Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total tiap butir soal
N = Jumlah peserta didik
Tabel 2.2. Kriteria Validitas
Nilai r Interpretasi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 Tidak valid
(Arikunto, 2017)
.
b. Reliabilitas Bahan Ajar
Reliabiltas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas
tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil
yang sama bila diteskan pada kelompok sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda
(Arifin, 2016). Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan
ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah ketepatan sedangkan
reliabilitas adalah ketetapan (Arikunto, 2017).
Menurut perhitungan product-moment dari Pearson ada tiga macam reliabilitas,
yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi internal (Arifin,
2016).
Realibilitas adalah kemantapan/ keterandalan/ keajegan/ suatu alat pengukur
sehingga jika alat tersebut digunakan selalu memberikan hasil yang konsisten. reliabilitas
tes berkenaan dengan apakah tes tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
ukur kemampuan hasil belajar peserta didik. Untuk menghitung nilai reliabilitas pada
penelitian ini digunakan rumus Kuder Richardson (rumus KR-20) pada persamaan berikut:
( )( S −∑ pq
)
2
n
r 11 = 2
n−1 S
Keterangan:
r 11 = Reabilitas butir soal secara keseluruhan
n = Jumlah soal secara keseluruhan
2
S = Standart deviasi skor total tiap subjek
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah
Tabel 2.3 Interpretasi nilai reliabilitas
Nilai r Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
<0,200 Tidak valid
(Arikunto, 2017)
c. Pengertian Praktilitas
Suatu bahan ajar dikatakan praktis jika bahan ajar tersebut dapat dengan mudah
digunakan dalam pembelajaran (Andromeda, 2018). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, praktikalitas berarti bahwa bersifat praktis, artinya mudah dan senang
memakainya. Kepraktisan yang dimaksud disini adalah kepraktisan dalam bidang
pendidikan (bahan ajar, instrumen, maupun produk yang lainnya). Praktikalitas berkaitan
dengan kemudahan dan kemajuan yang didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar,
instrumen, maupun produk yang lainnya. Kepraktisan secara empiris dilakukan melalui uji
keterlaksanaan bahan ajar dalam proses pembelajaran sebagai uji pengembangan.
Berkaitan dengan kepraktisan dalam penelitian pengembangan, Akker (1999)
menyatakan:
“Practically refers to the extent that user (or other experts) consider the
intervention as appealing and usable in normal conditions.”
Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar- pakar
lainnya) memperimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.
Bahan ajar harus memenuhi aspek kepraktisan yaitu pemahaman dan keterlaksanaan bahan
ajar tersebut. Kepraktisan menunjukan pada tingkat kemudahan penggunaan, pelaksanaan
serta pengelolaan dan penafsiran hasilnya. Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan dan
kemajuan yang didapat siswa dengan menggunakan bahan ajar, instrumen, maupun produk
lainnya. Tujuan uji kepraktisan dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman dan tanggapan siswa serta keterlaksanaan bahan ajar bahan ajar cetak yang
dibuat. Kepraktisan bahan ajar cetak untuk aspek pemahaman siswa dapat dilihat dari
angket yang diisi oleh siswa.
Pemberian nilai praktikalitas dengan cara menggunakan rumus:
f
P= X 100%
N
Dimana:
P = Nilai akhir
f = Perolehan skor N = Skor maksimum
Kategori kepraktisan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. 4 Tabel Kategori Kepraktisan
No Nilai Kriteria
1 80% < x ≤ 100% Sangat praktis
2 60% < x ≤ 80 % Praktis
3 40% < x ≤ 60 % Cukup praktis
4 20% < x ≤ 40 % Kurang praktis
5 0% < x ≤ 20 % Tidak praktis
d. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia(1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat
membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam
suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Aspek yang
paling penting dalam keefektifan adalah mengetahui tingkat atau derajat penerapan produk
(Rochmad, 2012).
Bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila :
1) Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
2) Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
3) Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan pengajaran.
4) Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
5) Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Aspek penting dalam keefektifan (efek
potensial) dari suatu instrument, teori, atau model adalah mengetahui tingkat/derajat dari
penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini biasanya
dinyatakan dengan suatu skala numeric yang didasarkan pada kriteria tertentu. Berkaitan
dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori dalam dunia pendidikan,
Akker (1999) menyatakan bahwa keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman
dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa kualitas hasil
belajar, sikap dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999) ada dua aspek keefektivan
yang harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar, yakni :
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar
tersebut efektif.
2. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang
diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu
keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana
yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat
juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha
tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebuah media pembelajaran bisa
dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria, diantaranya mampu memberikan pengaruh,
perubahan atau dapat membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka
efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan
tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran tersebut.
Efektifitas juga merupakan salah satu syarat instrumen atau alat evaluasi yang baik.
Dimana suatu alat evaluasi berupa tes dikatakan efektif apabila alat evaluasi tersebut
sesuai dengan sasaran tujuan penilaian yang akan dicapai. Efektifitas adalah bagaimana
alat evaluasi digunakan secara tepat untuk memperoleh hasil yang baik. Keefektifan
instrumen dilihat dari :
1. Hasil analisa jawaban siswa (strategi dan solusi) yang diberikan, menunjukkan
bahwa keragaman siswa berbanding lurus dengan keragaman pola pikir mereka.
Hal ini disebabkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan tidak hanya
menilai dengan pemberian skor objektif tetapi juga menggunakan cara-cara
alternatif penilaian lainnya.
2. Hasil observasi saat aktivitas berlangsung menunjukkan bahwa siswa mencoba
memahami soal dengan idenya sendiri terlebih dahulu kemudian memperluas
ide-ide dan berkembang pemahamannya saat mereka mendengar, mendiskusikan
ide, membuat gambar, mempertahankan penyelesaian, memikirkan strategi
teman-temannya lewat diskusi.
3. Penggunaan instrumen penilaian dikatakan efektif jika didukung dengan
kesiapan siswa dari rumah untuk mengefisienkan waktu.
4. Dari ketiga hal itu maka instrumen penilaian dapat dikatakan memiliki potensial
efect untuk subjek penelitian dan pada waktu instrumen diuji cobakan. Untuk
hasil yang benar-benar efektif maka instrumen ini harus diujicobakan
berkelanjutan dan pada subjek penelitian lainnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran, Menurut Popham efektivitas proses
pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok
siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan
instruksional tertentu. Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru
dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk
mencapai tujuan instruksional tertentu.
Dunne berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik.
Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” belajar sesuatu yang bermanfaat,
seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua,
bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru,
pengawas, tutor atau murid sendiri. Pendapat yang menyatakan tentang indikator sesuatu
bisa dikatakan efektif diantaranya menurut Sinambela pembelajaran dikatakan efektif
apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun
prestasi siswa yang maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran:
a. Ketercapaian ketuntasanbelajar.
b. Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang
digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat
dalam rencana pembelajaran).
c. Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan
respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu metode
pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tingkat
keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini adalah indikator ketuntasan hasil belajar
siswa.
i. Cara Menentukan Keefektivan Bahan Ajar
Indikator efektivitas bahan ajar dapat dilihat pada pengetahuan dan pemahaman
siswa. Pengujian efektivitas dilakukan dengan metode quasi eksperimen. Eksperimen
dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan
bahan ajar. Model eksperimen ini dapat dilihat pada gambar berikut.
O1 O2
Gambar 2.1. Desain Eksperimen Before After
Gambar 1 menjelaskan bahwa O1 merupakan treatment awal dimana nilai sebelum
diberi bahan ajar. O2 merupakan treatment akhir yaitu hasil belajar setelah penggunaan
bahan ajar.
Metode eksperimen lainnya dapat dilakukan dengan desain pretest posttest control
group desain. desain ini dilakukan dengan memilih kelompok eksperimen dan kelompok
kotrol. kelompok eksperimen diberi diberi bahan ajar non cetak dalam pembelajaran
sedangkan kelas kontrol tidak diberi bahan ajar non cetak. Kedua kelompok tersebut
diberi pretest, bila kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan maka kedua kelompok
bisa
dengan,
r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar x1 =
rata-rata kelompok 1
x2 = rata-rata kelompok 2
N = jumlah peserta tes
Hasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel . Jika diperoleh harga thitung
lebih besar darittabel berarti terdapat perbedaan yang berarti antara pembelajaran kelompok
yang ,menggunakan bahan ajar dan kelompok yang tidak menggunakan bahan ajar
sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar efektif untuk digunakan. Angket yang telah
dibagikan kepada siswa setelah uji coba di analisis untuk menentukan keefektifan bahan
ajar tersebut.Penskoran data bahan ajar dapat menggunakan skala likert pada Tabel 2.5.
Keterangan:
D = nilai efektifitas
B = skor yang diperoleh
C = skor maksimum
Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka ditetapkan kriteria efektifitas seperti Tabel
dibawah
kategori efektivitas Perangkat Pembelajaran
Interval Kateori
0-20% Sangat tidak efektif
21-40% Tidak efektif
41-60% Kurang efektif
61-80% Efektif
81-100 Sangat efektif
(Riduwan, 2010)