Untuk melihat kualitas model pembelajaran, menurut Johnson (dalam Trianto, 2007:5) ada dua
aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
(1) Aspek proses; mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.
(2) Aspek produk; mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan
kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan dan kompetensi yang ditentukan
2. MODEL DICK-CAREY
Sumber gamabar: www.taufiq.net
Perancangan pengajaran menurut pendekatan model Dick & Cerey dikembangkan
oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam Trianto, 2007:61). Model pengembangan ini ada kemiripan
dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan
analisis pembelajaran. Terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut. Urutan perencanaan dan pengembangan
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2: Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran Menurut Dick & Carey
(dalam Trianto, 2007a:62).
a. Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goals)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan
pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari
daftar tujuan sebagai hasil need assesment, atau dari pengalaman praktek dengan
kesulitan belajar siswa di dalam kelas.
Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengemba- ngan alat evaluasi, (3)
kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5) pelaksanaan pengembangan. Model
pengembangan PPSI dila- kukan untuk rancangan pembelajaran sebagaimana bagan berikut:
Gambar 4: Model Pengembangan PPSI (Mudhofir dalam Sasongko, 2004:57).
Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi dasar bagi penentuan alat evaluasi
pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi
dasar pengem- bangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan.
Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi
pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi.
Dari ketiga model pengembangan sistem pembelajaran dan satu model pengembangan
perangkat pembelajaran yang telah dibahas, menunjukkan bahwa keempatnya memiliki
beberapa per- bedaan, namun juga memiliki persamaan. Justru dengan adanya perbedaan itu
menyebabkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persamaan dari keempat model tersebut antara lain bahwa pada dasar- nya ketiganya
terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran.
Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) Diagram pengembangannya berbentuk bulat
telur yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas.
(b) Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur
yang terlibat. (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga
memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua
unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Keunggulan model Dick dan Carey terletak pada analisis tugas yang tersusun secara
terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis. Di samping itu adanya uji coba yang
berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan.
Kelemahan model Dick dan Carey adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan
harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan
pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada
pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak tampak secara jelas ada tidaknya
penilaian pakar (validasi).
Kelebihan dari model 4-D dan PPSI antara lain: (a) Lebih tepat digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan untuk mengembangkan sistem
pembelajaran. (b) Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis. (c) Dalam pengemba-
ngannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan, perangkat
pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
Kekurangan model Kemp bila dibandingkan dengan model 4-D antara lain: (a) Kedua
model itu merupakan pengembangan sistem pembelajaran. (b) Kedua model itu kurang lengkap
dan kurang sistematis, terutama model Kemp. (b) Kedua model itu tidak melibatkan penilaian ahli,
sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.
Namun demikian pada model 4-D ini juga terdapat kekurangan, salah satunya adalah tidak ada
kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas. Modifikasi
dilakukan antara lain dengan cara: (a) Memperjelas urutan kegiatan yang semula tidak jelas
urutannya. (b) Mengganti istilah yang memiliki jangkauan lebih luas dan biasa digunakan oleh
guru di lapangan. (c) Menambahkan kegiatan yang dianggap perlu dalam pengembangan
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang akan dilakukan. (d) Mengurangi tahap
atau kegiatan yang dianggap tidak perlu.
5. MODEL ADDIE
Sumber gambar : nbfsoft.com
Model intruksional ADDIE merupakan proses instruksional yang sudah umum digunakan
baik secara tradisional oleh pengembang diklat. Ada lima frase, yaitu analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi yang mempresentasikan panduan perangkat
pengembangan pelatihan dan kinerja yang dinamis Model ADDIE menggunakan pendekatan
sistem. Esensi dari pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran ke
beberapa langkah, untuk mengatur langkahlangkah ke dalam urutan-urutan logis, kemudian
menggunakan output dari setiap langkah sebagai input pada langkah berikutnya.
Januszewski and Molenda (2008) Model ADDIE kemudian dijelaskan lebih rinci melalui
format tabel yang menunjukkan tahapan-tahapan dalam pengembangan Model ADDIE, yaitu:
1) Analisis
Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan
bahan ajar dalam tujuan pembelajaran, beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Analisis kinerja
Dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran
b. Analisis siswa
Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan perkembangannya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa yang beragam. Hasil analisis siswa berkenaan dengan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif dapat dijadikan gambaran dalam mengembangkan bahan ajar
dalam pembelajaran. Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini
diantaranya:
• Karakteristik siswa berkenaan dengan pembelajaran
• Pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan
pembelajaran
• Kemampuan berpikir atau kompetensi yang perlu dimiliki siswa dalam
pembelajaran
• Bentuk pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan kompetensi yang dimiliki
c. Analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran
Analisis materi berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar relevan dengan pengembangan
bahan ajar dalam pembelajaran. Dalam tahap ini, analisis dilakukan dengan metode
studi pustaka. Tujuan dari analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi
pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama materi yang akan
diajarkan dan disusun secara sistematik. Analisis ini dapat dijadikan dasar untuk
menyusuk rumusan tujuan pembelajaran.
d. Analisis tujuan pembelajaran
Analisis tujuan pembejaran merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa. Pada tahap
ini, ada berapa poin yang perlu didapatkan diantaranya:
• Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
• Ketercapaian tujuan pembelajaran
Dengan demikian, tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan bahan
ajar dalam pembelajaran.
2) Desain
Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan bahan ajar
diantaranya meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
• Penyusunan bahan ajar dalam pembelajaran kontektual dengan mengkaji
kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran
berdasarkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran,
indikator dan instrumen penilaian siswa.
• Merancang skenario pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan pembelajaran
• Pemilihan kompetensi bahan ajar
• Perencanaan awal perangkat pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi
mata pelajaran.
• Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar dengan pendekatan
pembelajaran.
3) Pengembangan
Dalam melakukan langkah pengembangan bahan ajar, ada dua tujuan penting yang
perlu dicapai. Antara lain adalah :
1. Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini diantaranya :
1. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dan dimodifikasi sehingga dapat memenuhi
tujuan pembelajaran.
4) Implementasi
Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan tahapan untuk
mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan pada situasi
yang nyata dikelas. Selama implementasi, rancangan bahan ajar yang telah
dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Materi bahan ajar yang telah dikembangkan disampaikan sesuai dengan
pembelajaran. Seteleh diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran kemudian
dilakukan evalusai awal untuk memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan
bahan ajar berikutnya. Tujuan utama dalam langkah implemtasi antara lain:
1. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi persoalan yang
sebelumnya dihadapi oleh siswa dalam proses pembejaran.
3. Memastikan bahwa pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa meningkat.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE untuk memberikan nilai terhadap pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran.
Evalusi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evalusi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evalusi
sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evalusi
sumatif mengukur kompetensi akhir atau tujuan pembejaran yang ingin dicapai. Hasil
evalusi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap pengembangan bahan ajar.
6. MODEL ASSURE
Sumber gambar : www.youtube.com
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:923) model berarti pola (contoh, acuan,
ragam). Menurut Suprijono (2012:45-46) model diartikan sebagai bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam tutorial dan untuk menetukan perangkat perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto
2011:5).
Istilah assure diperkenalkan oleh Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther, dan James D.
Russell dalam buku “Instructional Technology and Media for Learning”. ASSURE merupakan
nama singkatan dari langkah-langkah model pembelajaran yang terdiri dari enam komponen yaitu:
Analyze learners characteristics (analisis karakteristik siswa); State objectives (menetapkan
tujuan); Select methods, media and materials (memilih metode, media dan bahan ajar); Utilize
methods, media and materials (memanfaatkan metode, media dan bahan ajar); Requires learner
participation (mendorong partisipasi siswa); Evaluation and revision (evaluasi dan revisi) (Pribadi
2011:29).
Assure dikembangkan agar dapat digunakan oleh guru, instruktur, dan pelatih dalam
kegiatan pembelajaran khususnya yang memanfaatkan media dan teknologi didalamnya. Model
pembelajaran ini dengan kata lain dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar siswa agar
mampu mencapai kompetensi seperti yang diinginkan (Likhah 2012: 4)
Model pembelajaran ini merupakan model yang bersifat prosedural yang dibangun untuk
menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Dalam model ini
pemanfaatan media dan teknologi menjadi suatu keharusan karena digunakan untuk membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pemanfaatan media yang sejalan dengan metode
pembelajaran akan mampu melibatkan siswa secara intensif dalam aktivitas pembelajaran
(Pribadi, 2011:30)
Rachmawati (2015:7) berpendapat bahwa model pembelajaran ini adalah model yang paling
sederhana untuk pembelajaran. Model yang didasarkan pada pemanfaatan teknologi dan media,
serta dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, materi ajar dan peran siswa
dalam proses pembelajaran. Achmadi dkk. (2014:37) mengatakan bahwa model assure ini
merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran
1. Analyze Learners
Tahapan ini menganalisa karakteristik peserta didik yang mengacu pada analisa
kondisi pembelajaran. tahap ini menganalisa proses kegiatan belajar mengajar serta bahan
ajar yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik observasi dan wancara terhadap
guru dan peserta didik dimana dilakukan penelitian. Selain itu juga dilakukan pengamatan
gaya belajar peserta didik tersebut.
2. State Objectives
Tahap selanjutnya yakni menentukan tujuan dan standar pembelajaran sesuai
Rencana pembelajaran yang berlakukan di sekolah lokasi penelitian agar dapat merancang
software media dengan relevan.
3. Select Methods, Media and Materials
Suatu prosedur yang dilalui dalam merumuskan metode, media dan materi sebagai
berikut : Memilih Metode
a) metode : menentukan cara software pendidikan dapat difungsikan. Dalam penelitian ini
memilih smartphone sebagai metode fungsionalitas software pendidikan.
b) Format Media, Adapun format media software pendidikan yakni format berbasis mobile
dengan system operasi android.
c) Materi ajar, Dalam mengembangkan materi secara digital, digambarkan dalam bentuk
Flowchart dan Storyboard.
1) Flowchart menunjukakan gambaran secara umum dari aliran setiap kemungkinan
aktifitas dalam produksi yang akan dikembangkan.
Gambar Flowchart pengembangan media pembelajaran
QR barcode ini merupakan aplikasi yang nanti secara sistem akan muncul
saat guru telah melakukan penyiapan materi yang telah didesain sebelumnya
yang akan disinkronkan dengan aplikasi ini. Kemudian barcode yang telah muncul
diberikan kepada siswa untuk bisa diakses di androidnya masing-masing. Secara
visual penggunaan barcode untuk dapat diakses di android siswa bisa dilihat pada
gambar 3 di bawah ini.
Sumber : snapy.co.id
Gambar 3. Contoh bentuk barcode yang bisa diakses pada android untuk
mengakses materi Secara teknis pengembangan media pembelajaran dengan
menggunakan sistem aplikasi scanning barcode berbasis smartphone android
yang membutuhkan perangkat keras dan lunak, untuk pengguna berupa
smartphone android minimal versi 2.2 (Froyo) yang memiliki kamera belakang
sebagai media scan kode barcode yang telah disiapkan oleh guru, dan laptop
untuk web server lokal, pendistribusian data dari siswa ke web server
memerlukan web service. Sehingga proses transaksi dapat dilakukan secara real
time.