Anda di halaman 1dari 6

Model Dick and Carrey

Dalam pemahaman tradisional, proses belajar dan mengajar melibatkan, guru, siswa, dan
buku teks. Materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru telah termuat dalam buku teks.
Pandangan ke depan tentang pembelajaran, merupakan suatu proses sistematis yang melibatkan
komponen-komponen yang saling terkait, seperti: pebelajar, pengajar, bahan pembelajaran, dan
lingkungan belajar, semua ini merupakan hal yang penting untuk kesuksesan belajar (Parwati
dkk. 2012).
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model yang
dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap nkomponen-komponen
dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan
evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (Sujarwo. 2007) adalah :
1. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2. Melaksanakan analisi pembelajaran.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
4. Merumuskan tujuan performansi.
5. Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
9. Merevisi bahan pembelajaran.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Gambar 1. Bagan Desain Pembelajaran Model Dick and Carey



Adapun keterangan gambar menurut Sujarwo (2007) antara lain :
1. Identifikasi kebutuhan dan menentukan tujuan umum, ini merupakan tahap awal,
yaitu menentukan kebutuhan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya
ketika mereka telah menyelesaikan program pembelajaran serta menentukan tujuan
umum yang akan dicapai. Tujuan umum pembelajaran memuat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan. Tujuan
mendeskripsikan pencapaian pembelajaran, bukan proses pembelajaran. Pernyataan
tujuan fokus pada apa yang bisa dilakukan dan konteks dimana pebelajar bisa
menggunakannya. Pernyataan tujuan umum biasanya mengandung kata:
menyelesaikan, menerapkan, dan mengelola. Prosedur yang direkomendasikan untuk
mengidentifikasi tujuan umum, mencakup langkah berikut (Parwati dkk. 2012):
a. Tulis tujuan umum.
b. Buat daftar semua perilaku yang harus ditunjukkan oleh pebelajar sebagai
hasil belajar atau tujuan yang ingin dicapai.
c. Analisis daftar perilaku yang telah dikembangkan dan pilih yang terbaik
yang mencerminkan pencapaian dari tujuan.
d. Gabungkan perilaku terpilih ke dalam pernyataan tujuan yang
mendeskripsikan apa yang ditunjukkan oleh pebelajar.
e. Evaluasi pernyataan tujuan umum yang telah direvisi dan tetapkan apakah
pebelajar yang menunjukkan perilaku tersebut akan mencapai tujuan yang
lebih umum (dari tujuan yang dibuat di awal).
2. Melakukan analisis instruksional, yakni menentukan kemampuan apa saja yang
terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau
materi yang akan dipelajari.
3. Mengidentifikasi tingkah laku awal dan karakteristik siswa, ketika melakukan analisis
terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan atau dibelajarkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan keterampilan awal yang
telah dimiliki siswa.
4. Merumuskan tujuan kinerja atau tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran
khusus adalah deskripsi secara detail tentang apa yang akan dapat dikerjakan
pebelajar setelah menyelesaikan suatu unit pembelajaran. Lebih tegasnya, tujuan
pembelajaran khusus diturunkan dari keterampilan-keterampilan yang ditetapkan
dalam analisis pembelajaran. Satu atau lebih tujuan bisa dibuat untuk setiap
keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran. Bahkan keterampilan
pada entry behavior perlu dituliskan tujuan khsusnya karena salah satu fungsi
penulisan tujuan khusus adalah untuk mengarahkan evaluasi.
Penetapan komponen kriteria dari tujuan merupakan bagian krusial karena
menyangkut keputusan kelayakan tentang tercapainya tujuan. Banyak desainer
pembelajaran menggunakan rubrik atau ceklis untuk mendefinisikan kriteria yang
kompleks untuk respon (jawaban, produk, dan unjuk kerja) yang dapat diterima.
Kriteria untuk domain phsikomotor dan sikap umumnya lebih kompleks dimana
sejumlah perilaku yang dapat diamati perlu ditabelkan. Perilaku-perilaku ini sangat
berguna untuk mengembangkan ceklis atau rating scale yang diperlukan. Ketika
hanya ada satu respon yang mungkin, banyak desainer tidak menuliskan. kriteria
karena sudah terimplikasi di dalamnya, sementara desainer yang lain hanya
menambahkan kata dengan benar.
5. Pengembangan tes acuan patokan. Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada
tujuan yang telah dirumuskan. Dalam mengembangkan tes acuan kriteria, sangat
perlu dibuat tabel tentang tujuan yang dikaitkan dengan unjuk kerja (kinerja) sesuai
dengan hasil analisis pembelajaran. Kondisi, perilaku, dan kriteria yang terkandung
dalam pernyataan tujuan akan membantu dalam menentukan format terbaik dari
instrumen assesmen.
6. Pengembangan strategi pembelajaran. Informasi dari lima tahap sebelumnya,
dilakukan pengembangan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan akhir. Strategi
pembelajaran merujuk pada berbagai variasi aktivitas pembelajaran (belajar-
mengajar). Strategi pembelajaran yang dimaksud di sini adalah strategi mikro, strategi
terkait dengan tujuan khusus tertentu. Dalam Parwati (2012) dinyatakan bahwa untuk
mengembangkan strategi mikro diperlukan kajian strategi makro, yaitu keseluruhan
strategi mulai dari mengenalkan topik pada pebelajar sampai dengan tercapainya
tujuan umum. Suatu material belajar yang baik mengandung strategi atau prosedur
yang dilakukan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran yang
student centered, strategi pembelajaran harus dibangun oleh pebelajar. Oleh sebab itu
dalam mendesain dan mengembangkan material belajar sangat penting dilakukan
kajian tentang strategi pembelajaran. Kebutuhan psikologi pendidikan tentang belajar
dan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap belajar memegang peranan penting .

7. Pengembangan atau memilih materi pembelajaran. Tahap ini akan digunakan untuk
memilih atau mengembangkan materi pembelajaran termasuk petunjuk pembelajaran
untuk siswa, materi, tes dan panduan guru.
Dalam Parwati (2012), material pembelajaran juga perlu dilengkapi dengan manual bagi
instruktur untuk menunjukkan bagaimana material ini diimplementasikan dalam
pembelajaran. Secara keseluruhan, untuk mengembangkan pembelajaran diperlukan
sumber-sumber material berikut:
Tujuan umum pembelajaran
Analisis pembelajaran
Tujuan pembelajaran khusus
Item tes
Karakteristik pebelajar
Karakteristik konteks kinerja dan konteks belajar
Strategi pembelajaran yang mencakup preskripsi tentang: (a) urutan tujuan
khusus, (b) aktivitas pembelajaran awal, (c) assesmen yang akan digunakan,
(d) penyajian konten dan contoh, (d) partisipasi pebelajar, (e) strategi untuk
ingatan dan keterampilan transfer pengetahuan, (f) aktivitas yang dirancang
untuk pelajaran individu, pengelompokan pebelajar dan pemilihan media, dan
(g) sistem penyampaian. Dalam memilih media, evaluasi yang cermat perlu
dilakukan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mengumpulkan data, mengidentifikasi data, mengolah data, dan menganalisis data
tentang program yang dikembangkan. Hasilnya untuk mendeskripsikan apakah
program yang dikembangkan sudah baik atau belum. Jika belum harus direvisi dan
jika sudah harus dipertahankan.
9. Merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif. Tahap ini merupakan tahap lanjutan
untuk melihat kebergunaan program setelah diterapkan di lapangan.
10. Revisi pembelajaran. Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat sistem
pembelajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan.

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari
model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan
yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata
lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas
dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan
tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu
di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan agar:
1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu
melakukan halhal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
2. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dikehendaki.
3. Menerangkan langkah langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan
desain pembelajaran.









DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-
ENDANG_RUSYANI/DESAIN_PEMBELAJARAN.pdf


Sujarwo. 2007. Desain Sistem Pembelajaran. PLS FIP UNY : Yogyakarta di unduh pada laman
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain%20Pembel
ajaran-pekerti.pdf

Parwati dkk. 2012. Pelatihan Mendesain Media Pembelajaran Menggunakan Model Dick And
Carey Bagi Guru-Guru Di Kecamatan PENEBEL. http://lemlit.undiksha.ac.id/media/1255.pdf

Anda mungkin juga menyukai