Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan
salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun,
dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan
bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki
kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan
kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar
adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan
yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa
yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita
menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan
psikologis tentang belajar.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk
komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.
Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses
interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi
dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak
disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan
keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian
proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang
tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai
suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh.
Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta
mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta
kesadaran diri sebagai pribadi.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman.

1
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen,
1961, p. 216).
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda
dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran,
tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli
psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam
percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus
yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan
asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan
pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu
menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons
refleksif.

B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik.?
2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik.?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar progresivistik.?
4. Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruksivistik.?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang teori belajar behavioristik.
2. Untuk mengetahui tentang teori belajar humanistik.
3. Untum mengetng tentang teori belajar progresivistik.
4. Untuk mengetahui ttang teori belajar konstruksivistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui bersama mengenai pendidikan tentunya tidak lepas
dari yang namanya pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali
pemikiran-pemikiran yang timbul dari beberapa pihak tentang proses belajar itu
sendiri. Pemikiran-pemikiran yang timbul ini seiring berjalannya waktu maka
akan berkembang hingga menjadi teori-teori belajar. Dalam hal ini kita akan
membahas tentang teori-teori belajar yaitu ada empat yang diantaranya teori
belajar behavioristik, humanistik , progressivistik, dan konstruktivistik. Berikut
adalah penjelasannya.

1.Teori Belajar Behavioristik


Behavioristik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
individu. Behavioristik memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behavioristik hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut
pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Beberapa tokoh besar dalam aliran behavioristik antara lain adalah :
a.Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia
mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk

3
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam
percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada
anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas
untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu
terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri
di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu
tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam
belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori
ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan
pribadi dihiraukan.

b.Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike
menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam
penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal
ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar
dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap
berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

2. Teori Belajar Humanistik


Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya
dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu
adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalam
pendidikan. Dalam artikel What is Humanistik Education?, Krischenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik
dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe
pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan
ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel some educational implications of the Humanistic
Psychologist Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit
seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian

4
setelah sakit tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik
biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif
ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran
interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan
yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai
perilaku manusia. Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan
bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan
lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik,
tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi
bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu
potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan
mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita
dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Tokoh-Tokoh Teori Belajar

3. Teori Belajar Progresivistik


Menurut Bahasa Indonesia progresivistik dapat diartikan sebagai
suatu suatu aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Kata
progress pada dasarnya adalah suatu kata baru yang baru bisa di pahami dan
dimengerti maksud dan arti yang sebenarnya pada abad ke 19, namun tidak dapat
disangkal lagi bahwa maksud dari kata tersebut dewasa ini telah dipergunakan dan
dikenal di dalam segala pengalaman hidup kita yang mengandung ide oerbaikan
dalam segala sektor kehidupan, seperti politik, masalah-masalah kemasyarakatan,
hubungan kemanusiaan, kehidupan keluarga, perawatan anak didalam segala
keadaan kehidupan termasuk juga bidang agama.Progresivisme berkembang sejak
zaman yunani purba, meskipun baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad
ke 19.
Jhon Dewey adalah seorang professor di univarsitas Chicago dan
Columbia(Amerika). Teorinya tentang sekolah adalah progresivisme yang
menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran itu sendiri.

5
Maka muncullah child centered kutikulum dan child centered school.
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini di banding masa depan yang belum
jelas, seperti yang di ungkapkan dewey dalam bukunya my pedagogical creed,
bahwa pendidikan adalah proses dari kehidipan dan bukan persiapan masa yang
akan datang. Aplikasi ide dewey anak-anak banyak yang berpartisipasi dalam
kegiatan fisik baru peminatan.
Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi
meski demikian namanya sering pula dihubungkan dengan versi pemikiran yang
disebut instrumentalisme.Dapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam
hubungan dengan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktik.Ia
terkenal oleh internasional berkat sumbangan pemikirannya terhadap filsafat
pemdidikan progresivisme Amerika. Ia tidak hanya berpengaruh dalam kalangan
ahli filsafat professional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya yang
fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik adan ilmu
jiwa.
Untuk pandangan Guru menurut pandangan filsafat progresivistik adalah
sebagai penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang
otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak
di bidang anak didik maka secara otomatis semestinya ia akan menjadi penasihat
ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik adalah membantu peserta didik
atau murid bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga
pesrta didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam suatu
lingkungannya yang berubah.
Teori progresivisitik ini menempatkan pesrta didik pada posisi sentral dalam
melakukan pembelajaran.karena murid mempunyai kecenderungan alamiah untuk
belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki
kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya.
Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada murid suatu
minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Anak didik adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dibanding dengan
makhluk-makhluk lain karena peserta didik mempunyai potensi kecerdasan yang
merupakan salah satu kelebihannya.Oleh karenanya setiap murid mempunyai
potensi kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi dan memecahkan
permasalahan-permasalahannya.Tugas guru adalah meningkatkan kecerdasan
potensial yang telah dimiliki sejak lahir oleh setiap murid menjadi kecerdasan
realitas dalam lapangan pendidikan untuk dapat merespon segala perubahan yang
terjadi di lingkungannya.

4. Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

6
terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dengan teori konstruktivisme
siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih menekankan
Pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan
pada untuk meneiswa mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk
berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajitif
serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.
Hal yang terpenting dalam teori ini ialah bahwa dalam suatu proses
pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan dan siswalah yang
harus aktif dalam mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Peserta didik
perlu dibiasakan untuk memecah masalah dan menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya sendiri dan juga bergelut dalam ide-ide. Penekakan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan karena kreativitas dari siswa yang akan
membantu mereka berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa itu sendiri.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan
anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan


individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan
setiap persoalan yang dihadapi.

2.Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang


memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan

3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat


dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.Artinya, bahwa siswa
harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya.Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan

7
sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak guru.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga


penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut.Pertama adalah
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.Kedua
adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
bermakna.Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang
diterima.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam


teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek
dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang
mereka miliki.
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
3. Strategi siswa lebih bernilai, dan
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
(1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
bahasa sendiri.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa.
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam
mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan ada beberapa
teori belajar yaitu behavioristik,humanistik,progresivistik,dan konstruksivistik
merupakan sejumlah teori yang memiliki arti yang berbeda serta konsep yang
berbeda dan pemahaman teori. Dari siswa memiliki proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang
menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru serta harus meningkatkan
kwalitas diri dari siswa itu sendiri.
Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki
kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.Manfaat dari beberapa
teori belajar adalah :
1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,
2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,
3. Memandu guru untuk mengelola kelas,
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil
belajar siswa

B. Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya
dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan
benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan
memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran,
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-
out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Zainal Arifin,Ahmad.2011. Handout Kuliah Ilmu Pendidika. Yogyakarta :

Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Tirtaraharjda,Umar.1995.Buku Pengantar Pendidikan( Edisi Revisi).Jakarta :


Grasindo

10

Anda mungkin juga menyukai