BAB VI
1. Di Dalam Bab ini membahas tentang desain pembelajaran dengan model IDI, tujuannya
adalah supaya pembaca dan penulis dapat memahami apa yang akan hendak kita benahi
sebagai guru dan juga calon guru yang profesional dalam mendesain proses pembelajaran
yang efektif. Desain Pembelajaran Model IDI adalah Pemecahan masalah pengajaran dengan
pendekatan sistem berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari
tehnologi pendidikan.
Selain itu dalam Bab ini juga menjelaskan bahwa Model desain IDI ini dirancang untuk
menjawab tiga pertanyaan :
1. Apa yang dikuasai (kompetensi dasar) Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran
tertentu.
2. Apa/bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar), sumber-sumber belajar apa
yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan/ termasuk penggunaan tehnologi
pendidikan yang digunakan..
3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)
pengembangan evaluasi yang dimaksud disini adalah merancang pengevaluasian guru
terhadap proses belajar.
2. TAHAP TAHAP MODEL DESAIN PEMBELAJARAN IDI
Pada model IDI terdapat tiga tahapan besar yang harus dilakukan dalam merancang model
penentuan atau pembatasan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi atau penilaian
(evaluate). Dan pada setiap tahapan besar dibagi lagi menjadi beberapa tahapan sebagai
berikut :[3]
1. Define (Penentuan)
Langkah-langkah penentuan meliputi :
· Identifikasi masalah
Identifikasi masalah diawali dengan menentukan tingkat kebutuhan siswa akan kebutuhan
pengalaman belajar yang akan diberikan. Dari perbedaan apa yang ada sekarang dengan apa
yang diharapkan dapat diketahui masalahnya. Dan ketika sudah diketahui masalahnya maka
kita menentukan tujuan dan alternative pemecahan masalah.
· Analisis Latar
Dalam model perencaan pengajaran model IDI adalah analisis terhadap hal-hal berikut :
- Karakteristik siswa : Karakteristik siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa yang
lainnya baik dalam hal bakat, minat, potensi, motivasi, tingkat kecerdasan intelektual maupun
tingkat kecerdasan emosional. Melihat karakteristik yang berbeda-beda maka program,
pengelolaan dan pendekatan pengajaran juga harus memperhatikan segi-segi perbedaan
tersebut termasuk sistem instruksional yang dikembangkan.
- Kondisi : Kondisi adalah keadaan lingkungan baik fisik mapun social yang ada di
sekitar siswa dan sekitar sekolah. Semuanya harus diperhatikan dengan cara seksama dan
cermat agar tidak menjadi hambatan dalam kegiatan pengajaran, tetapi sebaliknya semuanya
diuapayakan dapat memeberikan dukungan terhadap kegiatan pengajaran.
- Sumber-sumber yang relevan : Sumber-sumber belajar baik yang dirancang maupun
tidak dirancang, baik human maupun non-human semuanya harus di manfaatkan secara baik
dan optimal.
- Pengelolaan organisasi : Pengembangan model perencanaan pada dasarnya bagaimana
mengorganisasikan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, siapa saja yang akan mengerjakan,
siapa yang mengerjakan dan kapan serta dimana model perencanaan pengajaran harus
dikerjakan atau dibuat.
2. Develop (pengembangan)
Langkah-langkah pengembangan meliputi sebagai berikut :
· Identifikasi tujuan
Yang dimaksudkan di sini identifikasi tujuan pengajaran mulai dari tujuan instruksional
umum (kompetensi dasar) yang disebut juga terminal object dan kemudian dijabarkan
menjadi tujuan instruksional khusus dan disebut juga behavioral objectives (indikator
pembelajaran). Tujuan instruksional khusus atau indicator hasil belajar sangat diperlukan
dalam pengembangan model instruksional.
· Penentuan dan pemilihan metode
Metode sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai ukuran dalam memilih dan
menggunakan metode mengajar adalah Urutan/ isi bahan mata pelajaran yang akan disajikan
dan Bentuk dan tempat kegiatan yang akan dilakukan, Dalam penentuan metode termasuk
didalamnya metode pengajaran yang dipilih dan disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi
pembelajaran yang ada dan tercipta.
3. Evaluate (evaluasi)
Langkah-langkah evaluasi meliputi :
· Tes uji-coba
Uji coba bisa dilakukan terhadap teman-teman guru atau mahasiswa sebagai, bisa juga
langsung terhadap siswa sebagai sampel. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan serta efektivitas dan efisiensi program pengajaran yang telah
disusun dan dibuat.
· Analisis hasil
Setelah di uji cobakan kemudian dianalisis berkenaan tiga hal sebagai berikut :
- Apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai?, bila tidak tercapai apakah
rumusan tujuan yang telah dibuat sudah cukup operasional atau belum.
- Apakah metode/teknik atau pendekatan dan sumber belajar yang digunakan sudah
sesuai dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, mengingat adanya
perbedaan karakteristik pada diri siswa.
- Apakah terdapat kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi. Dan apakah hal-hal
yang perlu dievaluasi secara keseluruhan dengan baik dan benar.”[4]
4. KEUNGGULAN MODEL IDI
Model IDI bermanfaat untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources
( sumber, akal,ide) dan mengharapkan untuk menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif
untuk memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.”[5]
Kekunggulan lain dari model IDI adalah model ini dapat dijadikan perbaikan oleh guru dari
pengalaman sebelumnya, jika dikaitkan dengan pembelajaran maka hasil belajarnya pun akan
lebih baik, dilihat dari insight atau pengalaman, penggunaan tehnologi pendidikan lainnya
dan evaluasi yang sudah di rancang sedemikian rupa”[6]
5. KELEMAHAN MODEL IDI
Desain Pembelajaran model IDI tidak terlepas dari keterbatasan atau kelemahan tertentu,
adapun kelemahan model ini adalah : Model IDI Membutuhkan dana dan fasilitas dalam
proses pembelajaran, baik dalam penggunaan media, alat atau bahan sehingga membutuhkan
biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran sedangkan fasilitas sekolah masih
minim.
Sejarah perkembangan munculnya IDI
Model IDI (Instructional Development Institute) muncul sebagai hasil dari perkembangan
dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Sejarah perkembangan model IDI
dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1960-an, ketika pendekatan sistemik dalam
pendidikan mulai berkembang.
Pada awalnya, model IDI dikembangkan sebagai respons terhadap kebutuhan untuk
meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran di berbagai tingkatan pendidikan.
Model ini berfokus pada pengembangan kurikulum yang berorientasi pada hasil belajar, serta
memperhatikan berbagai aspek pengajaran, seperti desain pembelajaran, strategi pengajaran,
dan evaluasi pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, model IDI terus mengalami
evolusi. Pada tahun 1970-an, model ini mulai mengintegrasikan pendekatan sistemik, yang
menekankan pentingnya memahami hubungan antara berbagai komponen dalam suatu sistem
pendidikan. Hal ini memungkinkan pengembangan kurikulum yang lebih holistik dan
terintegrasi.
Pada tahun 1980-an, model IDI semakin menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi
dan globalisasi. Penggunaan teknologi dalam pendidikan mulai diperhatikan, dan model IDI
mulai mengintegrasikan teknologi sebagai bagian dari desain pembelajaran. Selain itu,
globalisasi juga mempengaruhi pendekatan pengajaran dan pembelajaran, sehingga model
IDI mulai mempertimbangkan aspek-aspek multikultural dalam pengembangan kurikulum.
Hingga saat ini, model IDI terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan dalam
dunia pendidikan. Model ini tetap menjadi salah satu pendekatan yang relevan dalam
pengembangan kurikulum, karena mampu mengakomodasi berbagai perubahan dan inovasi
dalam bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenanada Media,
Jakarta, cet. Ke-1, 2008.
Petrusposmasilaban di 00.59
Berbagi
5 komentar:
Balas
Balas
Balasan
Balas
Balas
Balasan
Balas
‹
›
Beranda
Lihat versi web
My Story
Petrusposmasilaban
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.