Ada dua konsep pokok yang perlu anda pahami terlebih dahulu, yaitu
"model" dan "desain instruksional". Secara umum istilah "model" diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan
dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga model dapat diartikan sebagai
seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Desain
instruksional dibentuk oleh dua konsep yaitu "desain" dan "instruction".
Disain berarti membuat sketsa, pola, outline atau rencana
pendahuluan mengembangkan berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya. "Interaction" yang diterjemahkan menjadi "pembelajaran
dan pengajaran" dan "bahan instruksi" dalam arti perintah oleh Saylor dan
Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum
implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus "instruction"
merujuk pada "proses belajar mengajar" atau "proses pengajaran" (teaching-
learning process).
2) Langkah-langkah model
Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah
utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick,
Carey & Carey (2009) adalah:
a) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
b) Melakukan analisis instruksional.
c) Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks
pembelajaran.
d) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
e) Mengembangkan instrumen penilaian.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran.
g) Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
i) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
j) Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
2) Langkah-langkah Model
Kekurangan :
c. Model Banathy
1) Deskripsi model
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H.
Banahty. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sistem. Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses
menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi
perubahan di dalam tingkah lakunya.
Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan
model Kemp. Model ini memandang bahwa penyusunan sistem
instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.
2) Langkah-langkah model
d. Model PPSI
1) Deskripsi model
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata prosedur berarti
tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata
pengembangan berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan
sebagainya. Kata Intruksional berhubungan dengan proses
pembelajaran. Dari arti kata tersebut, PPSI dapat di artikan adalah
suatu tahapan kegiatan pengembangan perencanaan komponen-
komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di
tentukan.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis,
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5
langkah pokok yaitu:
a) Perumusan tingkah laku dan kemampuan (kompetensi)
Merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang akan dimiliki
oleh pebelajar. Sebelum melakukan proses pembelajaran,
pembelajar harus merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang
nantinya akan di miliki oleh pebelajar dalam setelah melakukan
proses pembelajaran, satu rumusan untuk satu tingkah laku dan
kompetensi.
b) Perumusan alat evaluasi atau tes
Perumusan alat evaluasi ini di tujukan untuk mengukur dan
menilai sampai berapa jauh kemampuan yang telah dikuasai
pebelajar, yang akan dibuat acuan untuk merumuskan apa yang
harus dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Hal ini di lakukan untuk melakukan pre-test dan
post test, yang nantinya dapat member informasi seberapa jauh
pemahaman pebelajar tentang materi yang nantinya akan di
sampaikan.
c) Perumusan kegiatan belajar
Pembelajar menetapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan
tujuan yang telah di tentukan, penentuan kegiatan belajar di
lakukan dengan bertahap. Tahapan pertama menetukan seluruh
kegiatan yang di mungkinkan dilakukan oleh pebelajar. Tahap
kedua mengeliminasi kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan.
Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan
yang di lakukan dalam proses pembelajaran. Semisal kegiatan
belajar berapa diskusi, Tanya jawab antar pebelajar atau bisa yang
lainya.
d) Menentukan program kegiatan
Setelah kegiatan belajar di putuskan, maka selanjutnya untuk
memastikan tercapainya kegiatan belajar tersebut di lakukan,
harus di tentukan program kegiatan yang menjamin terlaksananya
kegiatan belajar. Semisal menentukan program kegiatan berupa
presentasi makalah kelompok, maka yang harus di lakukan adalah
menentukan materi presentasi, pembagian anggota kelompok,
mencari referensi, menentukan sistematika presentasi,
menentukan media yang akan dipakai dalam presentasi,
penentuan waktu presentasi makalah kelompok, menentukan
tempat presentasi.
e) Implementasi program kegiatan
Langkah terahir yaitu langkah implementasi program kegiatan
seperti pre-test, melakukan proses pembelajaran, post-test,
langkah terahir ini juga dilengkapi dengan evaluasi, evaluasi
dilakukan untuk mengoreksi seberapa berhasilnya model desain
pembelajaran yang telah dilakukan, evaluasi dilakukan dengan
mencari kelemahan dan kelebihan dari model desain
pembelajaran yang telah dilakukan.
Kekurangan :
2) Langkah-langkah model
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain
sistem pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut:
A Analyze Learner ( menganalisa karakteristik siswa)
State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau
S
kompetensi)
Select Method, media, and materials ( memilih metode,
S
media dan bahan ajar)
Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan
U
ajar)
Require Learner participacion (Melibatkan siswa dalam
R
kegiatan belajar)
Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki/Evaluasi dan
E
revisi)
3) Manfaat ASSURE
Ada 4 manfaat ASSURE,yaitu :
a) Sederhana, mudah untuk diterapkan.
b) Dapat dikembangkan sendiri oleh Pendidik.
c) Komponen KBM lengkap.
d) Peserta didik pun dilibatkan dlm persiapan untuk KBM.
2) Langkah-langkah model
Model desain yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri dari
beberapa langkah dan prosedur yaitu:
a) Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan
kebutuhanakan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat
program pembelajaran akan di implementasikan. Tahap analisis dalam
model inidigunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-
masalah pembelajaran.
b) Analisis karakteristik siswa
Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur
untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang
akanmenempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa
yangakan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi
socialekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya belajar.
Gaya belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori,
gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
c) Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-
tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk
menciptakan kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
d) Menulis butir tes
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program
pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir
tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan
untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
e) Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program
pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswadalam
melakukan proses pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran
dalam konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan
oleh instruktur agar dapat membantu siswa dalam mencapai hasil
belajar yang optimal.
f) Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain
system pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau
tujuan, metode, media, strategi dan isi atau materi pembelajaran,
sertaevaluasi hasil belajar.
g) Melaksanakan evaluasi formatif
Dilakukan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dari draf bahan
ajar yang telah dibuat agar segera direvisi.
h) Merevisi program pembelajaran
Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program pembelajaran
diharapkan program tersebut dapat menjadi program pembelajaran yang
berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
h. Model Briggs
1) Deskripsi model
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini
berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang
bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional
maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi
guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan
perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan
pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b)
strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.
2) Langkah-langkah model
Langkah pengembangan dirumuskan kedalam 10 langkah
pengembangan yaitu :
a) Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
b) Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan
instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan
kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan
diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
c) Perumusan tujuan
d) Analisis tugas/tujuan
e) Penyiapan evaluasi hasil belajar
f) Menentukan jenjang belajar
g) Penentuan kegiatan belajar.
h) Pemantauan bersama
i) Evaluasi formatif
j) Evaluasi sumatif
2) Langkah-langkah model
Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam
pengembangan desain intruksional terdiri dari :
a) Merumuskan tujuan instruksional
b) Menentukan isi materi pelajaran
c) Menentukan kemampuan awal peserta didik
d) Menentukan teknik dan strategi
e) Pengelompokan belajar
f) Menentukan pembagian waktu
g) Menentukan ruang
h) Memilih media intruksional yang sesuai
i) Mengevaluasi hasil belajar
j) Menganalisis umpan balik
2) Langkah-langkah model
Model ini menggunakan model pendekatan sistem yang
meliputi tiga tahapan, yaitu:
a) Pembatasan (define)
Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau
disebut need assessment. Need assessment ini berusaha mencari
perbedaan antara apa yang ada dan apa yang idealnya. Karena
banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan prioritas
mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. Ada tiga hal
yang perlu dipertimbangkan, yaitu karakteristik siswa, kondisi,
dan sumber-sumber yang relevan.
b) Pengembangan (develope)
Identifikasi tujuan, yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu
tujuan instruksional yang hendak dicapai, baik tujuan
instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan
Terminal Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang
disebut Enabling Objectives. TIK merupakan penjabaran lebih
rinci dari TIU.
TIK diperlukan karena:
i. Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang
diharapkan sebagai hasil dari kegiatan instruksional.
ii. TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang
diberikan.
iii. TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai
siswa sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Robert Mager mengungkapkan perumusan TIK secara
tertulis dan diinformasikan kepada pendidik dan peserta didik,
sehingga keduanya mempunyai pengertian yang sama tentang apa
yang tercamtum dalam TIK. TIK tersebut mengandung satu
pengertian atau tidak mungkin ditafsirkan dalam pengertian yang
lain.
Perumusan TIK merupakan titik permulaan yang
sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional,
sedangkan proses sebelumnya merupakan tahap pendahuluan
untuk menghasilkan TIK. Tujuan dari TIK tersebut merupakan
satu-satunya dasar dalam menyusun kisi-kisi tes. Dalam TIK,
penentuan isi pelajaran disesuaikan dengan apa yang akan
dicapai.
Dalam menentukan metoda pembelajaran, ada beberapa hal yang
dipertimbangkan, antara lain:
i. Metoda apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
ii. Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan.
Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan
karakteristik siswa dan kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum,
karyawisata, tugas individu/kelompok, dan lain-lain)
c) Penilaian (evaluate)
Setelah program instruksional disusun, diadakan tes uji
coba untuk menentukan kelemahan dan keunggulan, serta
efisiensi dan keefetifan dari program yang dikembangkan.
2) Langkah-langkah model
Langkah-langkah ini, dalam setiap poses memiliki dasar yang
terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada proses ISD
secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana
adalah sebagai berikut :
a) Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.
b) Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.
c) Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi
pembelajaran.
d) Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam
konteks.
e) Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.
2) Langkah-langkah model
Model Bergman dan Moore yang berisi enam kegiatan utama,
berikui 6 langkahnya:
a) Analisis
b) Desain
c) Mengembangkan
d) Memproduksi
e) Author (coding, testing, running)
f) Memvalidasi
b. Model Bates
1) Deskripsi model
Pembelajaran secara terbuka adalah tujuan utama atau
kebijakan kependidikannya. Karakrakteristik pendidikan terbuka
yang utama dan terpenting adalah menghilangkan semua hambatan
untuk belajar. Hal ini bukan berarti mengharuskan adanya
persyaratan bagi siswa untuk belajar, dan untuk sebagian siswa yang
memiliki keterbelakangan, dan sebuah langkah yang menentukan
untuk menyediakan pendidikan pada bentuk yang sesuai untuk
memecahkan masalah keterbelakangan tersebut. Tujuan yang lain
adalah untuk menciptakan lingkungan belajar jarak jauh yang akan
meningkatkan pengalaman bagi peserta melalui interaksi. Dalam
mempertimbangkan pengaturan pendidikan, Bates juga mengklaim
"karena jenis kelamin, ras, dan penampilan fisik, status, atau
pengalaman yang tidak nampak, dan karena akses ke konferensi
dapat dibuat dan disediakan bagi siswa dan guru secara sama, dan
setiap orang yang berpartisipasi yang dinilai semata-mata pada nilai
kontribusi mereka, meskipun hal ini sangat tergantung pada
pendekatan yang dilakukan oleh tutor atau moderator" (Bates, 1995:
11).
Model yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan
desain isntruksional Diklat Jarak Jauh Online adalah model dari
kelompok yang berorientasi produk. Salah satu model yang tepat
adalah model pengembangan instruksional Bates karena memeliki
kekhasan yaitu dikembangkan khusus untuk pembelajaran mandiri,
memiliki kejelasan hubungan antara langkah, pelaku dan produk dan
langkahnya tidak kompleks.
2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Bates terdiri dari empat
langkah yaitu:
c. Model Nieveen
1) Deskripsi model
Menurut Smith (Nieveen, 1999: 128) prototype merupakan
versi awal atau suatu model dari keseluruhan produk pengembangan.
Prototipe dari keseluruhan produk dibuat sebelum produk final
dihasilkan dan diimplementasikan. Ada bermacam-macam model
pembelajaran. Diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan
model pembelajaran yang baik. Adapun kriteria model pembelajaran
yang baik menurut Nieveen (Trianto, 2007: 8) adalah sebagai
berikut.
a) Valid
Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan
dengan dua hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memilki
konsistensi internal.
b) Praktis
Kriterium praktis menunjuk pada: pertama, para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang mereka kembangkan dapat
diterapkan dan kedua, kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
mereka kembangkan tersebut betul-betul dapat diterapkan.
c) Efektif
Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan
parameter: pertama, para ahli dan praktisi berdasarkan
pengalamannya menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut
efektif, dan kedua, secara operasional model pembelajaran
tersebut memberikan hasl sesuai dengan yang diharapkan.
2) Langkah-langkah model
2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Seels dan Glasgow terdiri
dari empat langkah yaitu:
a) Analysis (analysis problem, task analysis, instructional analysis)
b) Design (obyektives and test, instructional strategy and delivery
system)
c) Develop (material development)
d) Evaluation (formatif and sumatif evaluation)
e. Model Hanafin and Peck
1) Deskripsi model
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang
terdiri daripada tiga fase, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain
dan fase pengembangan atau implementasi. Dalam model ini,
penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model
ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar
di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin
dan Peck.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis
kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh
kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase
desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hannafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi,
2009 : 14) menyatakan fase desain bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling baik
untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu
dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board
yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan
pelajar dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama,
penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase
pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase
pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck mengatakan
aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram
alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan
diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media
pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan
pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan
digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media
yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (dalam Supriatna &
Mulyadi, 2009 : 14) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
Lebih lanjut Hannafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 :
14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan
sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif
dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan. Dengan
berpedoman pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun,
maka pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah
dan terencana.
2) Langkah-langkah model
a) Fase analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di
dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat,
pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok
sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
b) Fase desain.
Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan
media pembelajaran.
c) Fase pengembangan dan implementasi.
Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada
fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian
formatif dan penilaian sumatif.
f. Mode ADDIE
1) Deskripsi model
Sebagian besar orang mengatakan bahwa ADDIE merupakan
model pengembangan intruksional. Jika demikian, maka kita harus
telusuri kembali apakah yang dimaksud dengan model itu sendiri.
Menurut definisi, model merupakan representasi yang akurat
menyerupai struktur yang ada 2. Berdasarkan definisi tersebut,
model pengembangan intruksional ADDIE seharusnya akan menjadi
representasi yang mencerminkan struktur yang ada untuk desain
instruksional. Namun demikian, kenyataannya ADDIE tidak hanya
dapat digunakan sebagai model pengembangan instruksional.
ADDIE dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa ADDIE bukanlah sebuah model
pengembangan instruksional, melainkan hanya berupa model umum,
atau dapat juga disebut sebagai sebuah kerangka konseptual.
Dalam proses pengembangan sistem instruksional, ADDIE
merupakan sebuah kerangka konseptual yang mengacu pada proses
utama dari proses ISD secara generik: analisis, desain,
pengembangan, implemetasi, dan evaluasi. Dikatakan sebagai
kerangka konseptual karena ADDIE menjadi dasar pemikiran para
ahli dalam mengembangakan model desain instruksional. Model-
model instruksional yang ada hingga saat ini menunjukkan bahwa
secara umum di dalamnya unsur-unsur ADDIE, meskipun secara
rinci pelaksanaannya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan tujuan yang dihasilkan dari masing-masing model
pengembangan instruksional.
2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional ADDIE terdiri dari lima
langkah yaitu:
a) Analyze
b) Design
c) Development
d) Implementation
e) Evaluation
2) Langkah-langkah model
Komponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need
analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation,
Operation, dan Evaluation.
2) Langkah-langkah model
Collaborative Prototyping terdiri dari 5 siklus :
c. Model Diamond
1) Deskripsi model
2) Langkah-langkah model
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase: pemilihan
proyek, desain, dan produksi, pelaksanaan dan evaluasi.