Anda di halaman 1dari 29

A.

HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN


Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan
untuk mendesain pola- pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan
untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film,
tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap
model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mencapai berbagai tujuan.
Secara tegas Trianto (2007:3) menyatakan, model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Arends (2001)
dan Trianto (2007: 3) menyatakan ada enam macam model pengajaran yang sering dan praktis
digunakan guru dalam mengajar yaitu: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction),
pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran ber- dasarkan masalah (problem base
instruction), dan diskusi kelas.
Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu tidak ada satu model pembelajaran
yang lebih baik daripada model pembelajaran lainnya. Berarti untuk setiap model pembelajaran
harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model
pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih
suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan seperti materi pelajaran, jam
pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang
tersedia.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau
prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode
atau prosedur, yaitu:
(1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagai- mana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur,
2000:9; Trianto, 2007:5).

Untuk melihat kualitas model pembelajaran, menurut Johnson (dalam Trianto, 2007:5) ada dua
aspek yang perlu diperhatikan yaitu:

(1) Aspek proses; mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.
(2) Aspek produk; mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan
kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan dan kompetensi yang ditentukan

B. PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL PEMBELAJARAN


Sumber gambar: fkip.umsu.ac.id

Menurut Sudjana (2001:92), untuk melaksanakan pengembangan perangkat pengajaran


diperlukan model- model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan
dengan itu ada beberapa model pengem- bangan pengajaran. Dalam pengembangan perangkat
pembelajaran dikenal tiga model pengembangan perangkat yaitu: Model Kemp, Model Dick-Carey,
Model Four-D, Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Berikut penjelasan masing-ma- sing model pengembangan perangkat pembelajaran
tersebut:
1. MODEL KEMP
Menurut Kemp (1994), pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran kontinum.
Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang
untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara
nasional di Indonesia dan beriorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan
itu dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan perangkat pembelajaran model
Kemp ditujukan seperti gambar berikut.
Sumber gambar : www.kompasiana.com

Gambar 1 Diagram Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Menurut Kemp

Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp meliputi:


a. Identifikasi Masalah Pembelajaran
Tujuan dari tahap ini adalah mengindentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan
menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan, baik yang
menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru
untuk mencapai pembelajaran. Bahkan kajian pokok bahasan atau materi yang akan
dikembangkan, selanjutnya disusun alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam
upaya mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
b. Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa
yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok.

1) Tingkah laku awal siswa


Tingkah laku awal siswa perlu diidentifikasi keterampilan-keterampilan
khusus yang dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini
tidak berarti akan mem- buat daftar apa yang telah dilakukan oleh siswa, melainkan
perlu mengidentifikasi keterampilan-keterampilan khu- sus yang harus dapat siswa
lakukan untuk mempelajari bahan pelajaran.
2) Karakteristik siswa Analisis
karakteristik siswa sangat penting dilakukan pada awal perencanaan.
Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan dan pengalaman
siswa baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Analisis siswa meliputi
karakteristik antara lain: kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan,
motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor,
kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial, dan sebagainya. Hasil analisis ini
dapat dijadikan gambaran untuk menyiapkan perangkat pembelajaran.
c. Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu
pengajaran. Analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan dalam komponen pembelajaran
sistem yang menjelaskan bahwa analisis tujuan dilakukan untuk mengetahui dan
menentukan model pembelajaran untuk mencapai tujuan. Jadi, analisis ini adalah kumpulan
prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan
informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan
penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam
bentuk rencana program pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)
d. Merumuskan Indikator
Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b)
kerangka kerja dalam merencanakan dan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c)
panduan siswa dalam belajar.
e. Penyusunan Instrumen
Evaluasi Bertujuan untuk menilai hasil belajar, dan kriteria penilaian yang digunakan
adalah penilaian acuan pato- kan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan
pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan.
f. Strategi Pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan
tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang
dipan- dang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
g. Pemilihan Media atau Sumber Belajar
Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber
pembelajaran atau media yang dipilih. Jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan
disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
h. Pelayanan Pendukung
Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan semua kegiatan serta untuk memperoleh atau membuat bahan.
i. Evaluasi Formatif
Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program, di mana evaluasi formatif ini
merupakan bagian penting dari proses perancangan pembelajaran dan berfungsi sebagai
pemberi informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program telah
berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama
pengembangan dan uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam
perencanaan pengajaran sehingga berbagai kekurangan dapat dihindari sebelum program
terpakai secara luas.
j. Evaluasi Sumatif
Ini dilakukan secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuantujuan utama
pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama kemungkinan besar didapatkan baik
dari hasil posttes dan uji akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit
dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.
k. Revisi Perangkat Pembelajaran
Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran. Setiap langkah rancangan
pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

2. MODEL DICK-CAREY
Sumber gamabar: www.taufiq.net
Perancangan pengajaran menurut pendekatan model Dick & Cerey dikembangkan
oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam Trianto, 2007:61). Model pengembangan ini ada kemiripan
dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan
analisis pembelajaran. Terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut. Urutan perencanaan dan pengembangan
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2: Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran Menurut Dick & Carey
(dalam Trianto, 2007a:62).
a. Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goals)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan
pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari
daftar tujuan sebagai hasil need assesment, atau dari pengalaman praktek dengan
kesulitan belajar siswa di dalam kelas.

b. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goal Analysis)


Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe
belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi
keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan
carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/konsep dan menunjukkan
keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.

c. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours,


Characteristic)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu
dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan
keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang
penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.

d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)


Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa,
selanjutnya akan dirumus- kan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan
siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.

e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Developing Criterian-Referenced Test Items)


Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan,
pengembangan butir asesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang
diperkirakan dalam tujuan.

f. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy)


Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya mengidentifikasi strategi
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas
preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing yang dilakukan
lewat aktivitas.

g. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)


Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang
meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.

h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative


Evaluation)
Evaluasi dilakukan untuk me- ngumpulkan data yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.

i. Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)


Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di
kelas/diimplementasikan di kelas.

j. Revisi Pengajaran (Instructional Revitions)


Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari
evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis
serta diinter- pretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan tentang hasil implementasi dari
pakar/validator.
3. MODEL FOUR-D
Sumber gambar : fkip.umsu.ac.id

Model pengembangan 4-D (Four- D) merupakan model pengembangan perangkat


pembelajaran yang dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I.
Semmel. Model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) define (pembatasan), (2)
design (perancangan), (3) develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran); atau
diadaptasi menjadi Model 4-P, yaitu pendefinisian, peran- cangan, pengembangan, dan
penyebaran. Hal itu seperti pada gambar berikut:

Gambar 3: Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (Thagarajan dkk. dalam


Trianto, 2007a:66)
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran
yang diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya.
Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) analisis ujung depan, (b) analisis siswa, (c)
analisis tugas, (d) analisis konsep, dan (e) perumusan tujuan pembelajaran.
Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar
yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan
pembelajaran. Berdasarkan masalah ini disusunlah alternatif perangkat yang relevan. Dalam
melakukan analisis ujung depan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternatif
pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa depan.
Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, keterampilan dan sikap awal yang dimiliki
siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang tercantum dalam kurikulum.
Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui siswa dengan apa yang seharusnya
dicapai siswa memerlukan telaah kebutuhan (need) akan materi sebagai penutup
kesenjangan tersebut. Analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi
dalam satuan pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam
bentuk garis besar. Analisis ini mencakup: analisis struktur isi, analisis prosedural, analisis
proses informasi, analisis konsep dan perumusan tujuan.
b. Tahap Perencanaan (Design)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini
terdiri dari 3 langkah, yaitu: (a) Penyusunan tes acuan patokan; merupakan langkah awal
yang menghu- bungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan
hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus (kompetensi dasar dalam kurikukum KTSP).
Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
setelah kegiatan belajar mengajar. (b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk
menyampai- kan materi pelajaran. (c) Pemilihan format; di dalam pemilihan format ini
misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan
yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a)
validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan
mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa yang
sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya
adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikem bangkan pada
skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain
adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

4. MODEL PPSI (PROSEDUR PENGEMBA- NGAN SISTEM INSTRUKSIONAL)

Sumber gambar : www.detik.com

Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengemba- ngan alat evaluasi, (3)
kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5) pelaksanaan pengembangan. Model
pengembangan PPSI dila- kukan untuk rancangan pembelajaran sebagaimana bagan berikut:
Gambar 4: Model Pengembangan PPSI (Mudhofir dalam Sasongko, 2004:57).

Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi dasar bagi penentuan alat evaluasi
pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi
dasar pengem- bangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan.
Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi
pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi.
Dari ketiga model pengembangan sistem pembelajaran dan satu model pengembangan
perangkat pembelajaran yang telah dibahas, menunjukkan bahwa keempatnya memiliki
beberapa per- bedaan, namun juga memiliki persamaan. Justru dengan adanya perbedaan itu
menyebabkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persamaan dari keempat model tersebut antara lain bahwa pada dasar- nya ketiganya
terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran.
Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) Diagram pengembangannya berbentuk bulat
telur yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas.
(b) Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur
yang terlibat. (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga
memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua
unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Keunggulan model Dick dan Carey terletak pada analisis tugas yang tersusun secara
terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis. Di samping itu adanya uji coba yang
berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan.
Kelemahan model Dick dan Carey adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan
harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan
pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada
pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak tampak secara jelas ada tidaknya
penilaian pakar (validasi).
Kelebihan dari model 4-D dan PPSI antara lain: (a) Lebih tepat digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan untuk mengembangkan sistem
pembelajaran. (b) Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis. (c) Dalam pengemba-
ngannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan, perangkat
pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
Kekurangan model Kemp bila dibandingkan dengan model 4-D antara lain: (a) Kedua
model itu merupakan pengembangan sistem pembelajaran. (b) Kedua model itu kurang lengkap
dan kurang sistematis, terutama model Kemp. (b) Kedua model itu tidak melibatkan penilaian ahli,
sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.
Namun demikian pada model 4-D ini juga terdapat kekurangan, salah satunya adalah tidak ada
kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas. Modifikasi
dilakukan antara lain dengan cara: (a) Memperjelas urutan kegiatan yang semula tidak jelas
urutannya. (b) Mengganti istilah yang memiliki jangkauan lebih luas dan biasa digunakan oleh
guru di lapangan. (c) Menambahkan kegiatan yang dianggap perlu dalam pengembangan
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang akan dilakukan. (d) Mengurangi tahap
atau kegiatan yang dianggap tidak perlu.

5. MODEL ADDIE
Sumber gambar : nbfsoft.com

Model intruksional ADDIE merupakan proses instruksional yang sudah umum digunakan
baik secara tradisional oleh pengembang diklat. Ada lima frase, yaitu analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi yang mempresentasikan panduan perangkat
pengembangan pelatihan dan kinerja yang dinamis Model ADDIE menggunakan pendekatan
sistem. Esensi dari pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran ke
beberapa langkah, untuk mengatur langkahlangkah ke dalam urutan-urutan logis, kemudian
menggunakan output dari setiap langkah sebagai input pada langkah berikutnya.
Januszewski and Molenda (2008) Model ADDIE kemudian dijelaskan lebih rinci melalui
format tabel yang menunjukkan tahapan-tahapan dalam pengembangan Model ADDIE, yaitu:
1) Analisis
Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan
bahan ajar dalam tujuan pembelajaran, beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Analisis kinerja
Dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran
b. Analisis siswa
Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan perkembangannya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa yang beragam. Hasil analisis siswa berkenaan dengan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif dapat dijadikan gambaran dalam mengembangkan bahan ajar
dalam pembelajaran. Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini
diantaranya:
• Karakteristik siswa berkenaan dengan pembelajaran
• Pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan
pembelajaran
• Kemampuan berpikir atau kompetensi yang perlu dimiliki siswa dalam
pembelajaran
• Bentuk pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan kompetensi yang dimiliki
c. Analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran
Analisis materi berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar relevan dengan pengembangan
bahan ajar dalam pembelajaran. Dalam tahap ini, analisis dilakukan dengan metode
studi pustaka. Tujuan dari analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi
pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama materi yang akan
diajarkan dan disusun secara sistematik. Analisis ini dapat dijadikan dasar untuk
menyusuk rumusan tujuan pembelajaran.
d. Analisis tujuan pembelajaran
Analisis tujuan pembejaran merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa. Pada tahap
ini, ada berapa poin yang perlu didapatkan diantaranya:
• Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
• Ketercapaian tujuan pembelajaran

Dengan demikian, tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan bahan
ajar dalam pembelajaran.
2) Desain
Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan bahan ajar
diantaranya meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
• Penyusunan bahan ajar dalam pembelajaran kontektual dengan mengkaji
kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran
berdasarkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran,
indikator dan instrumen penilaian siswa.
• Merancang skenario pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan pembelajaran
• Pemilihan kompetensi bahan ajar
• Perencanaan awal perangkat pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi
mata pelajaran.
• Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar dengan pendekatan
pembelajaran.

3) Pengembangan
Dalam melakukan langkah pengembangan bahan ajar, ada dua tujuan penting yang
perlu dicapai. Antara lain adalah :
1. Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini diantaranya :
1. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dan dimodifikasi sehingga dapat memenuhi
tujuan pembelajaran.

4) Implementasi
Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan tahapan untuk
mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan pada situasi
yang nyata dikelas. Selama implementasi, rancangan bahan ajar yang telah
dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Materi bahan ajar yang telah dikembangkan disampaikan sesuai dengan
pembelajaran. Seteleh diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran kemudian
dilakukan evalusai awal untuk memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan
bahan ajar berikutnya. Tujuan utama dalam langkah implemtasi antara lain:
1. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi persoalan yang
sebelumnya dihadapi oleh siswa dalam proses pembejaran.
3. Memastikan bahwa pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa meningkat.

5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE untuk memberikan nilai terhadap pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran.
Evalusi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evalusi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evalusi
sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evalusi
sumatif mengukur kompetensi akhir atau tujuan pembejaran yang ingin dicapai. Hasil
evalusi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap pengembangan bahan ajar.

6. MODEL ASSURE
Sumber gambar : www.youtube.com

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:923) model berarti pola (contoh, acuan,
ragam). Menurut Suprijono (2012:45-46) model diartikan sebagai bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam tutorial dan untuk menetukan perangkat perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto
2011:5).

Istilah assure diperkenalkan oleh Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther, dan James D.
Russell dalam buku “Instructional Technology and Media for Learning”. ASSURE merupakan
nama singkatan dari langkah-langkah model pembelajaran yang terdiri dari enam komponen yaitu:
Analyze learners characteristics (analisis karakteristik siswa); State objectives (menetapkan
tujuan); Select methods, media and materials (memilih metode, media dan bahan ajar); Utilize
methods, media and materials (memanfaatkan metode, media dan bahan ajar); Requires learner
participation (mendorong partisipasi siswa); Evaluation and revision (evaluasi dan revisi) (Pribadi
2011:29).

Setiawibawa (2012:2) mengungkapkan bahwa model pembelajaran assure dapat


digunakan untuk menetapkan pengalaman belajar yang dapat membantu siswa dalam mencapai
kompetensi yang diinginkan. Langkah awal dari model assure ini adalah mengenal siswa sebagai
individu yang akan menempuh program pembelajaran, dengan mengenal dan mengetahui “profil”
siswa yang akan menempuh proses belajar, guru, instruktur, pelatih dan perancang program
pembelajaran dapat menentukan kompetensi yang sesuai dan perlu dicapai.

Assure dikembangkan agar dapat digunakan oleh guru, instruktur, dan pelatih dalam
kegiatan pembelajaran khususnya yang memanfaatkan media dan teknologi didalamnya. Model
pembelajaran ini dengan kata lain dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar siswa agar
mampu mencapai kompetensi seperti yang diinginkan (Likhah 2012: 4)

Model pembelajaran ini merupakan model yang bersifat prosedural yang dibangun untuk
menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Dalam model ini
pemanfaatan media dan teknologi menjadi suatu keharusan karena digunakan untuk membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pemanfaatan media yang sejalan dengan metode
pembelajaran akan mampu melibatkan siswa secara intensif dalam aktivitas pembelajaran
(Pribadi, 2011:30)

Rachmawati (2015:7) berpendapat bahwa model pembelajaran ini adalah model yang paling
sederhana untuk pembelajaran. Model yang didasarkan pada pemanfaatan teknologi dan media,
serta dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, materi ajar dan peran siswa
dalam proses pembelajaran. Achmadi dkk. (2014:37) mengatakan bahwa model assure ini
merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran

Desain Instruksional ASSURE


Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengembangan media pembelajaran dengan
menggunakan model ASSURE adalah sebagai berikut.

1. Analyze Learners
Tahapan ini menganalisa karakteristik peserta didik yang mengacu pada analisa
kondisi pembelajaran. tahap ini menganalisa proses kegiatan belajar mengajar serta bahan
ajar yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik observasi dan wancara terhadap
guru dan peserta didik dimana dilakukan penelitian. Selain itu juga dilakukan pengamatan
gaya belajar peserta didik tersebut.
2. State Objectives
Tahap selanjutnya yakni menentukan tujuan dan standar pembelajaran sesuai
Rencana pembelajaran yang berlakukan di sekolah lokasi penelitian agar dapat merancang
software media dengan relevan.
3. Select Methods, Media and Materials
Suatu prosedur yang dilalui dalam merumuskan metode, media dan materi sebagai
berikut : Memilih Metode
a) metode : menentukan cara software pendidikan dapat difungsikan. Dalam penelitian ini
memilih smartphone sebagai metode fungsionalitas software pendidikan.
b) Format Media, Adapun format media software pendidikan yakni format berbasis mobile
dengan system operasi android.
c) Materi ajar, Dalam mengembangkan materi secara digital, digambarkan dalam bentuk
Flowchart dan Storyboard.
1) Flowchart menunjukakan gambaran secara umum dari aliran setiap kemungkinan
aktifitas dalam produksi yang akan dikembangkan.
Gambar Flowchart pengembangan media pembelajaran

2) Perancangan Produk (Storyboard)


Perancangan produk (Storyboard) dilakukan dengan menggambar sketsa
media pembelajaran yang disusun berurutan sesuai dengan naskah cerita. Hal ini
dilakukan agar memudahkan peneliti dalam mengembangkan media
pembelajaran pada tahap selanjutnya.
3) Penyusunan Materi
Pada tahap ini, peneliti menyusun materi yang akan digunakan pada media
pembelajaran Berbasis Android.
4) Pengumpulan Bahan
Bahan-bahan yang dikumpulkan ialah background, gambar serta iconicon
yang digunakan. Tahap ini merupakan langkah untuk menunjang kemenarikan
media pembelajaran yang akan dibuat.
4. Utilize Media and Materials
Selanjutnya adalah pemanfaatan software edukasi dan penilaian terhadap media
pembelajaran tersebut. penilaian media dilakukan oleh 2(dua) orang ahli media, dan
seorang guru sebagai ahli materi. kegiatan penilaian ini dilakukan guna mengetahui
kekurangan atau kelemahan produk serta masukan ahli sehingga produk dapat memiliki
kelayakan dan kualitas yang lebih baik untuk digunakan. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Thiagarajan (1974, p.8), bahwa, “Penilaian ahli merupakan Teknik untuk memperoleh saran
guna peningkatan produk, untuk membuat produk lebih sesuai, efektif, dapat digunaan dan
memiliki kualitas teknis yang tinggi.
5. Require Learner Participation
Tahapan selanjutnya implementasi software edukasi dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan ini juga melibatkan peserta didik dan guru dalam melakukan penilaian
aplikasi dari segi kepraktisan. Siswa dan guru memberikan respon terkait penggunaan
aplikasi dalam pembelajaran gambar teknik.
6. Evaluate and Revise
Pada tahapan terakhir, dilakukan penyempurnaan aplikasi berdasarkan penilaian
dari ahli media, ahli mater dan peserta didik terhadap aplikasi yang dikembangkan. Setelah
dilakukan evaluasi strategis, teknologi dan media kemudian dilakukan revisi terhadap
aplikasi yang dikembangkan.
7. MODEL SCAN BARCODE
Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Barcode Barcode adalah suatu
kumpulan data optik yang dibaca mesin. Barcode mengumpulkan data dari lebar garis dan spasi
garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau 1D (1 dimensi).
Selain dalam bentuk garis barcode juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk
geometri lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2 dimensi).
Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut kode batang” . Dalam QR (Quick Response)
barcode memiliki sembilan anatomi yang perlu dipahami sebelum melakukan pengembangan
media dengan aplikasi ini, secara visual QR barcode bisa dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Anatomi QR barcode

Berasarkan gambar 2 diatas kemudian dilengkapi penjelasan untuk beberapa


anatomi barcode sebagai berikut:
a. Finder Pattern, merupakan anatomi yang berfungsi untuk melakukan
identifikasi letak QR Code.
b. Format Information, merupakan anatomi yang berfungsi untuk menagkap
informasi tentang error correction level dan mask pattern.
c. Data, merupakan anatomi yang berfungsi untuk menyimpan data yang di
kodekan.
d. Timing Pattern merupakan pola yang berfungsi untuk identifikasi koordinat
pusat.
e. QR Code, merupakan anatomi yang berbentuk modul hitam putih.
f. Alignment Pattern merupakan pola yang berfungsi memperbaiki
penyimpangan QR Code terutama distorsi non linier.
g. Version Information merupakan anatomi versi dari sebuah QR Code.
h. Quiet Zone merupakan daerah kosong di bagian terluar QR Code yang
mempermudah mengenali pengenalan QR oleh sensor CCD.
i. QR Code version adalah versi dari QR Code yang digunakan.

QR barcode ini merupakan aplikasi yang nanti secara sistem akan muncul
saat guru telah melakukan penyiapan materi yang telah didesain sebelumnya
yang akan disinkronkan dengan aplikasi ini. Kemudian barcode yang telah muncul
diberikan kepada siswa untuk bisa diakses di androidnya masing-masing. Secara
visual penggunaan barcode untuk dapat diakses di android siswa bisa dilihat pada
gambar 3 di bawah ini.

Sumber : snapy.co.id

Gambar 3. Contoh bentuk barcode yang bisa diakses pada android untuk
mengakses materi Secara teknis pengembangan media pembelajaran dengan
menggunakan sistem aplikasi scanning barcode berbasis smartphone android
yang membutuhkan perangkat keras dan lunak, untuk pengguna berupa
smartphone android minimal versi 2.2 (Froyo) yang memiliki kamera belakang
sebagai media scan kode barcode yang telah disiapkan oleh guru, dan laptop
untuk web server lokal, pendistribusian data dari siswa ke web server
memerlukan web service. Sehingga proses transaksi dapat dilakukan secara real
time.

Adapun flowmap Diagram Aplikasi pemanfaat barcode sebagai


pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut.
Gambar 4 Flowmap Diagram Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Perangkat Pembelajaran Siti Osa Kosassy, D. (2019). MENGULAS MODEL-MODEL PENGEMBANGAN


PEMBELAJARAN.
Saputra, N., & Purwanti, E. (2020). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR. In Prosiding Seminar
Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (Vol. 2020). http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/snppm
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model. Halaqa: Islamic Education
Journal, 3(1), 35–42. https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124
Nafisah, D., & Ghofur, A. (2020). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SCAN
BARCODE BERBASIS ANDROID DALAM PEMBELAJARAN IPS. 1(2).

Anda mungkin juga menyukai