Anda di halaman 1dari 20

TAKSONOMI BLOOM

“Tingkat Kemampuan Taksonomi Bloom”

OLEH
KELOMPOK 3
MUTIA SARI 19177035
SARI YULIANTI 19170
YAYAT MUTIA ARDI 19177046

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. ZULYUSRI, M.P.

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya dalam menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tingkat Kemampuan Taksonomi Bloom”, sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengertian,
ruang lingkup dari assesmen dan evaluasi, diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang pentingnya assesmen dan
evaluasi dalam dunia pendidikan.
Selaku manusia biasa, makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Saran dan masukan sangat kami
harapkan, dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dalam bidang pendidikan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.

Padang, 11 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................................... 2
1.4. Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Taksonomi Bloom......................................................... 3
2.2 Tingkatan Kemampuan Taksonomi Bloom ............................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..................................................................................... 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali
disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga
sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
adalah sebagai berikut.
1. Apa konsep taksonomi bloom?
2. Apa saja tingkatan kemampuan taksonomi bloom?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan konsep taksonomi bloom
2. Untuk menjelaskan tingkatan kemampuan taksonomi bloom
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Taksonomi Bloom
1. Pengertian Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi.
Taksonomi merupakan tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan data penelitian
ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika itu.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh


Benjamin S. Bloom seorang psikolog. Beliau menerbitkan karya “Taxonomy of
Educational Objective Cognitive Domain” menjelaskan bahwa taksonomi
diklasifikasi berdasarkan sasaran dan tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga
ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun beberapa istilah lain
juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga ranah secara konvensional
telah dikenal taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa
dan karsa. Selain itu,juga dikenal istilah penalaran, penghayatan dan
pengamalan.

2. Revisi Taksonomi Bloom


Siahaan dan Mika (2017:4) menyatakan pada tahun 1994, salah seorang
murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran
kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan
zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan
nama Revisi Taksonomi Bloom.

Dalam bidang pendidikan tujuan-tujuan yang dirumuskan mengindikasikan


apa yang guru inginkan pada siswa mempelajarinya. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dimaksudkan mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini rumusan tujuan
pendidikan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) tertuang dalam
Standar Isi dan diperinci dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) sesuai dengan mata pelajaran dan tingkat satuan pendidikan. Guru diberikan
tugas menyusun indikator-indikator ataupun tujuan pembelajarannya yang lebih
mudah dipahami dan diukur berdasarkan dari SK dan KD.
4

Jika dalam taksonomi Bloom hanya memiliki satu dimensi, sedangkan


taksonomi revisi ini memiliki dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan.,
Dalam revisi taksonomi Bloom ada beberapa hal yang mennjadi fokus utama
diantaranya bagaimana memilih dan merancang instrumen-instrumen asesmen
yang menghasilkan informasi yang akurat tentang seberapa bagus hasil belajar
siswa sehingga guru dapat yakin bahwa tujuan, aktivitas pembelajaran dan
asesmennya saling bersesuaian.

SK dan KD yang dirumuskan oleh BNSP masih bersifat umum dan belum
terukur, sehingga guru perlu merumuskan indikator/tujuan pencapaian hasil
belajar siswa yang lebih rinci. Tabel taksanomi dapat dipakai untuk
mengkategorikan tujuan-tujuan, supaya guru-guru menarik kesimpulan yang tepat
tentang tujuan-tujuan pendidikan. Jika guru menggunakan tabel taksonomi, maka
mereka dapat secara jelas melihat tujuan-tujuan pembelajaran dan hubungan-
hubungan diantara tujuan-tujuan itu.

Tujuan pendidikan perlu dikategorikan karena beberapa alasan:

1) Kategorisasi dalam kerangka berpikir ini memungkinkan para pendidik


mengkaji tujuan-tujuan pendidikan dari kaca mata siswa.
2) Kategorisasi dengan kerangka berpikir ini membantu para pendidik
memikirkan berbagai kemungkinan dalam pendidikan.
3) Kategorisasi dengan kerangka pikir ini membantu para pendidik melihat
hubungan integral antara proses kognitif yang inheren dalam tujuan
pendidikan.
4) Mampu menjawab pertanyaan tentang asesmen.
Terdapat perbedaan antara aktivitas dan tujuan pembelajaran. Aktivitas
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Tujuan menentukan hasil-akibat-akibat
dan perubahan-perubahan yang diharapkan. Aktivitas-aktivitas pembelajaran
seperti membaca buku, mendengarkan, melakukan eksperimen, berkaryawisata-
semua ini merupakan cara untuk mencapai tujuan.Untuk merumuskan tujuan
pembelajaran, harus diketahui terlebih dahulu pengetahuan dan proses kognitif
yang mesti dipelajari dandimiliki.
5

Revisi Taksonomi Bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke


depan (ahead of time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas
pendidikan, termasuk pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta
bagaimana guru menyiapkan bahan ajar,seluruhnya mengalami perkembangan
yang signifikan bila dibandingkan denganempat puluh tahun yang lalu. (Anderson
et al., 2001 dalam Widodo (2006:2)). Fokus utama revisi taksonomi Bloom
dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum,
desain instruksional, penilaian dan gabungan ketiganya. Dalam buku A Taxonomy
for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives (Anderson et.al., 2001 dalam Widodo (2006:2)),
penyusun melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab terkait tiga kepentingan
tersebut.
Dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut
Anderson adalah:
1) Revisi Taksonomi Bloom Memfokuskan Pada Aplikasi
Dalam buku ini, menyajikan 11 bab dari 17 bab yang ada untuk membantu
aplikasi revisi taksonomi Bloom dalam tiga bidang utama yaitu penyusunan
kurikulum, instruksi pengajaran, dan assessmen. Komitmen pada aplikasi tiga
bidang tersebut selanjutnya mendukung tujuan Revisi Taksonomi Bloom. Revisi
Taksonomi Bloom ditujukan bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk
membantu guru pada tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda
dengan ide dasar penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan
timnya menujukan penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah
penyusunan assessment bagi tingkat perguruan tinggi secara nasional.
2) Perubahan Terminologi
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada
keenam kategori kognisi. Revisi Taksonomi Bloom lebih menekankan sub-
kategori sehingga lebih spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum,
assessment dan instruksi pengajaran. Pembahasan mengenai sub-kategori ini
diungkapkan dalam bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh
6

riset progresif di bidang pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam


Taksonomi Bloom yang lama, kategori “knowledge” menjadi kategori utama
tingkat pertama. Revisi taksonomi Bloom “mengeluarkan” kategori “knowledge”
ini dari Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya,
“knowledge” adalah pencapaian kognisi itu sendiri.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda
menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari
urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir
analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam
kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin
memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
3. Alasan Taksonomi Bloom Diubah
Widodo (2006:2) menyatakan ada beberapa alasan mengapa buku teks
Taksonomi Bloom perlu harus direvisi, yaitu :
1) Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada
buku teks, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah melainkan juga sebagai
karya yang dalam banyak hal telaph mendahului zamannya. Hal tersebut
mempunyai arti banyak gagasan dalam buku teks Taksonomi Bloom yang
dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan
masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum
standar dan asesmen autentik.
2) Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan
pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan. Masyarakat dunia telah banyak berubah sejak tahun 1956
perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara berpikir dari praktik pendidikan.
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ini mendukung keharusan untuk merevisi
teks book Taksonomi Bloom.
3) Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar
untuk mengklarifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan
pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja
umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dan kata bendanya
mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
7

Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata benda.
Menurut Tyler rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang
menunujukkan jenis perilaku yang akan diajarkan kepada siswa dan isi
pembelajaran yang membuat siswa menunjukkan perilaku tersebut.
Berdasarkan hal tersebut rumusan tujuan pendidikan harus memuat dua
dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku siswa dengan
menggunakan kata kerja dan dimensi kedua unuk menunjukkan isi
pembelajaran dengan mengggunakan kata benda.
4) Proporsi yang tidak seimbang dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk
perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi
pendidikan untuk asassmen. Pada taksonomi Bloom lebih memfokuskan
penggunaan taksonomi pada asesmen.
5) Pada kerangka berpikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan
enam kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
eveluasi) daripada sub-kategirinya. Taksonomi Bloom menjelaskan keenam
kategori tersebut secara mendetail, namun kurang menjabarkan pada sub
kategorinya sehingga sebagian orang akan lupa dengan sub kategori Taksonomi
Bloom.
6) Ketidakseimbangan proporsi subkategori dari Taksonomi Bloom. Kategori
pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat
kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori.

2.2 Tingkatan Kemampuan Taksonomi Bloom


Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)


Ranah Kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek
pengetahuan, penalaran atau pikiran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam
enam tingkatan atau kategori, yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mecakup ingatan akan hal-hala yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk
8

mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,


metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna
dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam mengurakan isi
pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk
lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada kemampuan (1).

3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk
menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyara dan baru.
Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan
sebagianya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada
persoalan yang dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan
problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih
tnggi daripada kemampuan (2).

4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang mampu memecahakan informasi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi yang lain.Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan
baik. Kemampuan ini setingkat lenh tinggi dari pada kemampuan (3).

5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-
bagian dihubungkan satu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi
yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan salam membuat suatu rencana penyusunan satuan
pelajaran. Misalnya kemmapuan menyusun program kerja. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi dari kemampuan (4).

6) Evaluasi (evaluation)
9

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran,


argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan,
dianalisis dan dihasilkan. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Kemampuan ini dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadap sesuatu.

Berikut tabel Opesional (KKO) untuk Ranah Kognitif


10

b. Ranah Afektif (Affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu
kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti persaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral dan sebagiannya. Ranah afektif terdiri dari lima
ranah sebagai berikut:

1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelsan yang diberikan oleh guru.

2) Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi
aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilain terhadap sesuatu dan membawa
diri sesuai denagn penilaian itu. Mulai dibetuk suatu sikap, menerima,
menola atau mengabaikan.

4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pada skala nilai
dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara tanggungjawab.

5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)


Kemampuan menghayati niali kehidupan, dehingga menjadi milik pribadi
(internaiasi) menjadi pegagan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan
sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup berbagai
bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau
bekerja.
11

Berikut tabel Kata Kerja Operasional Ranah Afektif

c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)


Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor
dengan pendidikan fisik dan atlrtik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis
dengan tangan dan pengelolaan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek ketrampilan
jasmani. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima
kategori yaitu

1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons
serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan
12

melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut


petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3) Presisi
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara
gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Naturalisasi
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
Berikut tabel Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi merupakan tipe sistem
klasifikasi yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolongkan dalam sistematika itu. Taksonomi Bloom telah menjadi sebuah
pemikiran yang memberi pengaruh dalam bidang pendidikan. Revisi terhadap
taksonomi ini dilakukan karena kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus
para pendidik pada Handbook dan adanya kebutuhan untuk memadukan
pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka
kategorisasi tujuan pendidikan. Enam kategori dalam taksonomi lama direvisi
untuk menjadi lebih relevan dalam penerapannya oleh para guru. Revisi
taksonomi menjadikan taksonomi Bloom menjadi lebih mudah diterapkan dan
jelas dalam pemanfaatannya. Dalam revisi taksonomi perhatian lebih dalam
ditujukan pada sisi pengetahuan kognitif. Taksonomi revisi melakukan perubahan
dalam bagian-bagian (sub) kategori sehingga akan lebih bermanfaat untuk
merumuskan tujuan, dalam proses pembelajaran, untuk menstrukturkan, dan
mengkategorikan tujuan, aktivitas pembelajaran serta asesmen.

3.2 Saran
Taksonomi Bloom penting untuk dipelajari bagi para calon pendidik
untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin , M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep dan Iplikisinya bagi Pendidikan
Matematika. Online. Tersedia
Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R. 2010.Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Degeng, Nyoman S. 2013. Ilmu Pembelajaran:Klasifikasi Variabel untuk
Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup
Enghoff, Henrik. 2009. “What is Taxonomy”, Soil Organisms, Volume 81 (3)
2009
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Juhrodin. Udin. 2006. “Revisi Taksonomi Bloom”. Dalam


https//www.academia.edu/6774013/Revisi_Taksonomi_Bloom. Diunduh 25
September 2018.

Krathwohl, David R. 2002. “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview”,


Theory Into Practice, Volume 41, Number 4, Autum 2002. Ohio: College of
Education, The Ohio State University.
Krathwohl, David R. 2002. “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview”,
Theory Into Practice, Volume 41, Number 4, Autum 2002. Ohio: College of
Education, The Ohio State University

Prastowo, Andi. 2015. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadui. Jakarta: Prenamedia Group.
Sagala,Syaiful.2010 . Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung . Alfabeta.

Siahaan, Mika Febriani dan Mika Rahmi Rangkuti. 2017. “Taksonomi Bloom
Revisi dan Kaitannya dengan Versi Konvensional. Medan: Universitas
Pendidikan Medan.
Turmuzi, Ahmad. 2013.Mengingat dan Memahami Kembali tentang Teori
Taksonomi Bloom. Kompasiana, 5 Februari 2013

Widodo, Ari. 2006. “Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir


Soal”. Buletin Puspedik. Volume 3, (halaman 2-14).

15
16

Anda mungkin juga menyukai