Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN IPA UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJA SAMA KELAS VII SMPN


1 MOJOKERTO

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Mata Kuliah Desain Pembelajaran Dibina oleh
Bapak Dr. Sulton, M.Pd

Oleh

Maharani Lelasari 160121801632

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Dick, Carey, dan Carey (2009) memandang desain pembelajaran sebagai


sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pen-
dekatan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2009) bahwa pendekatan
sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran
(Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka
masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID)
mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah
payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2009).
Desain Pembelajaran merupakan proses sistematis pengembangan paket
pembelajaran menggunakan teori belajar dan teori pembelajaran untuk menjamin
terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Fungsi dan urgensi desain pem-
belajaran ini sangat berkaitan dengan komponen-komponen dasar desain pem-
belajaran, satu dengan yang lain saling keterkaitan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya mendesain suatu desain pembelajaran adalah proses
merancang atau mempola suatu proses pembelajaran yang mulai dari merumuskan
tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, setelah memilih metode dan strategi
yang cocok dan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran dan akhiri dengan
proses merancang bagaimana mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran
tersebut.
Oleh sebab itu perlunya merancang pembelajaran yang bertujuan untuk
mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan
sejumlah informasi khususnya desain pembelajaran ini dikembangkan khusus
untuk SMPN 1 Mojokerto dalam meningkatkan keterampilan bekerja sama.
Dimana sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitas-
nya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan
segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara
alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama
manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Pada hakikatnya kerjasama yang
terjalin di lingkungan sekolah adalah untuk menunjang program pendidikan
kecakapan hidup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Desain Sistem Pembelajaran


Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas terencana yang dilakukan
siswa untuk mencapai tujuan tertentu di bawah bimbingan, arahan, dan motivasi
guru. Desain pembelajaran merupakan hal yang berbeda dengan model pembela-
jaran, perbedaan mendasar antara model mengajar dan desain pembelajaran ialah
pada tujuannya. Sebuah desain pembelajaran bertujuan menyajikan produk pe-
maknaan untuk kepentingan meningkatkan semua tipe hasil belajar yang dituntut
oleh kurikulum atau mata kuliah tertentu, sedangkan model mengajar bertujuan
menyajikan hubungan konseptual antara hasil belajar yang diharapkan dengan
metode atau sejumlah metode mengajar yang tepat. Dick, Carey, dan Carey
(2009) memandang desain pembelajaran sebagai sebuh sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses sistematis.
Menurut Dick, Carey dan Carey (2009) pengembangan desain pembelaja-
ran merupakan seperangkat kegiatan yang meliputi kegiatan yang meliputi peren-
canaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang
dikembangkan setelah beberapakali revisi. Pengembangan desain pembelajaran
adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah pembelajaran dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar untuk memperbaiki pendidikan.
Kawasan desain terbagi dalam empat domain: yakni (1) instructional system
desain, (2) message design, (3) instructional strategies, (4) learner characteristic.
Desain sistem pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi
langkah-langkah penganalisisan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian
dan penilaian pembelajaran.
Pada kenyataannya cara kerja sistematis inilah dinyatakan sebagai model
pendekatan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2009) bahwa pen-
dekatan sistem pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem
pengembangan pembelajaran (Instructional System Development/ISD). Jika ber-
bicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah
instructional design (ID) mengacu pada instructional system development (ISD)
mengacu pada instructional design system (IDS) yang memiliki tahapan analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Desain pembelajaran meliputi
tujuan pembelajaran (learning objectives) yang akan dicapai, pengemabangan
materi dalam bentuk bahan ajar, strategi pembelajaran (instruction strategies)
yang akan digunakan serta penilaian hasil belajar. Tujuan pembelajaran terkait
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Strategi
pembelajaran berkaitan dengan strategi atau cara-cara yang ditempuh dalam
proses belajar mengajar. Tujuan dan strategi tertuang dalam silabus dan RPP.
Silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap ba-
han kajian mata pelajaran. Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajar-
an jangka panjang pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran tertentu. Renca-
na Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kompetensi
dasar (KD).

B. Model Desain Pembelajaran Dick and Carey

Berdasarkan model tersebut maka penjabaran tahapan model pengem-


bangan model Dik, Carey dan Carey adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan untuk Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
(Identifify Instructional Goals)
Analisis kebutuhan digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran
yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada tahap ini juga
bertujuan untuk menentukan apa yang harus dicapai siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Proses untuk mendapatkan informasi mengenai tujuan
yang diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan analisis awal dan akhir yang
secara spesifik berisi kegiatan yaitu, analisis performa, analisis kebutuhan, analisis
pekerjaan, pengalaman praktis tentang kesulitan siswa belajar, dan beberapa
konsep baru yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar-benar mengindikasikan
adanya suatu masalah yang pemecahannya dengan memberikan pembelajaran.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran (Conduct Instructional Analysis)


Analisis pembelajaran merupakan suatu prosedur yang diharapkan meng-
hasilkan kemampan-kemampuan yang dapat mencapai tujuan pembelajaran
utama. Analisis pembelajaran dilakukan untuk menetapkan sejumlah keterampilan
tertentu yang dimiliki siswa agar mampu mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dick, Carey dan Carey (2009) mengemukakan bahwa analisis pembelajaran
merupakan cara yang dipergunakan untuk mengenali keterampilan prasyarat (sub
ordinate skill) yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran (terminal
objective). Analisis tersebut akan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan
konsep tersebut. Secara sederhana analisis pembelajaran dilakukan untuk mem-
peroleh gambaran menyeluruh tentang bagaimana mencapai suatu tujuan pembe-
lajaran yang ditetapkan melalui analisis tujuan-tujuan pembelajaran.

3. Menganalisis Pebelajar dan Konteks Pembelajaran (Analysis Learners


and Contexts)
Dick, Carey dan Carey (2009) mengemukakan bahwa menganalisis pe-
belajar dan konteks ini berkenaan dengan penentuan keterampilan, preferensi dan
sikap srta analisis tentang setting pembelajaran dimana keterampilan itu akan
digunakan. Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang
perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus diper-
timbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki pebelajar saat mulai mengikuti
pengajaran. Oleh sebab itu sebelum memulai pembelajaran, perancang perlu ter-
lebih dahulu mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh
pebelajar sebagai prasyarat untuk memulai suatu pembelajaran. Analisis karak-
teristik pebelajar meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh pebelajar, gaya
belajar, sikap terhadap aktivitas belajar dan termasuk di dalamnya karakter dan
kepribadian pebelaja. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik pebelajar yang
akan belajar dapat membantu perancang dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.

4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Write Performance


Objectives)
Tujuan pembelajaran khusus berbentuk pernyataan spesifik berisi apa
yang mampu dilakukan pebelajar stelah selesai mengikuti suatu unit pembelajar-
an. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran ini menggambarkan jenis pengetahuan,
keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh siswa. Tujuan-tujuan pem-
belajaran harus ditulis secara rinci dan memerlukan kata kerja operasional yang
terukur dari masing-masing ranah. Perumusan tujuan harus memuat tiga kom-
ponen utama, yaitu kemampuan yang diukur, kondisi yang menjadi syarat, dan
kriteria penilaian. Kemampuan dan perilaku tersebut dirumuskan secara spesifik
dan dapat dioperasikan sehingga dapat diamati dan diukur ketercapaiannya
dengan menggunakan tes atau alat ukur lainnya. Perumusan indikator pencapaian
kompetensi digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan kisi-kisi tes
pembelajaran.

5. Pengembangan Instrumen Penilaian (Develop Assessment Instruments)


Pengembangan instrumen penilaian didasarkan pada tujuan yang telah di-
rumuskan. Menurut Dick, Carey dan Carey, butir-butir tes yang dikembangkan
adalah butir-butir tes acuan kriteria (criterian-referenced test items). Penilaian
terbentuk dari item-item atau tugas-tugas yang langsung mengukur keterampilan
yang digambarkan dalam satu atau lebih tujuan performa yang telah ditetapkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi adalah instru-
men harus dapat mengukur performen pebelajar dalam mencapai tujuan pembe-
lajaran yang telah dirumuskan.
Ada tujuan pembelajaran yang tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi
harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen
penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan
oleh pebelajar. Ada empat jenis tes yang dapat digunakan selama proses desain
pembelajaran, yakni:
a. Tes perilaku awal atau entry behavior test.
b. Tes pendahuluan atau pre test
c. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi
aktif dalam pembeajaran.
d. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajar-
an yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan pebelajar.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional Strategy)


Setelah terkumpul informasi, maka berdasarkan informasi tersebut
perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan
dalam pembelajaran. Dick, Carey dan Carey (2009) mengemukakan komponen
strategi pembelajaran meliputi: (1) kegiatan pra pembelajaran meliputi motivasi
pebelajar, deskripsi tujuan, ruang lingkup materi dan bila perlu digambarkan peta
konsep yang menggambarkan jalinan antar materi, (2) presentasi materi meliputi
tahapan pembelajaran, materi dan contoh, (3) partisipasi pebelajar meliputi
praktek dan umpan balik, (4) penilaian meliputi catatan perilaku, pra tes dan pos
test, dan (5) kegiatan tindak lanjut meliputi retensi untuk mengingat tujuan dan
transfer mengingat.

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar (Develop and Select


Instructional Material)
Selama proses pembelajaran perlu pengembangan dan pemilihan bahan
pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dick, Carey dan Carey (2009) menge-
mukakan bahwa dalam menentukan pembelajaran, hendaknya memenuhi per-
syaratan antara lain: menarik, isinya sesuai, urutannta tepat, ada informasi yang
diperlukan, ada soal untuk latihan, ada jawaban soal/latihan, dan ada petunjuk
tindak lanjut bagi pebelajar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya.
Mengembangkan bahan ajar atau materi pembelajaran berkaitan dengan buku
teks, video, multimedia, alat bantu visual dll. Materi pembelajaran disusun
sebagai sarana atau alat mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif (Design and
Conduct Formative Evaluation).
Evaluasi formatif adalah proses yang bertujuan untuk memperoleh data
yang akan dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelaja-
ran. Dengan kata lain bertujuan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kelebihan dan kekuatan desain yang dikembangkan. Hasil dari proses evaluasi
formatif dapat digunakan sebagai masukan/input untuk memperbaiki draft desain
sistem pembelajaran. Dick, Carey dan Carey (2009) membagi tahap evaluasi ke
dalam tiga fase, yaitu:
a. Evaluasi perorangan, yakni evaluasi yang dilakukan melalui kegiatan uji coba
terbatas dengan minimal tiga orang siswa untuk memahami kesalahan yang
tampak dalam desain yang dikembangkan. Selain itu, evaluasi juga dilakukan
pada para ahli, baik ahli materi, ahli desain dan guru pembelajaran.
b. Evaluasi kelompok kecil, yakni evaluasi yang dilakukan dengan menguji-
cobakan desain sistem pembelajaran yang dikembangkan terhadap
sekelompok kecil siswa. (10-20 orang siswa)
c. Evaluasi uji coba lapangan, yakni uji coba desain sistem pembelajaran yang
dikembangkan terhadap sekolompok besar siswa (satu kelas).

9. Merevisi Bahan/Produk Pembelajaran (Revising Instructional Materials)


Tahap selanjutnya dalah melakukan revisi terhadap draf desain sistem
pembelajaran. Data yang digunakan adalah hasil dari evaluasi formatif yang telah
dilakukan. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pem-
belajaran, namun mencakup aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang di-
gunakan seperti analisis pembelajaran. Data yang diperoleh dari evaluasi formatif
dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan draf desain
pembelajaran yang dikembangkan.

10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif


Evaluasi sumatif adalah suatu metode yang menilai kelayakan suatu
program pada akhir kegiatan program. Tahap penting dalam evaluasi sumatif
adalah uji lapangan. Tujuan uji lapangan adalah untuk mengkaji efektifitas pem-
belajaran yang diharapkan dengan melibatkan anggota kelompok sasaran menurut
standar dan kriteria yang diharapkan. Kualitas hasil pengembangan model dan
perangkat pembelajaran diperlukan tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan dan ke-
efektifan.

B. Pengertian Kerjasama Siswa


Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Kerjasama juga
menuntut interaksi antara beberapa pihak. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 66)
kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut sudah jelas
mengatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak
yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Anita Lie (2005: 28) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan hal
yang sangat penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa
adanya kerjasama tidak akan ada keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khusunya
tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah. Lebih jauh pendapat Anita Lie
dapat diartikan, bahwa tanpa adanya kerjasama siswa, maka proses pembelajaran
di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai. Melihat pentingnya kerjasama siswa dalam pembelajaran di
kelas maka sikap ini harus dikembangkan.
Manfaat dari adanya belajar bersama dalam kelompok antara lain:
1) Belajar bersama dalam kelompok akan menanamkan pemahaman untuk
saling membantu.
2) Belajar bersama akan membentuk kekompakan dan keakraban.
3) Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
menyelesaikan konflik.
4) Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan akademik dan sikap positif
terhadap sekolah.
5) Belajar bersama akan mengurangi aspek negatif kompetisi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Langkah Pertama Analisis Kebutuhan untuk Mengidentifikasi Tujuan


Pembelajaran (Identify Instructional Goals)
Untuk mengenali tujuan instruksional secara garis besar proses untuk men-
dapat informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan
akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performace Analysis,
Need Assessment, Job Analysis, Practical experience with learning difficulties of
student dan Some other requirement for new instruction. Untuk mengenali tujuan
pembelajaran IPA yang akan diberlakukan di sekolah menengah pertama VII
dilakukan beberapa analisis antara lain:
A. Daftar Tujuan Analisis Tujuan
1. Guru Mata Pelajaran
a. Siswa mampu menjelaskan prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan
benda-benda tak hidup sebagai bagian kerja ilmiah.
b. Siswa menganalisis data observasi terkait benda/makhluk hidup dan tak
hidup.
c. Siswa mengumpulkan data dan melakukan klasifikasi terhadap benda-
benda, tumbuhan, dan hewan yang ada di lingkungan sekitar.
d. Siswa mampu bekerja sama dengan siswa lainnya melalui kegiatan diskusi
kelompok.
3.2.Pebelajar/Siswa
a. Siswa menghendaki mampu menjelaskan prosedur pengklasifikasian
makhluk hidup dan benda-benda tak hidup sebagai bagian kerja ilmiah.
b. Siswa menghendaki mampu menganalisis hasil data observasi terkait
benda/makhluk hidup dan tak hidup.
c. Siswa menghendaki mampu mengumpulkan data dan melakukan
klasifikasi terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan yang ada di
lingkungan sekitar.
e. Siswa menghendaki mampu bekerja sama dengan siswa lainnya melalui
kegiatan diskusi kelompok.

B. Need Assessment
Langkah kedua adalah mengadakan analisa kebutuhan untuk kegiatan
pembelajaran IPA dengan hasil berikut:
a. Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan berbagai kehidupan manu-
sia, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Sehingga seharusnya individu diberikan kesempatan
untuk menemukan sendiri suatu konsep melalui kegiatan pengamatan dan
percobaan.
b. Seharusnya pembelajaran IPA mampu melibatkan siswa dalam masalah
yang sesungguhnya dengan cara mengkonfrontasikan mereka ke dalam
suatu penyelidikan, membantu mereka mengidentifikansi suatu masalah
untuk merancang cara penyelesaian suatu masalah.
c. Materi Klasifikasi makhluk hidup sangant penting bagi pebelajar, agar kita
mengenal makhluk hidup yang sangat beraneka ragam, sehingga dengan
mengklasifikasikan kita lebih mudah untuk mempelajarinya.
d. Kemampuan komunikasi dan kolaborasi pebelajar juga harus dikembang-
kan, kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya baik pada saat berdikusi
dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah. Selain
itu, kemampuan dalam bekerja sama merupakan hal yang penting bagi
pebelajar, bukan kemampuan akademik saja namun pendidikan harus
mampu mengembangkan semua potensi dari pebelajar secara maksimal,
sehingga kemampuan-kemampuan tersebut akan beguna bagi pribadi
pebelajar itu sendiri.

C. Job Analysis
Secara umum lulusan dari sekolah menengah pertama yang mengimple-
mentasikan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan abad 21 di dalam pembela-
jaran Sains atau IPA akan menjadi bekal kemampuan bagi individu pebelajar.
Dalam pembelajaran IPA yang mengintegrasikan kemampuan-kemampuan yang
dibutuhkan abad 21, diharapkan pebelajar melibatkan dirinya secara aktif dengan
berpikir kritis dan mengatasi masalah dengan efektif, pebelajar mampu berkomu-
nikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompoknya, serta
pebelajar mampu berpikir dan bekerja secara kreatif.

D. Memperjelas Tujuan Instruksional


Tujuan pembelajaran harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar, (2)
berkaitan dengan identifikasi masalah dan analisis kebutuhan, dan (3) dapat
dicapai dengan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah
meberikan pembelajaran IPA dengan mengintegrasian kemampuan-kemampuan
yang dibutuhkan di abad 21, dengan metode yang tepat maka pembelajaran dapat
bermanfaat dan bermakna bagi pebelajar itu sendiri. Pebelajar adalah siswa kelas
VII Sekolah Menegah Pertama Mojokerto yang akan menerima pembelajaran IPA
untuk meningkatkan keterampilan abad 21.

2. Langkah Kedua Melakukan Analisis Pembelajaran


Tujuan utama dari analisis instruksional adalah menentukan komponen
utama dari tujuan instruksional serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari
setiap langkah untuk mencapai tujuan instruksional tersebut. Komponen utama
dari tujuan instruksional berisi langkah-langkah yang siswa harus mampu lakukan
untuk mencapai tujuan instruksional. Langkah kedua dari analisis instruksional
adalah menganalisis keterampilan bawahan sampai menemukan perilaku masuk-
an, menentukan domain belajar atau ranah belajar siswa. Menurut Gagne dalam
Dick, Carey & Carey (2011), domain belajar siswa dibagai menjadi informasi
verbal, kemampuan intelektual, kemampuan motorik, dan sikap. Hasil analisa
pembelajaran disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel.3.1 Penggolongan Tujuan Pembelajaran Sesuai Ranah Belajar

No. Tujuan Ranah


1. Siswa mampu menjelaskan prosedur pengklasifikasian Keterampilan
makhluk hidup dan benda-benda tak hidup sebagai intelektual
bagian kerja ilmiah.
No. Tujuan Ranah
2. Siswa menganalisis hasil data observasi terkait benda/ Informasi Verbal
makhluk hidup dan tak hidup.

3. Siswa mengumpulkan data dan melakukan klasifikasi Keterampilan


terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan yang ada intelektual
di lingkungan sekitar.
4. Siswa mampu bekerja sama dengan siswa lainnya Sikap
melalui kegiatan diskusi kelompok.

Analisis pembelajaran berikutnya adalah menguaraikan keterampilan


bawahan (subordinat skill analysis) yang merupakan keterampilan yang harus
dikuasai siswa untuk dapat menyelesaikan tujuan pembelajaran.
Tabel. 3.2 Analisis Subordinat Skill

Siswa mampu menjelaskan Siswa menganalisis hasil Siswa mengumpulkan data dan
prosedur pengklasifikasian Siswa mampu bekerja
data observasi terkait melakukan klasifikasi terhadap sama dengan siswa lainnya
makhluk hidup dan benda- benda/makhluk hidup benda-benda, tumbuhan, dan
benda tak hidup sebagai melalui kegiatan diskusi
dan tak hidup. hewan yang ada di lingkungan kelompok.
bagian kerja ilmiah. sekitar.
(2)
(1) (3) (4)

Menyajikan Menyajikan
Menjelaskan Mengklasifikasikan Mampu
hasil hasil
mengapa makhluk berbagai jenis berkomunikasi
pengamatan pengamatan
hidup perlu tumbuhan ke dalam dengan siswa
terhadap terhadap
diklasifikasikan kelompok yang di lainnya.
benda hidup benda tak
1.1 kenal
2.1 hidup
3.1 Mampu menghargai
2.2
Menjelaskan dasar pendapat siswa
klasifikasi Mengklasifikasikan lainnya.
makhluk hidup berbagai jenis hewan
1.2 berdasarkan bagian Mampu memecahkan
tubuh, alat gerak dan masalah secara
jumlahnya. bersama-sama.
3.2
3. Langkah Ketiga Menganalisis Pebelajar dan Konteks Pembelajaran
(Analysis Learners and Contexts)
Dalam identifikasi tingkah laku awal ini diperlukan interaksi dengan para
pebelajar. Interaksi ini kemudian dijabarkan menurut kategori informasinya.
Berikut identifikasi tingkah laku berdasarkan analisis pebelajar:
Tabel. 3.3 Analisis Pebelajar

No. Kategori Informasi Sumber DataDeskripsi Karakteristik Pebelajar


1. Entry behavior Wawancara &Siswa sudah mengetahui dasar dari
Pembelajaran
materi yang akan dipelajarainya, yang
Langsung mana sudah didapat pada jenjang
sekolah dasar, yaitu materi Struktur
dan Fungsi Makhluk Hidup dan
Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
2. Sikap terhadap Pembelajaran Siswa menyadari pentingnya memper-
materi dan sistem Langsung & hatikan tumbuhan dan hewan di
penyajian Observasi lingkungan sekitar.
Siswa sangat tertarik dengan kegiatan
eksperimen.
3. Motivasi Observasi dan Motivasi belajar cukup baik, terutama
wawancara untuk kegiatan yang bersifat
pengamatan, eksperimen dan diskusi
kelompok.
4. Gaya belajar Observasi dan Siswa gaya belajarnya sangat beragam.
wawancara

Tabel. 3.3 Analisis Konteks Pembelajaran


No. Kategori Informasi Sumber Data Deskripsi Karakteristik Pebelajar
1. Lokasi/tempat Pengalaman SMPN 1 Mojokerto adalah tempat
Belajar pribadi belajar yang nyaman, asri, aman dan
pebelajar jauh dari keramaian.
2. Kesesuaian Pengalaman Strategi pembelajaran : Desain
Kebutuhan pribadi pembelajaran Dick and Carey
pembelajaran pebelajar Waktu pembelajaran : 2 x 40 menit
Peserta : 30 siswa ( 13 Laki-lak dan 17
Perempuan)
Lokasi : SMPN 1 Mojokerto
3. Kesesuaian Pengalaman Lokasi : SMPN 1 Mojokerto
kebutuhan pribadi Kenyamanan : siswa merasa
pebelajar pebelajar nyaman/senang belajar didalam kelas
Ruang : Ruang kelas VII
Pelengakapan : LCD, Proyektor, Kabel
USB, Laptop, spidol, Gambar berbagai
No. Kategori Informasi Sumber Data Deskripsi Karakteristik Pebelajar
jenis hewan dan papan whiteboard
4. Kelayakan tempat Pengalaman Karakteristik Pengawas : Guru
belajar pribadi membimbing dan membantu siswa
pebelajar selama proses pembelajaran dan siswa
juga mengatur dirinya sendiri
menyesuaikan dengan kelompoknya.
Karakteristik Sosial : Komunikasi antar
guru dengan siswa atau siswa dengan
siswa berjalan dengan baik dan lancar
Karakteristik Fisik : Tempat belajar
sangat baik dan comfortable

4. Langkah Keempat Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Write


Performance Objectives)
Tujuan pembelajaran khusus disebut juga tujuan performansi. Berdasarkan
rumusan tujuan umum pembelajaran dan identifikasi kemampuan awal siswa
ditetapkan tujuan khsusus sebagai berikut :

Tabel 3.4 Tujuan Pembelajaran Khusus


No. Tujuan umum Tujuan khusus
1. Siswa mampu menjelaskan 1.1 Melalui diskusi kelompok, pebelajar
prosedur pengklasifikasian dapat menjelaskan mengapa makhluk
makhluk hidup dan benda-benda hidup perlu diklasifikasikan.
tak hidup sebagai bagian kerja 1.2 Melalui kegiatan pengamatan
ilmiah. terhadap berbagai macam tumbuhan
pebelajar dapat menjelaskan dasar
klasifikasi tumbuhan.
1.3 Melalui kegiatan pengamatan
berbagai macam hewan, pebelajar
dapat menjelaskan dasar klasifikasi
hewan.
1.4 Melalui kegiatan diskusi siswa
mampu menjelaskan langkah-
langkah pengklasifikasian makhluk
hidup
No. Tujuan umum Tujuan khusus
2. Siswa menganalisis hasil data 2.1 Melalui kegiatan eksperimen dan
observasi terkait benda/ makhluk pengamatan siswa mampu
hidup dan tak hidup. merumuskan hipotesis terkait benda/
makhluk hidup dan tak hidup.
2.2 Melalui kegiatan eksperimen siswa
dapat menyajikan hasil data
pengamatan.
3. Siswa mengumpulkan data dan 3.1.Melalui kegiatan eksperimen siswa
melakukan klasifikasi terhadap dapat mengklasifikasikan berbagai
benda-benda, tumbuhan, dan hewan jenis tumbuhan ke dalam kelompok
yang ada di lingkungan sekitar. tumbuhan yang dikenal.
3.2.Melalui kegiatan eksperimen siswa
dapat mengklasifikasikan berbagai
jenis hewan berdasar bagian tubuh,
alat gerak dan jumlahnya.
3.3.Melalui kegiatan diskusi siswa
mampu menjelaskan ciri-ciri atau
karakteristik khas anggota setiap
kelas tumbuhan.
3.4.Melalui kegiatan diskusi siswa
mampu mengklasifikasikan hewan
berdasarkan kingdom animalia.
No. Tujuan umum Tujuan khusus
4. Siswa mampu bekerja sama dengan 4.1.Melalui kegiatan diskusi siswa
siswa lainnya melalui kegiatan mampu saling bekerja sama dan
diskusi secara berkelompok. saling membantu dengan siswa
lainnya.
4.2.Melalui kegiatan diskusi siswa
secara berkelompok mampu
menghargai pendapat individu.
4.3.Melalui kegiatan diskusi siswa
mampu memecahkan masalah secara
bersama-sama.
4.4. Melalui kegiatan diskusi siswa
mampu mampu berkomunikasi
dengan siswa lainnya secara baik.

5. Langkah Kelima Pengembangan Instrumen Penilaian (Develop


Assessment Instruments)
Pengembangan instrumen penilaian berdasarkan atas kebutuhan. Untuk
mengetahui hasil belajar harus dilakukan tes hasil belajar. Untuk mengetahui
ketercapaian pembelajaran siswa makan dipergunakan assessmen tes. Pada
rancangan desain pembelajaran ini, berdasarkan pembahasan sebelum, asesmen
dilakukan dengan asesmen tes dan non-tes. Asesmen tes berupa pre-test dan post-
test. Sedangkan assessment test berupa pengamatan sikap dan diskusi yang
kemudian dianalisis ketercapaiannya secara kuantitatif skala likert dengan pen-
skoran. Asesmen dilakuan pada saat sebelum, selama, dan setelah kegiatan
pembelajaran. Secara lengkap akan disajikan pada lampiran instrumen soal.

6. Langkah Keenam Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Develop


Instructional Strategy).
Dalam strategi pengajaran ada lima komponen utama:
a. Kegiatan pra pembelajaran (pendahuluan) ; sebelum memulai pembelajaran
formal anda harus mempertimbangkan 3 faktor yaitu: motivasi pembelajar,
menginformasikan apa yang akan harus mereka pelajari, memastikan bahwa
mereka sudah mempunyai pengetahuan prasyarat sebelum memulai
pembelajaran.
b. Isi presentasi/ penyajian materi; disini anda harus menentukan dengan tepat
informasi konsep aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu diberikan pada
pembelajar. Ini merupakan penjelasan dasar dari unit-unit yang ada di
dalamnya. Kesalahan utama yang sering terjadi dalam langkah ini adalah
menyampaikan terlalu banyak informasi, khsususnya informasi yang tidak
ada hubungannya dengan tujuan. Tidak hanya penting untuk mendefenisikan
konsep-konsep baru, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep-konsep
tersebut. Anda juga perlu menentukan tipe dan jumlah contoh yang akan
diberikan pada setiap konsep.
c. Partisipasi pebelajar; merupakan pemberian aktivitas yang berhubungan
langsung dengan tujuan. Pebelajar harus diberi kesempatan untuk
mempraktekkan apa yang diinginkan, dan mampu dilakukan oleh mereka.
Pembelajar seharusnya tidak hanya mampu mempraktekkan tetapi mereka
juga harus memberi feed back.
d. Penilaian (assessment); empat kriteria dasar di dalam penilaian sudah
digambarkan didalam chapter 7, tes entry behavior, pre test, tes praktek, dan
post test. Fungsi utama dari tes tersebut sudah digambarkan, tetapi disini
sebagai seorang desainer anda harus memutuskan dengan tepat apa strategi
anda. Pertama anda harus tahu bagaimana menggunakan tes praktek, lalu
anda harus bisa memutuskan hal-hal berikut ini.
e. Kegiatan Tindak lanjut adalah kegiatan review keseluruhan dari strategi untuk
menentukan apakah memori/materi pembelajaran dan transfer perlu untuk
diberikan. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan mengulang kembali analisis
konteks kinerja.
Alokasi waktu pembelajaran disusun berdasarkan struktur kurikulum yang
ada dimana dalam satu semester 18 kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya
alokasi waktunya 3 jam pelajaran (3 x 40 menit). Pada materi pembelajaran
Klasifikasi Makhluk didesain untuk 3 kali pertemuan masing-masing dilaksana-
kan selama 3 x 40 menit menit atau tiga jam pelajaran. Dalam desain pembelajar-
an ini strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran
Discovery Learning yang meliputi:

1) Simulation (Simulasi/Pemberian Rangsangan


2) Problem Statemen (Pertanyaan/Identifikasi Masalah)
3) Data Collection (Pengumpulan Data)
4) Data Processing (Pengolahan Data)
5) Verification (Pembuktian)
6) Generalization (Menarik Kesimpulan Generalisasi)

7. Langkah Ketujuh Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar (Develop


and Select Instructional Material)
Dalam pengembangan bahan pembelajaran sebaiknya jangan tergantung
pada buku teks saja tetapi memanfaatkan sumber bahan pembelajaran. Pengem-
bangan materi pembelajaran dilakukan berdasarkan strategi yang telah disusun
pada langkah sebelumnya. Berdasarkan analisis pada langkah-langkah sebelum-
nya, berikut ini adalah beberapa bahan ajar, sumber belajar siswa dan teknik
penyampaian yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA pokok
bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup, diantaranya yaitu :
 Bahan ajar IPA Klasifikasi Makhluk Hidup untuk kelas VII SMP
 Siswa diajak untuk melihat gambar aneka hewan dan tumbuhan sebagai dasar
untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
 Siswa diajak untuk melihat video mengenai materi Klasifikasi Makhluk
Hidup
 Lembar Diskusi
 Presentasi slide power point mengenai materi Klasifikasi Makhluk Hidup

8. Langkah kedelapan Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif


(Design and Conduct Formative Evaluation).
Pada tahap ini dilakukan evaluasi formatif yang bertujuan untuk meng-
etahui ketetercapaian tujuan pengembangan produk, kelayakan dan keefektifan
desain pembelajaran. Pada kegiatan merancang dan evaluasi formatif pem-
belajaran ini salah satunya dilakukan oleh review para ahli. Sedangkan uji coba
dilakukan akan dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu penilaian perorangan, penilaian
kelompok kecil dan penilaian uji lapangan. Hasil evaluasi formatif nantinya dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi rancangan desain pem-
belajaran ini. Untuk tingkat efisiensi dapat dilihat dari ketercapaian pembelajaran
sesuai dengan waktu yang direncanakan apakah tujuan pembelajaran sudah
tercapai. Untuk memperoleh data terkait dengan metode inkuiri apakah sudah
sesuai maka dapat dilakukan dengan mencheck list lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran inkuiri.

9. Langkah Kesembilan Merevisi Bahan/Produk Pembelajaran (Revising


Instructional Materials)

Tahap 9 dan 10 ini belum dapat dilakukan, mengingat rancangan desain ini
belum melalui tahap uji coba untuk mengetahui serta mengukur kevalidan serta
efektifitasnya dalam pembelajaran. Hasil dari implementasi dilapangan sebagai
tahap penilaian formatif dijadikan acuan untuk melakukan revisi desain
pembelajaran yang dirancang.
Dari data hasil uji coba juga digunakan sebagai dasar dalam melakukan
revisi terhadap desain pembelajaran. Data hasil uji coba dapat menunjukkan
kekurangan serta kelemahan desain pembelajaran ini, sehingga perbaikan ataupun
revisi dalam berbagai sektor dapat dilakukan.
DAFTAR RUJUKAN

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Carey, L & Dick, W. 2009. The Systematic Design of Instruction. New York :
Harper Collins Publisher.

Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai