Anda di halaman 1dari 39

PENJELASAN-PENJELASAN ISTILAH LINGUISTIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas linguistik umum yang diampuh oleh:

Sandi Budiana, S.Pd.

Disusun oleh:

Dita Anita Rismiyani 0321 11 058

Eva Farida Rahayu 0321 11 019

Fajar Nurika Anwar 0321 11 131

Hetty Kurniawati 0321 11 001

Program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Pakuan

Tahun akademik 2011


i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya,
kepada kita semua dan khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis sampaikan kepada
junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa penulis pada zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Penjelasan-Penjelasan Istilah Linguistik”
ini, penyusun mengalami hambatan dikarenakan sumber dan kemampuan penulis yang
terbatas. Namun berkat dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah inipun dapat
diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga dengan pembuatan makalah ini memberikan pengetahuan baru untuk kita
semua khususnya bagi penulis .

Bogor, Desember 2011

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................................i

Daftar isi ............................................................................................................ii

Pendahuluan .......................................................................................................1

a. Latar belakang.....................................................................................1

b. Tujuan..................................................................................................1

Bab I Pembahasan ................................................................................................2

Bab II Isi .............................................................................................................5

Bab III Penutup....................................................................................................35

a. kesimpulan

daftar pustaka
1

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu
unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai
pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang
mempelajari tentang makna.

Bahasa juga merupakan alat komunikasi verbal dan sistem lambang bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat u ntuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidntifikasikan diri.

Istilah adalah kata atau gabungan kata yg dng cermat meng-ungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yg khas dl bidang tertentu.

Makna adalah maksud dari suatu kata atau pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman
persepsi atau prilaku manusi atau kelompok. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna
sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada
tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82)
mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.

Pembuatan kamus linguistik ini dapat membantu pembaca mengartikan istilah atau
makna yang dicari. Kamus linguistik yang penulis buat ini terdapat pada buku/ sumber yang
akan penulis bahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan
keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.

B. tujuan

1. tujuan umum

Agar pembaca lebih mudah mencari arti kata istilah atau makna.

2. Tujuan Khusus

Agar pembaca dapat memperkaya kosa kata.


2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari
apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer
Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut
Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan
antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer,
1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. maksud pembicara.
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia.
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya.
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu
bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di
mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50)
mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang
disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.

Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian
makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara
pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

B. Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :

1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan
lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang
digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan
bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam
kosakata.
3

2. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara
terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna
adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan
dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan
nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.

3. Nada (tone)

Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam
Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai
rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan
sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

4. Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud
senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat
bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.

Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis


makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-
aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

1. Makna Emotif

Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang
timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu
yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau
kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata
lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau
poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau
pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang
mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan
menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam
suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas
berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu
kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata
nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
4

2. Makna Konotatif

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung
bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah
Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita
terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga
desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan
menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga
yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat
dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna
negatif.

3. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa
yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon
bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan
kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud
pikiran.

4. Makna Referensial

Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara
unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik.
Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen
adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang
makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa
maupun proses.

Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang
langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga
dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat
hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat
dijelaskan melalui analisis komponen.

5. Makna Piktorikal

Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna
yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau
dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang
timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata
kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul
rasa mual karenanya.

A
5

Ablaut: perubahan vokal yang ditemukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman


untuk menandai berbagai fungsi gramatikal.

Abstrak: secara fisik tidak berwujud, misal: cinta adalah nominal abstrak

Aferesis: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada awal
kata

Afiks: bentuk terikan yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah
makna gramatikalnya, mencakup prefiks, sufiks, infis, simulfiks,
konfiks, suprafiks

Afiksasi: pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar

Afrikat: bunyi hambat dengan penglepas frikatif, misal: bunyi pertama pada
cakap

Afrikatif(panduan): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, kemudian
dilepas secara berangsur-angsur.

Agent: nomina yang menampilkan perbuatan atau yang menyebabkan atau yang
memulai suatu kejadian yang mempengaruhi suatu proses.

Aglutinatif: dikatakan tentang tipe bahas yang struktur kata dan hubungan
gramatikalnya ditandai oleh penggabungan unsur secara bebas.

Akronim: hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.

Aksara: sistem tanda-tanda grafis yang dipakai manusia untuk berkomunikasi,


yang sedikit banyaknya mewakili ujaran, misal: aksara palawa, aksara
inka

Aksen: tekanan, variasi bahasa yang berbeda daripada variasi standar.

Aksentuasi: variasi bahasa yang berbeda dari variasi standar, terutama dalam ucapan.

Akustik: cabang fisika yang menyelidiki penghasilan, pengendalian dan pengaruh


bunyi.

Alat ucap: alat-alat dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi
bahasa.

Alegori: majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harafiah.

Aliran Jenewa: aliran yang dianut oleh para murid F.De Saussure yang mempertahankan
pandangan-pandangan de saussure secara konsenfratif.

Aliran Praha: teori linguistik yang dikembangkan oleh Cerle linguistique de prague
sekitar tahun 1920an terutama oleh V.Mathesius dan kawan-kawannya
yang menekankan pada pendekatan fungsional.
6

Aliterasi: majas yang memanfaatkan kata permulaannya sama bunyi.

Alomorf: anggota morfem yang telah ditentukan posisinya.

Alusio: majas perbandingan yang menggunakan berbagai kata kiasan, peribahasa


atau sampiran pantun yang sudah lazim digunakan semua orang.

Alveolum: bagian mulut yang keras dibelakang gigi atas.

Ambiguit: sifat konstruksi yang dapat diberi lebih dari satu taksiran.

Ameliorasi: perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan


menggambarkan hal yang lebih baik dari semula.

Amplitodo: jarak antara puncak gelombang bunyi dan titik rata-rata.

Analisis komponen: metode untuk memecah sebuah unsur atas bagian-bagian yang lebih
kecil.

Analogis: proses atau hasil pe,bentukan insur bahasa karena pengaruh pola lain
dalam bahasa.

Anaptiksis: atau suara bakti adalah perubahan bunyi atau jalan menambahkan bunyi
vokal tertentu diantara dua konsonan untuk memperlancar ucapan.

Antanaklasis: majas yang menunjukkan pengulangan kata yang sama tetapi memiliki
makna yang berbeda.

Anteseden: informasi dalam ingatan atau konteks yang ditunjukkan oleh suatu
ungkapan.

Antonimi: oposisi makna dalam pasangan fleksikal yang dapat dijenjangkan.

Antonomasia: sebuah majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan


nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda
tersebut.

Antromorfisme: metafora berupa pemakaian kata dan bentuk lain yang bersangkutan
dengan manusia untuk objek atau konsep bukan manusia.

Antropomorfisme: atribusi karakteristik manusia ke makhluk bukan manusia.

Aptronim: pemberian nama orang yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Apiko-alveolar: bunyi yang dihasilkan oeh keterlibatan ujung lidah dan gusi atas.

Apiko-dental: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi atas.

Apokop: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada akhir
kata.
7

Arbitrer: tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau
pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut/ mana suka.

Argumen: nomina atau frase nominal yang bersama-sama predikator membentuk


proposisi.

Arkifonem: golonghan fonem yang kehilangan konters pada posisi tertentu.

Arti: konsep yang mencakup makna dan pengertian.

Artikulator: bagian-bagian alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut yang bisa
digerakkan.

Asimilasi: perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang
sama atau yang hampir sama.

Asimilasi fonemis: proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan
bunyi lain didekatnya.

Asimilasi progresif: jika bunyi yang diasimilikan terletak sesudah bunyi yang
mengasimilasikan.

Asimilasi regresif: jika bunyi diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan.

Asimilasi resiprokal: jika kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga menimbulkan


bunyi baru,

Aspirasi: artikulasi konsonan plosif dengan letupan nafas yang dapat didengar.

Atribut: abjektiva yang menerangkan nomina dalam frase nominal.

Bahasa: sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh manusia untuk


berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasikan diri.

Bahuwrihi: sebuah kompositum atau kata majemuk yang artinya tidak menunjuk
kepada salah satu dari kedua komponen ini melainkan kepada
seseorang atau sesuatu yang memiliki sifat keduanya.

Bentuk: penampakan atau rupa satuan bahasa.

Bentuk dasar: digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam
suatu proses morfologi.

bilabial: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan bibir atas.

Bilingual: teks dwibahasa yang isinya sama.

Biner: terjadi dari dua bagian, serba dua.


8

Bunyi: kesan pada pusat saraf sebagai akibat getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.

Calque: sebuah terjemahan harafiah.

Competence: pengetahuan bahasa yang dikuasai seorang penutur, sistem kaidah yang
dikuasainya untuk bisa menghasilkan dan memahami sejumlah
kaliamat yang tidak terbatas dan memungkinkannya untuk
mengindepikasi kalimat yang salah atau mendua.

Deklaratif: modus yang menyatakan sikap objektif atau netral.

Dekonstruksi: teori sastra yang dikembangkan oleh Jacques Derrida yang berusaha
membuktikan kontradiksi-kontradiksi di dalam analisis strukturalis
terhadap teks.

Denotasi: makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang
lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konfensi
tertentu sifatnya obyektif.

Denominativus : sebuah kelas kata kerja (verbum) yang dibentuk berdasarkan kata
benda(substantif).

Depersonifikasi: majas yang berupa pembandingan manusia dengan bukan manusia atau
dengan benda

Derivatif: proses pengimbuhan afiks non-inflekatifpada dasar untuk membentuk


kata.

Diakritik: tanda tambahan pada huruf yang sedikit banyak mengubah nilai
fonetis huruf itu

Diakronis: bersifat historis berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa dengan


melihat perkembangannya sepanjang waktu.

Dialek: variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai.

Dialektologi: cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan


memperlakukannya sebagai struktur yang utuh

Dialegtologi: bermaksud memetakan wilayah pemakaian dialeg atau variasi bahasa


tertentu.

Diftong: perangkapan bunyi vokoid, perangkapannya hanya maksimal dua buah/


kejadian meninggi dan menurunnya sonoritas.
9

Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal
atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan.

Diftong menurun: diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid
pertama bersonoritas, sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas
bahkan mengarah ke bunyi nonvokoid.

Diftong menaik: diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid
pertama kurang atau menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi
nonvokoid, sedangkan kedua menguat sonoritasnya.

Diksi: pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
bicara di depan umum.

Diminutif: sebuah partikel dalam sebuah bahasa yang menunjukkan sesuatu hal
yang kecil.

Dinasalisasi: bunyi yang keluar melalui rongga hidung dan rongga mulut.

Disjungsi: hubungan antara bagian-bagian konstruksi yang dipisahkan oleh atau


atau tetapi dan menunjukkan kontras atau asosiasi.

Dismilasi: perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi
yang tidak sama atau berbeda.

Dismilasi fonemis: perubahan sudah menembus batas fonem yaitu merupakan alofon dari
fonem.

Distingtif: sebuah sifat bahasa yang bisa berkontras.

Dorsovelar: diartikulasikan dengan punggung lidah mendekati alveolum

Dorso-palatal: bunyi langit-langit kertas.yangdihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah


dan

Dorso-uvular: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pamgkal lidah dan anak tekak.

Dorso-velar: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dan langit-langit
lunak.

Dualis: bentuk kategori tatabahasa yang menunjukkan dua orang atau benda
yang berbeda, berlawanan dengan bentuk singularis dan pluralis.

Durasi: panjang pendek ucapan dalam bahasa indonesia tidak fungsional dalam
tataran kata, tetapi fungsional dalan tataran kalimat.

Efek McGurk: sebuah fenomena dan merupakan ilusi audio-visual.


10

Efektif: bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sebelum dan
sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga ketika glotis dibuka
terdengar bunyi glotal ...........67

Egresif: bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju ke luar melalui rongga
mulut atau rongga hidung.

Ejaan: peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa.

Ejaan etimologi: sistem ejaan yang mengatur setiap kata serapan dalam bahasa indonesia
ditulis dalam bentuk aslinya, terutaa untuk kata yang mirip atau serupa
bentuknya dengan kata indonesia agar perbedaan arti kelihatan dengan
nyata.

Ejaan fonemik: setiap huruf atau grafem melambangkan sebuah fonem setelah di buat
pengukuran bunyi, lagi pula tidak diperlukan banyak tanda baca.

Ejaan fonemis: grafem yang mengikuti sistem fonemis.

Ejaan fonetis: grafem yang mengikuti sistem fonetis.

Eksplosif (bunyi lepas): bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara
dilepaskan kembali setelah dihambat total.

Ekuivalensi: makna yang sangat berdekatan, lawan dari kesamaan bentuk.

Elektromiografi: alat untuk mengetahui tekanan otot sehingga menghasilkan bunyi


bahasa.

Elipsis: majas yang menghilangkan sebagian kata-kata atau kalimatnya.

Emfatis: sekelompok jenis konsonan pada bahasa-bahasa Semitik yang


merupakan konsonan obstruen dan awalnya beroposisi dengan
konsonan yang bersuara dan tak bersuara.

Emotif: daya atau makna yang menunjukkan perasaan.

Empiris: teori bahwa semua konsep berasal dari pengalaman dan bahwa semua
pertanyaan yang menggambarkan pengetahuan hanya dapat
dipertanggung jawabkan oleh pengalaman.

Epentesis: proses penambahan atau pebubuhan bunyi pada tengah kata.

Epifora: persajakan.

Eponim: nama orang (bisa nyata atau fiksi) yang dipakai untuk menamai suatu
tempat, penemuan atau benda tertentu dikarenakan kontribusi atau
peranan tokoh yang bersangkutan pada obyek yang dinamai tersebut.

Ergativus: nama sebuah kasus dalam bahasa yang disebut 'ergatif'.


11

Etimologi: penyelidikan menyenai asal-usul kata serta perubahan-perubahannya


dalam bentuk dan makna.

Eufemisme: pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan
atau tabu.

Faringal: sebuah kata sifat adjektif yang berhubungan dengan kerongkongan.

Filsafat bahasa: ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan
manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik

Filologi: ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis

Fisiologi: suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fungsi fisiologis
manusia.

Fisiologis: tahap pengaktifan fungsi dengar yang dikendalikan oleh otak.

Flaps: permukaan yang berengsel pada tepi belakang sayap.

Fluktuasi: ketidaktetapan atau guncangan.

Fokus: unsur yang menonjolkan suatu bagian kalimat sehingga perhatian


pendengar tertarik pada bagian itu.

Fon: bunyi bahasa.

Fonem: kesatuan bunyi tertentang suatu bahasa yang berfungsi membedakan


makna.

Fonemik: fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar sebagai bagian dari sistem
bahasa lazim.

Fonemis: berbeda dipandang dari sudut fonologi suatu bahasa (dikatakan tentang
bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu menyatakan kontras makna)

Fonetik: bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah manusia menghasilkan


bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang
bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran
manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak
manusia.

Fonetik akustis: bertumpu pada struktur fisi bunyi-bunyi bahasa dan alat pendengaran
manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima.

Fonetik audiotoris: kajian terhadap respons sistem pendengaran terhadap rangsangan


gelombang bunyi yang diterima
12

Fonologi: bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut


fungsinya

Fonetik akustis: cabang ilmu fonetik yang menyelidiki ciri-ciri fisik bunyi bahasa.

Fonetik artikulatoris: cabang fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan alat ucap dalam
artikulasi.

Fonetik audiotoris: cabang fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan pendengaran


sebagai ersepsi bahasa.

Fonetik instrumental: bagian dari fonetik yang merekam, menganalisis, dan mengukur unsur-
unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis.

Fonemik: sistem fonem suatu bahasa

Fonologi: kajian mendalam tentang bunyi-buni ujar diselidiki oleh cabang


linguistik.

Fonotaktik: urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa

Frase: gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif

Frekuensi: jumlah pemakaian suatu unsur bahasa.

Frikatif(geser): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sehinga udara
tetap keluar atau sejenis fonem tertentu.

Futurum: menyatakan kejadian yang masih harus terjadi.

Geminat: secara fonetik, adalah rentetan artikulasi yang sama benar (identik)
sehingga menimbulkan pemanjangan kontoid.

Genitivus: sebuah kasus yang menyatakan hak milik.

Geografis: penyelidian mengenai distribusi dialek atau bahasa dalam wilayah


tertentu.

Glotis: lubang padasaat pita suaraitu membuka.

Glotal: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah pada pita
suara.

Glotalisasi: bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi
utama diucapkan sehingga terdengar bunyi

Graf: satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya


13

Grafem: lambang dari fonem.

Gramatika relasional: peranan penting dalam sintaksis dan merupakan satuan yang tepat
untuk deskripsikan berbagai aspek struktur klausa.

Harmoni vokal: perubahan terjadi karena pengaruh dari vokal yang lain dari silaba yang
mengikutinya.

Heuristik: bersangkutan dengan prosedur analisis yang dimulai dengan perkiraan


yang cepat dan mengeceknya lagi sebelum memberi kepastian.

Hierarkhis: pengaturan secara beruturan unsur unsur bahasa mulai dari yang
terkecil sampai yang terbesar

Hiperbola: gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.

Hipokorisme: penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.

Hiponimi: hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik,
atau antara anggota taksonomi.

Hipotesis Sapirwhorf:pandangan bahwa bahasa seseorang menentukan pandangan dunianya


melalui kategori gramatikal dan klasifikasi sematis.

Homofon: kata yang berhomofoni dengan kata lain.

Homofoni: hubungan antara kata-kata yang berbeda maknanya tetapi sama


lafalnya.

Homogenesitas: berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu
diturunkan.

Homografi: hubungan antara kata-kata yang berbeda maknanya tetapi sama


tulisannya.

Homonim: kata yang berhomonimi dengan kata lain.

Homonimi: hubungan antara kata yang ditulis dan/atau dilafalkan dengan cara yang
sama dengan kata lain, tetapi yang tidak mempunyai hubungan makna.

Homorgan: bunyi-bunyi bahasa yang dibentuk dengan alat atau daerah artikulasi
yang sama, tetapidengan cara kerja yang agak berbeda.

Ide: rancangan yang tersusun di dl pikiran.

Idiolek: ragam bahasa yang unik pada seorang individu.


14

Idiom: konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing


anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain.

Ikonis: berkaitan dengan gambaran.

Imaji: sesuatu yang dibayangkan dl pikiran.

Imajinasi: daya pikir untuk membayangkan (dl angan-angan) atau menciptakan


gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang.

Indeks: perbandingan antara unsur-unsur tertentu dalam bahasa yang dapat di


pakai untuk mengukur ciri-ciri tertentu, dan kemudian dipakai untuk
membandingkan dan mengklasifikasi bahasa.

indikatif: modus yang menegaskan aktualitas.

Informasi: keseluruhan makna yang amanat, terutama nampak dalam bagian-


bagian amanat tersebut.

Informatif: mengandung makna sebagian rupa sehingga pendengar menangkap


pendengar menangkap amanat yang hendak disampaikan.

Instrumentalis: sebuah bentuk kasus yang menyatakan sebuah alat dan biasanya bisa
diterjemahkan dengan kata “dengan”.

Integrasi: penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan


bagian dari suatu bahasa sendiri tanpan disadari oleh pemakainya.

Intention: makna suatu ungkapan, dibedakan dengan ekstensi.

Intransitif: kata kerja yang tidak membutuhkan obyek.

Isoglos: perbatasan geografis antara beberapa ciri khas linguistik.

Isolat: sebuah bahasa yang tidak memiliki kerabat lainnya.

Istilah: kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan , atau sifat khas dalam bidang tertentu.

Iterativa: sebuah perbuatan yang diulang-ulang, atau suatu peristiwa yang


dialami bertubi tubi.

Ironi: majas yang mengungkapkan sindiran halus.

ikonis: berkaitan dengan gambaran, langsung menimbulkan pertalian dengan


sesuatu yang digambarkan

Ilmu fonetik deskriptif: mengkaji terhadap kelainan atau perbedaan bunyi bagi suatu
bahasa tertentu.
15

Ilmu fonetik normatik: mengkaji terhadap kajian bunyi yang benar pada suatu bahasa.

Ilmu fonetik sejarah: mengkaji terhadap perubahan suatu bunyi bahasa berdasarkan
sejarah bahasa tertentu.

Ilmu fonetik umum: mengkaji terhadap penghasilan bunyi-bunyi dan fungsi mekanisme
ucapan.

Imperatif: kalimat perintah.

Implosif: hentian yang terjadi dengan aliran udara dihisap oleh glotis

indeks: perbandingan antara unsur-unsur tertentu dalam bahasa yang dapat


dipakai untuk mengukur ciri-ciri tertentu, dan yang kemudian
dapat dipakai untuk membandingkan dan mengklasifikasikan
bahasa

Infiks: afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar

Inflektif: perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan


gramatikal

Ingresif: bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.

Intensitas: intensitas penanggapan atas bunyi, tergantung dari kombinasi


frekuensi dan amplitudo gelombangnya.

nter-dental: bunyi yang dihasilkan diantara kedua baris gigi.

Interlude: gugus konsonan yang muncul diantara vokal-vokal dan yang tidak
dapat ditentukan termasuk bagian dari suku kata yang mana.

Intonasi: berperan dalam pembedaan maksud kalimat.

Introgatif: kalimat tanya.

Jangkauan: semantik gramatikal, peran yang bersangkutan dengan benda yang


menjadi ruang lingkup predikator.

Jangkauan makna: pelbagai konteks dimana sebuah kata dapat muncul.

Jeda: pemutusan suatu arus bunyi-bunyi segmental ketika diujarkan oleh


penutur.

Kaidah: pernyataan formal yang menghubungkan unsur-unsur konkret dari


suatu sistem yang abstrak dengan model dari sistem itu.
16

Kalimat: satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,mempunyai pola


iontonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa.

Karakter: huruf dalam aksara Han (cina) yang bersifat ideolografis.

Kata: satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,terjadi dari morfen


tunggal.

Kategori: bagian dari suatu sistem klasifikasi.

Ketidaklancaran berujar: merujuk kepada kegagalan atau kekurangmampuan seseorang


untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan dengan
lancar dan berkesan.

Kelumpuhan otak: merujuk pada kecederaan dibagian tengah sistem nervous otak
manusia, yang mengakibatkan prosos arahan dan perpindahan dari
otak ke saraf penggerak yang mendorong pergerakan anggota
tubuh sangat lemah bahkan tidak berfungsi.

Khazanah fonem: banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.

Klasifikasi: pengelompokkan bahasa.

Klasifikasi areal: klasifikasi bahasa-bahasa menurut lokasi geografis.

Klasifikasi genetis: pengelompokan bahasa berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa


yang lebih tua.

Klasifikasi sosiolinguistik: klasifikasi berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-


faktor yang berlaku dalam masyarakat.

Klasifikasi tipologis: pengelompokan bahasa berdasarkan ciri-ciri fonologis, gramatikal,


atau leksikal untuk menemukan tipe-tipenya, lepas dari
perkembangan historisnya.

Klausa: satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang


kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat.

Klik: bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah dibelakang


menempel rapat pada velum sebelum dan sewaktu bunyi utama
yang diucapkan, sehingga ketika penempelan pada velum dilepas
terdengar bunyi.

Klimaks: titik intensitas atau kekuatan yang terbesar dalam rentetan


menanjak.
17

Kluster: perangkapan bunyi kontoid, perangkapannya antara dua dan tiga


buah.

Koartikulasi: pengucapan dua bunyi yang berurutan seara tumpang-tindih yang


kualitasnya berbedadari deretan bunyi yang diucapkan secara
normal atau sempurna.

Koda: kontoid yang mengikuti nuklus.

Kode: lambang atau sistem ungakapan yang dipakai untuk


menggambarkan makna tertentu.

Komposisi: hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan mprfem


dasar yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang
baru.

Konjungsi: partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata,


frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat,
atau paragraf dengan paragraf.

Konotasi: aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul dan ditimbulkan pada pembicara
(penulis) dan pendengar.

Konsep: gambaran nyata dari objek, proses yang ada diluar bahasa dan yang
memerlukan akal budi untuk memahaminya.

Konseptualisme: pandangan bahwa bahasa adalah sesuatu yang ada didalam akal
budi.

Konsonan: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara


pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis.

Konstatatif: ujaran yang mengandung gambaran tentang peristiwa.

konteks: aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan
ujara tertentu.

Kontinum(alir): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara
total sehingga arus udara tetap mengalir.

Kontradiksi Interminus: majas yang menggunakan pernyataan yang bersifat menyangkal


yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.

Konvensional: persetujuan tersirat diantara penutur-penutur bahasa untuk


mempergunakan kaidah yang sama dalam berkomunikasi.
18

Konversi: proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata laintanpa
perubahan unsur segmental.

Korpus: kumpulan ujaran tertulis yang dipergunakan untuk menyokong


atau menguji hipotesis tentang struktur bahasa.

Kotoid: bunyi ynag dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau


penutupan pada daerah artikulasi.

Labialisasi: fonetik, pembukatan bibir pada waktu vokal dihasilkan.

Labio-dental: dihasilkan dengan bibir bawah dan gigi atas

Lambang: bentuk linguistis atau nonlinguistis yang secara arbitrer dan


konvensional dihubungkan dengan suatu maksud

Lamino alveolar: dihasilkan dengan daun lidah dan gusi

Langage: bahasa secara umum

Langue: bahasa sebagai sistem bentuk dan kontras yang tersimpan di dalam
akal budi pemakai bahasa

Laring: bagian atas dari tenggorok yang berisi pita suara.

Laringal: bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok.

Laringoskop: untuk memahami masalah pemandekan yang dihadapi penutur


gugup.

Lateral(samping): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sehingga
udara masih bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya.

Leksem: satuan kata terkecil dalam sebuah bahasa dan biasa dimasukkan
sebagai entri atau lemma dalam sebuah kamus.

Leksikologi: konsentrasi pada persoalan pembendaharaan kata suatu bahasa.

Leksikon: komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna


dan pemakaian kata dalam bahasa.

Leksis: tekanan yang diarahkan pada kata tertentu yang ingin ditonjolkan.

Leksokografi:

Lenisi: gejala yang dikenal dalam linguistik berupa fonem yang


diartikulasikan secara "keras" di bagian depan mulut, misalkan
bibir, berubah menjadi lembut.
19

Letupan: gerak udara keluar pada saat penglepasan bunyi plosif.

Linguistik: ilmu tentang bahasa, penyelidikan bahasa secara ilmiah.

Linguistik deskriptif: bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu
tertentu.

Linguistik struktural: pendekatan dalam penyelidikan bahasa yang menganggap bahasa


sebagai sistem yang bebas.

Linguistik terapan: istilah umum pelbagai cabang linuistik yang memanfaatkan


deskripsi metode dan hasil penelitian linguistik untukpelbagai
keperluan praktis.

Litotes: majas yang mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan


lemah lembut.

Lokativus: sebuah kasus yang menunjukkan tempat dan biasanya bisa


diterjemahkan dengan kata "di".
20

Makna: pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku


manusia atau kelompok manusia.

Makna denotatif: makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas petunjukan
yang lugas pada sesuatu diluar bahasa.

Makna gramatikal: hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan-satuan yang


lebih besar.

Makna kognitif: aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-
ciri dalam alam diluar bahasa atau penalaran.

Makna konotatif: aspek makna saebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan yang timbul dan ditimbulkan.

Makna kontekstual: hubungan antara ujaran dan situasi di mana ujaran dipakai.

Makna leksikal: makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda dipunyai unsur-
unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya.

Makna perluasaan: makna ujaran yang lebih luas daripada makna pusatnya.

Makna pusat: makna kata yang umumnya di mengerti bilamana kata itu
diberikan tanpa konteks.

Makna referensial: makna unsur bahasa yang paling dekat hubunganya dengan dunia
diluar bahasa dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen.

Makrolinguistik: bidang linguistik yang mempelajari dalam hubungannya dengan


faktor-faktor diluar bahasa.

Maksud: makna kata, frase.

Masyarakat bahasa: kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama atau yang
merasa termasuk dalam kelompok itu.

Metafora: majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa


perbandingan analogis.

Metatesis: perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi
dua bentuk kata yang bersaing.

Metonimia: sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang


merupakan merek.

Modifikasi: hubungan antara induk dan modifikator dalam suatu frase


21

Modifikasi internal: proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsurke


dalam morfem yang berkerangka tetap.

Modifikasi vokal: perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari perubahan bunyi lain
yang mengikutinya.

Monoftongisasi: perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi
vokal tunggal (monoftong).

Mora: satuan waktu pengucapan dengan tanda titik.

Morfem: satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan
tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil

Morfem bebas: morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri.

Morfem beralomorf zero: morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun suprasegmental.

Morfem dasar terikat: morfem dasar yang hanya dapat menjadi kata bila bergabung
dengan afiks atau dengan morfem lainnya.

Morfem gramatikal: morfem yang jumlahnya terbatas dan berfungsi sebagai


penghubung antara morfem leksikal, mencakup partikel dan
morfem inflektif.

Morfem leksikal: morfem yang jumlahnya tidak terbatas dan sangat produktif,
mencakup kata penuh, afiks dan derivatif.

Morfem segmental: morfem yang terjadi dari fonem segmental

Morfem suprasegmental: morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental

Morfem terikat: morfem yang tidak mempunyai potensiuntuk berdiri sendiri dan
selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran

Morfem terbagi: morfem yang realisasinya dalam bentuk morf diantarai oleh unsur
lain

Morfologi: bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-


kombinasinya.

Morfosintaksis: struktur bahasa yang mencakup morfologi dan sintaksis sebagai


satu organisasi (kedua bidang itu tidak dipisahkan).

Multilingual: mampu atau biasa memakai lebih dari satu bahasa.

Multilingualisme: gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh
kemamapuan atau kebiasaan memakai lebih dari satu bahasa.
22

Nasal: fonem yang direalisasikan melalui bantuan rongga hidung.

Nasalisasi: penglepasan udara melalui rongga hidung pada waktu bunyi


dihasilkan.

Nasofaring: bagian dari faring yang ada dibawah rongga hidung.

Neolinguistik: aliran yang menentang paham Junggrammatiker tentang tiadanya


kekecualian pada hukum bunyi dan menekankan peranan
bahasawan pribadi yang dengan latar sosial dan geografis mampu
membuat inovasi bahasa.

Netralisasi: penangguhan kontras antara dua fonem dalam lingkungan


fonologis tertentu.

Neurolinguistik: cabang linguistik yang mempelajari prakondisi neurologis untuk


perkembangan bahasa.

Neutrum: sebuah bentuk kelamin yang bukan maskulin maupun feminin.

Nilai semantis: kemampuan unsur bahasa untuk membedakan makna leksikal.

Nomina: kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subyek atau
obyek dari klausa,dan sering berpadan dengan orang, benda, atau
hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa.

Nomina abstrak: nomina yang berasal dari ajektiva atau verba, yang tidak menunjuk
pada sebuah obyek tetapi pada suatu kejadian atau pada suatu
abstraksi.

Nomina atributif: nomina yang mewatasi nomina lain.

Nominal: kata yang berfungsi sebagai nomina, nomina tetapi tidak


mempunyai semua ciri formal yang dipunyai oleh nomina.

Nominalisasi: proses atau hasil pembentukan dari kelas kata lain dengan
mempergunakan afiks tertentu.

Nominalisme: pandangan bahwa konsep yang dipakai dalam linguistik tidak


mempunyai hubungan inheren dengan obyek yang ditujukannya,
melainkan dipilih secara sewenang-wenang karena kebiasaan atau
perjanjian.

Nomina majemuk: frase nomina dealam bahasa inggris yang terdiri dari dua kata atau
lebih dngan pola tekanan dan berperan sebagai kata majemuk.

Nomina predikatif: nomina atau pronomina yang berfungsi sebagai predikat.


23

Nomina tak terbilang: nomina yang tidak dapat dijamakkan.

Nomina terbilang: nomina konkret yang dapat dijadikan jamak.

Nomina verba: nomina yang fungsi dan maknanya berdekatan dengan verba.

Nonsilabis: bunyi bahasa yang tidak mendukung puncak kenyaringan suku


kata.

Notasi fonemis: sistem untuk merekam fonem suatu bahasa, notasi tersebut ditandai
dengan garis miring ganda (/.../).

Numeralia multiplikatif: numeralia yang menyatakan beberapa kali perbuatan terjadi.

Nuklus: bunyi puncak sonoritas suku kata yang biasanya berupa vokoid.

Obyek: nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba


tertentu dalam klausa.

Obyek afektif: obyek langsung yang dikenai perbuatan yang terdapat dalam
predikat verbal tetapi tidak merupakan hasil perbuatan itu.

Obyek efektif: obyek langsung yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang
terdapat dalam predikat verbal.

Obyek preposisional: obyek yang didahului oleh preposisi, yang dapat menjadi subyek
dalam klausa pasif.

Oksimoron: penempatan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis(dalam


koordinasi atau subordinasi).

Oksiton: kata yang bertekanan pada suku akhir.

Oksimoron: adalah majas yang menempatkan dua antonim dalam suatu


hubungan sintaksis.

Onomasiologi: penelidikan mengenai hubungan antara semantis antara lambang


bahasa dan hal-hal yang diartikannya, termasuk didalam hal ini
penyelidikan mengenai polisemi dan sinonimi.

Onomatope: kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari


sumber yang digambarkannya.

Onset: kontoid yang mendahului nuklus

Ontogeni: penyelidikan mengenai kebiasaan berbahasa seseorang sepanjang


hidupnya.
24

Oposisi: hubungan antara dua unsur atau lebih dalam suatu sistem yang
menampakkan perbedaan.

Oposisi bertahap: oposisi antara fonem karena perbedaan dalam tahap kualitas.

Oposisi bilateral: oposisi antara dua fonem saja dan tidak ada dalam pasangan lain.

Oposisi multilateral: oposisi antara dua fonem yang persamaanya muncul juga dalam
fonem lainnya.

Oposisi proposional: oposisi antara dua fonem yang juga ada dalam pasangan lain.

Oral: segala sesuatu yang berhubungan dengan mulut.

Orofaring: bagian dari faring yang berdampingan dengan rongga mulut.

Ortografi: sistem ejaan suatu bahasa.

Oskilloskop: alat untuk memaparkan ciri-ciri kenyaringan bunyi.

Oskilloskop: alat untuk memaparkan ciri-ciri kenyaringan bunyi.

Osilograf: alat untuk menghasilkan gambar variasi tekanan udara dari


gelombang suara.

Palatal: dihasilkan dengan menempatkan bagian depan lidah didekat atau


pada langit-langit keras.

Palatalisasi: perubahan kualitas bunyi yang dihasilkan karena naiknya lidah ke


arah paltum dan biasanya menjadi ciri artikulasi sekunder.

Palatografi: penyelidikan mengenai artikukulasi dengan mengamati


persentuhan fsiologis antara lidah dan palatum dalam wicara
dengan mengambil cetakkan didalam mulut atau dengan
mempergunakan palatum buatan, atau dengan memotret.

Palatum: bangun tulang cekung yang membentuk atap mulut dibelakang


alveolum.

Palindrom: sebuah kata, frasa, angka maupun susunan lainnya yang dapat
dibaca dengan sama baik dari depan maupun belakang.

Pangkal (stem): morfem, kata atau frase yang bergabung dengan afiks.

Paralelisme: pemakaian yang berulang ujaran yang sama dalam bunyi, tata
bahasa atau makana atau gabungan dari kesemuanya, cari khas dari
bahasa puitis.
25

Paragog: penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan bunyi atau
kemudahan lafal.

Paragraf: satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya.

Parole: perbuatan berbicara seorang penutur bahasa pada saat tertentu


bersifat individual.

Pembeda: alat untuk membedakan makna kata yang lebih kecil dari
komponen makna.

Pemendekan: proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan


leksemsehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya
tetap sama

Penggalan: hasil proses pemenggalan.

Penultima: suku kata sebelum suku kata terakhir.

Persepsi: proses penerimaan dan pengwakodean input wicara yang


mengharuskan pendengar memperhatikan isyarat akustis dan juga
pengetahuannya tentang pola bunyi dalam bahasanya sehingga
dapat menafsirkan apa yang didengarnya.

Personifikasi: majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati.

Plosif: dihasilkan dengan penutupan menyeluruh, dibelakang artikulator


bersama titik artikulasi tempat udara terkumpul kemudian terjafi
penglepasan.

Pneumokatograf: alat untuk mengukur volume setiap pergerakan udara dalam bentuk
mililiter.

Polisemi: suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.

Pragmatis: tentang hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu


dengan unsur-unsur lain diluar tataran itu dapat dipertukarkan.

Predikasi: hubungan antara subyek dan predikat dalam klausa.

Predikat: bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara
tentang subyek.

Prefiks: afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal.

Preposisi: kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan


biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina.
26

Prinsip fonemis: teori bahwa kontinum wicara dapat dianalisis atas serangkaian
satuan-satuan bunyi yang bersifat segmental dan/ atau
suprasegmental yang disebut fonem.

Prinsip keselarasan: psikolinguistik anggapan bahwa manusia lebih mudah mengingat-


ingat hal-hal yang sesuai daripada yang tidak sesuai.

Prinsip kewajaran: prinsip bahwa kaidah-kaidah dan perubahan bahasa harus sesuai
dengan parameter yang wajar dan harus benar-benar terjadi.

Produksi: fonetik, psikolinguistik, proses perencanaan dan pelaksanaan


perbuatan wicara.

Produktif: mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk


membentuk unsur-unsur (turunan) baru.

Progresif: mengenai bentuk verba yang menyatakan perbuatan atau keadaan


yang sedang berlangsung.

Projection principle: teori G.B. pengambaran setiap tingkat sintaksis sebagai proyeksi
dari leksikon, sehingga subkategori sintaksis menggunakan
kategori leksikal.

Pronomina: kata yang menggantikan nomina atau frase nomina.

Pronominalisasi: proses atau hasil pemakaian pronomina untuk menggantikan salah


satu bagian kalimat.

Proposisi: konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari


pembicara.

Proses bahasa: alat, bahan atau prosedur yang dipakai manusia untuk
menghasilkan dan memahami bahasa.

Proses morfologis: proses yang mengubah leksem menjadi kata.

Proses sintaksis: proses yang mengubah kata menjadi satuan yang lebih besar, yaitu
klausa atau frase.

Protasis: klausa yang menyatakan syarat atau pengandaian dalam kalimat


persyaratan.

Protesis: proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada awal kata.

Proyeksi: kemampuan gramatika untuk memperluas analisis seperangkat


kalimat ke kalimat-kalimat yang secara potensial tak terbatas
jumlahnya dalam bahasa secara keseluruhan.
27

Psikolinguistik: ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan prilaku


dan akal manusia.

Pulmonalis: udara yang dari paru-paru menuju ke luar.

Pulmonis: dikatakan tentang kegiatan paru-paru dalam produksi bunyi.

Pungtuasi: tanda grafis yang dipergunakan secara konvensional untuk


memisahkan berbagai bagian dari satuan bahasa tertulis dan yang
sedikit banyaknya mempengaruhi makna satuan bahasa yang
bersangkutan.

Purisme: paham bahwa orang harus secara ketet menaati kaidah-kaidah


bahasa yang tradisional.

Radical: unsur karakter aksara Han (cina) yang secara ideografis


menggambarkan makna inti karakter itu.

Ragam bahasa: variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut


topik yang dibicarakan.

Realitas kognitif: semantik, kesasihan komponen-komponen makna.

Redaksi: cara pengungkapan sesuatu dengan kata, frase atau kalimat


sehingga membentuk wacana.

Reduplikasi: proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis
atau gramatikal.

Reduplikasi fonologis: pengulangan unsur-unsur fonoogis, seperti fonem, suku kata atau
bagian kata.

Reduiplikasi gramatikal: pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar.

Reduplikasi morfologis: pengulangan morfem yang menghasilkan kata.

Reduplikasi sintaksis: pengulangan morfem yang menghasilkan klausa.

Referen: unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa.

Referensi: hubungan antara referen dengan lambang yang dipakai untuk


mewakilinya.

Regularisasi:hal hilangnya perbedaan-perbedaan dalam suatu perangkat paradigmatis karena


analogi.

Rekonstruksi: metode untuk memperoleh moyang bersama dari suatu kelompokm


bahasa yang berkerabat dengan membandingkan ciri-ciri bersama
28

atau dengan menentukan perubahan-perubahan yang dialami


sebuah bahasa sepanjang sejarahnya.

Repertorium: sosiolinguistik, keseluruhan bahasa-bahasa atau variasi-variasi


yang dikuasai oleh seorang pemakai bahasa yang masing-masing
memungkinkannya untuk melakukan perananannya tertentu.

Resonator: benda yang bergetar serempak dengan benda lain dan yang
menguatkan frekuensi-frekuensi tertentu.

Respirometer: alat yang memberikan petunjuk tentang kapasitas paru-paru dan


perubahan volume paru-paru.

Retoris: majas yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu


dijawab

Retrofleksi: terjadi karena penyempitan ruang antara ujung lidah yang berkelok
dan alveolum.

Satuan: penggalan dari perilaku bermakna.sebelum diketahui sistemnya.

Satuan fonematis: unsur segmental yang tersisa setelah semua prosodi diabstraksikan.

Satuan gramatikal: satuan dalam bentuk bahasa.

Saussure, ferdinand de: karya yang juga berpengaruh dalam linguisti historis-komparatif,
mewarisi konsep-konsep tentsng langue, parole, diakronis, valensi,
dsb.

Satuan dasar: unsur bahasa.

Satuan emik: ujud yang dilihat dari sudut struktur bahasa.

Satuan etik: ujud yang dilihat dari sudut penyelidik bahasa.

Segmen: satuan bahasa yang diabstraksikan dari suatu kontinuum wicara


atau teks.

Segmental: berhubungan dengan segmen.

Sejarah linguistik: cabang ilmu yang menyelidiki perkembangan dan seluk-beluk ilmu
linguistik dari masa ke masa, serta mempelajari pengaruh ilmu-
ilmu lain dan pengaruh pelbagai pranata masyarakat terhadap
linguistik sepanjang masa serta pengaruh linguistik terhadap ilmu-
ilmu lain dan pranata sosial-budaya kecuali bahasa.

Semantik: bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan


dan juga dengan struktur makna suatu wicara.
29

Semantika: cabang semiotika yang mempelajari hubungan antara lambang dan


referennya.

Semantik filsafat: istilah umum untuk pendekatan filosofis terhadap makna dalam
bahasa.

Sematik generatif: teori semantik dalam aliran transformasi generatif yang


mengganggap bahwa tidajk perlu adanya perbedaan antara tingkat
semantik dan tingkat struktural batin.

Semantik gramatikal: penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-


hubungan dalam pelbagai tataran gramatikal.

Semantik historis: bagian dari linguistik historis yang menyelidiki perubahan-


perubahan makna.

Semantik kognitif: teori semantik dalam paradigma kognitif yang memperlakukan makna
sebagai konseptualisasi.

Semantik kombinatoris: cabang semantik yang menyelidiki hubungan antara makna kalimat
dan makna kata atau makna morfem yang membentuknya.

Semanti leksikal: penyelidikan makna unsur-unsur kosakata dalam suatu bahasa


pada umunya.

Semantik semesta: unsur dan sistem makna yang tidak terikat pada satu bahasa
apapun.

Semantik struktural: istilahumum untuk pendekatan kepada semantik yang menekankan


hubungan makna antara kata atau kelomok kata.

Semantik umum: ajaran tentang makna dalam komunikasi bahasa yang menolak
ajaran aristoteles bahwa kata hanya mempunyai satu makna
leksikal.

Semi-idiom: konstruksi yang salah satu anggotanya memiliki makna biasa,


anggota yang lain memiliki makna khusus dalam konstruksi itu
saja.

Semiotika: ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.

Semivokal: bunyi nahasa yang mempunyai ciri vokal maupun konsonan,


mempunyai sedikit geseran dan tidak muncul sebagai inti suku
kata.

Sempadan: unsur, grafemis, fonologis, atau gramatikal yang menandai batas


antara satuan-satuan bahasa seperti kata atau frase.

Sendi gramatikal: jeda sintaksis pada batas klausa dan kalimat.


30

Sengau: bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga
mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.

Silaba: bersangkutan dengan inti suku kata.

Silabis: bersangkutan dengan inti suku kata.

Silabisasi fonemis: penyukuan kata yang didasarkan pada struktur fonem bahasa yang
bersangkutan.

Silabisasi fonetis: penyusukuan kata yang didasarkan pada realitas pengucapan yang
ditandai oleh satuan hembusan nafas dan satuan bunyi sonor.

Silabisasi morfologis: penyukuan kata yang memperhatikan proses morfologis ketika


kata itu dibentuk.

Silsilah: penggambaran dalam linguistik historis untuk menjelaskan


hubungan antara bahasa induk dan bahasa-bahasa turunan dalam
keluarga bahasa.

Simetri: prinsip bahwa bahasa cenderung mempunyai sistem yang simetris.

Similitud: gejala pengucapan bunyi dengan usaha seminimal mungkin.

Simulfiks: afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang tidak ditambahkan
atau dileburkan pada dasar.

Sinkop: proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada
tengah kata

Sinkronik: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang
terbatas, dan tidak melibatkan perkembangan historis.

Sinkronis: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang
terbatas.

Sintagma predikatif: hubungan tentang linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran
tertentu.

Sintagmatik: tentang hubungan linear antara unsur-unsur bahasa dalam tataran


tertentu

Sintaksis: hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang
lebih besar, atau antara stuan-satuan yang lebih besar itu dalam
bahasa.

Sistem: keseluruhan yang teratur m,asing-masing bagiannya menurut


kaidah-kaidah yang berkaitan untuk memungkinkan masyarkat
nahasa berkomunikasi.
31

Sistematis: bersangkutan dengan sistem atau mempunyai sistem, serba teratur,


mempunyai kaidah dan dapat diramalkan.

Spektograf: alat elektronik yang menganalisis dan memaparkan getaran-


getaran bunyi dalam bentuk frekuensi-jarak getaran, amplitudo-
lama getaran, dan intensitas-panjang atau skala getaran dalam
waktu tertentu.

Spektografik: alat utama dalam penyelidikan akustik wicara yang dapat


menyimpan 2,4 detik rekaman, kemudian rekaman itu dimainkan
beberapa kali dalam kecepatan tinggi melalui beberapa filter.

Standardisasi: berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku
atau statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal

Stilistika: ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya


sastra

Stop(hambat): bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat
sehimgga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara
tiba-tiba.

Striktur: hubungan posisional antara artikulator dan titik artikulasi dalam


pembentukan bunyi.

Substansi: medium yang memakai intik mengungkapkan bahasa baik yang


bersifat grafis maupun bersifat fonis.

Substantif: kata benda, berkaitan dengan sesuatu yang detail, rinci, mendalam
dan bisa juga diartikan sebagai bagian yang paling pokok/inti dari
sebuah hal.

Suarabakti: sebuah vokal antara dua konsonan yang membuat kedua konsonan
ini lebih mudah dilafazkan tetapi bukan merupakan sebuah fonem.

Sarkasme: suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau


menyinggung seseorang atau sesuatu.

Satire: gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan


atau seseorang.

Simbolisme: majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol


benda, binatang, atau tumbuhan.

Simile: majas yang mengungkapkan ungkapan secara tidak langsung


dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung.
32

Sinestesia: metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera


untuk dikenakan pada indera lain.

Sufiks: afiks yang ditambahkan pada bagian belakang pangkal.

Suku kata silabis: satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran.

Suprafiks: afiks yang berupa fonem suprasegmental.

Tautologi: penggunaan pelimpahan bahasa atau majas berupa pengulangan


gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih dan tidak diperlukan.

Tekanan: membedakan maksud dalam tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak


berfungsi membedakan makna dalam tataran kata (leksis).

Teknik sineradiograf: untuk mengetahui kedudukan lidah dengan tepat sewaktu penutur
gagap menghadapi masalah pemandekan yang dihadapi penutur
gagap.

Teknis: berhubungan dengan bidang spesialisasi tertentu.

Tempo: kecepatan artikulasi.

Teori linguistik: seperangkat hipotesis yang dipergunakan untuk menjelaskan data


bahasa.

Teori monogenesis: teori bahwa semua bahasa didunia berasal dari satu bahasa induk.

Tinggi nada: kualitas subyektif dari bunyi yang kompleks bergantung dari
frekuensi, kenyaringan, dan intensitas.

Tmesis: sebuah fenomena dalam ilmu linguistik di mana sebuah kata


disisipkan pada sebuah kata lainnya, mirip dengan sebuah infiks.

Tona: pada tataran kata, variasi-variasi pembeda makna.

Transformasi: kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan


menambah, mengurangi atau mengatur kembali konstituen-
kostituennya.

Transkripsi: pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis, biasanya dengan


menggambarkan tiapbunyi atau fonem dengan satu lambang.

Tril(getar): buni yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan dibuka
berulang-ulang secara cepat.

Trialis: kategori gramatikal jmlah untuk menunjukkan tiga hal atau benda
yang dipertentangkan dengan singularis, dualis, dan pluaris.
33

Triftong: inti suku kata yang kualitasnya ditandai oleh tiga tamber vokal
yang berbeda.

Totum pro parte: sebuah majas yang digunakan untuk mengungkapan keseluruhan
objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Ujaran: regangan wicara bermakna diantara dua kesenyapan aktual atau


potensial.

Unggah-unggah: sistem ragam bahasa menurut hubungan antara pembicara.

Unik: ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.

Universal: pendekatan-pendekatan dalam linguistik yang menganggap semua


bahasa di dunia ini mempunyai dasar yang sama dengan sistem
logika.

Unsur gramatikal: unsur bentuk yang dapat dipisahkan yang mempunyai fungsi
tertentu.

Unsur leksikal: satuan dari kosakata bahasa seperti kata atau frase yang
didaftarkan dalam kamus.

Umlaut: modifikasi atau perubahan vokal dari rendah ke vokal yang lebih
tinggi.

Uvular: terjadi karena penyempitan antara uvula dan belakang lidah.

Variasi: wujud berbagai manifestasi dari suatu satuan.

Velar: terjadi karena penyempitan antara belakang lidah dengan langit-


langit lembut.

Velarisasi: artikulasi bunyi bahasadengan dorsum diangkat kedaerah velum.

Velum: bagian belakang langit-langit lembut.

Verbs: kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan,


pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Verbalisasi: pengubahan kata atau frase menjadi verba dengan derivasi yang
sesuai.

Vokal: suara di dalam bahasa lisan yang di ciri khaskan dengan pita suara
yang terbuka sehingga tidak ada tekanan udara yang terkumpul di
atas glotis.
34

Vokativus: sebuah kasus yang artinya adalah nama panggilan.

Vokoid: bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau


penutupan pada daerah artikulasi.

Wacana: satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan


satuan gramatikal tertinggi atau tervesar.

Wacana langsung: kutipan bahasa yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau
pungtuasi.

Wacana tak langsung: pengungkapan kembali wacana tanpaa mengutip secara harfiah
kata-kata yang dipakai oleh pembicara.

Wicara: rkontinuum bunyi bahasa yang dipergunakan untuk


berkomunikasi.

Wicara egosentris: wicara yang mempertimbangkan kebutuhan pendengar.

Wicara esofagus: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan udara lewat kerongkongan,
dipakai oleh orang yang laringnya telah dibedah.

Zeroisasi: penghiklangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan


atau ekonomisasi pengucapan.
35

PENUTUP

A. Simpulan

Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas
unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan
antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga
dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena
setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam
memaknai sebuah ujaran atau kata.

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :

1. Pengertian (sense)

2. Nilai rasa (feeling)

3. Nada (tone)

4. Maksud (intention)

Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam
semantik.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fathimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. Bandung: Refika Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai