Anda di halaman 1dari 25

Gangguan Pendengaran akibat Bising

Oleh

REBEKA HANA ARUAN


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT - KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM
2014

Kemajuan dalam bidang teknologi sejak tiga dekade


terakhir ini menyebabkan peningkatan bahaya bising.
Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat
menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran pada
telinga dalam.

Beberapa sumber bising yang menjadi


penyebab polusi ialah
- gemuruh mesin produksi pabrik
- gemuruh mesin turbin pada beberapa kapal laut
- meningkatnya sarana transportasi
- penggunaan perangkat pengeras suara di ruang-ruang
publik
- gaya hidup masa kini seperti pengguaan stereo
system
- modifikasi knalpot
- telpon genggam tanpa memperhitungkan resiko
gangguan pendengaran.

Mengingat besarnya masalah tersebut dan pentingnya kesehatan


indera pendengaran sebagai salah satu faktor penting dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka diperlukan
adanya perhatian yang lebih terhadap masalah kesehatan indera
pendengaran khususnya tuli akibat pemajanan bising.

Telinga Luar
Telinga Luar terdiri dari daun telinga dan liang
telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan
kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar
Sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm. Pada sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen ( kelenjar keringat) dan rambut.

Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan
- batas luar yaitu membran timpani,
- batas depan yaitu tuba eustachius,
- batas bawah yaitu vena jugularis,
- batas belakang yaitu auditus ad antrum , kanalis
fasialis pars vertikalis,
-bagian atas yaitu tegmen timpani (meningen/otak ),
- batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis
semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong
(oval window), tingkap bundar (round window), dan
promontorium.
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu
maleus, inkus, dan stapes

Telinga Dalam
Labirin ( telinga dalam ) mengandung
organ pendengaran dan keseimbangan dan
terletak pada pars petrosa os temporal.
Vestibulum adalah suatu ruangan kecil
yang berbentuk oval yang memisahkan
koklea dari kanalis semisirkularis.
Koklea terletak di depan vestibulum
menyerupai rumah siput dengan panjang
30-35mm.

Organ corti terletak di atas membran


basilaris yang mengandung organel
organel penting untuk mekanisme
saraf perifer pendengaran. Organ
corti terdiri dari satu baris sel rambut
dalam.

Patofisiologi Pendengaran

Gelombang bunyi
daun telinga
liang telinga
telinga
tengah menggetarkan gendang telinga
tulang dengar
(maleus, incus, stapes) ke foramen oval
Getaran struktur
koklea pada tingkap lonjong
ke cairan limfe yang ada di dalam
skala vestibuli
menggerakkan membrane Reissner dan
menggetarkan endolimfa
gerakan relatif antara membran
basalis dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut
kanal ion akan
terbuka
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu dilanjutkan
ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di area 39 40
lobus temporalis.

Gangguan Telinga
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat
menyebabkan tuli konduktif sedangkan gangguan
telinga dalam menyebabkan tuli sensoneural.
Tuli sensoneural terbagi menjadi tuli sensoneural koklea
dan tuli sensoneural retrokoklea (telinga dalam).

Tuli sensoneural koklea disebabkan oleh labirinitis, tuli


mendadak, pajanan bising, intoksikasi obat sreptomisin,
kanamisin, garamisin, neomisin, kina, atau alkohol.

Sedangkan tuli sensoneural retrokoklea disebabkan


oleh cedera otak, perdarahan otak, tumor sudut pons
cerebelum dan sebagainya.

Bising

Bising adalah hal yang tidak disukai, tidak dibutuhkan dan seringkali
menyebabkan rasa sakit dan dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang


diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan

Berikut Baku tingkat kebisingan ( Nilai Ambang Batas, NAB) peruntukan


kawasan/lingkungan

Gangguan Pendengaran Akibat


Bising

Gangguan pendengaran akibat bising adalah gangguan


pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising
yang cukup keras dalam waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
Gangguan pendengaran akibat bising bersifat sebagai tuli
sensoneural koklea yang umumnya terjadi pada kedua
telinga.

Banyak hal yang yang menyebabkan terjadinya


gangguan pendengaran akibat terpajan bising,
antara lain :

Intensitas bising lebih tinggi


Lebih lama terpapar bising
Mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap telinga (obat
ototoksik) seperti streptomisin, kanamisin, kina, dan sebagainya.

Patogenesis

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea


terutama sel sel rambut.
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukan adanya degenerasi yang meningkat sesuai
dengan intensitas dan lama pemaparan.
Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku
sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.
Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan
dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.
Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal.
Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
digantikan oleh jaringan parut.
Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam
dan sel-sel penunjang juga rusak.
Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai
di nukleus pendengaran pada batang otak.

Diagnosa
Di dalam menegakkan diagnosa NIHL, ahli THT harus melakukan
anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
audiologik.

Dari anamnesis didapati riwayat pernah bekerja atau sedang


bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup
lama, biasanya lebih dari 5 tahun.

Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan


kelainan. Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne
positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih
baik dan Schwabach memendek.
Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya
mengenai kedua telinga. Ketulian timbul secara bertahap
dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi
dalam 8-10 tahun pertama paparan.

Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya
dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak
mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung
telinga terhadap bising, seperti
- Sumbat telinga (ear plug)
- Tutup telinga (ear muff) dan
- Pelindung kepala (helmet).
Bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan
kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa,
dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar/ ABD (hearing
aid).
Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat
dipertimbangkan untuk pemasangan implan koklea.

Alat Bantu Dengar

Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk pemasangan
implan koklea.

Pencegahan
Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran
adalah untuk mencegah terjadinya NIHL yang
disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.
Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Pengukuran pendengaran
Tes pendengaran yang dilakukan ada 2 macam, yaitu :
Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja
Pengukuran pendengaran secara periodik.
2. Pengendalian suara bising
Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear
muff (tutup telinga), ear plugs (sumbat telinga) dan helmet (pelindung
kepala).
Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan
cara memasang peredam suara dan menempatkan suara bising (mesin)
di dalam ruangan yang terpisah dari pekerja.

3. Analisa bising
Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai
intensitas bising, frekwensi bising, lama dan distribusi
pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat
utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound
level meter. Sound Level meter terdiri dari mikrofon,
amplifer, sirkuit attenuator dan beberapa alat
lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130
dB dan frekwensi 20-20000 Hz.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai