Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR MODUL 1

Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan 1 s.d.4, jawablah


pertanyaan berikut.

1. Jelaskan bidang kajian linguistik yang penting pada masa Yunani dan Romawi!
2. Buatlah kalimat kompleks dan analisislah berdasarkan aliran struktural!
3. Buatlah kalimat kompleks dan analisislah berdasarkan aliran tagmemik!
4. Jelaskan analisis fungsional antarkata dalam frasa dan antarklausa dalam
kalimat melalui contoh dalam bahasa Indonesia!

1. Bidang Kajian Penting pada Masa Yunani dan Romawi

a. Linguistik Zaman Yunani


Sejarah kajian linguistik dimulai oleh bangsa Yunani kuno. Faktor paling
penting yang mempengaruhi minat terhadap pengkajian ilmu linguistik dari bangsa
Yunani adalah:
1) Kesadaran adanya kontak bahasa yang terjadi antara bangsa Yunani
dengan bangsa-bangsa lain, serta pembagian dialek di antara penduduk
yang berbahasa Yunani. Beberapa filsuf Yunani seperti Herodotus dan
lain-lainnya mengutip dan membahas bahasa asing. Sementara Plato
bahkan mengakui bahwa dalam percakapan di Cratylus ditemukan
sebagian dari kosakata Yunani.
2) Karya pemikir-pemikir bangsa Yunani dalam bidang linguistik, menjadi
acuan bangsa Eropa. Penemuan pertama dalam ilmu linguistik adalah
penggunaan sistem Phoenicia, sistem itu sebagian besar berupa
seperangkat tanda-tanda konsonan. Pada pokoknya apa yang digunakan
orang Yunani adalah menerapkan tanda-tanda konsonan sistem tulisan
Ibrani yang melambangkan bunyi-bunyi vokal Yunani. Jadi huruf (alif) yang
melambangkan /?a/ dalam bahasa Phoenica menjadi huruf A (alfa) Yunani
yang melambangkan fonem vokal /a/.
3) Orang-orang Yunani juga menciptakan abjad yang berbeda untuk bunyi
vokal dan konsonan. Pada umumnya abjad Yunani bersifat fonemis.
Namun abjad Yunani tidak sepenuhnya begitu, dan tidak satu pun abjad
yang betul-betul fonemis, oleh karena itu perlu ada transkripsi fonemis.
Terutama, unsur-unsur suprasegmental dari nada yang berbeda (aksen).
Akan tetapi penciptaan suatu abjad untuk fonem-fonem segmental bahasa
Yunani tergantung pada analisis fonemis secara tidak sadar terhadap
bahasa itu ( atau dari setiap dialeknya).
4) Pencapaian bangsa Yunani dalam bidang linguistik merupakan bidang
yang paling mereka kuasai. Teori gramatikal dan deskripsi gramatikal
merupakan kajian yang cukup kuat dan patut terus diteliti secara seksama.

b. Linguistik Zaman Romawi


Ahli-ahli tata bahasa Romawi mengikuti model-model Yunani mereka tidak
hanya dalam anggapan-anggapan umum tentang bahasa saja, tetapi juga dalam
hal yang terperinci. Tata bahasa khas Romawi disusun, seperti tata bahasa
Dionysius Thrax. Salah satu tokoh Linguistik pada zaman Romawi adalah Varro
(116 – 27 SM). Varro adalah seorang penulis bangsa Latin pertama yang
bersungguh-sungguh mengenai masalah-masalah linguistik yang sampai
sekarang kita miliki catatan-catatannya. Salah satu aspek utama dari karya
linguistik Varro adalah penjelasannya dan upayanya untuk memberikan
keterangan tentang pertentangan anomali dan sejumlah besar deskripsi dan
analisis bahasa Latin tampak dalam pembahasannya mengenai masalah ini.
Varro dan “De Lingua Latina” yang dibicarakan dalam buku De Lingua
Latina antara lain:
1) Etimologi, adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta
artinya.
2) Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan
pembentukannya. Menurut Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak
dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum.
3) Kelas kata Latin terbagi dalam 4 bagian: kata benda, partisipel, kata kerja,
adverbium
Karya tata bahasa Priscian adalah penanda zaman linguistik tradisional
yang menjembatani antara zaman kuno dan zaman pertengahan dalam ilmu
pengetahuan linguistik. Buku tata bahasa Priscia terdiri dari 16 jilid mengenai
morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis.
Jenis kata dalam tata bahasa Priscian ada delapan, yaitu:
1) Nomen/nomina (sekarang disebut adjektiva); menunjukkan zat dan sifat serta
memberi sifat umum dan sifat khas pada setiap orang atau suatu benda.
2) Verbum/verba; cirinya menunjukkan suatu perbuatan, verba memiliki bentuk
kala dan perasaan namun tidak terinfleksi kasus.
3) Participum/partisipal, merupakan golongan kata yang selalu dapat diacu
secara derivasional kepada verba, yang memiliki kategori verba dan nomina
(kala dan kasus) dan karena itu berbeda dari keduanya.
4) Pronomen/pronominal. Pronomen mampu menggantikan nomina dan
kekhususannya dalam persona (pertama, kedua dan ketiga).
5) Adverbium/adverbia yang berciri digunakan dalam konstruksi sebuah verba ,
yang secara sintaksis dan semantik ditentukan oleh verba.
6) Praepositio: preposisi yang berciri digunakan sebagai sebuah kata terpisah
di depan kata-kata berinfleksi kasus dan dalam komposisi sebelum kata-kata
berinfleksi kasus maupun tidak kasus.
7) Interiectio : interjeksi adalah golongan kata yang secara sintaksis bebas dari
verba dan menunjukkan perasaan atau pikiran.
8) Coniunetio : konjungsi yang berciri menggabungkan secara sintaksis dua
atau lebih anggota suatu golongan kata lain, yang menunjukkan hubungan
antara keduanya.

2. Contoh Analisis Kalimat Kompleks Berdasarkan Aliran Struktural


Contoh kalimat kompleks:
Anak camat yang ganteng itu membeli dua kilogram buah anggur dan seekor
burung merpati.

Analisis bahasa atas strukturnya berkenaan dengan analisis atas kata dan kalimat.
Cara analisis yang dilakukan meliputi analisis rangkaian unsur, analisis proses
unsur, analisis unsur bawahan langsung, analisis struktur kata, dan analisis
struktur kalimat.

a. Analisis rangkaian unsur


Dalam kalimat kompleks di atas terdapat kata membeli dan seekor. Analisis
rangkaian unsur untuk kata membeli adalah satuan membeli terdiri dari meN-
+ beli. Bentuk satuan seekor terdiri dari se- + ekor.
b. Analisis proses unsur
Masih tentang kata membeli dan seekor pada kalimat di atas. Menurut analisis
proses unsur, bentuk membeli adalah hasil dari proses prefiksasi meN- dengan
dasar beli, sedangkan bentuk seekor adalah hasil dari proses prefiksasi se-
dengan dasar ekor.

c. Analisis unsur bawahan langsung


Berdasarkan analisis unsur bawahan langsung, bentuk anak camat yang
ganteng pada kalimat kompleks di atas menghasilkan analisis sebagai berikut.
Analisis terhadap anak camat yang ganteng dapat menghasilkan hasil analisis
“yang ganteng adalah si anak” dan “yang ganteng adalah si camat”. Hasil
analisis itu akibat unsur langsung yang dianalisis berbeda, yaitu antara unsur
anak dan camat, dan unsur langsung antarunsur di dalam camat yang ganteng.

d. Analisis struktur kata (struktur morfologi)


Berdasarkan analisis struktur kata, kalimat ‘Anak camat yang ganteng itu
membeli dua kilogram buah anggur dan seekor burung merpati.’ menghasilkan
analisis sebagai berikut.
anak {anak}
camat {camat}
yang {yang}
ganteng {ganteng}
itu {itu}
membeli {beli} {meN-}
dua {dua}
kilogram {kilogram}
anggur {anggur}
dan {dan}
seekor {ekor} {se-}
burung {burung}
merpati {merpati}
e. Analisis struktur frasa dan kalimat (struktur siktaksis)
1) Struktur Frasa
a) anak camat yang ganteng itu (N + FN)/(FN + FP)
b) dua kilogram (Num + Kata Penggolong)
c) buah anggur (N + N)
d) dua kilogram buah anggur (FNum + FN)
e) burung merpati (N + N)
f) seekor burung merpati (Num + FN)
2) Struktur kalimat
Anak camat yang ganteng itu membeli dua kilogram buah anggur dan
seekor burung merpati (S) (P) (O)
S = anak camat yang ganteng itu
P = membeli
O = dua kilogram buah anggur dan seekor burung merpati

3. Contoh Analisis Kalimat Kompleks Berdasarkan Aliran Tagmemik


aliran tagmemik berpendapat bahwa satuan dasar sintaksis tidak dapat hanya
dinyatakan fungsinya saja, seperti subjek + predikat + objek. Juga, tidak hanya
menyatakan deretan bentuk seperti frase nominal + frase verba + frase nomina
melainkan harus dinyatakan bersamaan dan ditambahkan peran pengisi
makna. Contoh analisis tagmem dalam kalimat bahasa Indonesia.

S Pron P Vt O N K FP
Kami mengerjakan tugas dengan semangat tinggi
.

4. Analisis Fungsional Antarkata dalam Frasa dan Antarklausa dalam


Kalimat
Contoh kalimat:
Kami mengerjakan tugas akhir dengan semangat tinggi.
a. Hubungan fungsional antarkata dalam frasa
Dalam kalimat di atas terdapat 2 frasa, yaitu tugas akhir dan dengan
semangat tinggi.
Kata tugas berhubungan lekat dengan kata akhir, sedangkan kata dengan
berhubungan lekat dengan frasa semangat tinggi, dan kata semangat
berhubungan lekat dengan kata tinggi.
Pada konstruksi tugas akhir, kata tugas sebagai inti dan kata akhir sebagai
pewatas. Kedua kata ini membentuk satuan sintaksis berupa frasa. Fungsi
kata akhir sebagai pewatas membatasi makna pada kata tugas. Maknanya
tidak lagi mengacu pada semua tugas, tetapi hanya tugas yang berada di
akhir (kegiatan). Makna gramatikal yang terbentuk adalah keberadaan
yang berarti tugas yang berada di akhir, bukan tugas yang berada di awal
atau tengah.
Pada konstruksi semangat tinggi, semangat sebagai inti dan kata tinggi
sebagai pewatas. Kedua kata ini membentuk satuan sintaksis berupa
frasa. Fungsi kata tinggi sebagai pewatas membatasi makna pada kata
semangat. Maknanya tidak lagi mengacu pada semua semangat, tetapi
hanya semangat dengan keadaan tinggi. Makna gramatikal yang terbentuk
adalah keadaan yang berarti semangat dengan keadaan tinggi, bukan
semangat dengan keadaan rendah atau menengah.

b. Hubungan fungsi antarunsur dalam frasa


Frasa tugas akhir merupakan frasa endosentris karena berfungsi dan
berdistribusi sama dengan salah satu anggota pembentukannya.
Kalimat:
1) Kami mengerjakan tugas akhir dengan semangat tinggi.
2) Kami mengerjakan tugas dengan semangat tinggi.

Frasa tugas akhir pada kalimat (1) memiliki distribusi sama dengan kata
tugas pada kalimat (2). Kata tugas termasuk golongan nomina sehingga
frasa tugas akhir termasuk golongan frasa nomina.
Frasa tugas akhir tergolong frasa endosentris juga dikarenakan
mempunyai unsur inti dan unsur pewatas.
Frasa dengan semangat tinggi termasuk golongan frasa eksosentris
karena konstruksi frasa tidak berfungsi dan berdistribusi sama dengan
semua unsur pembentuknya.
1) Kami mengerjakan tugas akhir dengan ....
2) Kami mengerjakan tugas akhir ... semangat tinggi.
Pada frasa dengan semangat tinggi, kata dengan berfungsi sebagai
perangkai, sedangkan semangat tinggi berfungsi sebagai sumbu.

c. Hubungan antara kata dengan frasa atau antarfrasa


Pada kalimat ‘Kami mengerjakan tugas akhir dengan semangat tinggi.’,
hubungan kata kami, kata mengerjakan, frasa tugas akhir, dan frasa
dengan semangat tinggi saling berhubungan secara fungsional pada
tataran yang lebih tinggi, yaitu klausa.
1) Kata kami berfungsi sebagai subjek dengan perannya sebagai pelaku
dari perbuatan mengerjakan.
2) Kata mengerjakan berfungsi sebagai predikat dengan peranannya
sebagai perbuatan.
3) Frasa tugas akhir berfungsi sebagai objek dengan peranannya
sebagai sasaran dari perbuatan mengerjakan.
4) Frasa dengan semangat tinggi berfungsi sebagai keterangan dengan
perannya sebagai cara dalam mengerjakan.

d. Hubungan antarklausa dalam kalimat


Pada kalimat ‘Kami mengerjakan tugas akhir agar lulus.’, ada dua klausa
yang berhubungan secara fungsional dalam kalimat ini.
1) Kami mengerjakan tugas akhir sebagai klausa inti (klausa utama)
2) (Kami) lulus berfungsi sebagai klausa bawahan.
Hubungan antarklausa ini menghadirkan makna menyatakan tujuan,
yakni menyatakan tujuan atau hasil yang diharapkan dari tindakan pada
klausa utama.

Anda mungkin juga menyukai