Anda di halaman 1dari 8

Prosedur dan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, bahan ajar yang akan digunakan dalam aktivitas
belajar dan pembelajaran perlu didesain dan dikembangkan selaras dengan tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang perlu dicapai oleh peserta didik. Selain itu, bahan ajar tersebut juga perlu
diselaraskan dengan karakteristik peserta didik yang akan menempuh program pembelajaran.
Proses pengembangan bahan ajar pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang
sistematik dan menyeluruh untuk menciptakan ragam bahan ajar yang dapat digunakan secara
efektif dan efisien dalam aktivitas pembelajaran. Dalam melakukan pengembangan bahan ajar,
pendidik dan perancang program pembelajaran perlu melakukan langkah-langkah yang
sistematis dan menyeluruh.

A. PENDEKATAN ADDIE
Banyak pendekatan atau proses desain dan pengembangan yang dapat digunakan untuk
merancang dan memproduksi bahan ajar. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan bahan ajar adalah pendekatan ADDIE. Nama ADDIE merupakan singkatan
nama dari komponen-komponen yang terdapat di dalam pendekatan tersebut, yaitu: A
(analysis); D (design); D (development); I (implementation); dan E (evaluation). Untuk lebih
jelasnya, kita lihat masing-masing komponen dalam model ADDIE

1. Analysis
Langkah analisis merupakan langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan
bahan ajar. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang memadai tentang
profil calon pengguna bahan ajar. Informasi tentang kompetensi apa saja yang perlu
dimiliki oleh pembaca setelah mempelajari bahan ajar yang akan dikembangkan. Langkah
analisis disebut juga dengan istilah analisis kebutuhan atau need assessment.
Langkah analisis kebutuhan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar akan
menjamin bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan dalam memfasilitasi proses
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
diperlukan. Langkah analisis pada dasarnya merupakan aktivitas atau proses pengumpulan
data dan informasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.
Data yang berhasil dikumpulkan dapat dianalisis untuk mendapatkan gambaran
tentang kondisi kemampuan yang telah dimiliki dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh
pengguna bahan ajar. Kesenjangan kondisi kemampuan antara pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki dan kemampuan yang perlu dimiliki dapat dijadikan
sebagai dasar untuk menetapkan tujuan pembelajaran dalam mendesain sebuah bahan ajar
atau program pembelajaran.

2. Desain
Langkah desain diwujudkan dengan membuat rencana atau blueprint tentang
bagaimana sebuah bahan ajar akan dikembangkan sehingga dapat dipelajari dengan efektif
dan efisien oleh penggunanya. Langkah ini dilakukan setelah penulis menentukan
kompetensi atau kemampuan umum yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah
mempelajari bahan ajar. Dengan kata lain, langkah desain perlu diselaraskan dengan
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang perlu dicapai oleh peserta didik.
Desain merupakan langkah yang diperlukan karena berfungsi sebagai dasar atau
fondasi dalam pengembangan bahan ajar lebih lanjut. Sebuah desain bahan ajar atau
program pembelajaran biasanya berisi komponen-komponen yang saling terkait yang
menggambarkan secara singkat tentang kompetensi umum dan kompetensi khusus, isi mata
kuliah atau subjek pelajaran, topik dan sub topik dari substansi yang akan ditulis dalam
bahan ajar, serta metode yang akan digunakan untuk menyampaikan substansi tersebut
kepada sasaran, yaitu pengguna bahan ajar.

3. Development (Pengembangan)
Langkah desain yang telah dilakukan harus diikuti dengan langkah selanjutnya, yaitu
langkah pengembangan. Dalam langkah ini rancangan bahan ajar yang telah dituangkan
dalam desain akan ditulis dan diproduksi menjadi bahan ajar yang siap untuk ditelaah dan
disempurnakan melalui proses revisi yang dilakukan secara berkesinambungan. Proses
telaah dan revisi diperlukan sebelum bahan ajar digunakan dalam situasi sebenarnya.
Pada langkah pengembangan, bahan ajar diproduksi berdasarkan struktur dan
sistematika yang telah ditetapkan pada langkah desain. Bahan ajar cetak yang digunakan
untuk keperluan aktivitas pembelajaran pada dasarnya memiliki struktur dan sistematika
umum yang sama dengan bahan ajar cetak lain. Struktur dan sistematika tersebut terdiri
dari bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.

Gambar Sistematika Umum Bahan Ajar

4. Implementasi
Bahan ajar yang telah selesai dikembangkan perlu diimplementasikan pada sasaran
pengguna yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini penulis atau pendidik yang
berperan sebagai pengembang bahan ajar dapat melakukan observasi untuk mengetahui
apakah bahan ajar yang telah dikembangkan dan diproduksi dapat memberikan kontribusi
optimal bagi penggunanya.
Kontribusi yang diberikan oleh sebuah bahan ajar dapat diukur dengan menggunakan
beberapa indikator. Salah satu indikator yang digunakan adalah mengetahui kemampuan
sebuah bahan ajar yang dikembangkan dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam aktivitas
pengembangan bahan ajar. Langkah ini diperlukan untuk menilai kualitas bahan ajar yang
tengah atau telah dikembangkan. Berdasarkan tujuannya aktivitas atau langkah evaluasi
dapat diklasifikasikan menjadi evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif pada dasarnya bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi
bahan ajar atau program pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan secara
sumatif pengguna program dapat memutuskan apakah program tersebut perlu dilanjutkan
atau dihentikan penggunaannya.
Berbeda dengan evaluasi sumatif, evaluasi formatif bertujuan untuk menilai kekuatan
dan kelemahan yang terdapat pada sebuah produk atau program pembelajaran. Hasil dari
evaluasi formatif dapat digunakan untuk menyempurnakan produk atau program
pembelajaran sebelum dipakai pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya.
Jenis evaluasi yang tepat untuk diaplikasikan dalam mengembangkan tersebut bahan
ajar adalah evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini pada hakikatnya digunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan bahan ajar pada saat dikembangkan. Evaluasi formatif
dilakukan sebelum bahan ajar tersebut digunakan dalam situasi yang sesungguhnya.
Langkah evaluasi formatif pada hakikatnya dilakukan untuk memperoleh informasi
detail tentang kualitas bahan ajar yang tengah dikembangkan. Apakah isi informasi atau
pengetahuan yang terdapat dalam bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai? Pertanyaan lain yang perlu dikemukakan, yaitu apakah isi informasi atau
pengetahuan yang terdapat dalam bahan ajar selaras dengan karakteristik sasaran atau
pengguna bahan ajar tersebut?
Evaluasi formatif berisi serangkaian tahap uji coba bahan ajar terhadap calon
pengguna bahan ajar tersebut. Tanggapan atau respons dari calon pengguna terhadap
program atau bahan ajar yang diuji coba perlu diobservasidan dicatat untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki dan menyempurnakan sebuah bahan ajar.
Langkah-langkah dalam pendekatan desain pembelajaran ADDIE dilakukan untuk
mengembangkan sebuah bahan ajar dapat dirangkum dalam ilustrasi gambar sebagai
berikut
Gambar
Langkah Pendekatan Pembelajaran ADDIE

B. MODEL ASSURE
Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam mengembangkan bahan ajar selain
pendekatan ADDIE adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Heinich dan kawan-kawan
(2005) yang dinamakan model ASSURE. Pendekatan ini terdiri dari enam langkah sistematik
dan sistemik yang diperlukan untuk mendesain dan menciptakan sebuah bahan ajar yang
efektif, efisien, dan menarik, yaitu:
1. Mengenal karakteristik calon pengguna bahan ajar.
2. Menentukan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang perlu dimiliki oleh peserta didik
setelah menggunakan bahan ajar.
3. Mendesain bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
4. Memproduksi bahan ajar sesuai dengan desain yang telah dibuat.
5. Melibatkan peserta didik dalam menggunakan bahan ajar.
6. Melakukan evaluasi dan revisi terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan.

1. Mengenal Karakteristik Calon Pengguna Bahan Ajar


Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam mengembangkan sebuah bahan ajar, yaitu
mengenal karakteristik peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran yang akan
dirancang dan dikembangkan. Dengan mengenal peserta didik, pendidik, instruktur dan
pelatih akan dapat menentukan komponen-komponen bahan ajar lain, yaitu:
• Tujuan atau kompetensi yang akan dan perlu dimiliki oleh peserta didik.
• Isi atau materi pelajaran yang akan dipelajari oleh pengguna bahan ajar.
• Metode, media dan strategi pembelajaran untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran.
• Rancangan evaluasi hasil belajar yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik.
Mengenal karakteristik peserta didik sebagai calon pengguna bahan ajar dapat menjamin
bahwa bahan ajar yang digunakan akan sesuai dengan sasaran dan kompetensi yang akan
dicapai. Salah satu bentuk informasi penting tentang karakteristik peserta didik yang perlu
dimiliki sebelum mengembangkan sebuah bahan ajar adalah kemampuan awal atau entry
behavior yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan awal dalam konteks ini adalah
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik dan terkait dengan isi
atau materi bahan ajar yang akan dikembangkan.
Pemahaman tentang kemampuan awal peserta didik dapat menjamin bahwa bahan ajar
yang dikembangkan akan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Dengan mengetahui
kemampuan awal peserta didik dalam mengembangkan bahan ajar kita akan terhindar dari
kondisi menciptakan bahan ajar yang terlalu sulit atau terlalu mudah untuk dipelajari oleh
peserta didik. Bahan ajar yang terlalu sulit dipelajari akan melahirkan sikap frustasi pada diri
peserta didik dalam melakukan proses belajar. Sebaliknya, bahan ajar yang terlalu mudah
akan membuat peserta didik merasa bosan dalam menempuh proses belajar.
Karakteristik peserta didik yang juga perlu mendapat perhatian adalah gaya belajar
peserta didik atau dikenal dengan istilah learning style. Gaya belajar dapat dimaknai sebagai
preferensi atau kesukaan yang dimiliki oleh peserta didik dalam melakukan atau menempuh
proses belajar. Secara sederhana, gaya belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam tiga
klasifikasi, yaitu gaya belajar auditif; gaya belajar visual; dan gaya belajar kinestetik.
Gambar Ragam Gaya Belajar atau Learning Style\

Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditif akan mudah melakukan proses belajar
dengan memanfaatkan indra pendengaran. Peserta didik yang memiliki karakteristik seperti
ini dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran yang disampaikan melalui unsur verbal
atau suara. Peserta didik akan lebih mudah dalam memahami penjelasan-penjelasan tentang
konsep yang disampaikan baik secara verbal maupun lisan.

Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah dalam mempelajari
informasi dan pengetahuan yang dikomunikasikan melalui indra penglihatan. Peserta didik
dengan karakteristik seperti ini akan lebih cepat dalam mempelajari informasi yang
ditayangkan melalui unsur gambar atau visual. Peserta didik dengan gaya belajar visual dan
pengetahuan pada umumnya lebih cepat dalam mempelajari tabel, bagan, diagram, dan grafik.
Peserta didik yang tergolong memiliki gaya belajar kinestetik akan cenderung
melakukan proses belajar yang melibatkan aktivitas fisik di dalamnya. Peserta didik dengan
gaya belajar kinestetik dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran yang melibatkan
aktivitas dirinya dalam sebuahproses pembelajaran. Pembelajaran yang menerapkan metode
simulasi dengan menggunakan simulator akan membantu peserta didik yang memiliki gaya
belajar kinestetik belajar secara lebih efektif dan efisien.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pendidik, instruktur dan pelatih dalam
mengenal karakteristik peserta didik. Sebagai contoh, instrumen observasi, pre-tes dan
penilaian dapat digunakan oleh pendidik untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang
sudah dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti sebuah program pembelajaran. Pada
hakikatnya seorang pendidik perlu memperhatikan karakteristik peserta didik dalam
mengembangkan sebuah bahan ajar.

Anda mungkin juga menyukai