Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan interaksi yang dilakukan oleh peserta

didik dengan guru dalam situasi pendidikan untuk mewujudkan tujuan yang

telah ditetapkan (Mulayani, 2001:5). Seorang guru Sekolah Dasar sewajarnya

memahami bahwa komponen anak merupakan komponen terpenting dalam

proses pembelajaran, karenanya proses pembelajaran harus dicipatakan atas

dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang.

Dengan kata lain proses pembelajaran secara praktis dikembangkan guru di

Sekolah Dasar dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara

tepat.

Salah satu aspek kebahasaan yang perlu ditingkatkan adalah

pemahaman terhadap cerita rakyat melalui proses mendengarkan. Melalui

mendengarkan siswa akan mampu memberikan tanggapan secara kritis

dengan pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat dan perasaan

orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi yang dilihat.

Sedangkan melalui cerita rakyat diharapkan siswa Sekolah Dasar mampu

mengasah kepekaan mereka terhadap karya sastra, baik terhadap nilai nilai

intrinsik yang terdapat didalamnya maupun nilai nilai ekstrinsik yang dapat

mereka ambil melalu sebuah cerita kemudian meningkatkan kemampuan

mereka dalam bercerita berdasarkan sebuah cerita yang telah mereka dengar

secara lisan. Dimana suatu cerita dibangun oleh unsur-unsur cerita, yang oleh

1
2

Titiek W.S., dkk, disebut sebagai elemen-elemen cerita atau unsur-unsur

cerita yaitu tema dan amanat, tokoh, latar, alur atau plot, sudut pandang, dan

gaya.

Bila hal ini dikaitkan dengan peningkatan hasil pembelajaran Bahasa

Indonesia maka guru harus memiliki strategi pembelajaran efektif agar siswa

dapat belajar secara aktif dan meningkatkan kemampuan kebahasaanya secara

optimal. Namun apa yang diharapkan guru jauh dari harapan sebab guru sulit

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di

kelas. Ketidakaktifan siswa tersebut dimungkinkan karena pemanfaatan

metode belum variatif, dalam pembelajaran di kelas terkesan didominasi oleh

guru, proses pembelajaran yang dilakukan lebih mementingkan pada

menghafal konsep bukan pada pemahaman. Dengan demikian, suasana

pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Nilai hasil belajar yang diperoleh belum memuaskan, sebab masih

banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Dari 32 siswa yang tuntas

hanya 10 (31%) siswa, dengan rata-rata klasikal 60. Hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia perlu adanya perbaikan, sehingga

penelitian dilanjutkan pada proses perbaikan pembelajaran

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan refleksi dan

hasilnya menunjukkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada

materi mendengarkan cerita rakyat di kelas II SDN 6 Metro Barat masih

rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan dengan materi

mendengarkan cerita rakyat dimana siswa yang mendapat nilai diatas


3

KKM (>70) hanya 10 siswa (31%) sedangkan yang memperoleh nilai

kurang dari KKM (<70) 22 siswa (69%). Selain itu keaktifan siswa dalam

mengikuti pelajaran dengan materi mendengarkan cerita rakyat ini masih

kurang. Siswa kurang tertantang dan kurang antusias terhadap materi

mendengarkan cerita rakyat, siswa kurang berkonsentrasi, siswa tidak

berani bertanya, sebagian ada yang bermain sendiri, kurangnya motivasi

dalam mengikuti pembelajaran.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan masalah yang ada peneliti melakukan diskusi dengan

teman sejawat untuk menganalisis masalah dan ditemukan beberapa

masalah antara lain:

a. Metode Pembelajaran yang digunakan guru pada materi mendengarkan

masih monoton.

b. Guru kurang memberi gambaran jelas tentang unsur-unsur intrinsik

sebuah cerita serta pokok pokok penting dalam cerita rakyat untuk

dikembangkan dalam menceritakan kembali.

c. Ketika membacakan teks guru terlalu cepat.

d. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga

beberapa siswa mengantuk.

e. Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran menjadi

kurang menarik.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis masalah di atas peneliti merencanakan alternatif

pemecahan masalah sebagai berikut.


4

a. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan memperbaiki strategi

pembelajarannya yaitu menggunakan metode diskusi model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan media audio.

b. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas guru dalam

proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan memperbaiki strategi

pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

c. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas

II pada materi pMendengarkan Cerita Rakyat mata pelajaran Bahsa

Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan

menggunakan media Audio, lalu merancang evaluasi, situasi belajar

dengan pembentukan kelompok kelompok belajar.

Untuk menindak lanjuti hasil analisis masalah, kami dibantu oleh

supervisor 2 yang telah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan

yang muncul dengan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut.

a. Menggunakan media audio tentang identifikasi unsur cerita rakyat

yang dapat membangkitkan motivasi belajar.

b. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

c. Menggunakan metode diskusi dengan memberi tugas kepada siswa

untuk mengerjakan LKS tentang identifikasi unsur cerita rakyat dari

berbagai sumber.
5

d. Menggunakan alat peraga yang tepat sehingga pembelajaran menjadi

lebih menarik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diajukan rumusan masalah sebagai

yaitu:

Apakah metode diskusi dengan model pembelajaran cooperatif jigsaw dan

penggunaan media audio dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran mendengarkan cerita rakyat di kelas II SD Negeri 6 Metro

Barat ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan pembelajaran tentang materi mendengarkan cerita rakyat

melalui PTK ini bertujuan untuk:

1. Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat

melalui metode diskusi dengan model pembelajaran cooperatif jigsaw

dan penggunaan media audio pada siswa kelas II SDN 6 Metro Barat.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mendengarkan

cerita rakyat melalui metode diskusi dengan model pembelajaran

cooperatif jigsaw dan penggunaan media audio pada siswa kelas II SDN

6 Metro Barat.
6

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan

Kelas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi guru selaku

peneliti, siswa, institusi maupun pendidikan secara umum.

1. Manfaat bagi guru

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program kegiatan

pembelajaran selanjutnya agar dikemudian hari pembelajaran lebih

berhasil.

b. Sebagai umpan balik terhadap peningkatan profesionalitas dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

c. Melalui metode diskusi dengan model pembelajaran cooperatif

jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan

aktifitas guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

d. Informasi yang diperoleh dari penelitian dapat menjadi inovasi

dalam proses pembelajaran, karena guru akan mengubah paradigma

strategi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat bagi siswa

a. Sebagai pendorong semangat belajar bagi siswa agar lebih

memperoleh prestasi belajar yang semaksimal mungkin.

b. Sebagai ajang pembentukan sifat aktif dan kreatif siswa sehingga

dapat tercipta ide-ide pembaharuan berfikir anak.

c. Dengan menggunakan metode diskusi dengan model pembelajaran

cooperatif jigsaw dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa

kelas II SD Negeri 6 Metro Barat aktivitas siswa dapat meningkat.


7

d. Dengan menggunakan metode diskusi dengan model pembelajaran

cooperatif jigsaw dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 6 Metro

Barat dapat meningkat.

3. Manfaat bagi lembaga kependidikan

a. Sebagai dokumentasi keilmuan yang dapat memperkaya khasanah

kepustakaan demi kemajuan pendidikan disuatu sekolah.

b. Sebagai analisis pola pengelolaan pembelajaran kearah yang lebih

dinamis yang sesuai dengan standart mutu pendidikan.

c. Dapat memberikan kontribusi guna memperbaiki model

pembelajaran demi meningkatkan kualitas siswa sebagai subjek

didik di sekolah tempat penelitian dan sekolah lain pada umumnya.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Belajar

Dalam proses pengajaran unsur proses belajar memegang peranan

yang vital. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami

sebaik baiknya tentang proses belajar mengajar agar guru dapat

memberikan bimbingan dan penyediaan lingkungan belajar yang tepat dan

serasi bagi peserta didik.

Menurut Abin Syamsuddin (dalam Taufiq. dkk, 2010:5.4) belajar

adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah

laku dan pribadi.

Belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001:28)

Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2005:89) belajar itu adalah

proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di

dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Menurut Gagne (dalam Winataputra. dkk, 2007:2.3) belajar adalah

suatu proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil

dari pengalaman

Sedangkan Morgan et.al (dalam Anni. dkk, 2006:2) menyatakan

bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena

hasil dari praktik atau pengalaman.


9

Dari kelima pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang

belajar mengandung tiga unsur utama berikut ini.

a. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perilaku tersebut

dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku tertentu seperti menulis,

membaca, berhitung yang dilakukan secara sendiri sendiri /

kombinasi dari pelbagai tindakan.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses

pengalaman.

c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

Menurut Gagne (dalam Anni. dkk, 2006:4) Belajar merupakan

sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-

mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar warga belajar, dan

peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengideraan yang

digunakan untuk merangkap rangsangan.

b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan

pembelajar disebut situasi stimulus. Agar pembelajar mampu belajar

optimal ia harus belajar memfokuskan pada stimulus tertentu yang

diminati.

c. Memori. Memori pembelajar berisi pelbagai kemampuan yang berupa

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktifitas

belajar sebelumnya.
10

d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut

respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus maka mempri

yang ada didalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap

stimulus tersebut.

a. Ciri Ciri Belajar

1. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga

ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Belajar merupakan suatu poerubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,

seperti perubshsn perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3. Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,

harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.

Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan

pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu

periode yang mungkin berlangsung berhari hari, berbulan bulan,

atau bertahun tahun.

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti

perubahan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,

ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.


11

b. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Belajar.

Menurut Depdikbud (1997:149) ada dua faktor yang mempengaruhi

belajar seperti berikut.

1) Faktor Intern (faktor yang ada dalam diri Individu)

Faktor dari dalam diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar

diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,

perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu

hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri

siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.

Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka

atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat

inila yang dimunculkan lebih awal dari dalam diri siswa. Minat,

motivasi dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru. Setiap

individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan

tersebut dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar; yakni sangat

cepat, sedang, atau lambat.

2) Faktor Ekstern (faktor yang ada di luar diri Individu)

Faktor ini meliputi lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana

kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),

lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah

(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan

pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang palinh

berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru

merupakan manager atau sutradara dalam kelas.


12

c. Prinsip Prinsip Belajar

Belajar tidak sederhana seperti yang digambarkan oleh ilmu jiwa

asosiasi melainkan sangat kompleks. Berikut adalah prinsip belajar

menurut Suprijono (2009:4) ;

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai

hasil belajar memiliki ciri ciri berikut ini.

a) Sebagai hasil tindakan rasional Instrumental yaitu perubahan

yang disadari.

b) Kontinyu / berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c) Fungsional / bermanfaat sebagai bekal hidup.

d) Positif / berakumulasi.

e) Aktif / sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f) Permanen / tetap.

g) Bertujuan dan terarah.

h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses

Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang

ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,

konstruktif, dan organik.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman

Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya.


13

2. Pengertian Mengajar

Barbara L. Wiit (dalam Sanjaya, 2005:20) Mengajar adalah suatu

seni mentransfer informasi dengan cara yang dapat menginspirasikan

peserta didik untuk lebih ingin tahu tentang materi ajar.

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian

informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa (Sanjaya, 2005 : 73).

Smith (dalam Sanjaya, 2005:74) menyatakan bahwa mengajar

adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan.

Pengertian mengajar menurut Hamalik (2001:44,53) seperti

berikut.

a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau

murid di sekolah.

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda

melalui lembaga pendidikan sekolah.

c. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga

menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

d. Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga

negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi

kehidupan masyarakat sehari hari.

Jadi kesimpulan mengajar adalah suatu usaha dari pendidik untuk

menyampaikan sejumlah pesan atau pelajaran agar terdidik mengalami

perubahan dan sikap.


14

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20 : 2003,

Bab I Pasal 1 ayat 20)

Menurut Rooi jakkers (dalam Rachmawati, 2008:16) proses belajar

atau pembelajaran merupakan sesuatu yang harus di tempuh seseorang

untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.

Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang

pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.

Seseorang yang melakukan belajar dapat disebut telah mengerti sesuatu

hal bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari. Keberhasilan

seorang belajar akan terjamin apabila ia dapat mengajak para siswanya

mengerti suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu

siswa akan memahami hal yang diajarkan.

a. Prinsip Prinsip Pembelajaran

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaaan kegiatan

pembelajaran menurut Sanjaya (2005:3032) adalah sebagai berikut.

1) Berpusat pada Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai

subyek belajar.

2) Belajar dengan Melakukan

Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk

di bangku, akan tetapi belajar adalah prose beraktifitas dan berbuat

(Learning By Doing).
15

3) Mengembangkan Kemampuan Sosial

Proses pembelajaran bukan hanya mengembangan kemampuan

Intelektual akan tetapi juga kemampuan sosial. Proses pembelajaran

harus dapat mengembangkan dua sisi ini secara seimbang .

4) Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah

Proses pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan

keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.

5) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah.

Pembelajaran adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah.

Oleh sebab itu pengetahuan yang diperoleh mestinya dapat dijadikan

sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah.

6) Mengembangkan Kreatifitas Siswa.

Dalam proses pembelajaran guru harus mampu mendorong kreatifitas

siswa sehingga dapat menjadikannya manusia yang kreatif dan

inovatif.

7) Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi

Pendidikan dibentuk untuk membekali setiap siswa agar mampu

memanfaatkan hasi hasil teknologi

8) Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik

Setiap guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan

manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga

negara.

9) Belajar Sepanjang Hayat


16

Belajar tidak terbatas pada waktu sekolah saja namun harus terus

menerus seiring perkembangan zaman.

b. Faktor Faktor Pembelajaran

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran

agar berlangsung efektif menurut Sanjaya (2005:3233) yaitu sebagai

berikut.

1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar

mereka secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

2) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi

apa yang telah dilakukannya.

3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual.

4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemendirian di samping

kerjasama.

5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik

iklim sosial maupun iklim psikologis.

6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan

kreatifitas dan rasa ingin tahu.

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005: 895).


17

Menurut Anni dkk. (2006:5) prestasi atau hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupa-

kan tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengalami proses dan

aktivitas belajar dan dinyatakan dengan nilai yang meliputi keterampilan

pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional. Proses

memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar. Pembelajaran berbeda dari

pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. Pada proses pengajaran

biasanya ada guru yang mengajar siswa, sedangkan dalam proses

pembelajaran tidak selalu demikian. Sesekali siswa harus belajar sendiri dari

media belajar atau dari lingkungan yang sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.Tugas guru mengatur supaya terjadi interaksi antara siswa dengan

media belajar atau lingkungan belajar itu. Jadi pembelajaran bahasa adalah

proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya

siswa mencapai kemampuan berbahasa.

Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan

mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, atau pendapat atau gagasan dalam

bahasa lisan maupun tulis.Secara umum, kemampuan ini tergantung pada

frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis yang dilakukan oleh

seseorang dalam keseharianya.Semakin kerap seseorang mendengar,

berbicara, membaca, menulis dan semakin berkualitasnya materi yang


18

didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya maka semakin komunikatiflah

kalimatkalimat yang dituturkanya.Dengan demikian, kemampuan berbahasa

orang tersebut semakin baik.

Itulah sebabnya diperlukan upaya agar seseorang meningkatkan

kemampuan kebahasaanya sehingga fungsi bahasa dapat diperoleh secara

maksimal. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menggiatkan latihan

latihan kebahasaan. Semakin awal upaya ini dilakukan maka semakin baik

hasilnya.Latihan ini sebaiknya dilakukan sejak anak duduk di sekolah

dasar.Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk melatih kegiatan

berbahasa.

Ketentuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi dua di bawah ini.

1. Ketentuan untuk kelas 1 dan 2

Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran

bahasa Indonesia pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan

menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan

tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih

bermakna.Pengelolaan waktunya diserahkan kesekolah masing masing.

2. Ketentuan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6

Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran

bahasa Indonesia pada aspek yang menigkatkan kemampuan

berkomunikasilisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan

mata pelajaran tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur

kurikulum.
19

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum berbasis

kompetensi ada enam hal berikut ini:

a. Mendengarkan

Siswa mendengarkan dan mendenarkan tanggapan secara kritis dengan

pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan perasaan

orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi yang

dilihat

b. Berbicara

Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat

dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran

sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan.

c. Membaca

Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis

terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat

memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca

berbagai jenis teks.

d. Menulis

Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan

pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur

kalimat, dan paragraph secara efektif.

e. Pemahaman Penggunaan
20

Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung pada

tujuan dan konteks, serta menguasai komponen komponen

kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia.

Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia

mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya.

f. Apresiasi Sastra

Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai

jenis dan bentuk.

Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan dengan menggunakan lima

langkah langkah pembelajaran bermakna berikut ini.

a. Pemanasan apersepsi,

b. eksplorasi,

c. konsolidasi pembelajaran,

d. pembentukan sikap dan perilaku, serta

e. penilaian formatif.

C. Mendengarkan

Menurut Munadi (2008), mendengar sesungguhnya suatu proses rumit

yang melibatkan empat unsur penting, yaitu:

1. Mendengar, 2). memperhatikan, 3). Memahami, 4). Mengingat. Jadi

mendengarkan adalah proses selektif untuk mendengar, memperhatikan,

memahami dan mengingat simbol-simbol. Mendengar merupakan proses

fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli), di

mana gelombang suara masuk melalui saluran telinga bagian luar terhubung
21

dengan gendang telinga di bagian tengah dan kemudian menimbulkan

getaran-getaran yang merangsang sampai ke

otak; Memperhatikan rangsangan disekitar kita berarti memusatkan

kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu. Ketika kita memperhatikan

rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut

perhatian selektif; Memahami. Unsur ini adalah yang paling rumit dalam

mendengarkan. Memahami biasa diartikan sebagai proses pemberian makna

pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan

oleh pengirim pesan; dan mengingat adalah menyimpan informasi untuk

diperoleh kembali (Munadi, 2008: 59-63).

Sedangkan menurut Santosa (2010: 6.31) mendengarkan dalam hal ini

menyimak memerlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif,

pemahaman, dan penilaian seperti halnya orang yang mempelajari seni music,

seni peran dan seni suara. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak

dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya

sastra, bahan yang disusun sendiri atau dapat diambil dari media cetak (Puji

Santosa, 2010: 6.32).

D. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita milik masyarakat yang diceritakan dari

mulut ke mulut. Cerita rakyat teramsuk karangan berbentuk prosa karena

tidak ada keterikatan bait, baris, maupun rima. Tujuan daricerita rakyat adalah

untuk mendidik dan menghibur masyarakat.

Cerita rakyat dapat digolongkan sesuai dengan jenis-jenisnya, yaitu:


22

1. Mite

Mite adalah cerita khayal yang dihubungkan dengan roh halus.

Contoh : Ratu Pantai Selatan

2. Legenda

Legenda adalah cerita khayal yang dihubungkan dengan terjadinya suatu

tempat

Contoh : Rawa Pening, Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Kota

Cianjur

3. Sage

Sage adalah cerita yang mengandung unsur sejarah tentang

kepahlawanan

Contoh : Joko Tarub, Ken Arok.

4. Fabel

Fabel adalah dongeng tentang binatang.

Contoh : Kancil dan Buaya, Pak Belalang.

5. Cerita jenaka

Cerita jenaka adalah cerita yang lucu, karena tokohnya konyol dan

bijaksana.

Contoh : Si Kabayan, Si Pandir.

6. Pelipur lara

Pelipur lara adalah cerita untuk menghibur para tamu yang sedang

istirahat karena mengadakan perjalanan jauh.

Contoh : Wayang kulit yang diceritakan oleh dalang.


23

Sebuah cerita dibangun oleh unsur-unsur sebuah cerita, yang oleh Titiek

W.S., dkk. disebut sebagai elemen-elemen cerita. Elemen-elemen atau unsur-

unsur cerita tersebut adalah tema dan amanat, tokoh, latar, alur atau plot,

sudut pandang dan gaya.

E. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan

masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing masing mengajukan

argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,

tentunya masing masing menghilangkan perasaan subjektivitas da emosionalitas yang

akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya (Majid, 2008:141).

Nana Sudjana (dalam Majid 2008: 142) menyatakan diskusi pada dasarnya adalah tukar

menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapatkan pengertian bersama yang

lebih jelas dan teliti tentang sesuatu.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan metode diskusi adalah Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar

pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.

Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut

Arsjad dan Mukti (1991:37) diskusi pada dasarnya adalah Suatu bentuk tukar pikiran

yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan

untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,dan keputusan bersama mengenai suatu

masalah.

Sedangkan menurut Zuhairini dkk (1993:89) yang dimaksud metode diskusi

ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan
24

jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan

tingkah laku murid.

Metode diskusi bertujuan untuk (1) melatih peserta didik mengembangkan

keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan; (2)

melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional;(3) mengembangkan kemampuan

berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih

positif; (4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat; (5)

mengembangkan sikap terhadap isu isu kontroversial; dan (6) melatih peserta didik untuk

berani berpendapat tentang sesuatu masalah, Mulyani Sumantri (dalam Majid, 2008: 142).

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi

pelajaran dengan jalan bertukar pikiran atau mendiskusikannya, baik antara

guru dengan siswa ataupun sesama siswa.Seiring dengan itu, metode diskusi

berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya

sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat

dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan

wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif

terbaik).

F. Model Pembelajaran Kooperative Jigsaw

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan kelompok yang

menekankan pada keterlibatan semua anggota kelompok dalam

merampungkan tugas kelompok; dapat membantu siswa menggunakan

pengetahuan awalnya dan belajar dari pengetahuan awal temannya (Santosa,

2010: 1.27)
25

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berangkat dari dasar

pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif pada siswa

untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta

keterampilan sosial yang bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat

(Subroto, 2012).

Menurut Stahl (dalam Subroto, 2012) Proses pembelajaran dengan

model kooperatif, mampu merangsang dan mengembangkan potensi siswa

secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 4 sampai 6 siswa. Anggota dari berbagai kelompok yang

mempelajari topik yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan mempelajari

topik bagiannya. Kumpulan dari siswa yang mempelajari satu topik yang

sama ini dinamakan kelompok ahli (tim ahli). Selanjutnya anggota tim ahli ini

kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah dipelajari dari

kelompok ahli tadi kepada anggota kelompok asal atau kelompknya sendiri.

Pada hakekatnya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengandalkan sesama

teman sekelompoknya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa bisa

belajar dari sesama temannya dalam mempelajari suatu topik kajian. Dalam

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa yang dikirim ke kelompok

ahli, bertanggung jawab untuk mempelajari topik tertentu yang diberikan

guru dan sekaligus membelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya.

Dengan demikian siswa tersebut memiliki tanggung jawab mempelajari topik

tertentu sampai memahami yang kemudian dibelajarkan kepada teman-teman

kelompok asalnya. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan


26

siswa sebagai bagian penting dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai

suatu hasil yang optimal dalam belajar.

Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengembangkan

suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya,

terbuka, rileks di antara anggota kelompok dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka

untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan-

keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Pola interaksi

yang bersifat terbuka dan saling percaya sangat penting bagi siswa untuk

memperoleh keberhasilan dalam belajar, karena setiap saat mereka bisa

melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan dan kemampuan serta saling

mengoreksi antar sesama dalam belajar.

G. Penggunaan Media Audio

Penggunaan media yang tepat sangat berpengaruh dalam keberhasilan

pembelajaran. Gagne (dalam Widyaiswara, 2007:2) mengartikan media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar.

Menurut Paulus Lie ( 2002 : 64,65 ) ada 3 kelompok media

pembelajaran ( alat peraga ) yaitu :

a. Alat peraga berupa visual yaitu alat peraga yang dapat dilihat oleh siswa

sehingga membantu guru menjelaskan sesuatu kepada mereka. Macam-

macam alat peraga visual :

1).Visual aids berupa gambar dan poster.

2).Papan planel dengan Flash Cards


27

3).Peta lokasi, peta kota, peta dunia

4).Menggambar langsung di papan tulis

5).Barang/ model ( benda nyata )

6).Gambar-gambar

b. Alat peraga berupa audio yaitu alat peraga yang dapat didengar, Alat

peraga Audio misalnya : Radio, Tape, bunyi-bunyian dari alat.

c. Alat peraga berupa Audio Visual yaitu : alat peraga yang dapat dilihat dan

didengar. Audio Visual dapat berupa : Film, Vidio/ VCD, sound Slide.

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya

diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya

melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata

(Setyosari dan Sihkabuden, 2005: 148).

Secara umum, media audio memiliki kelebihan dan keterbatasan.

Kelebihannya: fleksibel, relative murah, ringkas, mudah dibawa (portable).

Sedangkan keterbatasannya: memerlukan peralatan khusus, memerlukan

kemampuan/ketrampilan khusus untuk pemanfaatannya.

Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan

yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal

dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran.

Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut:

mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan

jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali

sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi

aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat


28

komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan

bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada

jenis media radio).


29

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

1. Tempat Pelaksanaan Tindakan

Tempat pelaksanaan tindakan di kelas II SD Negeri 6 Metro Barat .

Alasan peneliti mngambil tempat penelitian di SD Negeri 6 Metro Barat

sebagai berikut.

a. Peneliti mengajar kelas II di SD Negeri 6 Metro Barat, sehingga

dalam kegiatan ini peneliti tidak mengganggu kegiatan belajar

mengajar di kelas atau sekolah lain.

b. Tersedianya data yang diperlukan peneliti dalam melaksanakan

kegiatan penelitian .

2. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi ajar : Mendengarkan cerita rakyat

Kelas / Semester : II semester 1

3. Jadwal Pembelajaran dalam Siklus

a. Pembelajaran Awal : Hari Selasa, 25 September 2012

b. Perbaikan Pembelajaran I : Hari Selasa, 2 Oktober 2012

c. Perbaikan Pembelajaran II : Hari Selasa, 9 Oktober 2012

4. Karakteristik Siswa

Guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang

perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang diajarkan

sesuai dengan karakteristik peserta didik. Menurut Rachman Natawijaya


30

(dalam Djaman Satori, 2009:) pemahaman dalam Profesi Guru yang

dimaksud mencakup pemahaman tentang kepribadian murid serta

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, perbedaan

individual dikalangan peserta didik dan kesehatan mental peserta didik.

a. Kelas

Dalam penelitian ini yang digunakan penulis adalah siswa kelas II.

Adapun jumlah siswa kelas II adalah 32 anak, yang terdiri dari 15 siswa

perempuan dan 17 siswa laki-laki. Alasannya menggunakan kelas II

karena memerlukan penanganan yang serius untuk mempersiapkan

nantinya di kelas III. Dengan penelitian di kelas II ini dapat digunakan

sebagai umpan balik guru dalam mengajar.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan hal penting yang harus diketahui

oleh guru maupun penulis. Penulis harus tahu sifat dan ciri khas yang

dimiliki oleh siswa yang akan diteliti. Dalam hal ini tampaknya

penulis tidak kesulitan dalam mengenal karakteristik siswa karena

yang diteliti adalah murid dari penulis sendiri.

Adapun karakteristik siswa kelas II SD Negeri 6 Metro Barat

Kecamatan Batangan sebagai berikut.

1) Usia anak kelas II rata-rata 11 tahun

2) Bahasa yang digunakan siswa sebagai komunikasi dalam

pembelajaran di kelas sehari-hari yaitu Bahasa Jawa dan Bahasa

Indonesia.

3) Latar belakang orang tua rata-rata adalah pedagang.


31

4) Antusias dalam mengikuti pelajaran agak pasif tetapi rajin.

5) Tingkat inteligensia rata-rata normal.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Guna mendapatkan hasil penelitian yang

diharapkan dan kegiatan penelitian ini terarah dengan baik, maka pelaksanaan

perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan menurut suatu

rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) yaitu langkah penelitian yang

dikemukakan oleh Kurt Lewin (Me Riff, 1992: 21-22) sebagai berikut.

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan

4. Refleksi

Kegiatan perbaikan ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama

dilaksanakan tanggal 2 Oktober 2012 sedangkan siklus kedua dilaksanakan

tanggal 9 Oktober 2012. Pelaksanaan dalam setiap siklus meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan pengumpulsan data / instrument, dan

refleksi.
32

Perhatikan gambar bagan 1 berikut.


Bagan 1 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Berikut adalah deskripsi pelaksanan pembelajaran per siklus pembelajaran.

1. Pembelajaran Awal Pra Siklus

a. Tahap Perencanaan

Adapun yang dipersiapkan peneliti dalam perencanaan pembelajaran

awal ini adalah:

1) menentukan mata pelajaran,

2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,

3) menyusun materi ajar,


33

4) menyiapkan rencana evaluasi,

5) menyiapkan media pembelajaran, dan

6) meminta kesediaan supervisor 2 untuk bersedia menjadi pengamat atau

observer selama pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran awal, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membuka pelajaran dengan memberi appersepsi.

2) Menyampaikan motivasi kepada siswa mengenai pentingnya siswa

mempelajari materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia.

3) Menjelaskan materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia.

4) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

5) Menjawab pertanyaan siswa yang bertanya.

6) Membagi Lembar Kerja Siswa.

7) Siswa mengerjakan LKS dengan bimbingan dan pengawasan guru.

8) Siswa dibimbing guru menyampaikan hasil lembar kerja.

9) Menyimpulkan materi pelajaran.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : hari Selasa, 25 September 2012.

Pada tahap pengamatan ini peneliti memonitor siswa selama proses

pembelajaran dan menilai hasil dari prestasi siswa dalam pembelajaran


34

Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa analisis hasail tes formatif dan nilai

rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan persentase ketuntasan.

Rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
d. Tahap Refleksi

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada pembelajaran awal menemukan hal-hal berikut ini :

1) Nilai hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Dimana rata-rata

klasikal pada tahap pembelajaran ini hanya 60 dengan persentase

ketuntasan hanya 31%. Dari 32 siswa hanya 10 siswa yang mampu

maraih nilai di atas KKM (>70).

2) Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih didominasi siswa

yang pandai

3) Penelitian dilanjutkan pada pertbaikan pembelajaran I melalui proses

perbaikan pembelajaran.
35

2. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran 1 dilaksanakan pada :

hari Selasa, 2 Oktober 2012, berdasarakan hasil refleksi terhadap

pembelajaran awal mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II dengan

materi pokok mendengarkan cerita rakyat yang menyebabkan guru masih

belum puas pada hasil evaluasi. Dengan hal tersebut, maka perencanaan

perbaikan pembelajaran siklus 1 difokuskan pada hal-hal berikut.

1) Keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaraan

kooperatif tipe jigsaw pada penyampaian materi.

2) Perubahan nilai hasil belajar siswa.

Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan:

1) membuat Rencana Perbaiakan Pembelajaran (RPP)

2) membuat lembar analisis hasil tes formatif , dan

3) membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan

Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus 1

dilaksanakan selama 70 menit dalam proses pembelajaran di kelas II SD

Negeri 6 Metro Barat Batangan, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.

2) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

3) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi / permasalahan yang

disampaikan guru.

4) Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok diskusi inti.


36

5) Siswa membentuk kelompok diskusi ahli untuk memecahkan masalah

sesuai dengan tugasnya masing-masing.

6) Siswa kembali kepada kelompok asal untuk kembali berdiskusi

menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya

7) Guru memberi evaluasi.

8) Guru memberikan review, rangkuman, serta tindak lanjut berupa

pengayaan untuk siswa yang mendapat nilai KKM 70 dan perbaikan

untuk siswa yang mendapat nilai < KKM 70.

9) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses

pembelajaran terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian

portofolio, penilaian subjektif-objektif dari berbagai aspek dengan

berbagai cara.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 2 Oktober 2012

bersamaan pada proses pembelajaran. Pada tahap pengamatan ini peneliti

memonitor siswa selama proses pembelajaran dan menilai hasil dari

prestasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa

analisis hasail tes formatif dan nilai rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan

persentase ketuntasan.

Rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
37

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
d. Tahap Refleksi

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada perbaikan pembelajaran I menemukan hal-hal berikut ini :

1) Nilai hasil belajar siswa telah mengalami perubahan lebih baik bila

dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, yaitu dari 32 siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa, dengan

persentase ketuntasan 50%, dan capaian rata-rata klasikal 67,8.

2) Keaktifan siswa sudah terlihat lebih meningkat karena siswa merasa

mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada teman

kelompoknya dan merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

3) Penelitian dilanjutkan pada perbaikan pembelajaran 2. Hal ini terpaksa

dilakukan peneliti mengingat persentase hasil belajar siswa masih

dibawah kriteria ketuntasan yang diharapkan.


38

3. Perbaikan Pembelajaran Siklus 2

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan

pada : Hari Selasa, 9 Oktober 2012, berdasarakan hasil refleksi terhadap

perbaikan pembelajaran siklus 1 mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas

II dengan materi pokok mendengarkan cerita rakyat. Dari hasil analisis

nilai ditemukan bahwa dari 32 siswa yang mengikuti tes formatif, hanya

16 siswa (50%) yang berhasil mencapai KKM. Dengan hal tersebut, maka

perencanaan perbaikan pembelajaran difokuskan pada hal-hal berikut.

1) Keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaraan

kooperatif tipe jigsaw pada materi mendengarkan cerita rakyat

2) Perubahan nilai hasil belajar siswa pada materi mendengarkan cerita

rakyat.

Untuk melaksanakan perbaiakan pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan:

1) membuat Rencana Perbaiakn Pembelajaran (RPP),

2) membuat lembar analisis hasil tes formatif , dan

3) membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan

Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus 2

dilaksanakan selama 70 menit dalam proses pembelajaran di kelas II SD

Negeri 6 Metro Barat Batangan pada : Hari Selasa, 9 Oktober 2012.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Bahasa

Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.


39

2) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

3) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi / permasalahan yang

disampaikan guru dan diberi kesempatan untuk bertanya.

4) Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok diskusi inti.

5) Siswa membentuk kelompok diskusi ahli untuk memecahkan masalah

sesuai dengan tugasnya masing-masing.

6) Siswa kembali kepada kelompok asal untuk kembali berdiskusi

menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya.

7) Guru memberi evaluasi.

8) Guru memberikan review, rangkuman, serta tindak lanjut berupa

pengayaan untuk siswa yang mendapat nilai KKM (70) dan

perbaikan untuk siswa yang mendapat nilai < KKM (70).

9) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses

pembelajaran terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian

portofolio, penilaian subjektif-objektif dari berbagai aspek dengan

berbagai cara.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 9 Oktober 2012. Pada

tahap pengamatan ini peneliti memonitor siswa selama proses

pembelajaran dan menilai hasil dari prestasi siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa analisis hasail tes formatif dan nilai

rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan persentase ketuntasan.

Rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:


40

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
d. Tahap Refleksi

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada perbaikan pembelajaran 2 menemukan hal-hal berikut ini :

1. Prestasi hasil belajar siswa telah mengalami perubahan jauh lebih baik

bila dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Dimana rata-rata

klasikal pada tahap perbaikan pembelajaran 2 mencapai 77. Sedangkan

banyaknya siswa yang mampu meraih nilai sesuai dengan kriteria

ketuntasan berjumlah 27 dari 32 siswa, dengan persentase ketuntasan

84%. Sehingga kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan sudah

mencapai ketuntasan yang diharapkan.

2. Keaktifan siswa terlihat lebih meningkat karena siswa merasa

mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada teman

kelompoknya dan merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.
41

3. Meskipun mesih terdapat hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan

karena masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM, tetapi siklus

perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi. Peneliti menganggap

bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mempunyai

tingkat kecerdasan akademis rendah. Hal ini dapat dilihat dari Buku

Laporan Hasil Belajar (Rapor) pada kelas-kelas sebelumnya

Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1 adalah sebagai

berikut.

1. Kurangnya bimbingan guru pada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kurangnya pemanfaatan waktu bagi guru seefisien mungkin terhadap

pembelajaran.

3. Sebagian siswa belum terbiasa dengan menggunakan model

pembelajaran Cooperative Jigsaw.

Untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan prestasi yang

telah dicapai pada siklus 1, maka pada siklus kedua dibuat perencanaan

sebagai berikut.

1. guru perlu menekankan materi tentang inentifikasi unsur cerita rakyat.

Guru harus memotifasi siswa untuk terlibat langsung dalam setiap

kegiatan yang akan dilakukan.

2. guru perlu mendiskripsikan waktu secara efisien sesuai dengan alokasi

waktu yang tersedia.

3. guru harus terampil memotifasi siswa agar siswa lebih antusias dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.


42

C. Teknik Analisis Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa

juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk Menilai Tes Formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
43

2. Untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum KTSP yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor KKM, KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN

Kuniran 03 adalah KKM (70), dan kelas disebut tuntas belajar bila di

kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari

sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam kegiatan penelitian ini beserta

tujuan dan manfaatnya , maka bentuk penelitian yang dilakukan peneliti

adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) . Adapun strategi yang digunakan

peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal . Karena peneliti dalam

melakukan penelitian hanya menggunakan satu sekolah saja, yakni SD Negeri

6 Metro Barat .

Kegiatan observasi yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut.

a. Tindakan peneliti memonitor proses pembelajaran.

b. Memeriksa hasil evaluasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam refleksi, peneliti melakukan bebarapa hal sebagai berikut.

a. Membuat catatan tentang hal yang telah dilakukan dan dampak tindakan

bagi siswa. Hasil catatan pemantauan peneliti dijadikan bahan untuk

refleksi guna perbaikan pembelajaran berikutnya.

b. Peneliti bersama siswa membahas / mengkaji ulang seberapa besar

tingkat perubahan yang terjadi setelah melakukan tindakan.

Hasil kajian ini juga digunakan peneliti sebagai guru kelas untuk

tambahan bekal perbaikan untuk proses perbaikan pembelajaran.

c. Mengadakan evaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan pada

pembelajaran awal pra siklus sampai perbaikan pembelajaran siklus 2.


45

Dilakukan evluasi pembelajaran sampai dua siklus dimaksudkan ,apabila

pembelajaran dari siklus awal belum berhasilatau belum mencapai standar

pencapaian yang belum diharapkan, maka perlu ada kajian dan pelaksanaan

tindakan untuk pelaksanaan siklus berikutnya, hingga proses pembelajaran

dianggap berhasil.

Paparan diskripsi per siklus dalam laporan penelitian, peneliti sampaikan

melalui:

a. penjelasan kegiatan pembelajaran dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan /observasi dan refleksi,

b. tabel hasil tes formatif,

c. tahap rekapitulasi hasil belajar, dan

d. diagram capaian hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil yang di dapat adalah

sebagai berikut.

1. Pembelajaran Awal Pra Siklus

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pembelajaran awal pra siklus dilaksanakan pada :

Hari Selasa, 25 September 2012. Adapun yang dipersiapkan peneliti

dalam perencanaan pembelajaran awal pra siklus ini adalah:

1) menentukan mata pelajaran,

2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,

3) menyusun materi ajar,

4) menyiapkan rencana evaluasi,


46

5) menyiapkan media pembelajaran, dan

6) meminta kesediaan supervisor 2 untuk bersedia menjadi pengamat atau

observer selama pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran awal pra siklus, peneliti lakukan pada :

Hari Selasa, 25 September 2012 dengan langkah-langkah sebagai berikut.

10) Membuka pelajaran dengan memberi appersepsi.

11) Menyampaikan motivasi kepada siswa mengenai pentingnya siswa

mempelajari materi mendengarkan cerita rakyat.

12) Menjelaskan materi cerita rakyat.

13) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

14) Menjawab pertanyaan siswa yang bertanya.

15) Membagi Lembar Kerja Siswa.

16) Siswa mengerjakan LKS dengan bimbingan dan pengawasan guru.

17) Siswa dibimbing guru menyampaikan hasil lembar kerja.

18) Menyimpulkan materi pelajaran.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 25 September 2012.

Pada tahap pengamatan ini peneliti memonitor siswa selama proses

pembelajaran dan menilai hasil dari prestasi siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa analisis hasil tes formatif dan nilai

rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan persentase ketuntasan.

d. Tahap Refleksi
47

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada pembelajaran awal pra siklus peneliti sampaikan pada tabel

dan diagram di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Pembelajaran Awal Pra Siklus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : V/1

Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita

tentang cerita rakyat yang didengarnya

Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM : 70

Nomor Belum
Nama Nilai Tuntas
Urut Induk Tuntas
1 619 Ahmad Sulifatun Ni'am 70
2 711 Ilham Gafid Bahtiar 50
3 712 Ilmalano Adil Hakiki 50
4 708 Dian Tamara OKtaviani 50
5 718 Sinta Laifatul Ariana 70
6 724 Aditya Wahyu Anggara 50
7 725 Adnan Wira Yudha 60
8 727 Aladino Zulmar Abadi 50
9 728 Amita Six'ar Angjelia Tisa 50
10 729 Ananda Reza Marischa 60
11 730 Aprila Dilla Tarisa 70
12 731 Arya Eka Mahendra 50
13 732 Aulia Sabila Syarifa Qalbie 60
14 734 Dea Nujian Prahastuti 50
15 735 Dewi Fitryana 80
16 736 Dwi Cipta Agung 50
17 737 Edy Setiawan 60
18 747 M. Nur Hamim Habibir Rohman 80
48

19 897 Elvira Almasya Cahyani 80


20 749 Siswadi Perdana Putra 50
21 750 Siswono Yoga Utama 50
22 741 Heru Supriyadi 60
23 748 Novianto Syambudi 50
24 745 Mohammad Abdul Amanah Imron 50
25 752 Vina Alviana 70
26 738 Eric Saputra 70
27 740 Fadlilatus Shobri 60
28 739 Eryna Ramadhan Nila Nadia 60
29 744 Lidya Putri Ramadhani 70
30 742 Indah Purwanti 70
31 746 Mia Emilia 60
32 743 Kurnia Nurul Malikul Mulki 60
Jumlah 1920
10 22
Rata-Rata 60

Keterangan
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Belum Tuntas
1. Nilai rata- rata : 60
2. Nilai tertinggi : 80
3. Nilai terendah : 50
10
4. Tingkat ketuntasan : X 100% = 31%
32
1920
5. Taraf seraf : X 100% = 60%
32

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Bahasa Indonesia Pembelajaran


Awal Pra Siklus
49

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya.
Rentang
No Banyak Siswa
Nilai
1 0- 49 -
2 50-59 13
3 60-69 9
4 70-79 7
5 80-89 3
6 89-99 -
7 100 -
Jumlah 32

Tabel 4.3 Persentase Hasil Tes Formatif Pembelajaran Awal Pra Siklus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.

Jml Tuntas Belum


Nilai 0-40 50 60 70 80 90 100 sisw Byk Tuntas Jml rata Taraf
Byk
% % Nilai rata Seraf
a siswa siswa

Byk 31
- 13 9 7 3 - - 32 10 22 69% 1885 59 59 %
siswa %

Diagram 4.1
Diagram capaian hasil belajar Pembelajaran Awal
Pra Siklus
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V/1
50

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi unsur cerita tentang


cerita rakyat yang didengarnya

14

12

10
Jumlah
Siswa 8

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai Siswa

Setelah melakukan seluruh proses pembelajaran awal pra siklus, guru

melakukan refleksi untuk menilai kinerja, sehingga dapat menentukan

tindakan berikutnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi guru menemukan hal-hal sebagai berikut.

a. Nilai hasil belajar belum memuaskan, sebab masih banyak siswa yang

mendapat nilai di bawah standart ketuntasan.

b. Dari 32 siswa yang tuntas hanya 10 (31%) siswa, dengan rata-rata

klasikal 60. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Awal pra siklus

perlu adanya perbaikan, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada proses

perbaikan pembelajaran siklus 1.


51

2. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

Perbaikan pembelajaran siklus 1 ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 2

Oktober 2012 dengan objek penelitian siswa Kelas II SDN Kuniran 03

Batangan dengan dibantu oleh supervisor 2, yang bertindak sebagai

pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 ini aktifitas siswa

dalam pembelajaran lebih meningkat dari pada saat pelaksanaan

pembelajaran awal. Hal ini sangat berpengaruh pada capaian prestasi

belajar siswa.

Rangkaian kegiatan dalam perbaikan pembelajaran siklus 1 melalui tahap-

tahap pembelajaran sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan

pada : Hari Selasa, 2 Oktober 2012 berdasarakan hasil refleksi terhadap

pembelajaran awal pra siklus mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II

dengan materi pokok mendengarkan cerita rakyat, pembelajaran yang

menyebabkan guru masih belum puas pada hasil evaluasi. Dengan hal

tersebut, maka perencanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 difokuskan

pada :

1) keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaraan

kooperatif tipe jigsaw pada materi cerita rakyat,


52

2) perubahan nilai hasil belajar siswa pada materi cerita rakyat,

pembelajaran setelah menerima perbaikan pembelajaran.

Untuk melaksanakan perbaiakan pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan:

1) membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP),

2) membuat lembar analisis hasil tes formatif , dan

3) membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan

Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus 1

Bahasa Indonesia dilaksanakan selama 70 menit dalam proses

pembelajaran di kelas II SD Negeri 6 Metro Barat Batangan pada : Hari

Selasa, 2 Oktober 2012

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran

siklus 1 sebagai berikut.

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.

2) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

3) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi / permasalahan yang

disampaikan guru dan diberi kesempatan siswa untuk bertanya.

4) Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok diskusi inti.

5) Siswa membentuk kelompok diskusi ahli untuk memecahkan masalah

sesuai dengan tugasnya masing-masing.

6) Siswa kembali kepada kelompok asal untuk kembali berdiskusi

menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya.


53

7) Guru memberi tes akhir.

8) Guru memberikan review, rangkuman, serta tindak lanjut berupa

pengayaan untuk siswa yang mendapat nilai KKM 70 dan perbaikan

untuk siswa yang mendapat nilai < KKM 70.

9) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses

pembelajaran terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian

portofolio, penilaian subjektif-objektif dari berbagai aspek dengan

berbagai cara.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 2 Oktober 2012

bersamaan pada proses pembelajaran. Pada tahap pengamatan ini peneliti

memonitor siswa selama proses pembelajaran dan menilai hasil dari

prestasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa

analisis hasail tes formatif dan nilai rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan

persentase ketuntasan.

d. Tahap Refleksi

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada perbaikan pembelajaran siklus 1 menemukan hal-hal berikut.

1) Nilai hasil belajar siswa telah mengalami perubahan lebih baik bila

dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya dimana capaian rata-


54

rata klasikal 67,8 dengan tingkat ketuntasan 50%, yaitu dari 32 siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM 70 sebanyak 16 siswa.

2) Keaktifan siswa sudah terlihat lebih meningkat karena siswa merasa

mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada teman

kelompoknya dan merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

3) Penelitian dilanjutkan pada perbaikan pembelajaran siklus 2. Hal ini

terpaksa dilakukan peneliti mengingat persentase hasil belajar siswa

masih dibawah kriteria ketuntasan yang diharapkan.

Untuk mengetahui capaian prestasi belajar siswa pada perbaikan

pembelajaran siklus 1, berikut peneliti sajikan dalam tabel dan diagram

prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 1 berikut.

Tabel 4.4

Nilai Hasil Tes Formatif Perbaikan Pembelajaran Siklus 1


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
55

Kelas / Semester : V/1


Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya
Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM : 70
Nomor Belum
Nama Nilai Tuntas
Urut Induk Tuntas
1 619 Ahmad Sulifatun Ni'am 80
2 711 Ilham Gafid Bahtiar 60
3 712 Ilmalano Adil Hakiki 60
4 708 Dian Tamara OKtaviani 60
5 718 Sinta Laifatul Ariana 70
6 724 Aditya Wahyu Anggara 60
7 725 Adnan Wira Yudha 70
8 727 Aladino Zulmar Abadi 60
9 728 Amita Six'ar Angjelia Tisa 60
10 729 Ananda Reza Marischa 70
11 730 Aprila Dilla Tarisa 80
12 731 Arya Eka Mahendra 60
13 732 Aulia Sabila Syarifa Qalbie 70
14 734 Dea Nujian Prahastuti 60
15 735 Dewi Fitryana 80
16 736 Dwi Cipta Agung 60
17 737 Edy Setiawan 80
18 747 M. Nur Hamim Habibir Rohman 80
19 897 Elvira Almasya Cahyani 80
20 749 Siswadi Perdana Putra 60
21 750 Siswono Yoga Utama 60
22 741 Heru Supriyadi 60
23 748 Novianto Syambudi 70
24 745 Mohammad Abdul Amanah Imron 60
25 752 Vina Alviana 80
26 738 Eric Saputra 70
27 740 Fadlilatus Shobri 60
28 739 Eryna Ramadhan Nila Nadia 70
29 744 Lidya Putri Ramadhani 80
30 742 Indah Purwanti 80
31 746 Mia Emilia 60
32 743 Kurnia Nurul Malikul Mulki 60
Jumlah 2170
16 16
Rata-Rata 67,8

Keterangan
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Belum Tuntas
56

1. Nilai rata- rata : 67,8


2. Nilai tertinggi : 80
3. Nilai terendah : 60
16
4. Tingkat ketuntasan : X 100% = 50%
32
2170
5. Taraf seraf : X 100% = 67,8%
32

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Bahasa Indonesia Perbaikan Pembelajaran


Siklus 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya

Rentang
No Banyak Siswa
Nilai
1 0- 49 -
2 50-59 -
3 60-69 16
4 70-79 7
5 80-89 9
6 89-99 -
7 100 -
Jumlah 32

Tabel 4.6

Persentase Hasil Tes Perbaikan Pembelajaran


Siklus 1
57

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya.

Jml Tuntas Belum rat


Tuntas Jml a Taraf
Nilai 0-40 50 60 70 80 90 100 sisw Byk Byk
% % Nilai rat Seraf
a siswa siswa
a
Byk
- - 16 7 9 - - 32 16 50% 16 50% 2143 67 67 %
siswa

Diagram 4.2
Diagram rekapitulasi nilai hasil belajar Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
58

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya.

16

14

12

10
Jumlah
Siswa 8

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai Siswa

Setelah melakukan seluruh proses perbaikan pembelajaran siklus 1, Guru

melakukan refleksi untuk menilai kinerja, sehingga dapat menentukan

tindakan berikutnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi guru menemukan hal-hal sebagai berikut.

a. Prestasi hasil belajar pada perbaikan pembelajaran siklus 1 sudah ada

peningkatan, dimana capaian rata-rata klasikal mencapai 67,8. Namun

hal tersebut masih belum memuaskan, sebab masih banyak siswa yang

mendapat nilai di bawah standart ketuntasan.


59

b. Dari 32 siswa yang tuntas hanya 16 (50%) siswa, dengan rata-rata

klasikal 67,8. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran

siklus 1 perlu adanya perbaikan, sehingga penelitian ini dilanjutkan

pada proses perbaikan pembelajaran siklus 2

3. Perbaikan Pembelajaran Siklus 2

Perbaikan pembelajaran siklus 2 ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, 9

Oktober 2012 dengan objek penelitian siswa Kelas II SDN Kuniran 03

Batangan dengan dibantu oleh supervisor 2, yang bertindak sebagai

pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 ini aktifitas siswa

dalam pembelajaran lebih meningkat dengan menggunakan model

pembelajaran Jigsaw dari pada saat pelaksanaan pembelajaran awal pra

siklus maupun perbaikan pembelajaran siklus 1. Hal ini sangat

berpengaruh pada capaian prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui

capaian prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 2,

berikut peneliti sajikan dalam paparan kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan, tabel, dan diagram prestasi belajar siswa pada perbaikan

pembelajaran siklus 2 di bawah ini.

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan

pada : Hari Selasa, 9 Oktober 2012 berdasarkan hasil refleksi terhadap

perbaikan pembelajaran siklus 1 mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas


60

II dengan materi pokok cerita rakyat. Dari hasil analisis nilai ditemukan

bahwa dari 32 siswa yang mengikuti tes formatif, hanya 16 siswa (50%)

yang berhasil mencapai KKM. Dengan hal tersebut, maka perencanaan

perbaikan pembelajaran difokuskan sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaraan

kooperatif tipe jigsaw pada materi cerita rakyat.

2) Perubahan nilai hasil belajar siswa pada materi cerita rakyat setelah

menerima perbaikan pembelajaran.

Untuk melaksanakan perbaiakan pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan:

1) membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP),

2) membuat lembar analisis hasil tes formatif , dan

3) membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran 2

dilaksanakan selama 70 menit dalam proses pembelajaran di kelas II SD

Negeri 6 Metro Barat Batangan pada : Hari Selasa, 9 Oktober 2012

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Bahasa

Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.

2) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

3) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi / permasalahan yang

disampaikan guru dan diberi kesempatan untuk bertanya.


61

4) Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok diskusi inti.

5) Siswa membentuk kelompok diskusi ahli untuk memecahkan masalah

sesuai dengan tugasnya masing-masing.

6) Siswa kembali kepada kelompok asal untuk kembali berdiskusi

menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya.

7) Guru memberi tes akhir.

8) Guru memberikan review, rangkuman, serta tindak lanjut berupa

pengayaan untuk siswa yang mendapat nilai KKM 70 dan perbaikan

untuk siswa yang mendapat nilai < KKM 70.

9) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses

pembelajaran terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian

portofolio, penilaian subjektif-objektif dari berbagai aspek dengan

berbagai cara.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan pada : Hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2012.

Pada tahap pengamatan ini peneliti memonitor siswa selama proses

pembelajaran dan menilai hasil dari prestasi siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia. Hasilnya berupa analisis hasail tes formatif dan nilai

rata-rata kelas tingkat ketuntasan dan persentase ketuntasan.

d. Tahap Refleksi

Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru

memerlukan refleksi untuk kinerjanya, sehingga dapat menentukan


62

tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil

refleksi pada perbaikan pembelajaran siklus 2 menemukan hal-hal berikut.

1) Prestasi hasil belajar siswa telah mengalami perubahan jauh lebih baik

bila dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Dimana rata-rata

klasikal pada tahap perbaikan pembelajaran 2 mencapai 76,25.

Sedangkan banyaknya siswa yang mampu meraih nilai sesuai dengan

kriteria ketuntasan berjumlah 27 dari 32 siswa, dengan persentase

ketuntasan 84%. Sehingga kegiatan perbaikan pembelajaran yang

dilakukan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan.

2) Keaktifan siswa terlihat lebih meningkat karena siswa merasa

mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada teman

kelompoknya dan merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

3) Meskipun mesih terdapat hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan

karena masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM, tetapi siklus

perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi. Peneliti menganggap

bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mempunyai

tingkat kecerdasan akademis rendah. Hal ini dapat dilihat dari Buku

Laporan Hasil Belajar (Rapor) pada kelas-kelas sebelumnya. Peneliti

berharap siswa tersebut masih mempunyai kemampuan bidang-bidang

lain yang bisa dikembangkan.

Capaian prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 2

peneliti sampaikan melalui tabel analisis hasil belajar, tabel rekapitulasi


63

hasil belajar, tabel persentasi hasil belajar dan diagram capaian prestasi

hasil belajar di bawah ini.

Tabel 4.7

Nilai Hasil Tes Formatif Perbaikan Pembelajaran


Siklus 2

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya
Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM : 70

Nomor Belum
Nama Nilai Tuntas
Urut Induk Tuntas
1 619 Ahmad Sulifatun Ni'am 90
2 711 Ilham Gafid Bahtiar 60
3 712 Ilmalano Adil Hakiki 70
4 708 Dian Tamara OKtaviani 70
5 718 Sinta Laifatul Ariana 90
6 724 Aditya Wahyu Anggara 60
7 725 Adnan Wira Yudha 80
8 727 Aladino Zulmar Abadi 70
9 728 Amita Six'ar Angjelia Tisa 60
10 729 Ananda Reza Marischa 80
11 730 Aprila Dilla Tarisa 90
12 731 Arya Eka Mahendra 70
13 732 Aulia Sabila Syarifa Qalbie 90
14 734 Dea Nujian Prahastuti 70
15 735 Dewi Fitryana 90
16 736 Dwi Cipta Agung 70
17 737 Edy Setiawan 80
18 747 M. Nur Hamim Habibir Rohman 100
19 897 Elvira Almasya Cahyani 90
20 749 Siswadi Perdana Putra 70
21 750 Siswono Yoga Utama 60
22 741 Heru Supriyadi 60
23 748 Novianto Syambudi 70
24 745 Mohammad Abdul Amanah Imron 70
25 752 Vina Alviana 80
64

26 738 Eric Saputra 80


27 740 Fadlilatus Shobri 80
28 739 Eryna Ramadhan Nila Nadia 80
29 744 Lidya Putri Ramadhani 90
30 742 Indah Purwanti 80
31 746 Mia Emilia 70
32 743 Kurnia Nurul Malikul Mulki 70
Jumlah 2440
27 5
Rata-Rata 76,25

Keterangan
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Belum Tuntas
1. Nilai rata- rata : 76,25
2. Nilai tertinggi : 100
3. Nilai terendah : 60
27
4. Tingkat ketuntasan : X 100% = 84%
32
2440
5. Taraf seraf : X 100% = 76,25%
32

Tabel 4.8
65

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Bahasa Indonesia Perbaikan Pembelajaran


Siklus 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya

Rentang
No Banyak Siswa
Nilai
1 0- 49 -
2 50-59 -
3 60-69 5
4 70-79 11
5 80-89 8
6 89-99 7
7 100 1
Jumlah 32

Tabel 4.9

Persentase Hasil Tes Perbaikan Pembelajaran


Siklus 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya

Tuntas Belum
Jml Tuntas Jml rata Taraf
Nilai 0-40 50 60 70 80 90 100 Byk Byk
siswa % % Nilai rata Seraf
siswa siswa

Byk 84
- - 5 11 8 7 1 32 27 5 16% 2471 77 77 %
siswa %

Diagram 4.3
66

Diagram capaian prestasi hasil belajar Perbaikan Pembelajaran


Siklus 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V/1
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita
tentang cerita rakyat yang didengarnya

16

14

12

10
Jumlah
Siswa 8

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai Siswa

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Proses perbaikan pembelajaran dalam penelitian yang dilaksanakan

selama tiga tahapan pembelajaran telah menghasilkan perubahan yang lebih

baik terhadap aktifitas dan hasil belajar siswa bila dibandingkan sebelum

diadakannya perbaikan pembelajaran.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa

menjadi lebih tertarik dan mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan


67

soal yang menjadi tanggung jawabnya dan menjelaskan kepada kelompoknya.

Disamping itu, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari

sebelumnya. Dari data hasil tes formatif menunjukkan bahwa dari keseluruhan

siswa yang ada di kelas II SDN Kuniran 03 Batangan mengalami peningkatan

nilai dan kenaikan persentase ketuntasan, yang peneliti sampaikan pada tabel

berikut :

Tabel 4.10
Peningkatan Prestasi Belajar siswa Per Siklus

No. Tahap Pembelajaran Rata-Rata kelas Ketuntasan


1. Pembelajaran awal pra siklus 60,00 31%
2. Perbaikan pembelajaran siklus 1 67,80 50%
3. Perbaikan pembelajaran siklus 2 76,25 84%

Capaian prestasi belajar siswa di atas peneliti dapatkan dari hasil tiga tahapan

pembelajaran sebagai berikut.

1. Pembahasan Pembelajaran Awal Pra Siklus

Dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung, ternyata hasil belajar

siswa sudah lebih baik dari pembelajaran awal PTK. Tetapi ternyata masih

jauh dari harapan penulis. Melihat kenyataan yang demikian peneliti dengan

teman sejawat kemudian menyusun konsep dan melakukan pengamatan untuk

perbaikan pembelajaran. Menurut Piaget (1990) bahwa memaknai belajar

sebagai proses dalam mengontruksi pengetahuan melalui proses internal

seseorang dan interaksi dengan orang lain. Hasil belajar juga dipengaruhi pula

oleh tingkat kematangan berfikir, konsep diri dan percaya diri dalam proses

belajar. Adapun hasil pengamatan oleh observer pada guru menunjukan

bahwa kompetensi yang dimiliki guru dalam mengelola pembelajaran


68

terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah dalam menjelaskan materi

guru kurang memberikan contoh-contoh konkrit, guru kurang trampil dalam

mengajar, sehingga terkesan lamban. Masih dalam teori Piaget tentang

perkembangan kognitif, agar lebih efektif guru harus memperhatikan dirinya

sendiri dan muridnya. Hal ini dibentuk dengan tujuan mengontraksi prinsip-

prinsip belajar secara alamiah yang hasilnya berupa prosedur-prosedur yang

dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang produktif.

Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh guru, agar didalam

menyampaikan materi pelajaran harus menimbang beberapa hal termasuk

faktor perkembangan intelektual siswa dan pemahaman penalaran. Melihat

hal yang demikian penulis kemudian merefleksi diri dan meminta teman

supervisor 2 untuk kembali melakukan pengamatan untuk perbaikan

pembelajaran. Hasil dari pengamatan diperoleh bahwa siswa banyak yang

belum aktif dan tidak bisa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.

Ternyata siswa belum dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hal ini

menjadi bahan perimbangan penulis, ternyata keadaan siswa dan latar

belakang siswa dengan guru mempunyai hubungan yang saling

mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan

ini, penulis menggunakan metode dan pendekatan kontruktivistik untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pembahasan Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

Pada perbaikan pembelajaran siklus1 terjadi perubahan dalam

pembelajaran. Hasil dari pengamatan untuk siswa terdapat perubahan yang


69

menggembirakan. Siswa sudah aktif didalam kelompok belajar dan sudah

merespon pertanyaan dari guru tanpa rasa takut dan ragu-ragu. Siswa sudah

dapat menjawab soal-soal tes yang diberikan guru dengan dibuktikan dari

hasil tes terdapat kenaikan nilai yang signifikan. Adapun permasalahan dari

guru dalam proses pembelajaran telah diusahakan semaksimal mungkin untuk

menggunakan ketrampilan mengajar dalam pengelolaan kelasnya. Peneliti

mengoptimalkan kegiatan siswa dalam mengerjakan LKS bersama

kelompoknya. Siswa dibentuk perkelompok dengan sistem pembelajaran

yang kooperatif yang melibatkan siswa menjadi tutor sebaya dibawah

bimbingan guru. Siswa akan terlatih untuk bekerjasama dan bersaing secara

sehat dalam suasana belajar yang dikemas seperti dalam permainan. Sehingga

siswa tidak merasa tertekan dan takut menghadapi soal-soal Bahasa

Indonesia, khususnya dalam materi cerita rakyat.

3. Pembahasan Perbaikan Pembelajaran Siklus 2

Upaya peneliti pada tahap perbaikan pembelajaran siklus 2 dititik

beratkan pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran guna capaian

nilai yang sesuai dengan standar ketuntasan yang diinginkan. Seperti data

yang terdapat pada siklus 1, bahwa keberhasilan pembelajaran masih

dipengaruhi oleh kegiatan kelompok,sehingga belum dapat diketahui

kemampuan siswa secara individu. Oleh sebab itu, dalam perbaikan

pembelajaran siklus 2 ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran


70

kooperatif tipe jigsaw sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan prestasi

belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok cerita

rakyat.

Tes formatif pada perbaikan pembelajaran siklus 2 telah dikerjakan

siswa dengan tertib. Siswa telah menguasai materi dengan baik. Sehingga

hasil tes meningkat lebih baik dibandingkan dengan nilai pada pemberlajaran

awal pra siklus dan perbaikan pembelajaran siklus 1, sebab dalam perbaikan

pembelajaran siklus 2 ini nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 76,25,

dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 84%. Hal ini menunjukan bahwa

perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru telah berhasil mencapai tujuan

yang diharapkan. Karena dari tes yang diberikan pada siswa dapat mengukur

tingkat kemampuan siswa. Perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melaui pendekatan kooperatif tipe

jigsaw telah mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

centerd) menjadi berpusat pada siswa (student centerd). Guru tidak lagi

mendominasi proses pembelajaran, melainkan melibatkan siswa untuk aktif

mencoba, menentukan, mencari dan menemukan serta menyimpulkan apa

yang didapat dari proses belajar. Walaupun demikian guru harus tetap

melaksanakan fungsinya dan perannya dalam proses belajar mengajar yaitu

memfasilitasi, memotivasi dan membimbing siswa dalam proses

pembelajaran. Dari penjelasan diatas pembelajaran yang dicapai dapat

optimal sehingga ada pengaruh nyata antara penelitian tindakan kelas dengan

peningkatan hasil belajar siswa.


71
72
73

Anda mungkin juga menyukai