Anda di halaman 1dari 5

NAMA FADHILLAH

NIM/KELAS 21161067/A
MATA KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
TUGAS RESUME MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

MODEL- MODEL DESAIN PEMBELAJARAN


1. Model IDI

Pengembangan instruksional model IDI (Instruksional Development Institute) merupakan


suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).

Pengembangan system instruksional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu
merumuskan (define), mengembangkan (develop), dan menilai (evaluate). Setiap tahapan terbagi
ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi Sembilan fungsi, yaitu :

1. Mengidentifikasi masalah dengan cara menilai kebutuhan. Kebutuhan atau masalah


timbul dengan melihat perbedaan (disrepancy) antara keadaan sekarang dan keadaan
yang dicita-citakan.
2. Menganalisis keadaan yang meliputi karakteristik siswa, kondisi belajar serta sumber-
sumber belajar yang relevan.
3. Mengatur peneglolaan berbagai tugas, tanggung jawab, serta waktu.
4. Mengidentifikasi tujuan instruksional yang hendak dicapai. Ada dua macam tujuan
instruksional, yaitu tujuan umum (terminal objective) dan tujuan khusus
(behavioral/enabling objective).
5. Menentukan metode instruksional sebagai upaya untuk mencapai tujuan instruksional.
6. Menyusun protipe program instruksional sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang
telah dirumuskan sebelumnya.
7. Mengadakan uji coba protipe proraminstruksional kepada beberapa orang rekan sebagai
sampel.
8. Menganalisis hasil uji coba dari protipe program instruksional.
9. Pelaksanaan atau implementasi bilamana menurut hasil analisis uji coba, protipe program
instruksional sudah memadai atau telah diperbaiki.
2.  Model Dick dan Carrey
Dick and Carrey (1985) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan
menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pendekatan sistem selalu mengacu
kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional systems
Development/ISD). Komponen model Dick and Carrey meliputi pembelajar, pengajar, materi
dan lingkungan. Demikian pula, di lingkungan pendidikan non formal model ini meliputi warga
belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perancangan yang berupa urutan langkah-langkah. Adapun urutan
perancangan secara lengkap sebagai berikut:
1. Identifikasi Tujuan Pengajaran ( Identity Instructional Goals)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajarannya.
2. Melakukan Analisis Instruksional ( Conducting a Goal Analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar
yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang
lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan chart atau
diagram tentang keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukan keterkaitan
antara keterampilan atau konsep tersebut.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal atau Karakteristik Siswa ( Identity Entry
Behaviours, Characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang
telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk
diitentifikasi adalah karakteristil khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan
rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
4. Merumuskan tujuan kinerja (Write Performance Objectives)
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa,
selanjutnya akan di rumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa
setelah menyelesaikan pembelajaran.
5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Development Criterian-Referenced Test Items)
Berdasarkan pada tujuan yang dirumuskan, maka dilakukan pengembangan
butir asessment untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang di perkirakan di dalam
tujuan.
6. Pengembangan Strategi Pengajaran (develop instructional strategy)
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas
preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan
lewat aktivitas.
7. Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran
Pengembangan bahan ajar merupakan sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem,
pengembangan bahan ajar tentu merupakan gabungan dari berbagai komponen
pembelajaran. Dick and Crey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan bahan pembelajaran yaitu, (a) pengajar
merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke
dakam bahan, kecuali pratest dan pasca test, (b) pengajar memilih dan mengubah bahan
yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran, (c) pengajar tidak memakai bahan,
tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah
disusun.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi formatif (design and conduct formative
evaluation)
Evaluasi dalam pembelajaran merupakan bagian yang penting untuk dilakukan. Tanpa
ada evaluasi pembelajaran akan terasa hampa. Dengan adanya evaluasi guru dapat
melihat seberapa jauh anak didiknya menguasai bahan ajar yang sudah di sampaikan.
Selain evaluasi terhadap kemapuan siswa, guru juga harus dapat mengevaluasi bahan
ajar-bahan ajar yang ada dalam buku teks sebagai bahan ajar pelajaran. Evaluasi
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesesuain antara bahan ajar yang tersaji
dengan tujuan yang telah di rancang.
9. Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas atau diimplementasikan
di kelas.
10. Revisi Pengajaran (instructional revitions)
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi
sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterprestasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dan pakar.

3. Model PPSI

Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) merupakan salah satu pola dasar
mengajar yang telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih. PPSI tak dapat
dipisahkan dari kurikulum yang telah pernah diberlakukan sejak akhir 1970-an sampai 1980-an.
Bahkan PPSI masih banyak digunakan pada kurikulum 1990-an.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan
sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling
berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedang fungsi
PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara
sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar.
PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas,
sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu
sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI, antara lain:
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk
hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan/tujuan).
2. Pengembangan Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item
soal untuk setiap tujuan).
3. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua kemungkinan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan,menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan
ditempuh).
4. Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi
pelajaran,menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan
dan menyusun program kegiatan/jadwal).
5.  Pelaksanaan, (mengadakan pretest, menyampaikan materipembelajaran, mengadakan
posttest dan revisi).
Secara lebih rinci langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a)      Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran
khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi
yang diharapkan dimiliki siswa/siswi setelah mengikuti program pembelajaran.
b)      Langkah 2: Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat
evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai
kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran tersebut.
c)      Langkah 3: Menentukan Kegiatan Belajar-Mengajar
Setelah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan,langkah selanjutnya adalah menetapkan
kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus
dilakukan adalah:
·           Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk
mencapai tujuan
·           Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan
tidak perlu ditempuh oleh siswa, dan
·           Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
d)      Langkah 4: Merencanakan Program KBM
Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan
kegiatan mengajar dan kegiatan belajar ang dirancang secara sistematis sesuai dengan
situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai
dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan.
e)      Langkah 5: Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalampelaksanaan program ini adalah sebagai
berikut:
·         Mengadakan pretest (Tes Awal)
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada langkah kedua.
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan yang
telah disiapkan.
·        Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang
telah disusun pada langkah keempat, yaitu “Merencanakan rencana belajar
mengajar”, baik dalam materi, metode, maupun alat yang akan digunakan.
·        Mengadakan Posttest
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang
diberikan identik dengan yang diberikan pada es awal, jadi bedanya terletak pada
waktu dan fungsinya.
Tes awal (pretest) berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi
pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir (posttest) berfungsi
untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah
pembelajaran dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai