Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN PAI


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Desain Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Dr. H. Mohammad Dzofir, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Ghuroril Izzati (2110110075)


2. Nur Inayatul Husna (2110110078)
3. Lia Fitriani (2110110083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022
A. Pengertian Model Desain Pembelajaran PAI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa setidaknya ada
empat makna atau arti dari model antara lain sebagai berikut :
1. Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam.
2. Model adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis.
3. Model adalah seseorang yang memperagakan contoh pakaian yang
akan didistribusikan.
4. Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan wujud persis
seperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.1

Dari definisi model di atas, dapat kita ketahui pengertian model yang
relevan dalam konteks desain pembelajaran adalah model sebagai pola yang
menjadi contoh dan pola acuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model desain
pembelajaran PAI adalah pola pembelajaran yang dijadikan sebagai contoh dan
acuan oleh guru sebagai pendidik profesional dalam merancang pembelajaran
PAI yang hendak difasilitasinya. Sebagai pola pembelajaran, model tersebut
memiliki berbagai langkah-langkah kegiatan dalam merancang pembelajaran.

B. Orientasi Model Desain Pembelajaran


Dalam memahami model desain pembelajaran perlu mengenal dan
memahami pengelompokan model desain pembelajaran. Menurut Gustafson
dan Branch (dalam Ina Magdalena,dkk. 2020) mengemukakan model desain
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian ini
didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms oriented
model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model.2
Model pertama merupakan model desain pembelajaran yang
diimplementasikan di dalam kelas. Model desain pembelajaran kedua
merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan

1
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancang Pembelajaran
Menuju Pencapaian Kompetensi (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017), 35.
2
Ina Magdalena, Amalita Aziah Septiarini, dan Siti Nurhaliza, “PENERAPAN MODEL-
MODEL DESAIN PEMBELAJARAN MADRASAH ALIYAH NEGERI 12 JAKARTA BARAT”
2 (2020): 247.

2
program pembelajran. Model ketiga adalah model desain pembelajaran yang
ditujukan untuk merancang program dan desain pembelajaran dengan skala
besar.
1. Model desain pembelajaran yang berorientasi kelas (Classrooms
oriented model)
Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan
peserta didik akan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, produktif
dan menarik. Model desain pembelajaran berorientasi kelas ini
digunakan untuk merancang pembelajaran pada level mikro.
Penggunaan model berorientasi kelas ini muncul karena adanya
asumsi sejumlah aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam
kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
hal ini, tugas pendidik memilih isi/materi pelajaran yang tepat,
merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan isi/materi
pelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Model desain pembelajaran
berorientasi kelas ini contohnya adalah model desain pembelajaran
ASSURE.
2. Model desain pembelajaran yang berorientasi produk (Product oriented
model)
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk,
umumnya didasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model desain pembelajaran
ini menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat.
Model-model yang berorientasi pada produk umumnya ditandai
dengan empat asumsi pokok, yaitu: 1) Produk atau program
pembelajaran memang sangat diperlukan, 2) Produk atau program
pembelajaran baru perlu diproduksi, 3) Produk atau program
pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, 4) Produk atau
program pembelajaran dapat digunakan meskipun hanya dengan
bimbingan dari fasilitator. Model desain pembelajaran berorientasi
produk contohnya adalah model desain pembelajaran ADDIE.

3
3. Model desain pembelajaran yang berorientasi sistem (System oriented
model)
Model desain pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan
untuk mengembangkan sistem dalam skala besar (makro) seperti
keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Model desain pembelajaran
yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap pengumpulan data
untuk menentukan kemungkinan- kemungkinan implementasi solusi
yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu
sistem pembelajaran.3

C. Macam-macam Model Desain Pembelajaran PAI


1. Model Dick and Carey
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan
Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik. Mereka mengembangkan model desain sistem
pembelajaran ini berdasarkan pada pemikiran dan karya besar Robert M.
Gagne, dalam bukunya yang berjudul “The Conditions of Learning.”.
Dalam edisi pertamanya, buku ini menggunakan pendekatan sistem dan
teori belajar behavioris yang menekankan respons peserta didik terhadap
situasi stimulus yang disajikan. Dalam edisi-edisi berikutnya, Dick
memasukkan unsur-unsur pembelajaran dan proses pembelajaran dan
perspektif kognitif ke dalam bukunya. Kognitif ini melibatkan lebih dari
sekedar hubungan stimulus-respon, yakni belajar tidak selalu merupakan
perubahan yang terlihat dalam persepsi dan pemahaman tentang perilaku.4
Menurut Prof. Atwi Suparman (dalam Ina Magdalena,dkk., 2021),
Model Dick and Carey ini cocok digunakan untuk pembelajaran formal di
sekolah maupun untuk sistem pembelajaran yang menggunakan komputer
dalam proses pembelajarannya.5 Model desain pengembangan Dick and

3
Magdalena, Septiarini, dan Nurhaliza, 247–149.
4
Benny A. Pribadi, “Desain sistem pembelajaran,” Jakarta: PT Dian Rakyat, 2009, 98–99.
5
Dr Ina Magdalena dkk, Belajar Makin Asyik dengan Desain Pembelajaran Menarik (CV
Jejak (Jejak Publisher), 2021), 29.

4
Carey menggunakan pendekatan sistem (System Approach) yang meliputi
analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Dalam
pengembangannya, Dick and Carey mengemukakan terdapat 10 komponen
juga langkah utama dalam model desain instruksional diantaranya seperti
dalam gambar :

a. Identify Instructional Goal’s (mengidentifikasi tujuan pembelajaran)


Mengidentifikasi tujuan pembelajaran dilakukan dengan
menetapkan apa yang diinginkan pendidik agar apa yang peserta
didik mampu lakukan setelah mengikuti pembelajaran.
Keterbatasan dari tujuan ini dapat ditemukan pada standar
kompetensi, kebutuhan kurikulum, kesulitan belajar, karakteristik
peserta didik, dan sebagainya.
b. Conduct Instructional Analysis (melakukan analisis pembelajaran)
Setelah mengetahu tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya
adalah memutuskan jenis pembelajaran yang diinginkan oleh
peserta didik, agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan
pembelajaran perlu dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan
dan sub-keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk dapat
menguasai langkah-langkah dalam materi dan sub-prosedur yang
harus mereka ikuti untuk mengikuti proses pembelajaran tertentu.

5
c. Analyze Learners and Contexts (mengidentifikasi perilaku awal dan
karakteristik)
Selain mengidentifikasi sub-keterampilan dan langkah-langkah
prosedural yang perlu dimasukkan ke dalam pembelajaran, perlu
untuk mengidentifikasi keterampilan khusus yang harus dimiliki
peserta didik sebelum mereka dapat mulai belajar. Ini tidak berarti
membuat daftar semua yang dapat dilakukan peserta didik,
melainkan mengidentifikasi keterampilan khusus yang dibutuhkan
peserta didik untuk mulai belajar.
d. Write performance objectives (merumuskan tujuan pembelajaran)
Berdasarkan informasi tentang analisis pembelajaran dan
perilaku input, peserta didik membuat pernyataan konkret tentang
kemampuan yang akan mereka miliki setelah menyelesaikan proses
pembelajaran. Pernyataan yang ditulis menggunakan keterampilan
yang diidentifikasi oleh analisis pembelajaran ini harus
menyebutkan keterampilan yang perlu dimiliki peserta didik,
kondisi perilaku yang menunjukkan keterampilan tersebut, dan
kriteria kinerja yang berhasil.
e. Develop aassement instrument (mengembangkan butir tes acuan
kriteria)
Berdasarkan tujuan tertentu atau kompetensi dasar yang telah
dikembangkan, pendidik menyusun poin penilaian paralel yang
dapat mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang
tertuang dalam kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Fokus
utama adalah untuk menghubungkan perilaku yang dijelaskan dalam
tujuan dengan persyaratan item.
f. Develop instructional strategy (mengembangkan strategi
pembelajaran)
Dengan menggunakan informasi dari langkah sebelumnya,
pendidik harus mengidentifikasi strategi yang akan digunakan untuk
pembelajaran dan menentukan media mana yang tepat untuk

6
mencapai tujuan akhir. Beberapa strategi pembelajaran dapat dilihat
dari kegiatan pra pembelajaran, inti, dan penyelesaian.
g. Develop and select instructional materials (mengembangkan dan
memilih bahan pembelajaran)
Langkah ini didasarkan pada kegiatan untuk mengembangkan
dan memilih materi pembelajaran seperti strategi pembelajaran,
buku pedoman siswa, materi atau bahan ajar, tes, serta buku
pedoman guru. Keputusan untuk mengembangkan materi atau tidak
sangat tergantung pada jenis pembelajaran yang akan dilakukan.
h. Design and conduct formative evaluation of struction (merancang
dan melakukan evaluasi formatif)
Kegiatan ini terdiri dari melakukan serangkaian penilaian yang
bertujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk
menentukan bagaimana teknik yang digunakan untuk
menyelesaikan RPP (Rencana Pembelajaran).
i. Revise instruction (merevisis pembelajaran)
Merevisi pembelajaran dapat dilakukan dengan menganalisis data
dari penilaian formatif untuk mengidentifikasi kesulitan peserta
didik dalam mencapai tujuan dan berusaha untuk menghubungkan
kesulitan tersebut dengan ketidakmampuan belajar tertentu pada
proses pembelajaran.
j. Design and conduct summative evaluations (melakukan evaluasi
sumatif)
Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan tindakan penilaian
yang komprehensif dari pertemuan pertama hingga terakhir,
sehingga idealnya penilaian ini tidak hanya melibatkan guru tetapi
juga diperlukan tim penilai yang independen.6

2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)

6
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF Dari
Teori ke Praktik, 1 ed. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), 56–58.

7
PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan, karena
menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang
jelas. Dalam pengembangannya mengandung sejumlah sistem pengajaran
yakni materi, metode, alat, evaluasi. Yang mana saling berkaitan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
Terdapat 5 langkah pokoh dalam model desain PPSI ini, diantaranya :

a. Perumusan tujuan (Merumuskan tujuan instruksional khusus)


Rumusan tujuan instruksional adalah rumusan yang jelas dan
praktis tentang tujuan pembelajaran tertentu, yaitu keterampilan atau
kompetensi yang diharapkan peserta didik setelah mereka
berpartisipasi dalam pembelajarannya. Kemudian merumuskannya
secara konkrit dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.
b. Pengembangan alat evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya
adalah mengembangkan alat penilaian/evaluasi, yaitu tes yang

8
memiliki kemampuan untuk menilai kemampuan peserta didik
dalam keterampilan yang sebelumnya dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran tertentu, yaitu mengembangkan penilaian berdasarkan
hasil yang dicapai. Untuk itu harus ditentukan terlebih dahulu jenis
dan format tes yang akan digunakan, baik tertulis, lisan, atau tingkah
laku.
c. Kegiatan belajar dan materi
Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar, hal-hal yang harus
dilakukan adalah :
1) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
2) Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang
perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh lagi oleh peserta
didik
3) Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan
oleh peserta didik.

Pada langkah ini, setelah aktivitas belajar peserta didik


teridentifikasi, perlu dirumuskan inti materi pembelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik sesuai dengan jenis aktivitas belajar
yang teridentifikasi.

d. Merencanakan program kegiatan


Setelah langkah 1-3 ditetapkan, langkah tersebut harus
diintegrasikan dalam tutorial. Titik awal perencanaan program studi
adalah kurikulum pelajaran yang terdiri dari sejumlah jam/sks
tertentu dan ditugaskan untuk satu semester pengajaran tertentu.
Langkah ini memerlukan perumusan strategi proses pembelajaran
dengan merumuskan kegiatan belajar mengajar yang secara
sistematis disesuaikan dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode
pembelajaran yang digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan

9
karakteristik materi yang akan disampaikan. Langkah ini juga
mencakup persiapan untuk proses evaluasi.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut :
1) Mengadakan Pretest (Tes Awal)
Tes yang disajikan kepada peserta didik adalah tes yang
dibuat pada langkah kedua. Fungsi dari tes ini adalah untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan kelulusan seorang
peserta didik sebelum mengikuti program studi yang telah
disiapkan. Setelah seorang peserta didik telah menguasai
keterampilan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, mereka tidak perlu diajarkan kembali oleh guru
dalam program pembelajaran yang diberikan.
2) Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada dasarnya, bahan ajar harus didasarkan pada rencana
yang dibuat pada Langkah ke-4, yakni “Merencanakan
Kegiatan Belajar Mengajar,” dengan semua bahan, metode dan
alat yang digunakan. Selain itu, pendidik harus menjelaskan
kepada peserta didik mengenai tujuan/keterampilan yang ingin
dicapai sebelum memulai pembelajaran, agar peserta didik
memahami keterampilan yang diharapkan di akhir
pembelajaran.
3) Mengadakan Posttest
Post-test dilakukan setelah menyelesaikan pembelajaran.
Tes yang diberikan sama dengan tes awal, perbedaan nya
adalah ada pada waktu dan fungsionalitas.
Tes awal (pre-tes) membantu menentukan kemampuan
awal peserta didik pada suatu mata pelajaran sebelum belajar,
sedangkan tes akhir membantu menentukan kemampuan
peserta didik untuk memahami penguasaan suatu mata

10
pelajaran setelah pelajaran berlangsung. Hal ini akan
memperjelas sejauh mana program pembelajaran yang
dilaksanakan berhasil mencapai tujuan dan kompetensi yang
telah ditetapkan.7

3. Model Bella H. Banathy


Model desain sistem pembelajaran oleh Banathy (dalam Akrim, 2020),
memberi pandangan tentang penyusunan sistem instruksional, ia
menyebutkan bahwa penyusunan dilakukan dengan beberapa tahapan.
Banathy menyatakan ada enam tahapan ketika membuat desain program
pembelajaran, yaitu sebagai berikut :8

a. Formulatif Objectives (Merumuskan Tujuan). Yang mana Tujuan


merupakan sasaran dan arah yang ingin dicapai seorang peserta
didik. Sasaran yang dimaksud misalnya mencakup sasaran
pengembangan sistem atau sasaran khusus. Tujuan adalah apa yang
diketahui dan diharapkan akan dicapai dari hasil belajar seorang
peserta didik.

7
Rusman, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesionalisme Guru,
2 ed. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 149–51.
8
Akrim, Desain Pembelajaran - Rajawali Pers, 1 ed. (Depok: PT. RajaGrafindo Persada,
2020), 45–46.

11
b. Develop Test (Mengembangkan Tes). Langkah selanjtnya
merumuskan kriteria tes yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Bagian tes dibuat selama fase ini dengan maksud
mengevaluasi penetapan tujuan. Tes ini dirancang dengan
pemahaman bahwa pasti diperlukan alat untuk mengukur kemajuan
atau keberhasilan menuju setiap tujuan. Tes ini dikembangkan atas
dasar tujuan yang diinginkan, dengan maksud untuk mengetahui
kompetensi pengalaman belajar peserta didik.
c. Analyze Learning Task (Menganalisis Kegiatan Belajar). Langkah
ini dirumuskan analisis dan perumusan kegiatan pembelajaran.
Seperti menilai ketrampilan semua kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan situasi yang ada dan menentukan aktivitas yang
memungkinkan untuk diterapkan. Dengan merumuskan apa yang
akan dipelajari peserta didik dengan cara yang relevan dan dapat
mencapai tujuan yang ada. Hal ini juga berkaitan dengan langkah-
langkah yang dilakukan oleh pendidik atau penanggung jawab untuk
menganalisis dan mengevaluasi peserta didik dari segi keterampilan
yang telah mereka peroleh dan kuasai.
d. Design System (Mendesain Sistem). yaitu kegiatan analisis,
distribusi dan pengelolaan sistem dan semua komponen sistem.
Dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dan
mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan.
e. Implement and Test Output (Melakukan Kegiatan atau Mentes
Hasil). Yaitu mengimplementasikan kegiatan yang telah
direncanakan dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih
serta menilai efektivitas sistem, dengan menerapkan dan
melaksanakan evaluasi. Sebagai hasil dari implementasi sistem,
sistem harus diterapkan dan diuji pada peserta didik dan dilakukan
penilaian, sehingga hasilnya dapat diketahui berdasarkan rumusan
tujuan.

12
f. Change to Improve (Mengadakan Perbaikan). Berdasarkan hasil
evaluasi yang diterima, dilakukan perbaikan dan perubahan sebagai
umpan balik terhadap keseluruhan sistem. Sistem pembelajaran
dapat ditingkatkan jika perlu.
4. Model Jerold E. Kemp
Model sistem pembelajaran ini dikemukakan oleh Jerold E. Kemp yang
berbentuk lingkaran. Model berbentuk lingkaran menunjukkan adanya
proses kontinyu dalam menerapkan desain sistem pembelajaran. Menurut
Kemp (dalam Novan Ardy Wiyani, 2017), pembelajaran meliputi berbagai
komponen lalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan
berbagai kendala yang mucul dalam pembelajaran. Pembelajaran didalam
desain ini memiliki delapan tahapan, dan disetiap tahapan dilakukan
kegiatan revisi. Kedelapan tahapan tersebut sebagai berikut :9
a. Menentukan Tujuan Pembelajaran Umum (TIU), yakni tujuan yang
ingin dicapai pada masing-masing pokok bahasan materi
pembelajaran.
b. Menganalisis mengenai karakteristik peserta didik yang bertujuan
untuk mengetahui latar belakang pendidikan, kemampuan, budaya,
sosial yang dimiliki peserta didik sebagai pertimbangan dalam
kegiatan desain pembelajaran.
c. Menentukan tujuan pembelajaran khusus (TIK) bagi peserta didik
secara operasional, spesifik, dan terukur. Diharapkan peserta didik
dapat mengetahui apa yang harus dikerjakan, dipelajarai dan dapat
diukur keberhasilannya dalam belajar.
d. Menentukan bahan pelajaran yang disesuaikan dengan TIK.
e. Menetapkan penjajagan atau tes awal. Ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa dalam memenuhi syarat belajar
yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat menyajikan materi yang

9
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancang Pembelajaran
Menuju Pencapaian Kompetensi, 48–49.

13
diperlukan saja tanpa harus menyajikan yang tidak perlu agar siswa
tidak bosan.
f. Menentukan strategi belajar mengajar, strategi ini harus dilakukan
berdasarkan pada variabel pembelajaran berdasarkan tujuan
pembelajaran, materi, serta kondisi kelas. Tidak hanya itu, guru juga
harus melihat keefektifan, kepraktisan dan efisiensi melalui suatu
analisis alternatif.
g. Mengoordinasikan komponen yang ada dalam pembelajaran
meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu, serta tenaga.
h. Mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan ini sangat perlu umtuk
mengetahui keberhasilan program secara keseluruhan berdasarkan
pada tujuan pembelajaran dan meteri pembelajaran yang sudah
dipelajari oleh peserta didik.
Setiap komponen diatas saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya, dan setiap langkah dalam tahapan tersebut selalu diikuti dengan
perbaikan sehingga dapat menghasilkan desain yang sempurna. Berikut
adalah skema model desain pembelajaran Kemp :

5. Model Assure

14
Pembelajaran model Assur adalah sebuah formulasi untuk kegiatan
pembelajaran yang berorientasi di kelas, model ini dikembangkan untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yan efektif dan efisien, khususnya pada
kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini
terdiri dari 6 langkah, yaitu:
a. Analyze Leaners (Analisis pelajar)
Langkah awal yang perlu dilakukan untuk menerapkan model
ini adalah menyesuaikan ciri-ciri pelajar dengan media yang akan
dibuatkan dalam pembelajaran. Meskipun sukar dalam hal
menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun terdapat tiga hal
yang penting untuk mengenal pelajar berdasarkan ciri umumnya,
yakni keterampilan awal, keterampilan khusus, dan gaya belajar.
b. States Objectives (Menyatakan tujuan)
Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran
Assure adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh melalui buku atau
kurikulum. Dengan tujuan pembelajaran maka kita akan
mengetahui apakah siswa dapat mencapai penguasaan terhadap
pengetahuan atau keterampilan yang sudah dipelajari.
c. Select Methods, Media, and Material (Pemilihan metode, media,
dan bahan)
Terdapat tiga hal penting dalam pemilihan metode, media, dan
bahan yaitu menentukan terlebih dahulu metode yang sesuai dengan
tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang
dipilih, dan yang terakhir adalah memilih atau mendesain media
yang telah ditentukan.
d. Utilize Media and Materials (Penggunaan media dan bahan)
Ada lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu,
preview bahan, sediakan bahan, sediakan persekitaran, pelajar, dan
pengalaman pembelajaran.
e. Require Learner Paerticipation (Partisipasi pelajar didalam kelas)

15
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa
secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Maka sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan
dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah,
simulasi, kuis atau presentasi.
f. Evaluate and Revise ( Penilaian dan revisi )
Proses evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu
dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang
kualitas sebuah program pembelajaran, diantaranya menilai
pencapaian belajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode
dan media, kualitas media, penggunaan guru, dan penggunaan
pelajar.10

Berikut adalah skema model Assure :

6. Model ADDIE
Model ADDIE merupakan suatu model yang sifatnya lebih generik,
model ini sesuai dengan namanya terdiri dari lima fase atau tahap utama,
yaitu ADDIE (Analysis, Desain, Development, Implementation,

10
Dr Ina Magdalena dkk, Belajar Makin Asyik dengan Desain Pembelajaran Menarik, 30–
32.

16
Evaluation). Model ini muncul pada 1990-an yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis, dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini
menggunakan lima tahap pengembangan seperti berikut:

Masing-masing langkah pada tahapan diatas dapat dideskripsikan


sebagai berikut. Yang pertama adalah analisis. Tahap analisis yaitu proses
mendefinisikan sesuatu yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu
melakukan analisis kebutuhan dan analisis tugas. Jadi dengan begitu maka
output yang akan dihasilkan berupa karakteristik atau profil calon peserta
didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan, serta analisis tugas
yang rinci didasarkan pada kebutuhan.

Kedua, tahap ini juga dikenal dengan istilah membuat rancangan. Ibarat
bangunan maka sebelum dibangun harus digambar rancangan bangunan
diatas kertas terlebih dahulu. Dalam tahap ini diperlukan perumusan tujuan
pembelajaran yang SMART ( spesific, measurable, applicable, realistik,
dan times ). Lalu guru harus menyusun tes yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Selanjutnya guru dapat menentukan
strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan. Perlu adanya

17
pertimbangan dalam pencarian sumber belajar yang relevan, limgkungan
belajar yang kondusif, dan sebagainya.

Ketiga yakni pengembangan. Pengembangan merupakan suatu proses


untuk mewujudkan rancangan atau desain yang dibuat menjadi kenyataan.
Dalam desain diperlukan sebuah software berupa multimedia yang harus
dikembangkan, misal berupa modul cetak maka modul tersebut harus
dikembangkan. Ada satu langkah penting dalam tahap pengembangan ini
yakni uji coba sebelum diimplementasikan.

Keempat adalah implementasi yang merupakan langkah nyata guna


menerapkan sisitem pembelajaran yang dibuat. Dalam hal ini artinya semua
telah dikembangkan dan dipersiapkan sesuai dengan peran atau fungsinya
supaya bisa diimplementasikan. Misalnya jika memerlukan software
tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal maka barulah
diimplementasikan sesuai desain awal.

Kelima adalah evaluasi, evaluasi merupakan proses untuk melihat


apakah sistem pembelajaran yang telah dibangun dapat terlaksana sesuai
harapan atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi ini dapat terjadi pada empat
tahap diatas juga, yang disebut evalusi formatif dikarenakan tujuannya
untuk kebutuhan revisi.11

Dalam mengembangkan pembelajaran PAI bisa menggunakan model-


model yang ada, atau dengan memadukan atau suatu model sendiri. Penggunaan
suatu model tidak bersifat panasea (serba cocok untuk segala kondisi
pembelajaran). Pemilihan dan penerapan suatu model desain pembelajaran
untuk mengembangkan pembelajaran PAI hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan pembelajaran PAI, kondisi pembelajaran PAI, dan hasil pembelajaran
PAI yang diharapkan. Untuk menghasilkan suatu produk pembelajaran PAI,

11
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancang Pembelajaran
Menuju Pencapaian Kompetensi, 42–44.

18
dengan diikuti langkah-langkah pengembangannya dilakukan secara konsisten
sehingga dapat menghasilkan produk pembelajaran PAI yang berkualitas.

D. Kesimpulan
Model desain pembelajaran PAI adalah pola pembelajaran yang dijadikan
sebagai contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik profesional dalam
merancang pembelajaran PAI yang hendak difasilitasinya. Adapun orientasi
model desain pembelajaran terbagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu berorientasi
pada kelas, berorientasi pada produk, berorientasi pada sistem.
Macam-macam model desain pembelajaran diantaranya adalah Pertama,
Model Dick and Carey yang dikembangkan berdasarkan pada pemikiran dan
karya besar Robert M. Gagne dalam bukunya yang berjudul “The Conditions
Of Learning”. Kedua, Model PPSI yang pendekatannya berorientasi pada
tujuan. Ketiga, Model H. Banathy memiliki pandangan tentang sistem
intruksional. Keempat, Model Kemp memiliki bentuk lingkaran yang
menunjukkan proses terus menerus dalam menerapkan desain sistem
pembelajaran. Kelima, Model Assure dikembangkan untuk menciptakan
aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Keenam, Model Addie
merupakan model yang sifatnya generik.
Pemilihan dan penerapan suatu model desain pembelajaran untuk
mengembangkan pembelajaran PAI hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran PAI, kondisi pembelajaran PAI, dan hasil pembelajaran PAI yang
diharapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Akrim. 2020. Desain Pembelajaran - Rajawali Pers. 1 ed. Depok: PT.


RajaGrafindo Persada.
Jauhari, Muhamad Tanthowi. “Desain Pengembangan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah dan Madrasah.” ISLAMIKA 2, no. 2 (2020): 328–
41.
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah. 2016. DESAIN PEMBELAJARAN
INOVATIF Dari Teori ke Praktik. 1 ed. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Magdalena, Ina. dkk. 2021. Belajar Makin Asyik dengan Desain Pembelajaran
Menarik. CV Jejak (Jejak Publisher).
Magdalena, Ina, Amalita Aziah Septiarini, dan Siti Nurhaliza. “PENERAPAN
MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN MADRASAH ALIYAH
NEGERI 12 JAKARTA BARAT” 2 (2020): 25.
Novan Ardy Wiyani. 2017. Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancang
Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi. Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
Pribadi, Benny A. 2009. “Desain sistem pembelajaran.” Jakarta: PT Dian Rakyat.
Rusman. 2013. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Mengembangkan
Profesionalisme Guru. 2 ed. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai