Anda di halaman 1dari 11

47

Pertemuan IV

KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN

Kebudayaan adalah ciptaan atau kreasi manusia. Manusia dalam arti yang
dimaksud baik sebagai keseluruhan umat manusia sepanjang sejarah adanya manusia,
maupun sebagai pribadi. Dengan melalui lembaga dan proses pendidikan, kebudayaan
dikembangkan yakni:
1. Ditransmisikan untuk dimengerti dan dikuasai, dilaksanakan oleh generasi muda
muda.
2. Pembinaan manusia supaya mampu menciptakan kebudayaan atau unsur-unsur
kebudayaan agar mereka mampu menyesuaikan diri demi kehidupan dalam
zamannya (Syam, 1988 : 82).

Kebudayaan, materil dan non-materil, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan etika
adalah karya cipta sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, maupun untuk
dinikmati. Kebudayaan merupakan konsumsi rohani dan jasmani manusia.

A. Defenisi Kebudayaan dan Kepribadian


Kebudayaan
Kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan nyata yang merupakan dwitunggal, yang mana tidak ada masyarakat
tampa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat pada umumnya adalah :
1. Manusia yang hidup bersama sekurang- kurangnya terdiri dari dua orang
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan
menimbulkan manusia manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu timbul
system komunikasi dan peraturan – peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
4. Merupakan suatu system hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama lain.

47
48

Secara etimologi, kata kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddi yang berarti budi atau akal dengan kata lain
kebudayaan diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
E.B. Tylor ( 1871 ) mendefenisikan kebudayaan “ kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat
istiadat dan kemampuan – kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang
normative yang mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan
bertindak. Manusia yang hidup dengan manusia lain membentuk suatu masyarakat
dari masyarakat lahir nilai –nilai bermasyarakat yang berkembang menjadi
kebudayaan. Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lainnya tidaklah sama.
Kepribadian
- Pengertian secara umum
Seseorang yang tersusun atas dasar jasmani dan rohani disamping ada factor –
factor temperamen, karakter dan bakat jasmani. Bakat jasmani seseorang bergantung
pada konstruksi tubuh yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga
keadaan dapat dikatakan tetap atau konstan dan merupakan gaya hidup yang sifatnya
jasmani
- Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli sosiologi
a. Menurut Horton ( 1982 )
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, eksprese dan temparmen
seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang
mempunyai kecendrungan perilaku yang baku, atau pola dan konsisten
sehingga menjadi cirri khas pribadinya
b. Menurut Schever dan Lamm ( 1998 )
Ia mendefenisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan,
cirri-ciri khas dan perilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah
menjadi standar baku, sehingga kalau dikatakan pola sikap, maka sikap itu
sudah baku dan berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapi
situasi yang dihadapi

48
49

B. Beberapa Pandangan tentang Kebudayaan


1. Pandangan Superorganik
Kebudayaan adalah sebuah realita yang bersifat superorganis, sebuah realita
yang berada diatas dan diluar individu-individu yang menjadi pendukung suatu
kebudayaan serta mempunyai hukum-hukum perkembangannya sendiri. Kebudayaan
menentukan perilaku individu-individu. Kebudayaan tidak hanya menjadi penyebab
kehadirannya sendiri, tetapi juga penyebab perilaku individu-individu. Pendidikan
merupakan suatu proses pembudayaan, yang pada akhirnya terlihat dalam bentuk
kepribadian-kepribadian (Manan, 1989b:40-42).
2. Pandangan Konseptualis
Menurut pandangan ini kebudayaan tidak sebagai sesuatu yang dapat diamati
secara nyata dan tidak pula sebagai sebuah metarealita yang tidak dapat diamati,
tetapi kebudayaan tersebut hanya merupakan sebuah penamaan umum bagi banyak
perilaku manusia seperti menulis buku-buku, proses pendidikan, perang, dan lain-
lain perilaku manusia. Proses kebudayaan tidak terjadi karena kebudayaan itu
sendiri, tetapi proses tersebut terjadi karena orang-orang bertingkah laku dipengaruhi
oleh apa yang dikerjakan orang-orang masa lalu. Kebudayaan hanya konsep atau
konstruk yang digunakan antropolog dan ahli-ahli sosial lainnya untuk mempelajari
perilaku anggota-anggota suatu masyarakat (Manan, 1989b:42).
3. Pandangan Realis
Kebudayaan adalah jumlah dari apa yang umumnya disetujui sebagai
peristiwa-peristiwa budaya pada suatu waktu, seperti kata-kata, hubungan-hubungan
antar pribadi, proses-proses pengelompokan, teknik-teknik, dan respon-respon
simbolik manusia pada umumnya. Menurut kaum realis kebudayaan adalah sebuah
konsep dan realia empiris. Menurut David Bidney kebudayaan merupakan warisan
budaya yaitu abstraksi atau generalisasi dari perilaku nyata anggota-anggota
masyarakat. Hal ini berarti kebudayaan merupakan sebuah konsep (abstraksi) dan
juga realita (tingkah laku) (Manan, 1989b: 43-44).

49
50

C. Unsur – Unsur Kebudayaan dan Kepribadian


Kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun kecil
yang merupakan bagian kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.
Melville.J.Herskovit melihat unsure unsure kebudayaan atas : alat alat teknologi,
system ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik.
Kepribadian bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun
rohaniah individu itu bersama-sama memegang peranan dalam kepribadian. Ia juga
bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khas, mempunyai ciri-ciri tertentu
yang membedakannya dari individu yang lain (Purwanto, 2007: 156).
Menurut Purwanto (2007: 160-163) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Faktor biologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau faktor
fisiologis.
2. Faktor sosial yaitu masyarakat. Masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar
individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.
3. Faktor kebudayaan.

Unsur besar atau pokok dalam kebudayaan lazim disebut Culture universal
yang berarti unsure unsure tersebut bersifat universal yang dapat dijumpai pada
setiap kebudayaan manapun di dunia ini. Unsur-unsur universal menurut C.
Kluckhonn :
- Peralatan dan perlengkapan hidup manusia( pakaian,perumahan,, alat-alat rumah
tangga, alat-alat transportasi dan sebagainya)
- Mata pencaharian hidup dan system ekonomi(pertanian,peternakan, system
produksi, system distribusi dan sebagainya )
- Sistem kemasyarakatan ( system kekerabatan, organisasi politik, system hukun
dan perkawinan )
- Bahasa ( lisan dan tulisan )
- Kesenian
- Sistem pengetahuan
- Religi ( system kepercayaan )

50
51

Menurut Ralp Linton, unsure- unsure tersebut dapat dijabarkan ke dalam


unsure – unsure yang lebih kecil atau dapat disebut dengan culture activity. Menurut
Koentjaraningrat mengacu pada pendapat Kluckhonn, unsure-unsur pokok yang ada
pada tiap kebudayaan dunia : 1. Bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Organisasi social,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi ,5. Sistem mata pencarian hidup, 6. System
religi dan 7, Kesenian
Unsur – Unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :
-  Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya
melalui panca inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari
otaknya. Dan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang
dipancarkan oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai
“persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu
penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian.
Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara
lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling
menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang
menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang
sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul
kembali sebagai kenangan. Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru
dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis
secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk
membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak
mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang
baru.

51
52

Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-


tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan
tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut
dengan “Konsep”. Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam
Psikologi disebut dengan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-
unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
- Perasaan
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam
kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif
atau negative.
-   Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan
kemauan yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.

D. Manusia sebagai Makhluk dan Pencipta Kebudayaan


Menurut Manan (1989a: 33-35) kebudayaan adalah ciptaan manusia dan syarat
bagi kehidupan manusia. Manusia menciptakan kebudayaan dan kebudayaan
menjadikan manusia makhluk berbudaya. Kebudayaan membentuk kita secara
intelektual, emosional, dan bahkan secara fisik. Kebudayaan menentukan cara-cara
bereaksi secara fisik, seperti isyarat, ekspresi muka, cara berjalan, duduk, makan, dan
tidur. Syam (1988: 80-81) menyampaikan bahwa kebudayaan di samping sebagai kreasi
dalam arti ciptaan manusia (umat manusia sepanjang sejarah), terutama adalah karya,
prestasi, dan achievement seorang pribadi yang sedikit banyak terdidik.
Kebudayaan yang berlainan atau kebudayaan yang sama dalam masa yang
berlainan, akan mengungkapkan emosi yang sama dengan cara yang berbeda.
Kebudayaan menentukan bagaimana perasaan harus disampaikan. Kebudayaan
menentukan bagaimana cara berpikir tentang dunia dan bagaimana kota

52
53

memandangnya. Semua kebudayaan mempunyai pembagian kerja atau spesialisasi


(Manan, 1989a: 35-36).
Kebudayaan membebaskan dan sekaligus membatasi manusia. Kebudayaan
membatasi kebebasan bertindak secara eksternal (melalui hukum dan sanksi) dan secara
internal (melalui kebiasaan dan kesadaran) untuk menciptakan tertib sosial yang perlu
bagi kehidupan manusia. Kebudayaan juga membatasi manusia dengan membolehkan
mereka memperkembang hanya sebagian dari seluruh potensinya (Manan, 1989a: 38).
Kebudayaan dan kepribadian merupakan tempat bertemunya psikologi dan
antropologi. Menurut William H. Sewell dalam Manan (1989: 41) faktor dasar yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan kepribadian tidak perlu metode tertentu atau
alat-alat yang digunakan untuk melatih anak-anak, melainkan seluruh situasi personal
dan sosial dalam mana praktik-praktik pengasuhan anak dilaksanakan, termasuk sikap
dan perilaku ibu. Akan tetapi meskipun pengalaman masa kanak-kanak mengkin
meletakkan dasar-dasar kepribadian dewasa, pengalaman tersebut tidaklah membentuk
kepribadian tersebut secara keseluruhan.
Menurut Manan (1989b: 46-48) premis dasar yang ditemukan dalam kajian
Kebudayaan dan Kepribadian adalah bahwa metode pengasuhan anak dalam
kebudayaan tertentu menghasilkan suatu struktur kepribadian yang sesuai dengan nilai-
nilai pokok kebudayaan dan institusi-institusinya. Para pengkaji hubungan kebudayaan
dan kepribadian sangat menekankan peran pengasuhan anak terhadap pembentukan
kepribadian anak. Kebudayaan dengan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan tipe
kepribadian tertentu.
Menurut Benedict setiap kebudayaan itu disusun disekitar sebuah etos sentral dan
dengan demikian merupakan suatu konfigurasi. Melalui internalisasi etos budaya yang
sama, anggota-anggota suatu masyarakat akan memiliki struktur psikologi dasar yang
sama, yaitu mereka akan mempunyai suatu konfigurasi atau bentuk kepribadian pokok
yang sama. Abraham Kardiner menjelaskan bahwa pengalaman sosial dalam keluarga,
terutama selama masa pengasuhan dan dalam teknik subsistensi akan meghasilkan suatu
struktur kepribadian dasar yang sama pada mayoritas anggota suatu masyarakat.
Kemudian melalui interaksi sosial ciri-ciri dari kepribadian dasar diproyeksikan ke
dalam institusi kedua.

53
54

Margaret Mead mengatakan bahwa praktik pengasuhan anak tertentu akan


menghasilkan struktur karakter tertentu pula. Erich Fomm mengembangkan lebih lanjut
teori watak bangsa dipandang sebagai watak masyarakat. Dia mengembangkan watak
masyarakat dengan kebutuhan objektif masyarakat pada suatu masa.
Menurut pandangan pendekatan tradisional, masa-masa pendidikan awallah yang
membentuk pola dari kepribadian dewasa, karena masa kanak-kanak yang sama akan
menghasilkan kepribadian dewasa yang sama. Kebudayaan menentukan apa yang harus
diajarkan orang tua dengan cara bagaimana, kita mengharapkan kebudayaan tertentu
akan menghasilkan tipe kepribadian tertentu.
Menurut Purwanto (2007: 163-166) kebudayaan tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana orang itu
dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian, antara lain adalah:
1. Nilai-nilai
2. Adat dan tradisi
3. Pengetahuan dan keterampilan
4. Bahasa
5. Milik kebendaaan

C. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Kepribadian


Berbicara mengenai kepribadian dan kebudayaan, tidak terlepas dari hubungan
antara masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan
perwujudan atau abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku
manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian
merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu.
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat ynag khas
dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.

54
55

Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi


pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian. Berikut tipe-
tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
a.   Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai
kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan
anggota suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah
yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama
pula. Contoh adat-istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan
adat-istiadat melamar mempelai di Lampung. 
b.   Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life).
Contoh perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak
yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri
di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak
yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih
banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). 
c.   Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai
lapisan sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang
tertentu pula. 
d.   Kebudayaan khusus atas dasar agama. Agama juga mempunyai pengaruh
besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya
berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda pula di kalangan umatnya. 
e.  Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi
pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter,
misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang pengacara, dan itu semua
berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
  

55
56

DAFTAR PUSTAKA

Manan, I. 1989a. Anthropologi Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta: Depdikbud.

Manan, I. 1989b. Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Purwanto, M. N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syam, M. N. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila.


Surabaya: Usaha Nasional.

56
57

57

Anda mungkin juga menyukai