mengetahui keterampilan membaca disekolah dasar.
3. Untuk mengetahui keterampilan menulis disekolah dasar.
4. Untuk mengetahui keterampilan menyimak disekolah dasar.
5. Untuk mengetahui keterampilan berbicara disekolah dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Berbahasa


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai
Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan
Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena
dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam
menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Tarigan membagi
keterampilan berbahasa meliputi empat aspek. Yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara keterampilan membaca dan keterampilan menulis.1
Setiap ketrampilan erat hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan
cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil
seseorang belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu membaca
dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah,
sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan
tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.
Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir
yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak
latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir.

1
Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterlampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa.
1979).8

3
B. Keterampilan Membaca
1) Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis.2 Sedangkan membaca merupakan
kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian
yang tepat. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi
melibatkan aktivitas visual, bepikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan dasar dari proses
membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada
kata- kata dan kalimat, kemudian mengasosialisasikannya dengan bunyi- bunyi
sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan,sedangkan proses decoding
(penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam
kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-
kelas awal, yaitu SD kelas (I,II,III) yang dikenal dengan istilah membaca
permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu
pengenalan korespodensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.
Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-
kelas tinggi SD.3
Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung
pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan
menemui beberapa tujuan yang akan dicapainya, teks yang dibaca seseorang
harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca
dan teks.
2) Tujuan Keterampilan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat

2
Ibid., 13
3
Kosasih, Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia, (Bandung: Yrama
Widya, 2002), 20

4
sekali berhubungan dengan maksud tujuan dalam membaca. Berikut ini
beberapa tujuan dalam membaca:4
a) Kesenangan
b) Menyempurnakan membaca nyaring
c) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
d) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
e) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
f) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
g) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks
h) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Selain beberapa tujuan membaca yang telah disampaikan di atas, terdapat
pula beberapa tujuan membaca lainnya yang erat kaitannya dengan makna,
diantaranya:5
a) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
b) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
c) Membaca untuk mengetahuai urutan atau susunan, organisasi cerita.
d) Membaca untuk menyimpulkan.
e) Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan.
f) Membaca untuk menilai atau mengevaluasi.
g) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
3) Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru
menerapkan kegiatan prabaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascabaca
dalam pembelajaran membaca.6
a) Kegiatan prabaca dimaksudkan untuk menggugah prilaku siswa dalam
penyelesaian masalah dan memotivasi penelaahan materi bacaan.

4
Haryadi dan Zamzami, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
Depdikbud-Dikti, 1996), 34
5
Yetti Mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), 16
6
Kosasih, Kompetensi Ketatabahasaan...,23

5
b) Kegiatan membaca adalah kegiatan inti yang dilakukan siswa untuk
menemukan dan memahami gagasan-gagasan pokok, serta gagasan
penunjang dalam suatu bacaan. Beberapa strategi dan kegiatan dalam
membaca dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Strategi yang dimaksud adalah strategi metakognitif, cloze procedure
dan pertanyaan pemandu
1. Strategi metakognitif, berkaitan dengan pengetahuan seseorang atas
penggunaan intelektual otaknya dan usaha sadarnya dalam memonitor
atau mengontrol penggunaan kemampuan intelektualnya.
Metakognitif ini meliputi cara terjadinya berpikir. Dalam kegiatan
membaca, orang yang menerapkan metakognitif akan memilih
keterampilan dan teknik membaca yang sesuai dengan
tugas membacanya.
2. Cloze procedure, digunakan juga untuk meningkatkan pemahaman
dengan cara menghilangkan sejumlah informasi dalam bacaan dan
siswa diminta untuk mengisinya. Latihan cloze procedure dalam
pelaksanaannya melibatkan penghilangan huruf, suku kata, kata, frase,
klausa, atau sebuah kalimat.
3. Pertanyaan pemandu, selama membaca pertanyaan pemandu sering
digunakan untuk meningkatkan pemahaman. Siswa dilatih untuk
mengingat fakta dengan cara mengubah fakta itu menjadi pertanyaan
”mengapa”.Pertanyaan pemandu dapat diajukan guru kepada siswa
atau diajukan siswa untuk dirinya sendiri ketika
sedang membaca.
c) Kegiatan pascabaca yaitu kegiatan pemantapan pemahaman dengan
kegiatan pemecahan masalah yang telah dibuat berdasarkan isi bacaan.
Kegiatan dan strategi pascabaca membantu siswa mengintegrasikan
informasi baru ke dalam skemata yang sudah ada. Selain itu, kegiatan
pascabaca dapat memperkuat dan mengembangkan hasil belajar yang telah
diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kegiatan dan strategi yang dapat
dilakukan siswa setelah membaca, yaitu, memperluas kesempatan belajar,
mengajukan pertanyaan, menuturkan kembali apa yang telah dibaca

6
kepada orang lain, dan mengaplikasikan apa yang diperoleh dari membaca
ketika melakukan sesuatu.

C. Keterampilan Menulis
1) Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif, produktif,
kompleks, dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang diwujudkan
secara tertulis. Menulis juga merupakan keterampilan yang menuntut penulis
untuk menguasai berbagai unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan
menjadi isi dalam suatu tulisan.7 Menulis merupakan kegiatan komunikasi
verbal yang berisi penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Pesan yang dimaksud di sini adalah isi atau muatan yang
terkandung dalam tulisan, sedangkan tulisan pada dasarnya adalah rangkaian
huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti
ejaan.8 Dengan demikian, menulis merupakan salah satu bentuk pengggunaan
bahasa, disebut keterampilan berbahasa, yang melibatkan empat unsur, yakni
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Seorang penulis yang memahami makna kata akan betul-betul peduli
terhadap apa yang ditulis, kekuatan tulisan dalam mempengaruhi orang lain,
keaslian pikiran, dan kepiawayan penulis dalam memilih kata-kata. Penulis
yang paham akan konsekkuensi akan mempertimbangkan respon jika
tulisannya dibaca orang lain.
Menulis merupakan modal dasar siswa untuk menuju ke jenjang-jenjang
berikutnya. Tidak sedikit siswa yang kurang menyukai pembelajaran menulis,
mereka tidak tahu apa yang harus mereka tulis ketika guru menginstruksikan
mereka untuk menulis. Banyak yang tidak mengetahui pemahaman tentang
kaidah-kaidah penulisan yang berkaitan dengan ejaan yang baik dan benar
dalam bahasa Indonesia, hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab siwa

7
Suparno, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Depdiknas-UT, 2002), 3
8
Musaba, Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar, (Banjarmasin: Sarjana
Indonesia, 1994), 4

7
tidak menyukai pembelajaran menulis. Siswa SD yang normal dapat
mengikuti proses menulis dengan kecepatan relatif sama, bahwa setiap siswa
yang normal dapat menyelesaikan tugas menulis dalam waktu yang berbeda-
beda meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak.
Berdasarkan jenjang kelas di SD pembelajaran menulis dibedakan
menjadi 2 ( dua ) yaitu :9
1. Pembelajaran menulis permulaan
Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara
merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik dan
benar. Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-
simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara
konkret.
Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata
dan kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa
diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan
eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j dan dapat berupa suku kata seperti su-ka, ma-
ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana. Seperti halnya
membaca permulaan, menulis permulaan juga dapat menggunakan
metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, metode global
dan metode SAS. Pembelajaran permulaan ini terjadi pada kelas rendah
yaitu kelas I dan kelas II.
Ruang lingkup pembelajaran menulis di kelas rendah antara lain
sebagai berikut : 10
a. Kelas I ( satu )
Menulis permulaan di kelas I ini menggunakan huruf-huruf kecil,
tujuannya siswa dapat memahami cara menulis permulaan dengan ejaan
yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi
pelajaran menulis permulaan dikelas I SD disajikan secara bertahap
dengan menggunakan pendekatan huruf, suku kata, kata-kata atau
kalimat.
b. Kelas II ( dua )
9
Suparno, Keterampilan Dasar...,10
10
Ibid., 11

8
Menulis permulaan di kelas II ini menggunakan huruf – huruf besar
pada pada awal kalimat dan penggunaan tanda baca, tujuannya siswa
memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan
mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan
cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan
spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-
angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
2. Pembelajaran menulis lanjutan ( pemahaman )
Pembelajaran menulis ini terdapat dikelas III, IV, V, VI. Tujuan
menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan
perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang
membedakan menulis permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya
kemampuan untuk mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh
sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita berdasarkan butir-
butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam
teknik pembelajaran menulis. Teknik pembelajaran menulis
dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan menulis untuk
keperluan sehari-hari :11
a. Menulis cerita
Menulis cerita Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu:
1) Menyusun kalimat.
Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: menjawab
pertanyaan, melengkapi kalimat memperbaiki susunan kalimat,
memperluas kalimat, subtitusi, transfomtasi dan membuat kalimat.
2) Teknik memperkenalkan cerita Meliputi : baca dan tulis, simak dan
tulis
3) Menyusun paragaf
4) Menceritakan kembali
5) Membuat.
b. Menulis untuk keperluan sehari-hari

11
Ibid., 14

9
Menulis untuk keperluan sehari-hari meliputi ragam menulis:
menulis surat, menulis pengumuman, mengisi formulir, menulis surat
undangan, membuat iklan, dan menyusun daftar riwayat hidup. Model
pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan
gambar, melanjutkan cerita lain, menceritakan mimpi, menceritakan
pengalaman, dan menceritakan cita-cita

D. Keterampilan Menyimak
1) Pengertian Menyiamak
Terkadang orang beranggapan bahwa menyimak dengan mendengar
memiliki pengertian yang sama sehingga persepsi yang demikian pada
akhirnya dalam aplikasinya di lapangan tidak sesuai dengan harapkan dalam
proses belajar mengajar. Kesalahan tersebut menjadikan guru berpikir
sederhana dalam mengajarkan kegiatan menyimak.
Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman,
apresiasi dan evaluasi. Dalam proses menyimak, diawali dengan kegiatan
mendengarkan bahan simakan oleh siswa (penyimak), selanjutnya bahan
simakan dipahami berdasarkan tingkat pemahaman siswa yang dimaksud,
kemudian dalam proses pemahaman tersebut terjadi proses evaluasi –
menghubungkan antara topik yang disimak dengan pengalaman dan/atau
pengetahuan yang dimiliki siswa. Setelah proses tersebut selesai, barulah siswa
memberikan respon terhadap isi bahan yang disimaknya. Jadi dapat dikatakan
bahwa menyimak merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses
mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar
adalah kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami
bunyi-bunyi bahasa yang disimak.12
Menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: menyimak
ekstensif, dan menyimak intensif.13
a) Menyimak Ekstensif
12
Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV. Angkasa,
1985), 8
13
Suhendar dan Supinah, Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbahasa). (Bandung : CV.
Pionir Jaya, 1992), 14

10
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa.
Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan
guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan
simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis
besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.
b) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna
yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus
diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman,
(b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak
intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri
dengan reproduksi bahan simakan.
2) Tujuan Menyimak
Secara umum tujuan menyimak ada dua macam, yaitu tujuan bersifat
khusus dan tujuan bersifat umum. Adapun tujuan yang bersifat khusus adalah
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran.
Namun tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan
menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut.14
a. Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen,
dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui
radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
b. Menganalisis fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas
pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa

14
Yumarti, Beberapa Teknik Pengajaran Menyimak, (Jakarta: PT. Bharatara Karya Aksara,
1988), 12

11
yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan
pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
c. Mendapatkan inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru.
Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau
jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
d. Menghibur diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara,
musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah
jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya
pulih kembali.
3) Teknik dan strategi Pembelajaran Menyimak
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan
secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi
mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik
menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa.
Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses
belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.15
a. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa
permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini
digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan
atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang
sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata
tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari
tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata.
Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras,
siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang
diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan

15
Ibid., 34

12
mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa
kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat
mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu
dalam struktur yang sederhana.
b. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian
informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu
seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima
informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan
teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap
sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak
siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah
beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
c. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita
di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa
menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak.
Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
1. menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
2. menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
3. menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
4. menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
5. menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja
harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca
dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu,
guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya,
jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya
hanya karena pembacaan yang kurang siap.
d. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas

13
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape
recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi,
pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi
petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu
disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan
sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik.
Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa
yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-
pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang
disimaknya.
e. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali,
siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi
wacana tersebut dengan cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan
paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang
dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana
dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau
kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
f. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah
puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang
telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak,
siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah
disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
sesuai tujuan.
g. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan.
Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan
wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar bahasa Indonesia,
budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan

14
apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas
selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan
kepada guru untuk teliti.

E. Keterampilan Berbicara
1) Pengertian Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Menurut
Tarigan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi artikulasi
atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan.16
Berbicara pada hakikatnya adalah pemindahan pesan dari suatu sumber
ke tempat lain. Terjadi pemindahan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah
ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Bahasa lisan adalah
alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Selanjutnya simbol yang diterima komunikan diubah menjadi umpan balik
dimana komunikan memahami pesan yang disampaikan komunikator.17
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan berbahasa yang saling
berhubungan. Melalui berbicara , seseorang menyampaikan informasi
menggunakan bahasa lisan dan melalui menyimak seseorang menerima
informasi dari orang lain. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara
yang baik maka ia akan memiliki keterampilan menyimak yang baik pula
begitu juga sebaliknya.
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan
membaca apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik maka
biasanaya ia juga memiliki keterampilan menulis dan membaca yang baik juga
dalam menyampaikan suatu informasi.

2) Bentuk-bentuk Berbicara
16
Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterlampilan...,34
17
Zamzami, Peningkatan Keterampilan Berbahasa...,24

15
Berbicara dibagi menjadi dua bidang yaitu berbicara terapan atau
fungsional dan pengetahuan dasar berbicara. Dengan kata lain berbicara
sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapan
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat seperti (1) berbicara di muka
umum, (2) diskusi kelompok, (3) debat, sedangkan berbicara sebagai ilmu
menelaah (1) mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang
ujaran dan suara, (3)bunyi – bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran.18
Berbicara secara garis besar dapat dibagi atas (1) berbicara di depan
umum atau public speaking dan (2) berbicara pada konferensi atau conference
speaking. Berdasarkan aspek lain seperti arah pembicaraan (berbicara satu arah
seperti pidato dan ceramah dan multi arah seperti diskusi dan konversasi).
Berdasarkan aspek tujuan (persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional,
rekreatif). Sedangkan dari aspek suasana dapat dikelompokkan ke dalam
berbicara formal dan non formal.

3) Teknik pengajaran berbicara yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar.19
a. Teknik Ulang – Ucap
Teknik ulang-ucap sangat baik digunakan dalam melatih siswa
mengucapkan atau melafalkan bunyi bahasa kata, kelompok kata, kalimat,
ungkapan, peribahasa, semboyan, kata-kata mutiara, paragraf, dan puisi
yang pendek. Pada kelas-kelas rendah teknik ini biasa digunakan dalam
melatih siswa mengucapkan fonem kata-kata, dan kalimat-kalimat yang
pendek. Model ucapan harus jelas, jernih, dan tepat. Guru bahasa harus
dapat menjadi model yang akan ditiru oleh siswa. Model ucapan ini dapat
berupa ucapan langsung atau lisan dan dapat pula berupa rekaman. Berikut
ini disajikan beberapa contoh dalam bentuk kegiatan guru dan siswa pada
pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar.
b. Teknik Lihat – Ucap
Teknik lihat-ucap digunakan dalam merangsang siswa mengekspresikan
hasil pengamatannya. Yang diamati dapat berbagai hal atau benda, gambar
18
Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterlampilan...,35
19
Ibid., 37

16
benda, atau duplikat benda. Pada kelas-kelas rendah benda yang
diperlihatkan untuk diamati sebaiknya benda-benda yang dekat dengan
kehidupan siswa. Lebih baik lagi bila benda itu nyata. Jadi bukan benda
atau hal yang bersifat abstrak. Bila benda atau hal yang bersifat abstrak
dapat diberikan pada kelas-kelas lanjutan.
c. Teknik Deskripsi
Deskripsi berarti menggambarkan, melukiskan, atau memerikan sesuatu
secara verbal. Teknik deskripsi digunakan untuk melatih siswa berani
berbicara atau mengekspresikan hasil pengamatannya terhadap sesuatu.
Melalui deskripsi ini, pembicara menggambarkan sesuatu secara verbal
kepada para pendengarnya.
d. Dramatisasi
Ada beberapa alasan yang melatar belakangi penggunaan strategi
dramatisasi dalam pembelajaran bahasa lisan, yaitu sebagai berikut.
1. Dramatisasi memungkinkan dapat membangkitakan dorongan aktif
siswa.
2. Dramatisasi memungkinkan dapat memberi peluang ekspresi yang
kreatif dan melatih menggunakan bahasa lisan bagi siswa secara
sempurna.
3. Melalui dialog memungkinkan siswa berinteraksi sosial dengan teman
lain.
Berdasarkan alasan tersebut maka penulis berpendapat bahwa berbahasa
lisan lebih tepat jika disampaikan dengan menggunakan strategi
dramatisasi. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan strategi ini.
1. Melatih kemampuan berbicara, sehingga pada kelas lebih tinggi
ketrampian mengeluarkan pendapat lebih tampak.
2. Mengembangkan sikap sosial dan saling menghargai.
3. Pencapaian tujuan pembelajaran lebih mudah.
4. Menyajikan materi pelajaran lebih menarik.

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah


kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca,
menyimak atau berbicara. Setiap ketrampilan erat hubungannya dengan
ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Keterampilan
Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena
dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam
menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
2. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis.
3. Menulis merupakan salah satu bentuk pengggunaan bahasa, disebut
keterampilan berbahasa, yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan
4. Menyimak merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses mendengar
untuk memahami bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar adalah kegiatan
yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami bunyi-bunyi bahasa
yang disimak.
5. Berbicara pada hakikatnya adalah pemindahan pesan dari suatu sumber ke
tempat lain. Terjadi pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Pesan yang disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam
simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.

18
Daftar Rujukan

Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Jakarta: Depdikbud-Dikti
Kosasih. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia.
Bandung: Yrama Widya

Musaba. 1994.Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar.


Banjarmasin: Sarjana Indonesia

Suhendar dan Supinah.1992. Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbahasa.


Bandung : CV. Pionir Jaya

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Tarigan, 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV.


Angkasa

Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterlampilan Berbahasa, (Bandung :


Angkasa.
Yetti Mulyati. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka

Yumarti. 1988. Beberapa Teknik Pengajaran Menyimak, (Jakarta: PT. Bharatara


Karya Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai