Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok:

Imas Kintan Kurnia Dewi 180511625564


Rian
Kukuh Andreng 180511625554 Syahmullo
h
Nova Rizki Wijayanti 180511625584 Hendranaw

1. Perbandingan Model Pembelajaran


A. Model PPSI

Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional ada lima tahapan dalam model perencanaan, Tahap-
tahap yang dikemukakan PPSI dalam mendisain suatu pembelajaran dirasa cukup rumit dan lebih
mementingkan perencanaan pembelajaran bukan pelaksanaan pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari tahap 1
sampai tahap 4 merupakan perencanaan sedangkan pelaksanaan pembelajaaran diletakan pada tahap kelima
yaitu tahap pengembangan.

Secara umum kelebihan dari model PPSI ini adalah 

i. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran
ii. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis,
iii. Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di
lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan
para ahli. 
Sedangkan kelemahan dari model PPSI ini adalah ada beberapa kegiatan yang bisa disatukan
sehingga lebih mudah dilaksanakan guru dalam kelas.

B. Model Briggs

Pengembangan desain instruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan
sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desain kegiatan instruksional maupun tim pengembangan
instruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan
perancang instruksional.

Model pengembangan instruksional Briggs ini berdasarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang
akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.[2] Langkah pengembangan
dimaksud dirumuskan ke dalam sepuluh langkah pengembangan, yaitu:
a. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan

Dalam langkah ini Briggs menggunakan pendekatan yaitu: mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum
dan luas.

b. Penyusunan garis besar kurikulum atau rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan
dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus rinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-
tujuan yang lebih spesifik.

c. Perumusan tujuan

Sesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasikan menurut tujuan yang lebih
khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang dapat diukur.

d. Analisis tugas atau tujuan

Dalam langkah ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal yaitu:

1) Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis.

2) Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang dapat diperlukan.

3) Tujuan belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.

e. Penyiapan evaluasi hasil belajar

f. Menentukan jenjang belajar

g. Penentuan kegiatan belajar

Penentuan strategi instruksional ditinjau dari dua segi yaitu: 1) dari segi guru sebagai perancang kegiatan
instruksional, meliputi pemilihan media , perencanaan kegiatan belajar, pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar. 2) menurut tim pengembang instruksional, meliputi penentuan
stimulus belajar yaitu stimulus apa yang sesuai untuk TIK tertentu, pemilihan media, penentuan kondisi
belajar, perumusan strategi, pengembangan media, evaluasi formatif, dan penyusunan pedoman
pemanfaatan.

h. Pemantauan bersama

Guru sebagai perancang kegiatan instruksional dan tim pengembang instruksional.

i. Evaluasi formatif

Evaluasi ini untuk memperoleh data dalam rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar.
j. Evaluasi sumatif

Evaluasi ini untuk menilai system penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan mencakup penilain
hasil belajar, tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih.

C. Model Kemp

Model ini memberikan bimbingan kepada para peserta didik untuk berpikir tentang masalah-masalah umum
dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan pengembang desain instruksional untuk
melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya
adalah spesifikasi pelajaran dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya adalah menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber-
sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya, materi/isi (content) kemudian dievaluasi atas dasar
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi
didasarkan atas hasil-hasil evaluasi. Keseluruhan proses tersebut harus dilakukan evaluasi. Proses evaluasi
kemudian dijadikan dasar sebagai proses revisi atau perbaikan.

Desain Kemp merupakan desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling
berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai apa yang diinginkan serta berorientasi pada
perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Model Kemp juga merupakan sebuah pendekatan yang
mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan program. Dimana alur
tersebut merupakan rangkaian yang sistematis yang menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi.
Komponen-komponen dalam model pembelajaran Kemp ini dapat berdiri sendiri, sehingga sewaktu-waktu
tiap komponennya dapat dilakukan revisi.

D. Model Gerlach-Ely

Pembelajaran Model Gerlach-Ely merupakan model pembelajaran yang bersifat sistematis. Pada model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai ceklis dalam membuat sebuah rencana kegiatan pembelajaran.
Hal ini karena pada metode ini diperlihatkan seluruh proses belajar. Pada metode ini memperlihatkan
hubungan yang memberikan pola urutan yang dapat menjadi sumber pengembangan rencana pembelajaran
berikutnya. Pada model pembelajaran ini ini memiliki sisi positif yaitu dapat digunakan di segala jenjang
pendidikan karena di dalamnya terdapat proses penentuan strategi yang cocok untuk peserta didik dalam
menerima pendidikan. Dalam penyampaian materi metode ini menggunakan teknologi sebagai sarana
belajar yang lebih efektif dan modern.

E. Dick and Carey


Dick and  Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sitematis. Menurut Dick and Carey bahwa pendekatan sistem selalu
mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems
Development/ISD).

Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui
kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model
pembelajaran dick and carey menerapkan tahapan dimaksud, dengan demikian pengembangan yang
dilakukan berbasis pada kebutuhan dan pemecahan masalah.

2. Terbaik untuk SMK

Dalam memilih metode pembelajaran kelompok kami sepakat menggunakan Model Gerlach-Ely untuk
pembelajaran di SMK. Karena di SMK sebagian besar dalam proses pembelajaran mengedepankan praktik.
Dengan menggunakan model Gerlach-Ely terdapat proses pemberian stimulant. Seperti yang diketahui
bahwa sebelum melakukan praktikum yang digunakan perlu adanya pengetahuan awal. Maka dari itu
pembelajaran awal pada SMK mesin sebaiknya berupa teori sebagai bentuk pemberian stimulant.
Selanjutnya menuju tahap mengukur kemampuan awal siswa yang secara langsung dapat menguji
pemahaman awal setelah pemberian materi kepada siswa. Kemudian dilanjutkan menuju proses praktik di
bengkel dan dilanjutkan dengan pengevaluasian performa siswa. Setelah semua hal selesai maka perlu
dianalisis hasil belajar siswa yang dievaluasi tadi sehingga menjadi bahan dalam memberikan stimulant baru
terhadap siswa. Tambahan pada model ini setelah mengukur kemampuan awal siswa, dilakukan strategi
pembelajaran yang mana strategi tersebut dapat menggunakan model pembelajaran teaching factory.
Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu
pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di
industri atau secara singkatnya adalah pembelajaran berbasis proyek.

Anda mungkin juga menyukai