Anda di halaman 1dari 37

Model Desain Instruksional

A. Pengertian Model Desain Instruksional

Ada dua konsep pokok yang perlu anda pahami terlebih dahulu, yaitu
"model" dan "desain instruksional". Secara umum istilah "model" diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan
dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga model dapat diartikan sebagai
seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Desain
instruksional dibentuk oleh dua konsep yaitu "desain" dan "instruction".
Disain berarti membuat sketsa, pola, outline atau rencana
pendahuluan mengembangkan berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya. "Interaction" yang diterjemahkan menjadi "pembelajaran
dan pengajaran" dan "bahan instruksi" dalam arti perintah oleh Saylor dan
Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum
implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus "instruction"
merujuk pada "proses belajar mengajar" atau "proses pengajaran" (teaching-
learning process).

Desain merupakan kerangka, bentuk atau rancangan. Desain juga dapat


didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan
pendefinisian suatu perangkat, suatu proses atau sistem dalam detail yang
memadai untuk memungkinkan realisasi fisiknya. Tujuan desainer adalah
untuk menghasilkan suatu model atau representasi dari entitas yang kemudian
akan dibangun. Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Proses ini
berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang perlakuan berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis
dan tradisional berakar pada kognitif dan perilaku.

Dengan kata lain, desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis


kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi
pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di
dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji
coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan
bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar,
pembelajaran, psikologi, komunikasi, system, dan sebagainya. Pendekatan
sistem dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan.
Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem
implementasi, dan sebagainya.

B. Tujuan Model Desain Instruksional

Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran ialah


sebagai berikut :

1. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual.


2. Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
4. Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia.
5. Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.

C. Prinsip Model Desain Instruksional

Prinsip Prinsip Desain Instruksional (berdasarkan Teori Belajar/


Psikologi dan hasil penelitian) :

1. Pengulangan respon yang menyenangkan (pengulangan)


2. Tujuan tujuan instruksional yang jelas (penciptaan kondisi perilaku
belajar, metode dan media)
3. Pemberian penguatan (umpan balik nilai, pujian, penghargaan)
4. Pemberian contoh dari alam nyata
5. Pemberian contoh dan non-contoh
6. Perhatian dan ketekunan
7. Pemecahan materi menjadi lebih kecil
8. Penggunaan model
9. Pemecahan keterampilan umum menjadi keterampilan khusus
10. Pemberian informasi kemajuan belajar
11. Perbedaan kecepatan belajar (prasyarat / entry behavior)
12. Mengatur sendiri waktu, cara dan sumber

D. Pendekatan Model Desain Instruksional

Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :

1. Pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented); peserta harus dapat


menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional.
2. Pendekatan-produk (product-oriented), peserta diharuskan menerapkan
prinsip-prinsip ini dalam mendesain sesuatu, menghasilkan produk desain

E. Perbedaan dan Persamaan antara model Desain Pembelajaran


Intruksional dengan Sistem Pembelajaran Instruksional

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, perlu diketahui


bahwa desain pembelajaran berbeda dengan sistem pembelajaran.Walaupun
perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya
memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses
pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan
desain menekankan pada proses merancang progam pembelajaran untuk
membantu proses belajar siswa, seperti yang di kemukakan zook (2001)
bahwa desain intruksional adalah asistematic thinking process to help learners
learn.
F. Macam-Macam Model Desain Pembelajaran Instruksional
1. Model Desain Berorientasi Kelas
a. Model Dick, Carey, and Carey
1) Deskripsi model
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan
pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain
pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan,
implementasi dan evaluasi.
Seperti desain model Banathy, dalam mendesain pembelajaran
model Dick dan Cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan
pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer
merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu
menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal
siswa terlebih dahulu. Mengapa hal ini perlu dirumuskan? Oleh
sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan
dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan
khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk
Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan
penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus
penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus
selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario
pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan
secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah
melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi sumatife.
Evaluasi formatife berfungsi untuk menilai efektivitas program dan
evaluasi sumatife berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap
siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi
inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam merevisi program
pembelajaran.

2) Langkah-langkah model
Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah
utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick,
Carey & Carey (2009) adalah:
a) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
b) Melakukan analisis instruksional.
c) Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks
pembelajaran.
d) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
e) Mengembangkan instrumen penilaian.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran.
g) Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
i) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
j) Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

b. Model Morrison, Ross, dan Kemp


1) Deskripsi Model
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2004), model desain
sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang
program atau kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka
teori dengan lebih baik dan menerapakan teori tersebut untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh
Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp
pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-
komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan
dari berbagai kendala yang timbul.
Model sistem instruksional yang dikembangkan Kemp ini
tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai
proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak
diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai
hasil yang maksimal. Oleh karena itu model Kemp, dilihat dari
kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.

2) Langkah-langkah Model

Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah,


yaitu:
a) Hasil yang ingin dicapai
Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum
untuk pembelajaran tiap topiknya
b) Karakteristik belajar
Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa
pembelajaran tersebut didesain
c) Tujuan khusus belajar
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
syarat dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta
didik
d) Analisis tes mata pelajaran
Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan
e) Sumber belajar
f) Tes awal
Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang
peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu
topik
g) Aktivitas belajar
Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan
mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan
h) Layanan pendukung
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal
untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
i) Evaluasi belajar
Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan
dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

3) Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan :
a) Segala kegiatan telah terpeinci
b) Dalam penyampaian materi akan bisa disesuaikan dengan
kemampuan siswa karena adanya pre test

Kekurangan :

a) Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan


b) Waktu untuk penyampaian materi berkurang untuk pemberian pre
test

c. Model Banathy
1) Deskripsi model
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H.
Banahty. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sistem. Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses
menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi
perubahan di dalam tingkah lakunya.
Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan
model Kemp. Model ini memandang bahwa penyusunan sistem
instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.

2) Langkah-langkah model

Secara garis besar, pengembangan system instruksional model


Banathy dapat diformulasikan dalam enam langkah, sebagai berikut:
a) Merumuskan tujuan
Dalam langkah ini guru harus merumuskan kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti program
pengajaran tertentu.
b) Mengembangkan test
Dalam mengembangkan evaluasi ini perlu didasarkan pada tujuan
instruksioanal yang telah dirumuskan.
c) Menganalisis kegiatan belajar
Dalam langkah ini perlu dirumuskan kegiatan belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan.
d) Mendesain system instruksional
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat dari masing-
masing komponen instruksional. Seluruh komponen instruksional
yang telah dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu system
pengajaran.
e) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Dalam langkah ini sistem instruksional yang telah didesain perlu
diujicobakan dan dilaksanakan, selain itu juga perlu mengadakan
penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik.
f) Mengadakan perbaikan
Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik ( feed back) dalam rangka mengadakan perbaikan
sistem.

d. Model PPSI
1) Deskripsi model
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata prosedur berarti
tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata
pengembangan berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan
sebagainya. Kata Intruksional berhubungan dengan proses
pembelajaran. Dari arti kata tersebut, PPSI dapat di artikan adalah
suatu tahapan kegiatan pengembangan perencanaan komponen-
komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di
tentukan.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis,
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.

2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5
langkah pokok yaitu:
a) Perumusan tingkah laku dan kemampuan (kompetensi)
Merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang akan dimiliki
oleh pebelajar. Sebelum melakukan proses pembelajaran,
pembelajar harus merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang
nantinya akan di miliki oleh pebelajar dalam setelah melakukan
proses pembelajaran, satu rumusan untuk satu tingkah laku dan
kompetensi.
b) Perumusan alat evaluasi atau tes
Perumusan alat evaluasi ini di tujukan untuk mengukur dan
menilai sampai berapa jauh kemampuan yang telah dikuasai
pebelajar, yang akan dibuat acuan untuk merumuskan apa yang
harus dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Hal ini di lakukan untuk melakukan pre-test dan
post test, yang nantinya dapat member informasi seberapa jauh
pemahaman pebelajar tentang materi yang nantinya akan di
sampaikan.
c) Perumusan kegiatan belajar
Pembelajar menetapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan
tujuan yang telah di tentukan, penentuan kegiatan belajar di
lakukan dengan bertahap. Tahapan pertama menetukan seluruh
kegiatan yang di mungkinkan dilakukan oleh pebelajar. Tahap
kedua mengeliminasi kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan.
Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan
yang di lakukan dalam proses pembelajaran. Semisal kegiatan
belajar berapa diskusi, Tanya jawab antar pebelajar atau bisa yang
lainya.
d) Menentukan program kegiatan
Setelah kegiatan belajar di putuskan, maka selanjutnya untuk
memastikan tercapainya kegiatan belajar tersebut di lakukan,
harus di tentukan program kegiatan yang menjamin terlaksananya
kegiatan belajar. Semisal menentukan program kegiatan berupa
presentasi makalah kelompok, maka yang harus di lakukan adalah
menentukan materi presentasi, pembagian anggota kelompok,
mencari referensi, menentukan sistematika presentasi,
menentukan media yang akan dipakai dalam presentasi,
penentuan waktu presentasi makalah kelompok, menentukan
tempat presentasi.
e) Implementasi program kegiatan
Langkah terahir yaitu langkah implementasi program kegiatan
seperti pre-test, melakukan proses pembelajaran, post-test,
langkah terahir ini juga dilengkapi dengan evaluasi, evaluasi
dilakukan untuk mengoreksi seberapa berhasilnya model desain
pembelajaran yang telah dilakukan, evaluasi dilakukan dengan
mencari kelemahan dan kelebihan dari model desain
pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Kelebihan dan kelemahan


Kelebihan :
a) Penyampaian materi bisa disesuaikan dengan kemampuan awal
siswa
b) Adanya post test yang bisa mengukur daya tangkap dan sejauh
mana konsentrasi siswa
c) Adanya perbaikan untuk siswa yang mendapat nilai buruk
d) Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
system pembelajaran

Kekurangan :

a) Alokasi waktu untuk penyampaian materi terkurangi untuk pre


test dan post test
b) Pendidik harus menyiapkan soal untuk pre test dan post test

e. Model Henich, Molenda, Russell, dan Smaldino (ASSURE)


1) Deskripsi model
Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan
yang bisamembantu untuk bagaimana cara merencanakan,
mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan,
serta evaluasi. Model Assure ini merupakan rujukan bagi pendidik
dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang
direncanakan dan disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran
menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.
Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan
pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam
kelas secara actual. Model ASSURE yang dicetuskan oleh Heinich,
dkk 1980, dikembangkan oleh Smaldino hingga sekarang. Model
ASSURE ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya
melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta
peran serta pembelajar di lingkungan belajar.

2) Langkah-langkah model
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain
sistem pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut:
A Analyze Learner ( menganalisa karakteristik siswa)
State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau
S
kompetensi)
Select Method, media, and materials ( memilih metode,
S
media dan bahan ajar)
Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan
U
ajar)
Require Learner participacion (Melibatkan siswa dalam
R
kegiatan belajar)
Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki/Evaluasi dan
E
revisi)

Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini


dikemukakan deskripsi dari setiap komponen yang terdapat dalam
model tersebut:
a) Analyzze Learnes
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model
iniadalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan
melakukan aktifitas pembelajaran. Siapakah siswa yang akan
melakukan proses belajar? Pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa akan sangat membantu siswa dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik
siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum,
kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya
belajar atau learning style siswa.
b) State Objectives
Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran
ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau
kurikulum, informasi yang tercacat dalam buku teks, atau dirumus
kansen diri oleh perancang atau instruktur. Tujuan pembelajaran
merupakan rumusan atau pernyataan yang mendeskripsikan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh
siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
Setelah menggambarkan kompetensi yang perlu dikuasai oleh
siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga mendeskripsikan
kondisi yangdiperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil
belajar yang telahdicapai dan tingkat penguasaan siswa atau
degree terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
c) Select Methods, Media, and Materials
Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan
ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting
dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
digariskan.
Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih
metode, media, dan bahan ajar yang akan digunakan, ada
beberapa pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memilih media dan
bahan ajar yang telah tersedia, dan memproduksi bahan ajar baru.
d) Utilize Materials
Setelah memillih metode, media, dan bahan ajar, langkah
selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan
pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan
ajar, instruktur atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan
uji coba untuk memastikan bahwa ketiga komponen tersebut
dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam situasi atau setting
yang sebenarnya. Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas
dan sarana pendukungyang diperlukan untuk dapat menggunakan
metode, media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya
siap, ketiga komponen tersebut dapat digunakan.
e) Requires Learner Participation
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa
secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Pemberianlatihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas
mental siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan
denganmudah memelajari materi pembelajaran. Setelah aktif
melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa
pengetahuantentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk
mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
f) Evaluate and Revise
Setelah mendesain aktifitas pembelajaran maka langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi
dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran
dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program
pembelajaran.

3) Manfaat ASSURE
Ada 4 manfaat ASSURE,yaitu :
a) Sederhana, mudah untuk diterapkan.
b) Dapat dikembangkan sendiri oleh Pendidik.
c) Komponen KBM lengkap.
d) Peserta didik pun dilibatkan dlm persiapan untuk KBM.

4) Kelebihan dan Kelemahan


kelebihan dari model ini adalah
a) Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi
ajar. Komponen tersebut di anatranya analisis Peserta didik,
rumusan tujuan pembelajar, strategi pembelajar, sistem
penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar.
b) Sering di adakan remidial. selain itu model ini mengedepankan
Peserta didik, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar,
kemampuan prasyarat.
c) Di adakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti
pengelompokan Peserta didik menjadi belajar mandiri dan belajar
tim dll menyiratkan untuk para Pendidik untuk menyampaikan
materi dan mengelola kegiatan kelas
d) Model ini dapat diterapkan sendiri oleh Pendidik.
Kelemahan dari model ini adalah
a) Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu
b) Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen
desain pembelajaran termasuk di dalamnya.
c) Model ini mengedepankan penyampaian materi dan pengelolaan
kelas.
d) Aspek lain yang berdampakterhadap proses belajar tidak dideteksi
e) Model ini digunakan untuk memandu seseorang Pendidik
bagaimana mengelola dan menciptakan interaksi belajar mengajar
f) Untuk dapat memotivasi pembelajaran yang tepat
g) Supaya Pendidik lebih kreatif dan kerja sama antar Pendidik dan
siswa dapat dikembangkan dengan baik dengan model KBM ini.
h) Dilihat dari sistem modelnya dari model-model yang
lain.Menurut saya, model ASSURE ini simpel. Namun
kegunaanya lebih condong untuk pembelajaran di lingkup
sekolah.

f. Model Smith dan Ragan


1) Deskripsi model
Particia L. Smith and Tillman J. Ragan (2003) mengemukakan
sebuah model desain sistem pembelajaran yang populer dan
profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi
teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam
sistem desain pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang
srategi pembelajaran.

2) Langkah-langkah model
Model desain yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri dari
beberapa langkah dan prosedur yaitu:
a) Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan
kebutuhanakan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat
program pembelajaran akan di implementasikan. Tahap analisis dalam
model inidigunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-
masalah pembelajaran.
b) Analisis karakteristik siswa
Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur
untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang
akanmenempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa
yangakan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi
socialekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya belajar.
Gaya belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori,
gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
c) Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-
tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk
menciptakan kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
d) Menulis butir tes
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program
pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir
tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan
untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
e) Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program
pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswadalam
melakukan proses pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran
dalam konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan
oleh instruktur agar dapat membantu siswa dalam mencapai hasil
belajar yang optimal.
f) Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain
system pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau
tujuan, metode, media, strategi dan isi atau materi pembelajaran,
sertaevaluasi hasil belajar.
g) Melaksanakan evaluasi formatif
Dilakukan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dari draf bahan
ajar yang telah dibuat agar segera direvisi.
h) Merevisi program pembelajaran
Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program pembelajaran
diharapkan program tersebut dapat menjadi program pembelajaran yang
berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

g. Model Wong dan Roulerson


Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah
pengembangan desain intruksional yaitu:
a) Merumuskan tujuan
b) Menganalisis tujuan tugas belajar
c) Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar
yang tepat.
d) Memilih metode dan media
e) Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
f) Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

h. Model Briggs
1) Deskripsi model
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini
berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang
bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional
maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi
guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan
perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan
pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b)
strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.

2) Langkah-langkah model
Langkah pengembangan dirumuskan kedalam 10 langkah
pengembangan yaitu :
a) Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
b) Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan
instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan
kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan
diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
c) Perumusan tujuan
d) Analisis tugas/tujuan
e) Penyiapan evaluasi hasil belajar
f) Menentukan jenjang belajar
g) Penentuan kegiatan belajar.
h) Pemantauan bersama
i) Evaluasi formatif
j) Evaluasi sumatif

i. Model Gerlach dan Ely


1) Deskripsi model
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan
oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman
perencanaan mengajar.

2) Langkah-langkah model
Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam
pengembangan desain intruksional terdiri dari :
a) Merumuskan tujuan instruksional
b) Menentukan isi materi pelajaran
c) Menentukan kemampuan awal peserta didik
d) Menentukan teknik dan strategi
e) Pengelompokan belajar
f) Menentukan pembagian waktu
g) Menentukan ruang
h) Memilih media intruksional yang sesuai
i) Mengevaluasi hasil belajar
j) Menganalisis umpan balik

j. Model IDI (Instructional Development Institute)


1) Deskripsi model
IDI telah dikembangkan di beberapa negara Asia-Eropa,
setelah berhasil di ratusan institusi pendidikan di Amerika.

2) Langkah-langkah model
Model ini menggunakan model pendekatan sistem yang
meliputi tiga tahapan, yaitu:
a) Pembatasan (define)
Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau
disebut need assessment. Need assessment ini berusaha mencari
perbedaan antara apa yang ada dan apa yang idealnya. Karena
banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan prioritas
mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. Ada tiga hal
yang perlu dipertimbangkan, yaitu karakteristik siswa, kondisi,
dan sumber-sumber yang relevan.
b) Pengembangan (develope)
Identifikasi tujuan, yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu
tujuan instruksional yang hendak dicapai, baik tujuan
instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan
Terminal Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang
disebut Enabling Objectives. TIK merupakan penjabaran lebih
rinci dari TIU.
TIK diperlukan karena:
i. Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang
diharapkan sebagai hasil dari kegiatan instruksional.
ii. TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang
diberikan.
iii. TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai
siswa sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Robert Mager mengungkapkan perumusan TIK secara
tertulis dan diinformasikan kepada pendidik dan peserta didik,
sehingga keduanya mempunyai pengertian yang sama tentang apa
yang tercamtum dalam TIK. TIK tersebut mengandung satu
pengertian atau tidak mungkin ditafsirkan dalam pengertian yang
lain.
Perumusan TIK merupakan titik permulaan yang
sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional,
sedangkan proses sebelumnya merupakan tahap pendahuluan
untuk menghasilkan TIK. Tujuan dari TIK tersebut merupakan
satu-satunya dasar dalam menyusun kisi-kisi tes. Dalam TIK,
penentuan isi pelajaran disesuaikan dengan apa yang akan
dicapai.
Dalam menentukan metoda pembelajaran, ada beberapa hal yang
dipertimbangkan, antara lain:
i. Metoda apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
ii. Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan.
Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan
karakteristik siswa dan kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum,
karyawisata, tugas individu/kelompok, dan lain-lain)
c) Penilaian (evaluate)
Setelah program instruksional disusun, diadakan tes uji
coba untuk menentukan kelemahan dan keunggulan, serta
efisiensi dan keefetifan dari program yang dikembangkan.

k. Model ISD (Instructional system design)


1) Deskripsi model
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur
terorganisir yang mencakup langkah-langkah menganalisis,
merancang, mengembangkan, melaksanakan dan menilai
pembelajaran.
Pada umumnya ISD bersifat linier dan memuat prosedur yang
menghendaki kejelian dan konsistensi. Ciri khas rancangan ini
adalah semua langkah dilengkapi untuk dapat berfungsi pada setiap
komponen sebagai pengontrol dan penyeimbang satu sama lain.

2) Langkah-langkah model
Langkah-langkah ini, dalam setiap poses memiliki dasar yang
terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada proses ISD
secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana
adalah sebagai berikut :
a) Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.
b) Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.
c) Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi
pembelajaran.
d) Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam
konteks.
e) Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.

l. Model Pengembangan Sistem Instruksional (MPSI)


1) Deskripsi model
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional
systems development) dan disain instruksional (instructional
design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun
menurut arti katanya ada perbedaan antara "disain" dan
"pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau
pola atau outline atau ren cana pendahuluan". Sedang
"mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara teratur
untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya."

2. Model Desain Berorientasi Produk


a. Model Bergman dan Moore
1) Deskripsi model
Bergman dan Moore (1990) mempublikasikan sebuah model
yang khusus ditujukan untuk membimbing dan mengelola produksi
produk dari multimedia interaktif. Setiap kegiatan
menentukanmasukan, penyampaian (output), dan strategi evaluasi.
Output dari setiap kegiatan memberikanmasukan untuk kegiatan
berikutnya.
Mereka mengacu pada setiap baris horizontal dari
modeltersebut sebagai fase dan mengingatkan pembaca bahwa
meskipun tidak ditampilkan, mungkin perlu untuk meninjau fase dan
menguji kembali aktivitas yang dipilih. Mereka juga menekankan
pentingnya mengevaluasi output (penyampaian) dari setiap kegiatan
sebelum melanjutkan.Daftar pengecekan yang mereka berikan untuk
melakukan evaluasi ini sangat luas dan akan berharga jika salah satu
menggunakan model pengembangan produk yang berbeda untuk
pengembangan multimedia interaktif.

2) Langkah-langkah model
Model Bergman dan Moore yang berisi enam kegiatan utama,
berikui 6 langkahnya:
a) Analisis
b) Desain
c) Mengembangkan
d) Memproduksi
e) Author (coding, testing, running)
f) Memvalidasi

b. Model Bates
1) Deskripsi model
Pembelajaran secara terbuka adalah tujuan utama atau
kebijakan kependidikannya. Karakrakteristik pendidikan terbuka
yang utama dan terpenting adalah menghilangkan semua hambatan
untuk belajar. Hal ini bukan berarti mengharuskan adanya
persyaratan bagi siswa untuk belajar, dan untuk sebagian siswa yang
memiliki keterbelakangan, dan sebuah langkah yang menentukan
untuk menyediakan pendidikan pada bentuk yang sesuai untuk
memecahkan masalah keterbelakangan tersebut. Tujuan yang lain
adalah untuk menciptakan lingkungan belajar jarak jauh yang akan
meningkatkan pengalaman bagi peserta melalui interaksi. Dalam
mempertimbangkan pengaturan pendidikan, Bates juga mengklaim
"karena jenis kelamin, ras, dan penampilan fisik, status, atau
pengalaman yang tidak nampak, dan karena akses ke konferensi
dapat dibuat dan disediakan bagi siswa dan guru secara sama, dan
setiap orang yang berpartisipasi yang dinilai semata-mata pada nilai
kontribusi mereka, meskipun hal ini sangat tergantung pada
pendekatan yang dilakukan oleh tutor atau moderator" (Bates, 1995:
11).
Model yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan
desain isntruksional Diklat Jarak Jauh Online adalah model dari
kelompok yang berorientasi produk. Salah satu model yang tepat
adalah model pengembangan instruksional Bates karena memeliki
kekhasan yaitu dikembangkan khusus untuk pembelajaran mandiri,
memiliki kejelasan hubungan antara langkah, pelaku dan produk dan
langkahnya tidak kompleks.

2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Bates terdiri dari empat
langkah yaitu:

a) Pengembangan outline diklat


b) Pemilihan media
c) Pengembangan dan produksi bahan ajar
d) Uji coba dan perbaikan

c. Model Nieveen
1) Deskripsi model
Menurut Smith (Nieveen, 1999: 128) prototype merupakan
versi awal atau suatu model dari keseluruhan produk pengembangan.
Prototipe dari keseluruhan produk dibuat sebelum produk final
dihasilkan dan diimplementasikan. Ada bermacam-macam model
pembelajaran. Diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan
model pembelajaran yang baik. Adapun kriteria model pembelajaran
yang baik menurut Nieveen (Trianto, 2007: 8) adalah sebagai
berikut.

a) Valid
Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan
dengan dua hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memilki
konsistensi internal.
b) Praktis
Kriterium praktis menunjuk pada: pertama, para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang mereka kembangkan dapat
diterapkan dan kedua, kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
mereka kembangkan tersebut betul-betul dapat diterapkan.
c) Efektif
Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan
parameter: pertama, para ahli dan praktisi berdasarkan
pengalamannya menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut
efektif, dan kedua, secara operasional model pembelajaran
tersebut memberikan hasl sesuai dengan yang diharapkan.

2) Langkah-langkah model

a) Preliminary research (studi pendahuluan)


Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan dan
pengembangan kerangka konseptual berdasarkan studi literatur
dan peneltian- penelitian terdahulu. Hasil dari studi pendahuluan
ini akan menjadi blueprint pertama pada tahapan pengembangan
ini.
b) Prototyping stage (tahap prototiping)
Pada tahap ini dirancang prototype untuk selanjutnya
diujicobakan, dievaluasi dan direvisi. Ujicoba dalam tahap ini
dimaksudkan sebagai ujicoba oleh ahli untuk selanjutnya
dilakukan evaluasi formatif (kevalidan & kepraktisan) dari
prototipe berdasarkan penilaian ahli (expert judgement).
c) Assessment stage (tahap penilaian)
Selanjutnya setelah melalui tahap penilaian ahli dan revisi, maka
prototype tersebut selanjutnya diujicobakan dalam pembelajaran
untuk dinilai kepraktisan (dari segi pengguna) dan keefektifannya.
d) Systematic reflection and documentation (refleksi dan
dokumentasi)
Refleksi dan dukumentasi merupakan kegiatan yang kontinu pada
setiap tahap yang ada dalam proses pengembangan ini. Secara
tidak langsung tahap yang keempat ini telah berada pada ketiga
tahap pengembangan sebelumnya.

d. Model Seels dan Glasgow


1) Deskripsi model
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke
dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media
teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual
diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian
multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak,
permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi
mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal
teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan
komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di
atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu
kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku.
Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum
dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem
instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada
suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku
umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang
ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu
memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu
kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini
dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan
kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih
media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Seels dan Glasgow terdiri
dari empat langkah yaitu:
a) Analysis (analysis problem, task analysis, instructional analysis)
b) Design (obyektives and test, instructional strategy and delivery
system)
c) Develop (material development)
d) Evaluation (formatif and sumatif evaluation)
e. Model Hanafin and Peck
1) Deskripsi model
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang
terdiri daripada tiga fase, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain
dan fase pengembangan atau implementasi. Dalam model ini,
penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model
ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar
di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin
dan Peck.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis
kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh
kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase
desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hannafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi,
2009 : 14) menyatakan fase desain bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling baik
untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu
dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board
yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan
pelajar dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama,
penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase
pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase
pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck mengatakan
aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram
alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan
diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media
pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan
pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan
digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media
yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (dalam Supriatna &
Mulyadi, 2009 : 14) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
Lebih lanjut Hannafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 :
14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan
sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif
dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan. Dengan
berpedoman pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun,
maka pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah
dan terencana.

2) Langkah-langkah model
a) Fase analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di
dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat,
pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok
sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
b) Fase desain.
Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan
media pembelajaran.
c) Fase pengembangan dan implementasi.
Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada
fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian
formatif dan penilaian sumatif.

f. Mode ADDIE
1) Deskripsi model
Sebagian besar orang mengatakan bahwa ADDIE merupakan
model pengembangan intruksional. Jika demikian, maka kita harus
telusuri kembali apakah yang dimaksud dengan model itu sendiri.
Menurut definisi, model merupakan representasi yang akurat
menyerupai struktur yang ada 2. Berdasarkan definisi tersebut,
model pengembangan intruksional ADDIE seharusnya akan menjadi
representasi yang mencerminkan struktur yang ada untuk desain
instruksional. Namun demikian, kenyataannya ADDIE tidak hanya
dapat digunakan sebagai model pengembangan instruksional.
ADDIE dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa ADDIE bukanlah sebuah model
pengembangan instruksional, melainkan hanya berupa model umum,
atau dapat juga disebut sebagai sebuah kerangka konseptual.
Dalam proses pengembangan sistem instruksional, ADDIE
merupakan sebuah kerangka konseptual yang mengacu pada proses
utama dari proses ISD secara generik: analisis, desain,
pengembangan, implemetasi, dan evaluasi. Dikatakan sebagai
kerangka konseptual karena ADDIE menjadi dasar pemikiran para
ahli dalam mengembangakan model desain instruksional. Model-
model instruksional yang ada hingga saat ini menunjukkan bahwa
secara umum di dalamnya unsur-unsur ADDIE, meskipun secara
rinci pelaksanaannya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan tujuan yang dihasilkan dari masing-masing model
pengembangan instruksional.

2) Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional ADDIE terdiri dari lima
langkah yaitu:
a) Analyze
b) Design
c) Development
d) Implementation
e) Evaluation

3. Model Desain Berorientasi Sistem


a. Model Gentry (IPDM Model)
1) Deskripsi model
Gentry (1994) disebut juga Instructional Project Development
and Management (IPDM) dimaksudkan untuk memperkenalkan
kedua konsep dan prosedur dasar dari intruksional desain proses dan
proses pendukung. Modelnya hadir untuk apa yang perlu dilakukan
dan bagaimana sesuatu dilakukan selama proyek pengembangan
instruksional. Model Gentry ini disertai oleh berbagai teknik dan alat
bantu pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang terkait
dengan pengembangan instruksional. Menurut Gentry, model IPDM
ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana, berlatih pengembang
instruksional, dan guru. Namun, deskripsi komprehensif dari seluruh
proses dan alat-alat yang menyertainya untuk mengelola proyek-
proyek besar membuatnya cocok untuk mengembangkan sistem
skala besar.
Model Gentry ini dibagi menjadi dua kelompok komponen:
komponen pembangunan dan komponen pendukung dengan
komponen komunikasi yang menghubungkan dua bagian.
Model IPDM menekankan pentingnya berbagi informasi antara
dua kelompok komponen selama hidup proyek pengembangan
instruksional. komponen komunikasi adalah "proses dimana
informasi penting didistribusikan dan beredar di kalangan mereka
yang bertanggung jawab, atau terlibat dalam kegiatan proyek.
Kualitas yang unik model Gentry adalah cara bahwa proses
pengembangan instruksional terkait dengan teknik-teknik khusus
untuk pelaksanaannya. Beberapa mungkin melihat model IPDM ini
sebagai pendekatan yang agak mekanistik untuk pengembangan
instruksional karena ketergantungannya pada jargon dan orientasi
behavioristik nya. Namun, Gentry memperingatkan terhadap
menjadi terlalu dogmatis dan linear dalam menerapkan modelnya.
model menggambarkan prosedur yang berisi informasi deskriptif dan
preskriptif cukup, dan pada berbagai tingkat detail, untuk membuat
pengenalan yang komprehensif untuk proses dan teknik
pengembangan instruksional.

2) Langkah-langkah model
Komponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need
analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation,
Operation, dan Evaluation.

a) Analisis (menetapkan kebutuhan dan tujuan prioritas untuk


instruksi yang ada atau yang diusulkan)
b) Adaptasi (membangun penerimaan oleh pengambil keputusan,
dan memperoleh komitmen sumber daya)
c) Desain kebutuhan (menentukan tujuan, strategi, teknik dan
media)
d) Produksi (membangun elemen proyek ditentukan oleh desain dan
revisi data)
e) Prototipe (merakit, uji coba, memvalidasi, dan menyelesaikan unit
instruksional)
f) Instalasi (membangun kondisi yang diperlukan untuk operasi
yang efektif dari produk instruksional baru)
g) Operasi (merawat produk instruksional setelah instalasi)
h) Evaluasi (mengumpulkan, menganalisis, dan meringkas data
untuk memungkinkan keputusan revisi).
Ada lima komponen pendukung yaitu Manajemen, Informasi
penanganan, Alokasi anggaran/sumber daya, Personil, Fasilitas.
a) Manajemen (proses dimana sumber daya dikendalikan,
terkoordinasi, terpadu, dan dialokasikan untuk mencapai tujuan
proyek)
b) Informasi penanganan (proses memilih, mengumpulkan,
menghasilkan, mengorganisir, menyimpan, mengambil,
mendistribusikan, dan menilai informasi yang diperlukan oleh
intruksional desain proyek)
c) Alokasi anggaran/sumber daya (proses untuk menentukan
kebutuhan sumber daya, meresmikan anggaran, dan memperoleh
dan mendistribusikan sumber daya)
d) Personil (proses untuk menentukan kebutuhan staf,
mempekerjakan, pelatihan, menilai, memotivasi , anggota
konseling, mencela, dan mengabaikan intruksional desain proyek)
e) Fasilitas (proses untuk mengatur dan merenovasi ruang untuk
desain, implementasi, dan pengujian unsur instruksi).

b. Model Dorsey, Goodrum, dan Schwen


1) Deskripsi model
Dorsey, Goodrum dan Schwen (1997) menyebutkan proses
mereka dengan Rapid Collaborative Prototyping yang menekankan
peran sentral pengguna terlibat dalam proses pengembangan. Mereka
membayangkan desainer bukan sebagai ahli eksternal yang
mengawasi pengembangan, melainkan sebagai kolaborator pada tim
dimana pengguna memainkan peran kunci perancangan. Mereka
percaya bahwa kolaborasi ini, dengan pengguna memainkan peran
sentral dalam semua tahap proses, hasil produk yang lebih baik lebih
mungkin dapat digunakan.

Berdasarkan contoh-contoh yang termasuk dalam deskripsi


mereka model, prototipe kolaboratif cepat tampaknya paling tepat
diterapkan di tingkat pengembangan saja, meskipun mungkin juga
dapat digunakan untuk menghasilkan produk untuk digunakan dalam
program. Model mereka memiliki serangkaian siklus pengujian
berulang prototipe. Prototipe awal biasanya memiliki ketepatan
rendah untuk produk yang diinginkan, sedangkan prototipe
kemudian sebenarnya diuji coba memiliki ketepatan yang tinggi
untuk produk yang diinginkan. Kelima siklus adalah: menciptakan
visi, mengeksplorasi prototipe konseptual, percobaan dengan tangan-
on mock-up, prototipe uji coba bekerja, dan sepenuhnya
melaksanakan visi berkembang.
Dorsey, Goodrum dan Schwen tidak memberikan informasi
rinci tentang bagaimana pengembangan dan pengujian harus
dilakukan, tapi menawarkan sejumlah prinsip dasar RAPD dalam
empat kategori: Proses, interaksi, kesetiaan, dan umpan balik.
Tiga Prinsip Proses Rapintruksional desain, Collaborative
Prototyping, Memodifikasi secara berulang sebuah prototipe di
setiap tingkatan desain, memodifikasi dan kembali ke prototipe
dengan cepat (kecepatan sangat penting) dan mencari altematif,
bukan hanya modifikasi. Rapid, Collaborative Prototyping memiliki
tiga prinsip dalam prosesnya yaitu prinsip interaksi, prinsip
ketepatan, prinsip umpan balik.
Tiga prinsip interaksi adalah: menganggap pengguna sebagai
desainer, hindari penggunaan bahasa teknis, dan memelihara
komunikasi yang konsisten. Masing-masing prinsip terdiri dari tiga
prinsip.
Tiga prinsip ketepatan yaitu: menggunakan prototipe ketepatan
rendah hingga mendapatkan umpan balik pada tingkat awal desain
dan menggunakan protorypes ketepatan fidelity tinggi untuk
mendapatkan umpan balik kualitas selama tingkat akhir
desain.;mempertimbangkan protorype yang efektif jika
memungkinkan pengguna untuk memberikan umpan balik dan
produktif , dan memanfaatlcan teknologi yang tersedia.
Tiga prinsip umpan balik adalah: menangkap apa yang
pengguna suka dan, yang lebih penting, apa yang dia tidak suka, jika
pengguna tidak ingin, maka perbaiki,jika ingin maka jangan
memperbaikinya, dan kumpulkan data. pada tiga tingkatan (mikro,
mini, dan makro).
Model ini sangat interaktif, yang menekankan bentuk dasar
cepat di semua lima unsur ADDIE, membuatnya agak unik
intruksional desain literatur dan merupakan dasar seleksi untuk
ulasan. Sayangnya, hal ini lebih konseptual dari operasional,
sehingga rincian bagaimana untuk menerapkannya kurang. Namun,
kami mengantisipasi melihat model yang lebih seperti di masa
depan, mudah-mudahan dengan lebih rinci operasional, sebagai
pengembang berusaha menerapkan bentuk asli cepat untuk semua
fase intruksional desain proses.

2) Langkah-langkah model
Collaborative Prototyping terdiri dari 5 siklus :

a) Penciptaan visi (Create a vision )


b) Eksplorasi prototipe konseptual (Explore conceptual prototypes)
c) Eksperiment
d) Test prototype (Pilot test working prototypes)
e) lmpelementasi penuh dengan visi ( Fully implement the evolving
vision)

c. Model Diamond
1) Deskripsi model

Model Selama beberapa tahun, Diamond (1998)


dikembangkan dan disempurnakan model pembangunan yang
khusus untuk lembaga pendidikan tinggi (seefig. 19). Walaupun
Model Diamond mungkin dianggap berorientasi kelas, kami telah
menempatkan dalam kategori sistem karena keyakinannya bahwa
pembangunan adalah upaya tim dan sering diarahkan pada luas-
persembahan kurikulum di kecanduan kursus. Diamond juga
menekankan kebutuhan untuk peka terhadap isu-isu politik dan
sosial yang ada di kampus dan dalam departemen akademik.
Menjamin bahwa upaya pembangunan yang diusulkan konsisten
dengan prioritas organisasi dan misi merupakan perhatian penting
lain yang agak unik untuk model ini. Diamond diyakini intruksional
desain adalah proses tim dengan masukan yang signifikan dari
personil universitas yang secara khusus ditugaskan untuk membantu
fakultas. Untuk semua alasan ini, modelnya tampaknya paling tepat
untuk klasifikasi sebagai model sistem.
The Diamond Model (1989) khusus untuk pendintruksional
desainikan tinggi. Asumsi yang mendasari:
a) Isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam
departemen akademik sangat penting.
b) Pengembangan instruksional adalah upaya team, yang konsisten
dengan prioritas dan misi organisasi.
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase: pemilihan proyek
dan desain dan produksi, pelaksanaan dan evaluasi. Selama fase satu,
kelayakan dan keinginan meluncurkan proyek diperiksa. masalah
instruksional seperti proyeksi entrollment, tingkat efektivitas
program yang ada, prioritas kelembagaan, dan fakultas antusiasme
semua dianggap sebelum beggining pembangunan. Diamond
merekomendasikan dimulai intruksional desain proses berpikir
dalam hal solusi ideal, tanpa memperhatikan kendala yang ada.
Argumennya adalah bahwa dengan berpikir suatu hal yang ideal, tim
akan lebih kreatif dan innivative dalam menguraikan solusi kuat.
Setelah keputusan dibuat untuk memulai sebuah proyek, rencana
operasional dikembangkan yang menyumbang gol, waktu, sumber
daya manusia dan lainnya, dan kebutuhan siswa.
Selama dua tempat dari kegiatan yang ditentukan dalam model
Diamond, setiap unit kursus kurikulum berlangsung melalui proses
tujuh langkah. Langkah pertama adalah untuk menentukan tujuan
unit ini diikuti oleh desain instrumen evaluasi dan prosedur, langkah
yang keluar bersamaan dengan memilih format instruksional dan
memeriksa bahan yang ada untuk inclussion mereka mungkin dalam
sistem. Setelah langkah-langkah telah diambil, bahan-bahan baru
yang diproduksi dan bahan yang ada dimodifikasi. Menariknya
Diamond ini termasuk percobaan bidang sebagai bagian dari langkah
yang sama seperti produksi bahan, walaupun sebagian besar
pengembang model yang membuat langkah mereka terpisah. Juga
implisit untuk langkah ini adalah revisi dari instruksi berdasarkan
data uji lapangan, tapi Berlian termasuk dalam proses revisi. Di
samping langkah terakhir adalah mengkoordinasikan logistik untuk
pelaksanaan, diikuti dengan implementasi skala penuh, termasuk
evaluasi dan revisi. Berlian menekankan cocok dengan keputusan
tentang apakah untuk terlibat dalam pembangunan untuk misi
kelembagaan dan rencana strategis, serta masalah instruksional. Dia
juga menekankan perlunya untuk menjamin fakultas kapal pemilik
hasil dari upaya pembangunan dan kebutuhan untuk sebuah
organisasi formal untuk mendukung upaya pengembangan fakultas.

2) Langkah-langkah model
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase: pemilihan
proyek, desain, dan produksi, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pemilihan proyek, desain, dan produksi


Pemilihan proyek merupakan langkah pertama, langkah dimana
menentukan apa yang akan dikerjakan. Desain merupakan
perancangan apa yang akan dibuat. Sedangkat produksi yaitu
menentukan bagaimana itu akan dikerjakan dan langkah
mengerjakan sebuah perancangan.
b. Pelaksanaan dan evaluasi
Pelaksanaan merupakan langkah dimana sesuatu diterapkan. Dan
langkah yang terakhir yaitu evaluasi yang merupakan langkah
penilaian yang bertujuan melihat sesuatu yang telah dibuat tadi
memerlukan perbaikan atau sesuatu itu siap digunakan di
lapangan.

Anda mungkin juga menyukai