Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN STUDI MINAT MEMBACA

MAHASISWA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan manusia untuk
memperoleh suatu informasi dengan cepat. Perkembangan tersebut secara tidak langsung
menuntut masyarakat yang gemar mencari informasi berupaya agar tidak ketinggalan zaman.
Salah satu proses mencari informasi yang efektif dan paling mudah di lakukan melalui
kegiatan membaca.

Menurut Ase S. Muchyidin (1980) membaca adalah proses penafsiran lambang dan
pemberian makna terhadapnya. Kegiatan membaca tersebut merupakan kemampuan pokok
bagi setiap individu, karena dengan membaca dapat membuka wawasan dan pengetahuan.
Memang tidak ada sangsi bagi individu yang malas membaca, akan tetapi salah satu dampak
bagi individu yang malas membaca maka akan tertinggal dari peradaban modern atau dengan
kata lain akan ketinggalan zaman, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang masih perlu wawasan yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas
masyarakat. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang baik, seseorang diharapkan
sering melakukan kegiatan membaca sehingga dibutuhkan minat baca.

Menurut Pawit M. Yusuf (1990:56) minat adalah kesenangan dan perhatian yang terus
menerus terhadap suatu objek karena adanya pengharapan akan memperoleh
kemanfaatannya. Menurut survey minat baca masyarakat Indonesia tergolong masih rendah,
situasi tersebut dapat dilihat dari laporan penelitian.

Data dalam dokumen UNDP dalam Human Development Report 2000, bahwa angka
melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah
mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan
AS umumnya sudah mencapai 99,0 persen. Dengan kondisi seperti itu, maka tidak heran bila
kualitas pendidikan di Indonesia juga buruk. Dalam hal pendidikan, survei The Political and
Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001,
menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti. Berdasarkan
survei UNESCO pada tahun 2011. Hasil survey lembaga UNESCO (United Nation Education
Society and Cultural Organization) ada tahun 2011, juga menemukan fakta bahwa indeks
membaca masyarakat Indonesia betul-betul rendah yaitu baru sekitar 0,001. Artinya dari
seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Angka ini
masih sangat jauh dibandingkan dengan angka minat baca di Amerika dan Singapura, apalagi
Jepang. Amerika memiliki indeks membaca 0,45 dan Singapura memiliki indeks 0,55. Jepang
memiliki indeks 17 koma sekian. Bahkan budaya baca masyarakat Indonesia berada di urutan
ke-38 dari 39 negara dan merupakan yang paling rendah di kawasan ASEAN.

Menurut Andy F. Noya, host acara Kick &Andy yang juga duta baca 2011, “Potensi
bangsa Indonesia sangat tinggi secara kuantitas. Namun, fakta membuktikan bahwa kondisi
minat baca di Indonesia berdasarkan temuan UNDP tahun 2010, Human Development
Indeks, masih sangat rendah, berada di peringkat 112 dari 175 negara. Menurut data yang
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menunjukkan bahwa masyarakat lebih
banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio
(40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).

Harian Kompas, terbitan 12 Juni 2009. Minat mahasiswa untuk membaca berbeda
dengan mahasiswa sebelum era modern. Harian tersebut berisi tentang banyaknya literatur
dan penerbit buku tidak mempengaruhi minat membaca mahasiswa. Sebelum era modern,
saat fasilitas masih terbatas para mahasiswa mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi
untuk membaca. Pembangunan perpustakaan dan pembelian referensi yang banyak
nampaknya kurang menyentuh minat mahasiswa untuk membaca literatur yang berkaitan
dengan mata kuliah yang diambil.

Salah satu karateristik kampus sebagai institusi akademik adalah aktivitas civitas
akademik yang didalamnya terus-menerus menggali dan mengasah ilmu pengetahuannya
dengan membaca. Membaca buku merupakan salah satu aktivitas belajar yang efektif untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan membaca mahasiswa ataupun dosen dapat
memperoleh pengetahuan dengan cepat dan mudah karena tinggal memilih buku yang akan
dibaca, membukanya dan mulai membaca kata-perkata. Oleh karena itulah membaca
semestinya menjadi aktivitas pokok civitas akademika khususnya mahasiswa.

Mahasiswa adalah salah komponen civitas akademik yang sedang menuntut ilmu
pengetahuan, sehingga membaca semestinya menjadi agenda pokok mahasiswa. Sehingga
akan menjadikan sumber inspirasi, sumber pengetahun dan mengasah kekritisan mahasiswa.
Kenyataannya saat ini muncul permasalahan dimana minat mahasiswa dalam membaca
sangat rendah. Gejala enggan membaca telah menggerogoti para mahasiswa saat ini, Kepala
Perpustakaan Nasional, Dady P Rachmananta (2003) pada konferensi pers dalam rangka Hari
Aksara Nasional (HAN) mengungkapkan Kalangan berpendidikan tinggi seperti mahasiswa
memiliki minat membaca yang relatif rendah. Masih banyak mahasiswa yang bisa lulus
tanpa sekali pun pernah ke perpustakaan. Gejala mahasiswa yang malas untuk membaca
merupakan gejala umum yang menghinggapi, membaca buku merupakan salah satu aktivitas
belajar yang efektif untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, namun Gejala malas
membaca telah ada pada para mahasiswa saat ini.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan, yaitu:

1 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat membaca mahasiswa?


2 Apa saja yang dilakukan mahasiswa untuk mengisi waktu luang?
3 Apa saja yang harus dilakukan untuk mempengaruhi minat baca mahasiswa?
4 Buku apa saja yang sering dibaca oleh mahasiswa?
5 Bagaimana minat membaca mahasiswa di perpustakaan?
1.3. Batasan Masalah
Berdasaran pemaparan peneliti pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah
di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada minat membaca mahasiswa FIP UNJ
yang dibagikan untuk mahasiswa jurusan BK, MP, TP, PAUD, dan PLS.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:

1 Minat membaca mahasiswa masih rendah


2 Pemanfaatan perpustakan kampus yang kurang optimal dalam kegiatan kampus
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Minat


Aktifitas membaca akan dilakukan oleh atau tidak sangat ditentukan oleh minat
individu terghadap aktivitas tersebut. Di sini tampak bahwa minat merupakan motivator yang
kuat untuk melakukan suatu aktifitas.
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan
seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.
Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang
mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati
suatu aktivitas disertai rasa senang. Meichati (1972) mengartikan minat adalah perhatian yang
kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu
aktivitas.
Minat mengandung arti keinginan memperhatikan atau melakukan sesuatu. Minat
juga berarti sesuatu yang disenangi tanpa terkait atau terpaksa. Menurut Pawit M. Yusuf
(1990: 56) minat adalah kesenangan atau perhatian yang terus menerus terhadap suatu objek
karena adanya pengharapan akan memperoleh kemanfaatannya. Aspek minat terdiri dari
aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek
dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka, tidak
senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut.
Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu
yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari perasaan senang tersebut
timbul keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan apa yang telah membuatnya
senang dan bahagia. Slameto (1987: 57) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
sesorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti
dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih
mudah dipelajari karena minat menambah dorongan untuk belajar.
Menurut Hurlock (1999: 114), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini akan mendatangkan
kepuasan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu sikap batin dari dalam diri
seseorang yang merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta
dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul dari dorongan batin seseorang.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu
dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

2.2. Pengertian Membaca


Dalam mencari informasi dan memperluas cakrawala pengetahuan, membaca
mempunyai arti penting. Dalam studi ilmu pengetahuan, hampir semuanya diperoleh dengan
membaca. Apabila seseorang bisa membaca dia akan dapat mengenal kata-kata, gambar-
gambar, mengetahui, mengerti dan menghayati ide yang dikemukakan oleh pengarang yang
terdapat dalam suatu bacaan. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari
kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses
untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Sedangkan
menurut Ase S. Muchyidin (1980: 12) membaca adalah proses penafsiran lambang dan
pemberian makna terhadapnya.
Dari pengertian ini terungkap bahwa kegiatan membaca bukanlah semata-mata proses
visual saja, akan tetapi melibatkan dua macam informasi, yaitu pertama yang datangnya dari
apa yang ada di depan mata kita, dan yang kedua datangnya dari belakang mata kita. Hasil
akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dalam bacaan.
Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran
terhadap bahan yang dibaca. Yang dimaksud dengan kepandaian membaca tidak hanya
menginterpretasikan huruf-huruf, gambar-gambar, dan angka-angka saja, akan tetapi yang
lebih luas daripada itu ialah kemampuan seseorang untuk dapat memahami makna dari suatu
yang dibacanya. Batasan membaca menurut Edward L. Thorndike yang dikutip oleh Nurhadi
(1987: 13) adalah; “Reading as Thinking and Reading as Reasoning”, yang artinya adalah,
bahwa proses membaca itu sebenarnya tidak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang
berpikir dan bernalar. Dalam proses membaca ini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti,
mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis,
mengorganisasikan, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
Jadi, dalam membaca diperlukan intelektual yang tinggi.
Salah satu aspek intelektual adalah minat. Seseorang yang mempunyai minat dan
perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu dapat dipastikan akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap minat tersebut dibandingkan dengan orang yang kurang
berminat terhadap topik tersebut.
Selain itu, membaca merupakan suatu bentuk komunikasi antara pembaca dan media
cetak yang dibacanya sebagai wakil dari penulisnya. Suatu komunikasi yang baik menuntut
suatu pengalaman linguistik yang erat hubungannya dengan segi-segi ekspresi. Karena itulah
membaca merupakan kegiatan intelektual yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan
tindakan yang positif. Oleh karena itu, Sunindyo (1976: 2) mengatakan, bahwa membaca
sangat bermanfaat, karena:
a. Dapat mengisi waktu luang dengan kesibukan yang berguna;
b. Dapat menambah pengetahuan;
c. Dapat meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan hobi, olahraga, dan seni
yang sesuai dengan keperluannya sendiri;
d. Dapat mengembangkan watak dan perilaku yang baik;
e. Dapat memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan yang ada dalam masyarakat.
Mudjito (1993) menyebutkan bahwa dengan membaca seseorang antara lain dapat:
a. Mengisi waktu luang;
b. Mengetahui hal-hal yang aktual yang terjadi di lingkungannya;
c. Memuaskan pribadi yang bersangkutan;
d. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari;
e. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut;
f. Meningkatkan pengembangan diri sendiri;
g. Memuaskan tuntutan intelektual
h. Memuaskan tuntutan spiritual, dan lain-lain.
Membaca adalah aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang
datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga dapat dikatakan
sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan dari
kemampuan yang bersifat instingtif atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu,
proses membaca dilakukan oleh orang yang dapat membaca merupakan usaha mengolah dan
menghasilkan sesuatu melalui penggunaan membaca. Menurut Nurhadi (1987: 123), ada
empat modal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memperlancar proses membacanya,
antara lain: “pengetahuan dan pengalaman, kemampuan berbahasa (kebahasaan),
pengetahuan tentang teknik membaca, dan tujuan membaca”.
Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang
kompleks. Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna dan memperoleh
pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sehingga
diperoleh pemahaman terhadap bacaan. Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang
berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Orang yang melakukan aktivitas tentunya
mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian juga dalam kegiatan membaca. Seseorang
yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang
yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan.

2.2.1. Tujuan Membaca


Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan. Begitu
pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum
melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh
oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan tersebut
didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing. Berdasarkan pendapat Rahim (2008:11),
adapun macam-macam tujuan membaca yaitu: (1) kesenangan; (2) menyempurnakan
membaca nyaring; (3) menggunakan strategi tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya
tentang suatu topik; (5) mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah
diketahuinya; (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7)
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari
tentang struktur teks; (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

2.2.2. Faktor-faktor Dalam Membaca


Menurut Pandawa, dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses
pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2) faktor afektif, 3) faktor teks
bacaan,dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan,
pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir) seseorang. Faktor kedua
berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan
tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur,
isi bacaan, dan penggunaan bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat
kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan
unsur-unsur kewacanaan.
2.3. Pengertian Minat Baca
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat
membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Sinambela
(1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa ketertarikan dalam
diri individu terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat
meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dam kesadaran akan manfaat membaca.
Berdasar pendapat-pendapat di atas maka minat membaca adalah kekuatan yang
mendorong individu untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas
membaca sehingga mereka melakukan aktivitas membaca dengan keinginan sendiri. Secara
operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat
dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga
mengarahkan individu untuk membaca dengan kemauannya sendiri.
Minat baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang. Akan tetapi
minat baca harus dipupuk dan dibina sejak usia dini. Menurut Singer sebagaimana dikutip
oleh Dewi (1997: 10) menyatakan, bahwa minat bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang
begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan. Apakah seseorang
menaruh minat atau tidak, ini tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh
selama hidupnya.
Sehubungan dengan itu, pemupukan minat haruslah dilakukan sejak dini (kanak-
kanak) agar seseorang akrab dengan buku. Jika tidak dibiasakan bersahabat dengan buku
sejak dini akan sulit memupuknya pada masa dewasa. Kalaupun bisa akan semakin banyak
hambatan yang dihadapi.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur perhatian,
kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya
terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan
rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu
merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.

2.3.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca


Ada beberapa faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat baca masyarakat.
Faktor-faktor tersebut adalah; (1) rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip,
pengetahuan dan informasi, (2) keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti
tersedianya bahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam, (3) keadaan lingkungan
sosial yang kondusif, maksudnya adanya iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu
tertentu untuk membaca, (4) rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual, dan
(5) berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani.
Minat baca merupakan potensi yang sudah ada di dalam diri setiap orang yang
terdapat dalam otak manusia sejak masa kosepsinya (pembuahan) dalam rahim ibu. Potensi
itu akan tumbuh dan berkembang setelah dilahirkan ke dunia, tergantung dari faktor
dorongan yang tersedia, situasi dan kondisi, lingkungan kehidupan dari sistem yang berlaku.
Menurut Baderi, paling tidak ada lima faktor yang turut mempengaruhi minat baca seseorang,
yaitu; (1) Dorongan dari dalam, (2) Lingkungan Keluarga, (3) Lingkungan masyarakat, (4)
Lingkungan sekolah/pendidikan, dan (5) Sistem pendidikan nasional.
1 Faktor Intrinsik : Upaya pembinaan dan peningkatan minat baca secara sistematis
merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perpustakaan di samping aspek-aspek
lainnya. Dalam melaksanakan pembinaan dan peningkatan minat baca banyak
kendala-kendala yang terasa dari dalam perpustakaan sendiri yang disebut sebagai
faktor intrinsik.
2 Faktor Ekstrinsik : Selain faktor-faktor intrinsik, faktor-faktor ekstrinsik juga
mempengaruhi pembinaan dan peningkatan minat baca. Yang dimaksud dengan
faktor-faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang berada di luar perpustakaan, namun
mempengarui pembinaan dan pengembagan minat baca yang menjadi salah satu tugas
dan tanggung jawab perpustakaan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan menggali informasi lebih jauh tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca mahasiswa dalam aktivitasnya di kampus.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dosen, mahasiswa dan pihak
perpustakaan di UNJ untuk membantu meningkat kan minat membaca mahasiswanya.

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian


3.2.1. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah 18 Februari 2014
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gd. Daksinapati Ll.3 Fakultas Ilmu Pendidikan
Kampus A Universitas Negeri Jakarta.

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2002).


Populasi dapat berupa manusia, bendan gejala-gejala, pola hidup, tingkah laku, dan
sebagainya. Ada dua macam populasi dalam penelitian yaitu; populasi terhingga
terdiri dari elemen yang sukar dicari batasannya. Peneliti menentukan populasi dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
dalam minat membaca buku.

3.3.2. Sample Penelitian

Menurut Arikunto, “sampel adalah sebagian atau merupakan wakil dari


populasi yang diteliti”. Sample dari penelitian ini adalah Mahasiswa laki-laki dan
perempuan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dari angkatan 2011 dan 2012.
Peneliti membagi sebanyak 25 angket masing-masing 5 angket untuk jurusan yang
ada di Fakultas ilmu Pendidikan, yaitu BK, MP, PAUD, TP, PLS.
3.3.3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Menurut Singgih
Santoso dan Fandy Tjiptono, Simple random sampling merupkan salah satu bentuk
dari sampel kesempatan (probability sampling), dimana populasi memiliki peluang
spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel (2004, 84).

3.4. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, maka penelitian yang tepat untuk
digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian diskriptif
adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang suatu permasalahan. Dalam penelitian
ini variabel yang digunakan adalah satu variabel yaitu minat mahasiswa terhadap membaca.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang minat mahasiswa untuk
membaca di Fakultas Ilmu Pendidikan. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data
kuesioner yaitu:

1 Tahap persiapan : Peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di


Universitas Negeri Jakarta
2 Tahap pelaksanaan meliputi:
a. Menyebarkan angket secara random kepada mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan yang terbagi kedalam 5 jurusan yaitu BK, MP, TP, PAUD, dan
PLS. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Petugas Perpustakaan FIP
UNJ Kampus A.
b. Setelah pengisian angket, maka peneliti memeriksa jumlah kuesioner dan
memeriksa kelengkapan jawaban responden.
1) Melakukan tabulasi data yang telah diperoleh
2) Melakukan analisis data
3) Menyimpulkan hasil yang telah diperoleh dari hasil analisis data.
3 Tahap pelaporan : Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk proposal penelitian
deskriptif.
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventori
Minat Siswa Model Safran (Safran Students Interest).

Kuesioner menurut Arikunto (2002) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang


digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui”. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran
yang disebut likert. Menurut Kinnear, skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap sesuatu seperti setuju tidak setuju, senang tidak senang, dan
baik tidak baik. Dengan kata lain, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel,
kemudia indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyususn item-item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi sangat positif sampai sangat negatif.

Adapun jawaban dari item-item angket menggunakan skala likert dinilai dengan skor
sebagai berikut:

Sesuai Tidak Sesuai

Positif 1 0

Negatif 0 1

Hal yang terpenting dalam penelitian adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel. Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu minat mahasiswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Metode yang
digunakan untuk penelitian ini dalah dengan cara memberikan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok J. 1989. Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian. Di dalam: Singarimbun M,
editor. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
RinekaCipta

Azam, Syukur Rammatullah. (2005). Problematika anak kampus. Qurani Media Pustaka:
Yogyakarta

Bobbi De Porter & Mike Hernachi. (2003). Quantum Learning: membiasakan belajar nyaman
dan mentenangkan. Kaifa: Bandung

Franz, Kurt&Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja Karya

Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru


Offset

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Alfa beta: Bandung

Siregar, A.R. (2008). Strategi Mengembngkan Kebiasaan Membaca Mahasiswa. (diunduh


tanggal 15 Februari 2014)
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/1892/1/08E00519.pdf

Utomo, A.S. (1998). Upaya Perpustakaan Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat, Buletin
FKP2T, Th.III. no.2, Juli-Desember

Sudarsana Undang, Bastino. 2011. Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia IndonesiaJakarta

Anda mungkin juga menyukai