Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas linguistik umum yang diampuh oleh:
Disusun oleh:
Universitas Pakuan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya,
kepada kita semua dan khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis sampaikan kepada
junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa penulis pada zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Penjelasan-Penjelasan Istilah Linguistik”
ini, penyusun mengalami hambatan dikarenakan sumber dan kemampuan penulis yang
terbatas. Namun berkat dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah inipun dapat
diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga dengan pembuatan makalah ini memberikan pengetahuan baru untuk kita
semua khususnya bagi penulis .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Pendahuluan .......................................................................................................1
a. Latar belakang.....................................................................................1
b. Tujuan..................................................................................................1
a. kesimpulan
daftar pustaka
1
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu
unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai
pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang
mempelajari tentang makna.
Bahasa juga merupakan alat komunikasi verbal dan sistem lambang bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat u ntuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidntifikasikan diri.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yg dng cermat meng-ungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yg khas dl bidang tertentu.
Makna adalah maksud dari suatu kata atau pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman
persepsi atau prilaku manusi atau kelompok. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna
sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada
tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82)
mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.
Pembuatan kamus linguistik ini dapat membantu pembaca mengartikan istilah atau
makna yang dicari. Kamus linguistik yang penulis buat ini terdapat pada buku/ sumber yang
akan penulis bahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan
keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.
B. tujuan
1. tujuan umum
Agar pembaca lebih mudah mencari arti kata istilah atau makna.
2. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari
apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer
Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut
Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan
antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer,
1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
1. maksud pembicara.
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia.
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya.
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu
bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di
mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50)
mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang
disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian
makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara
pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan
lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang
digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan
bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam
kosakata.
3
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara
terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna
adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan
dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan
nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam
Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai
rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan
sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud
senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat
bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang
timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu
yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau
kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata
lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau
poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau
pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang
mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan
menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam
suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas
berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu
kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata
nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
4
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung
bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah
Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita
terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga
desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan
menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga
yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat
dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna
negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa
yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon
bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan
kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud
pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara
unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik.
Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen
adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang
makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa
maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang
langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga
dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat
hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat
dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna
yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau
dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang
timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata
kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul
rasa mual karenanya.
A
5
Abstrak: secara fisik tidak berwujud, misal: cinta adalah nominal abstrak
Aferesis: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada awal
kata
Afiks: bentuk terikan yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah
makna gramatikalnya, mencakup prefiks, sufiks, infis, simulfiks,
konfiks, suprafiks
Afrikat: bunyi hambat dengan penglepas frikatif, misal: bunyi pertama pada
cakap
Afrikatif(panduan): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, kemudian
dilepas secara berangsur-angsur.
Agent: nomina yang menampilkan perbuatan atau yang menyebabkan atau yang
memulai suatu kejadian yang mempengaruhi suatu proses.
Aglutinatif: dikatakan tentang tipe bahas yang struktur kata dan hubungan
gramatikalnya ditandai oleh penggabungan unsur secara bebas.
Akronim: hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
Aksentuasi: variasi bahasa yang berbeda dari variasi standar, terutama dalam ucapan.
Alat ucap: alat-alat dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi
bahasa.
Aliran Jenewa: aliran yang dianut oleh para murid F.De Saussure yang mempertahankan
pandangan-pandangan de saussure secara konsenfratif.
Aliran Praha: teori linguistik yang dikembangkan oleh Cerle linguistique de prague
sekitar tahun 1920an terutama oleh V.Mathesius dan kawan-kawannya
yang menekankan pada pendekatan fungsional.
6
Ambiguit: sifat konstruksi yang dapat diberi lebih dari satu taksiran.
Analisis komponen: metode untuk memecah sebuah unsur atas bagian-bagian yang lebih
kecil.
Analogis: proses atau hasil pe,bentukan insur bahasa karena pengaruh pola lain
dalam bahasa.
Anaptiksis: atau suara bakti adalah perubahan bunyi atau jalan menambahkan bunyi
vokal tertentu diantara dua konsonan untuk memperlancar ucapan.
Antanaklasis: majas yang menunjukkan pengulangan kata yang sama tetapi memiliki
makna yang berbeda.
Anteseden: informasi dalam ingatan atau konteks yang ditunjukkan oleh suatu
ungkapan.
Antromorfisme: metafora berupa pemakaian kata dan bentuk lain yang bersangkutan
dengan manusia untuk objek atau konsep bukan manusia.
Aptronim: pemberian nama orang yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Apiko-alveolar: bunyi yang dihasilkan oeh keterlibatan ujung lidah dan gusi atas.
Apiko-dental: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi atas.
Apokop: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada akhir
kata.
7
Arbitrer: tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau
pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut/ mana suka.
Artikulator: bagian-bagian alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut yang bisa
digerakkan.
Asimilasi: perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang
sama atau yang hampir sama.
Asimilasi fonemis: proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan
bunyi lain didekatnya.
Asimilasi progresif: jika bunyi yang diasimilikan terletak sesudah bunyi yang
mengasimilasikan.
Asimilasi regresif: jika bunyi diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan.
Aspirasi: artikulasi konsonan plosif dengan letupan nafas yang dapat didengar.
Bahuwrihi: sebuah kompositum atau kata majemuk yang artinya tidak menunjuk
kepada salah satu dari kedua komponen ini melainkan kepada
seseorang atau sesuatu yang memiliki sifat keduanya.
Bentuk dasar: digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam
suatu proses morfologi.
bilabial: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan bibir atas.
Bunyi: kesan pada pusat saraf sebagai akibat getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Competence: pengetahuan bahasa yang dikuasai seorang penutur, sistem kaidah yang
dikuasainya untuk bisa menghasilkan dan memahami sejumlah
kaliamat yang tidak terbatas dan memungkinkannya untuk
mengindepikasi kalimat yang salah atau mendua.
Dekonstruksi: teori sastra yang dikembangkan oleh Jacques Derrida yang berusaha
membuktikan kontradiksi-kontradiksi di dalam analisis strukturalis
terhadap teks.
Denotasi: makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang
lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konfensi
tertentu sifatnya obyektif.
Denominativus : sebuah kelas kata kerja (verbum) yang dibentuk berdasarkan kata
benda(substantif).
Depersonifikasi: majas yang berupa pembandingan manusia dengan bukan manusia atau
dengan benda
Diakritik: tanda tambahan pada huruf yang sedikit banyak mengubah nilai
fonetis huruf itu
Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal
atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan.
Diftong menurun: diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid
pertama bersonoritas, sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas
bahkan mengarah ke bunyi nonvokoid.
Diftong menaik: diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid
pertama kurang atau menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi
nonvokoid, sedangkan kedua menguat sonoritasnya.
Diksi: pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
bicara di depan umum.
Diminutif: sebuah partikel dalam sebuah bahasa yang menunjukkan sesuatu hal
yang kecil.
Dinasalisasi: bunyi yang keluar melalui rongga hidung dan rongga mulut.
Dismilasi: perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi
yang tidak sama atau berbeda.
Dismilasi fonemis: perubahan sudah menembus batas fonem yaitu merupakan alofon dari
fonem.
Dorso-uvular: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pamgkal lidah dan anak tekak.
Dorso-velar: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dan langit-langit
lunak.
Dualis: bentuk kategori tatabahasa yang menunjukkan dua orang atau benda
yang berbeda, berlawanan dengan bentuk singularis dan pluralis.
Durasi: panjang pendek ucapan dalam bahasa indonesia tidak fungsional dalam
tataran kata, tetapi fungsional dalan tataran kalimat.
Efektif: bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sebelum dan
sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga ketika glotis dibuka
terdengar bunyi glotal ...........67
Egresif: bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju ke luar melalui rongga
mulut atau rongga hidung.
Ejaan etimologi: sistem ejaan yang mengatur setiap kata serapan dalam bahasa indonesia
ditulis dalam bentuk aslinya, terutaa untuk kata yang mirip atau serupa
bentuknya dengan kata indonesia agar perbedaan arti kelihatan dengan
nyata.
Ejaan fonemik: setiap huruf atau grafem melambangkan sebuah fonem setelah di buat
pengukuran bunyi, lagi pula tidak diperlukan banyak tanda baca.
Eksplosif (bunyi lepas): bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara
dilepaskan kembali setelah dihambat total.
Empiris: teori bahwa semua konsep berasal dari pengalaman dan bahwa semua
pertanyaan yang menggambarkan pengetahuan hanya dapat
dipertanggung jawabkan oleh pengalaman.
Epifora: persajakan.
Eponim: nama orang (bisa nyata atau fiksi) yang dipakai untuk menamai suatu
tempat, penemuan atau benda tertentu dikarenakan kontribusi atau
peranan tokoh yang bersangkutan pada obyek yang dinamai tersebut.
Eufemisme: pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan
atau tabu.
Filsafat bahasa: ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan
manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik
Filologi: ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis
Fisiologi: suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fungsi fisiologis
manusia.
Fonemik: fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar sebagai bagian dari sistem
bahasa lazim.
Fonemis: berbeda dipandang dari sudut fonologi suatu bahasa (dikatakan tentang
bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu menyatakan kontras makna)
Fonetik akustis: bertumpu pada struktur fisi bunyi-bunyi bahasa dan alat pendengaran
manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima.
Fonetik akustis: cabang ilmu fonetik yang menyelidiki ciri-ciri fisik bunyi bahasa.
Fonetik artikulatoris: cabang fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan alat ucap dalam
artikulasi.
Fonetik instrumental: bagian dari fonetik yang merekam, menganalisis, dan mengukur unsur-
unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis.
Frase: gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif
Frikatif(geser): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sehinga udara
tetap keluar atau sejenis fonem tertentu.
Geminat: secara fonetik, adalah rentetan artikulasi yang sama benar (identik)
sehingga menimbulkan pemanjangan kontoid.
Glotal: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah pada pita
suara.
Glotalisasi: bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi
utama diucapkan sehingga terdengar bunyi
Gramatika relasional: peranan penting dalam sintaksis dan merupakan satuan yang tepat
untuk deskripsikan berbagai aspek struktur klausa.
Harmoni vokal: perubahan terjadi karena pengaruh dari vokal yang lain dari silaba yang
mengikutinya.
Hierarkhis: pengaturan secara beruturan unsur unsur bahasa mulai dari yang
terkecil sampai yang terbesar
Hipokorisme: penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.
Hiponimi: hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik,
atau antara anggota taksonomi.
Homogenesitas: berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu
diturunkan.
Homonimi: hubungan antara kata yang ditulis dan/atau dilafalkan dengan cara yang
sama dengan kata lain, tetapi yang tidak mempunyai hubungan makna.
Homorgan: bunyi-bunyi bahasa yang dibentuk dengan alat atau daerah artikulasi
yang sama, tetapidengan cara kerja yang agak berbeda.
Instrumentalis: sebuah bentuk kasus yang menyatakan sebuah alat dan biasanya bisa
diterjemahkan dengan kata “dengan”.
Istilah: kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan , atau sifat khas dalam bidang tertentu.
Ilmu fonetik deskriptif: mengkaji terhadap kelainan atau perbedaan bunyi bagi suatu
bahasa tertentu.
15
Ilmu fonetik normatik: mengkaji terhadap kajian bunyi yang benar pada suatu bahasa.
Ilmu fonetik sejarah: mengkaji terhadap perubahan suatu bunyi bahasa berdasarkan
sejarah bahasa tertentu.
Ilmu fonetik umum: mengkaji terhadap penghasilan bunyi-bunyi dan fungsi mekanisme
ucapan.
Implosif: hentian yang terjadi dengan aliran udara dihisap oleh glotis
Ingresif: bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
Interlude: gugus konsonan yang muncul diantara vokal-vokal dan yang tidak
dapat ditentukan termasuk bagian dari suku kata yang mana.
Kelumpuhan otak: merujuk pada kecederaan dibagian tengah sistem nervous otak
manusia, yang mengakibatkan prosos arahan dan perpindahan dari
otak ke saraf penggerak yang mendorong pergerakan anggota
tubuh sangat lemah bahkan tidak berfungsi.
Konotasi: aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul dan ditimbulkan pada pembicara
(penulis) dan pendengar.
Konsep: gambaran nyata dari objek, proses yang ada diluar bahasa dan yang
memerlukan akal budi untuk memahaminya.
Konseptualisme: pandangan bahwa bahasa adalah sesuatu yang ada didalam akal
budi.
konteks: aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan
ujara tertentu.
Kontinum(alir): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara
total sehingga arus udara tetap mengalir.
Konversi: proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata laintanpa
perubahan unsur segmental.
Langue: bahasa sebagai sistem bentuk dan kontras yang tersimpan di dalam
akal budi pemakai bahasa
Lateral(samping): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sehingga
udara masih bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya.
Leksem: satuan kata terkecil dalam sebuah bahasa dan biasa dimasukkan
sebagai entri atau lemma dalam sebuah kamus.
Leksis: tekanan yang diarahkan pada kata tertentu yang ingin ditonjolkan.
Leksokografi:
Linguistik deskriptif: bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu
tertentu.
Makna denotatif: makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas petunjukan
yang lugas pada sesuatu diluar bahasa.
Makna kognitif: aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-
ciri dalam alam diluar bahasa atau penalaran.
Makna konotatif: aspek makna saebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan yang timbul dan ditimbulkan.
Makna kontekstual: hubungan antara ujaran dan situasi di mana ujaran dipakai.
Makna leksikal: makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda dipunyai unsur-
unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya.
Makna perluasaan: makna ujaran yang lebih luas daripada makna pusatnya.
Makna pusat: makna kata yang umumnya di mengerti bilamana kata itu
diberikan tanpa konteks.
Makna referensial: makna unsur bahasa yang paling dekat hubunganya dengan dunia
diluar bahasa dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen.
Masyarakat bahasa: kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama atau yang
merasa termasuk dalam kelompok itu.
Metatesis: perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi
dua bentuk kata yang bersaing.
Modifikasi vokal: perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari perubahan bunyi lain
yang mengikutinya.
Monoftongisasi: perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi
vokal tunggal (monoftong).
Morfem: satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan
tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil
Morfem beralomorf zero: morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun suprasegmental.
Morfem dasar terikat: morfem dasar yang hanya dapat menjadi kata bila bergabung
dengan afiks atau dengan morfem lainnya.
Morfem leksikal: morfem yang jumlahnya tidak terbatas dan sangat produktif,
mencakup kata penuh, afiks dan derivatif.
Morfem terikat: morfem yang tidak mempunyai potensiuntuk berdiri sendiri dan
selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran
Morfem terbagi: morfem yang realisasinya dalam bentuk morf diantarai oleh unsur
lain
Multilingualisme: gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh
kemamapuan atau kebiasaan memakai lebih dari satu bahasa.
22
Nomina: kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subyek atau
obyek dari klausa,dan sering berpadan dengan orang, benda, atau
hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa.
Nomina abstrak: nomina yang berasal dari ajektiva atau verba, yang tidak menunjuk
pada sebuah obyek tetapi pada suatu kejadian atau pada suatu
abstraksi.
Nominalisasi: proses atau hasil pembentukan dari kelas kata lain dengan
mempergunakan afiks tertentu.
Nomina majemuk: frase nomina dealam bahasa inggris yang terdiri dari dua kata atau
lebih dngan pola tekanan dan berperan sebagai kata majemuk.
Nomina verba: nomina yang fungsi dan maknanya berdekatan dengan verba.
Notasi fonemis: sistem untuk merekam fonem suatu bahasa, notasi tersebut ditandai
dengan garis miring ganda (/.../).
Nuklus: bunyi puncak sonoritas suku kata yang biasanya berupa vokoid.
Obyek afektif: obyek langsung yang dikenai perbuatan yang terdapat dalam
predikat verbal tetapi tidak merupakan hasil perbuatan itu.
Obyek efektif: obyek langsung yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang
terdapat dalam predikat verbal.
Obyek preposisional: obyek yang didahului oleh preposisi, yang dapat menjadi subyek
dalam klausa pasif.
Oposisi: hubungan antara dua unsur atau lebih dalam suatu sistem yang
menampakkan perbedaan.
Oposisi bertahap: oposisi antara fonem karena perbedaan dalam tahap kualitas.
Oposisi bilateral: oposisi antara dua fonem saja dan tidak ada dalam pasangan lain.
Oposisi multilateral: oposisi antara dua fonem yang persamaanya muncul juga dalam
fonem lainnya.
Oposisi proposional: oposisi antara dua fonem yang juga ada dalam pasangan lain.
Palindrom: sebuah kata, frasa, angka maupun susunan lainnya yang dapat
dibaca dengan sama baik dari depan maupun belakang.
Pangkal (stem): morfem, kata atau frase yang bergabung dengan afiks.
Paralelisme: pemakaian yang berulang ujaran yang sama dalam bunyi, tata
bahasa atau makana atau gabungan dari kesemuanya, cari khas dari
bahasa puitis.
25
Paragog: penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan bunyi atau
kemudahan lafal.
Pembeda: alat untuk membedakan makna kata yang lebih kecil dari
komponen makna.
Pneumokatograf: alat untuk mengukur volume setiap pergerakan udara dalam bentuk
mililiter.
Predikat: bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara
tentang subyek.
Prinsip fonemis: teori bahwa kontinum wicara dapat dianalisis atas serangkaian
satuan-satuan bunyi yang bersifat segmental dan/ atau
suprasegmental yang disebut fonem.
Prinsip kewajaran: prinsip bahwa kaidah-kaidah dan perubahan bahasa harus sesuai
dengan parameter yang wajar dan harus benar-benar terjadi.
Projection principle: teori G.B. pengambaran setiap tingkat sintaksis sebagai proyeksi
dari leksikon, sehingga subkategori sintaksis menggunakan
kategori leksikal.
Proses bahasa: alat, bahan atau prosedur yang dipakai manusia untuk
menghasilkan dan memahami bahasa.
Proses sintaksis: proses yang mengubah kata menjadi satuan yang lebih besar, yaitu
klausa atau frase.
Reduplikasi: proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis
atau gramatikal.
Reduplikasi fonologis: pengulangan unsur-unsur fonoogis, seperti fonem, suku kata atau
bagian kata.
Resonator: benda yang bergetar serempak dengan benda lain dan yang
menguatkan frekuensi-frekuensi tertentu.
Retrofleksi: terjadi karena penyempitan ruang antara ujung lidah yang berkelok
dan alveolum.
Satuan fonematis: unsur segmental yang tersisa setelah semua prosodi diabstraksikan.
Saussure, ferdinand de: karya yang juga berpengaruh dalam linguisti historis-komparatif,
mewarisi konsep-konsep tentsng langue, parole, diakronis, valensi,
dsb.
Sejarah linguistik: cabang ilmu yang menyelidiki perkembangan dan seluk-beluk ilmu
linguistik dari masa ke masa, serta mempelajari pengaruh ilmu-
ilmu lain dan pengaruh pelbagai pranata masyarakat terhadap
linguistik sepanjang masa serta pengaruh linguistik terhadap ilmu-
ilmu lain dan pranata sosial-budaya kecuali bahasa.
Semantik filsafat: istilah umum untuk pendekatan filosofis terhadap makna dalam
bahasa.
Semantik kognitif: teori semantik dalam paradigma kognitif yang memperlakukan makna
sebagai konseptualisasi.
Semantik kombinatoris: cabang semantik yang menyelidiki hubungan antara makna kalimat
dan makna kata atau makna morfem yang membentuknya.
Semantik semesta: unsur dan sistem makna yang tidak terikat pada satu bahasa
apapun.
Semantik umum: ajaran tentang makna dalam komunikasi bahasa yang menolak
ajaran aristoteles bahwa kata hanya mempunyai satu makna
leksikal.
Sengau: bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga
mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
Silabisasi fonemis: penyukuan kata yang didasarkan pada struktur fonem bahasa yang
bersangkutan.
Silabisasi fonetis: penyusukuan kata yang didasarkan pada realitas pengucapan yang
ditandai oleh satuan hembusan nafas dan satuan bunyi sonor.
Simulfiks: afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang tidak ditambahkan
atau dileburkan pada dasar.
Sinkop: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada
tengah kata
Sinkronik: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang
terbatas, dan tidak melibatkan perkembangan historis.
Sinkronis: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang
terbatas.
Sintagma predikatif: hubungan tentang linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran
tertentu.
Sintaksis: hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang
lebih besar, atau antara stuan-satuan yang lebih besar itu dalam
bahasa.
Standardisasi: berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku
atau statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal
Stop(hambat): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat
sehimgga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara
tiba-tiba.
Substantif: kata benda, berkaitan dengan sesuatu yang detail, rinci, mendalam
dan bisa juga diartikan sebagai bagian yang paling pokok/inti dari
sebuah hal.
Suarabakti: sebuah vokal antara dua konsonan yang membuat kedua konsonan
ini lebih mudah dilafazkan tetapi bukan merupakan sebuah fonem.
Teknik sineradiograf: untuk mengetahui kedudukan lidah dengan tepat sewaktu penutur
gagap menghadapi masalah pemandekan yang dihadapi penutur
gagap.
Teori monogenesis: teori bahwa semua bahasa didunia berasal dari satu bahasa induk.
Tinggi nada: kualitas subyektif dari bunyi yang kompleks bergantung dari
frekuensi, kenyaringan, dan intensitas.
Tril(getar): buni yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan dibuka
berulang-ulang secara cepat.
Trialis: kategori gramatikal jmlah untuk menunjukkan tiga hal atau benda
yang dipertentangkan dengan singularis, dualis, dan pluaris.
33
Triftong: inti suku kata yang kualitasnya ditandai oleh tiga tamber vokal
yang berbeda.
Totum pro parte: sebuah majas yang digunakan untuk mengungkapan keseluruhan
objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Unik: ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Unsur gramatikal: unsur bentuk yang dapat dipisahkan yang mempunyai fungsi
tertentu.
Unsur leksikal: satuan dari kosakata bahasa seperti kata atau frase yang
didaftarkan dalam kamus.
Umlaut: modifikasi atau perubahan vokal dari rendah ke vokal yang lebih
tinggi.
Verbalisasi: pengubahan kata atau frase menjadi verba dengan derivasi yang
sesuai.
Vokal: suara di dalam bahasa lisan yang di ciri khaskan dengan pita suara
yang terbuka sehingga tidak ada tekanan udara yang terkumpul di
atas glotis.
34
Wacana langsung: kutipan bahasa yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau
pungtuasi.
Wacana tak langsung: pengungkapan kembali wacana tanpaa mengutip secara harfiah
kata-kata yang dipakai oleh pembicara.
Wicara esofagus: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan udara lewat kerongkongan,
dipakai oleh orang yang laringnya telah dibedah.
PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas
unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan
antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga
dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena
setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam
memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam
semantik.
DAFTAR PUSTAKA