Anda di halaman 1dari 4

Langkah-Langkah Model Desain Pembelajaran Dick and Carey

Tahap-tahap yang dikembangkan dalam Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah.
Berikut adalah tahap-tahap model desain pembelajaran Dick and Carey yang disarikan dari
tulisan M.khotib (2015) :

1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran (Identifying goals).

Tahap pertama dari model ini adalah identifikasi tujuan umum. Pada tahap ini perencana
(desainer) melakukan analisis mengenai kompetensi yang diharapkan setelah menyelesaikan
program pembelajaran. Diharapkan dengan tujuan yang benar akan membimbing pada proses
yang benar. Oleh karena itu tujuan harus teridentifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dicapai
dan terukur.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran (Conducting instructional analysis).

pada tahap ini desainer melakukan analisis instruksional, yaitu proses untuk menentukan
keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi
pada tujuan pembelajaran. Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah analysis instruksional, yaitu sebuah proses proses yang digunakan untuk
menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai
kompetensi atas tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional beberapa langkah
yang diperlukan untuk mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan (cognitive),
keterampilan (Phsycomotor) dan sikap (attitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.

3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran (Identifying entry


behaviors and learner characteristics).

Langkah selanjutnya atau bisa juga dilakukan secara paralel adalah mengidentifikasi
tingkah laku awal dan karakteristik siswa terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu
dilatihkan atau dibelajarkan. Dalam hal ini juga dipertimbangkan keterampilan awal yang telah
dimiliki siswa. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Identifikasi
yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program
pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Writing performance objective).

Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa
kemudian dirumuskan pernyataan tujuan khusus tentang apa yang akan dicapai siswa setelah
mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran perlu


mengembangkan kompetensi atau tujuan pembelajaran spesifik (instructional objectives) yang
perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum (instructional
goal). Dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang bersifat berspesifik, ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatian:

a) Menentukan pengetahuan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menepuh
proses pembelajaran.

b) Kondisi yang dieprlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan
yang telah dipelajari

c) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa
dalam menempuh proses pembelajaran

5. Mengembangkan Instrumen Penilaian berdasarkan patokan (Developing criterion-


referenced test items).

Untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa, maka desainer merancang instrumen
penilaian berdasarkan patokan. Instrumen harus valid, artinya mengukur apa yang seharusnya
diukur. Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang
digambarkan dalam tujuan.

Berdasarkan tujuan kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya


adalah mengembangkan alat atau instrumem penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil
belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil belajar. Hal yang penting dalam
menentukan instrument evaluasi yang akan digunakan adalah instrument harus dapat mengukur
performance siswa dalam mencapau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Developing instructional strategy).

Setelah instrumen penilaian siap, maka langkah selanjutnya adalah merancang strategi
pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran. Desainer harus
memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi
tentang unjuk kerja siswa. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi
secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar.

Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas


pembelajaran yaitu aktifitas pra-pembelajaran, penyajian materi pembelajara, dan aktivitas
tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran. Penentu strategi pembelajaran harus didasarkan pada
faktor-faktor berikut:a.

a. Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran

b. Penelitian tentang hasil belajar


c. Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran

d. Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa

e. Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar (Developing and selecting instructional


materials).

Untuk mencapai tujuan lebih efektif dan fokus, maka desainer memilih materi
pembelajaran. Bahan ajar berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu
kemajuan mereka selama pembelajaran.

Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat membawa
informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa, bahan ajar yang dapat digunakan adalah
buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis computer, program
multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh.

8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif (Designing and conducting the


formative evaluation of instruction).

Evaluasi formatif adalah evaluasi untuk mendapatkan informasi sejauh mana pencapaian
tujuan pembelajaran. Hasilnya dipergunakan untuk mendeskripsikan apakah program yang
dikembangkan sudah baik atau belum. Jika belum harus direvisi dan jika sudah harus
dipertahankan

Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan
dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan
sebagai masukan untuk memperbaiki draf program Tiga jenis evaluasi formatif:

a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation)

Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan untuk melakukan kontak
langsung dengan satu atau tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan
tentang ketercenaan dan daya tarik program.

b. Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation)

Evaluasi kelompok dialakukan kecil dilakukan untuk menguji cobakan


program terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa.
Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas program.

c. Evaluasi lapangan/field trial


Evaluasi lapangan adalah uji coba program sebelum program tersebut digunakan dalam
situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

9. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran (Revising instruction).

Melalui evaluasi formatif, akan diketahui berbagai kelemahan pembelajaran yang telah
dilakukan Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi
juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti
analisis pembelajaran dan karakteristik siswa. Setelah berbagai kelemahan diketahui, maka setiap
aspek diperbaiki dan disempurnakan.

Langkah terakhir dari proses desain adalah melakukan revisi terhadap draf program
pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran, evaluasi
tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga pada aspek-aspek desain
sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry
behavior dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif perlu dilakukan pada semua aspek
program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program
tersebut.

10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif (Conducting summative


evaluation).

Pada tahap akhir dilaksanakan evaluasi menyeluruh dalam bentuk sumatif. Tahap ini
merupakan tahap lanjutan untuk melihat kebergunaan program setelah diterapkan di lapangan.
Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen.

Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini
dianggap puncak dalam aktifitas desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai
dengan standar yan digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang
program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan
bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem pembelajaran. Langkah
desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey merupakan sebuah prosedur yang
menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap
langkah dalam desain pembelajaran memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai