Anda di halaman 1dari 24

Pertemuan VI

PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, MODERNISASI


DAN PEMBANGUNAN

A. Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung
terus tak terputus dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini
(Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Manan (1989) menyebutkan bahwa dalam arti
luas, pendidikan mencakup semua proses, kecuali yang bersifat genetis, yang
menolong membentuk fikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang.
Sementara itu, menurut Barnadib (2002) pendidikan adalah fenomena
utama dalam kehidupan manusia di mana orang yang telah dewasa membantu
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk menjadi dewasa.
Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri agar bisa
menjadi manusia yang intelektual, humanitas, dan religiusitas (Suardi, 2010).
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang berlangsung secara terus-menerus
dari generasi ke generasi untuk mengembangkan potensi diri manusia yang
mempunyai intelektual, humanitas, dan religiusitas.
Pengertian pendidikan secara luas berarti kelanjutan kehidupan sosial.
Masing-masing dari unsur memilih kelompok sosial, kota modern seperti di
suku yang kejam kehidupannya, lahir belum matang, tidak berdaya, dengan

80
keluar bahasa, kepercayaan, ide, atau standar sosial. Tiap individu dan setiap
satuan yang membawa pengalaman hidup kelompok masing-masing dan pada
waktu tertentu melampaui batas pengalaman sehingga individu terus dapat
hidup dengan kelompoknya.
Pendidikan berfungsi membekali pengalaman dan keterampilan kepada
peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuannya untuk
mempertahankan hidupnya. Keadaan masyarakat yang majemuk akibat
perubahan jaman menuntut peserta didik dapat aktif dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Oliva (1992)
yang mengemukakan bahwa curriculum can be conceived in a narrow way (as
subjects taught) or in a broad way as all the experiences of learners, both in
school and out, directed by the school. Disimpulkan bahwa kurikulum dalam
artian sempit merupakan sebagai pokok mengajar dan arti luas sebagai semua
pengalaman belajar, baik dalam dan keluar sekolah, di bawah pengawasan
sekolah sehingga pelajaran berupaya menciptakan pengalaman belajar bagi
siswa perlu mendapat prioritas yang utama dalam kegiatan pembelajaran.
Landasan sosial budaya pendidikan mencakup kekuatan sosial
masyarakat yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan
jaman. Kekuatan tersebut dapat berupa kekuatan nyata dan potensial yang
berpengaruh dalam perkembangan pendidikan dan sosial budaya seiring
dengan dinamika masyarakat. Sehingga kondisi sosial budaya diasumsikan
mempengaruhi terhadap program pendidikan yang tercermin dalam kurikulum.
Hunt (1975) mengemukakan bahwa Study hits base social and culture from
education aims to supply teacher with erudition that deepen about society and
where they alive and to help student teacher to detect that explanation hits
society and culture of vital importance mean to realize about education
problem. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa kajian mengenai
dasar sosial dan budaya dari pendidikan bertujuan untuk membekali guru
dengan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat dan kebudayaan di
mana mereka hidup dan untuk membantu calon guru untuk mengetahui bahwa

81
pengertian mengenai masyarakat dan kebudayaan sangat penting artinya guna
memahami tentang masalah pendidikan.
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja dan
Sulo, 2005). Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan
manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan manusia
seutuhnya agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh dan
mengembangkan budaya.
Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat
yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama anggota manusia sebagai
anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi dari sekolah mencakup
fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial harus mampu
mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa merubah diri
mereka dan merubah masyarakatnya.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab
kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara formal, nonformal, dan informal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana
proses pendidikan itu berlangsung (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan
jika diabaikan dapat diasumsikan sosial budaya suatu bangsa akan mengalami
kepunahan karena tidak ada proses transfer budaya sehingga tidak ada yang
melestarikan dan mengembangkan budaya.

B. Perubahan Sosial Budaya


Perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial
tertentu ke suatu keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu
arah dan tujuan tertentu. Perubahan sosial dapat berupa suatu kemajuan atau
sebaliknya dapat berupa suatu kemunduran. Perubahan sosial adalah proses di
mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Struktur sosial

82
merupakan bentuk jalinan di antara unsur-unsur sosial yang pokok dalam
masyarakat yang menunjukkan pada bentuk seluruh jaringan hubungan
antarindividu dalam masyarakat dimana terjalin interaksi dan komunikasi
sosial. Perubahan sosial, dapat dikatakan bahwa perubahan pada segi struktural
masyarakat seperti pola-pola perilaku dan pola interaksi antar anggota
masyarakat, perubahan pada segi kultural masyarakat seperti nilai-nilai, sikap-
sikap, serta norma-norma sosial masyarakat, perubahan di berbagai tingkat
kehidupan manusia mulai dari tingkat individual, keluarga, masyarakat hingga
ke tingkat masyarakat dunia, perubahan yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dalam suatu sistem masyarakat.
1. Ciri-ciri Perubahan Sosial Budaya
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek
yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan
cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan-
perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain.
a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan
diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial
lainnya.
c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbal balik yang sangat kuat.

83
2. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Menurut Idi (2011) Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam
beberapa bentuk, baik perubahan lambat dan perubahan cepat, yaitu evolusi,
a. Evolusi
Perubahan  memerlukan waktu lama, dan rentetan perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat yang dinamakan evolusi. Pada
evolusi perubahan yang terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru,
yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan berbagai
perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan kejadian di dalam
sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada sejumlah teori tentang
evolusi, yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori.
1) Unilinear Theories of evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk
kebudayaan) mengalami perkembangan sesuatu melalui tahap-tahap
tertentu, bermula dari bentuk-bentuk sederhana, kemudian bentuk
yang kompleks sampai pada tahap sempurna. Pada tahap pertama
dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indra manusia,
dan tahap terakhir adalah kebenaran.
2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah
perlu melalui ntahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini
mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh
Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan kelompok homogen ke kelompok
heterogen baik sifat maupun susunannya.
3) Multilined Theorities of Evolution

84
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya
mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem
pencaharian dan sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem
kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.
b. Revolusi
Perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dengan cepat dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat
dinamakan revolusi. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan
direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan
ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.
Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa
syarat tertentu, antara lain adalah:
1) Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di
dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan,
dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan
perubahan keadaan tersebut.
2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap
mampu memimpin masyarakat tersebut.
3) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut,
untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari
masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya
masyarakat.
4) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada
masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret
dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu
tujuan yang abstrak, misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
5) Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala
keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan
revolusi.  Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang

85
dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal. Contoh dari perubahan
revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi dari
Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
c. Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi
masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian tidak akan membawa
pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak
mengakibatkan perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada
masyarakat agraris, misalnya merupakan perubahan yang akan membawa
pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga
kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem
milik tanah, hubungan kekeluargaan stratifikasi masyarakat dan
seterusnya.
d. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan
perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak
direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan
merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam
masyarakat. Pihak-pihak yang mengadakan perubahan dinamakan agent
of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau
tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki,
berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat.

86
Secara umum, ahli sosiologi membedakan bentuk perubahan sosial
menjadi dua:
1) Progress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan
sehingga bisa menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi
masyarakat. Bentuk progress ini dibedakan menjadi kemajuan yang
dikehendaki, contohnya pembangunan listrik masuk desa,
intensifikasi pertanian, modernisasi desa, dan lain-lain. Kemajuan
yang tidak dikehendaki contohnya adalah akibat gunung meletus
menyebabkan warga masyarakat makin makmur dengan sawah
pertanian yang bertambah subur serta tambah pasir semakin
melimpah untuk ditambang
2) Regress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran
sehingga kurang menguntungkan bagi masyarakat, seperti perang
yang berakibat pada kehancuran barang-barang, perabot, sarana
infrastruktur masyarakat serta binasanya ribuan hewan bahkan jiwa
manusia.
3. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Menurut Murdock dalam Manan (1989: 50) faktor penyebab timbulnya
perubahan sosial budaya adalah:
a. Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.
b. Perubahan lingkungan geografis.
c. Perpindahan ke lingkungan baru.
d. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan.
e. Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemi,
perang, dan depresi ekonomi.
f. Kelahiran dan kematian seorang pemimpin.
g. Penemuan.

87
Menurut Soeryono (1990) menyebutkan adanya faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.
a. Faktor internal
1) Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau
jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah
mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan
sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya,
berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya penduduk
dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan
kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi
sosial yang selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya
perubahan pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
a) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik
berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu
maupun serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Contoh
penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
b) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan
diterapkan oleh masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk
pengembangan dari discovery. Contohnya adalah mobil, kreta
api, dan lain-lain.
c) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru
yang ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian
masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas oleh

88
masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses
inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru
antara lain sebagai berikut:
a) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam
kebudayaannya.
b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
3) Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu
dapat mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia
yang akan membawa perubahan sosial budaya dalam
kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri tekstil dapat
mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah
banyak membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga
mengubah kehidupan manusia menuju  keadaan yang lebih baik.
Namun, dalam kenyataannya, teknologi juga dapat membawa
pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat menyebabkan
masalah baru yang lebih parah. Contoh teknologi komunikasi seperti
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan
baik secara langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari
masyarakat, misalnya gaya hidup, kekerasan, dan lainya.
4) Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses
disosiatif, namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik
dalam masyarakat dapat berupa hal-hal berikut:
a) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat.
b) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat.
c) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam
masyarakat.

89
d) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat.
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan
sosial budaya bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu
masyarakat dapat memungkinkan terjadinya perubahan sosial budaya,
dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam masyarakat dapat
memungkinkan terjadinya pertentangan.
5) Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat
tersebut untuk menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam
kehidupan sosial dan budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang
bersifat terbuka akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan
sosial maupun budaya. Contoh melalui pendidikan, seorang anak
buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga
dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya
untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
6) Pemberontakan atau revolusi
Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat
menyebabkan perubahan-perubahan sosial budaya yang
besar. Contoh revolusi kemerdekaan Indonesia.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia)
dapat membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah struktur
sosial budaya masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa.
Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh,
menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai
nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga
beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian
di daerah tersebut.

90
2) Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang
pada umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai
yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka. Contoh perang
antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu
sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem politik,
sosial, dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan
pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq
seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
3) Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak  kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan
pengaruh positif dan negatif. Contoh kontak kebudayaan Indonesia
dengan kebudayaa barat (Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh
masyarakat Indonesia antara lain berupa transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang diperoleh
bangsa  Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak muda di
dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis). Proses
terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan
masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
a) Difusi kebudayaan, penyebaran unsur kebudayaan dari suatu
tempat lain.
b) Akulturasi kebudayaan, pertemuan antar dua kebudayaan atau
lebih di mana kebudayaan asli masih tampak.
c) Asimilasi kebudayaan, proses pertemuan dan percampuran dua
kebudayaan atau lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi
antara lain toleransi, pernikahan campur, atau sikap simpati
terhadap kebudayaan lain.

91
Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan,
terdapat faktor- faktor pendorong jalannya perubahan. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada
keinginan akan situai yang lain.
2) Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada
dengan yang seharusnya bisa ada.
3) Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau
kompetisi, keharusan-keharusan menyesuaikan diri, dan
sebagainya.
4) Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi
dan peningkatan, misalnya produktivitas.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja,
masyarakat kota lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan
masyarakat desa. Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu faktor pendorong dan faktor
penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide,
keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain
menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi.
Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan pedagang
India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi
yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu,
seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat
laju perubahan sosial budaya.

92
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan
seseorang enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap
orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-
lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial
budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J.
Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3) Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan
objektif. Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai
bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan
yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal
pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan
jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu
mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang.
Mereka umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan
saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna
melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah
kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5) Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan
sosial budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan
masyarakat lebih mudah menerima halhal baru. Masyarakat akan
menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.
6) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan
sosial budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia.

93
Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan
ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa
keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan
konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-
konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini.
Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup.
Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai
perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika
reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu
mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
8) Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial
vertikal yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada
seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih
tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik.
9) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan
beragam perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut
untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus
lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang
melakukan perubahan.
10) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang
menerima perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika
tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut.
Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang
mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru
mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.

94
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain
mengalami perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat
tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat
memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam
kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih
sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di
pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat
yang ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan
kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini
menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3) Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat
menerima hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih
bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak
perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami
perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang
(vested interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok
menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap
kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala
bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem
yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah
kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi

95
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat
pada umumnya.Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang
dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk
menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah
dijajah oleh bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu
menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya
asing.  Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal
dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang
lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Setiap
orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang
paling mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis
tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika
ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8) Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota
masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila
kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi didalam
memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata
pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu
kokoh sehingga sukar untuk di rubah.

C. Modernisasi dan Pembangunan


Modernisasi merupakan suatu yang alamiah terjadi dalam perkembangan
suatu negara, modernisasi sering diartikan sebagai peroses perubahan dari
masyarakat yang bercorak tradisional ke masyarakat negara yang bercirikan
modern. Black dalam Manan (1989) mendefinisikan modernisasi adalah proses

96
yang menggambarkan institusi-institusi yang lahir secara historis disesuaikan
dengan fungsi-fungsinya yang berubah dengan cepat yang merefleksikan
pertambahan pengetahuan orang yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang
telah memungkinkan orang mengontrol lingkungannya yang menyertai
revolusi ilmu pengetahuan. Secara lebih sederhana J. W Schoor mendefinisikan
modernisasi sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua
aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat.
Proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut:
1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana
menuju kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks.
2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan
kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama
proses homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi.
3. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindarkan dan
tidak dapat dihentikan.
4. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat
dihindari adanya dampak (samping).
5. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner; hanya waktu dan
sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat
serta dampaknya

Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial secara positif yang


terarah, secara sadar dan terencana melalui berbagai macam kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia
seperti termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat
adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia ini.

97
Ada dua paradigma  dalam pembangunan  yaitu paradigma modernisasi
dan paradigma ketergantungan (Manan, 1989).
1. Pokok paradigma modernisasi
a. Pembangunan adalah suatu proses yang spontan, tidak dapat dibalikkan
dan menjadi sifat dari masing-masing Negara.
b. Pembangunan secara tersirat menuju ke differensiasi struktural dan
spesialisasi fungsional.
c. Proses pembangunan dapat dibagi menjadi tahap-tahapan yang berbeda,
yang menunjukkan tingkat pembangunan yang dicapai oleh setiap
masyarakat.
d. Pembangunan dapat dirangsang oleh persaingan ekstern atau ancaman
militer dan intern serta modernisasi sektor-sektor tradisional.
2. Pokok paradigma ketergantungan
a. Rintangan-rintangan yang paling penting bagi pembangunan bukan tidak
adanya modal atau kecekatan kewiraswataan. Hal-hal ini bersifat
eksternal bagi perekonomian yang kurang berkembang.
b. Proses pembangunan dianalisa dalam arti hubungan antara kawasan-
kawasan, yaitu pusat dan pinggiran.
c. Karena kenyataan bahwa kawasan pinggiran itu kehilangan hak atas
surplusnya, pembangunan di pusat secara tersirat. Berarti
keterbelakangan di derah pinggiran.
d. Bagi suatu Negara pinggiran perlu memisahkan diri dan berjuang untuk
mandiri.
Paradigma manapun yang akan diikuti oleh negara-negara
berkembang dalam pembangunan sosial ekonomi mereka maka yang
paling utama harus dilakukan adalah pembangunan manusia-manusia
yang akan melaksanakan transformasi sosial ekonomi yang diingini.
Semua pembangunan mengandung unsur-unsur penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Semua pembangunan menuntur perubahan
nilai dan sikap. Semua pembangunan memerlukan keterampilan-
keterampilan yang bermacam untuk menggunakan teknologi baru. Semua

98
kebutuhan-kebutuhan pembangunan ini memerlukan pengembangan
pendidikan yang akan menghasilkan manusia-manusia yang diperlukan
untuk melaksanakan transformasi sosial budaya masyarakat bangsa-
bangsa yang masih terbelakang.

D. Arah Perubahan Sosial Budaya


Arah perubahan sosial budaya, modernisasi dan pembangunan yang akan
dituju oleh semua masyarakat bangsa-bangsa di seluruh dunia adalah
meningkatkan kesejahteraaan atau kemakmuran yang diingini. Hidup di dunia
sekarang dan masa depan, menuntun penguasaan ilmu dan teknologi. Adapun
dampak negatif dari  perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan adalh
sebagai berikut:
1. Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).
2. Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan
pandangan hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan
dunia, pada tingkatnya yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan
pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kehidupan dunia
daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak
mengakui adanya Tuhan)
3. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang
dan jasa daripada membuatnya sendiri)
4. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan
merupakan keperluannya)
5. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau
gengsi tertentu)
6. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam
proses pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan
daerah atau golongan sosial tertentu
7. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja,
prostitusi, dan sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk

99
menyesuaikan dengan taraf hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan
dan ketrampilan yang memadai (demonstration effect).

E. Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya


Ada beberapa teori yang menghubungkan pengembangan berbagai aspek
atau unsur sosial budaya (nilai, institusi dan kepribadian) dengan kebutuhan
pembangunan yang pencapaiannya akan memerlukan institusi pendidikan.
Diantara teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori orientasi nilai sosial budaya yang dikembangkan oleh Kluckhohn dan
Strodtbeck yang mana dalam teori ini mengatakan bahwa dalam masyarakat
terlihat dimana orientasi nilai-nilai yang menekankan pandangan waktu
yang berorientasi kemasa depan, pandangan terhadap alam yang
menekankan bahwa hukum alam dapat diketahui dan dikuasai, pandangan
bahwa bekerja itu sesuatu yang dapat menimbulkan kerja yang lebih
banyak, pandangan bahwa semua manusia itu sama, semuanya merupakan
orientasi nilai yang telah membawa kemajuan.
2. Teori Pattern yang mana menurut teori ini masyarakat modren adalah
masyarakat yang menganut orientasi nilai yang mengutakan penilaian
berdasarkan achivement atau keberhasilan atau prestasi bukan status.
3. Teori Alisyahbana yang menekankan pengembangan nilai teori dan nilai
ekonomi yang merupakan aspek progresif dari suatu kebudayaan.
4. Selanjutnya teori Max Weber yang mana menurutnya panggilan hidup,
pekerjaan atau karir itu bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh
kelahiran, tetapi merupakan pekerjaan yang dipilih dengan tepat dan
dikerjakan dengna giat, harus dipilih sendiri dengan rasa tanggung jawab
keagamaan.
5. Hegen yang mengemukakan teori yang menjelaskan faktor-faktor yang
bersifat motivasi yang mempengaruhi perobahan masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern.

100
Semua teori yang dikemukakan tersebut berisi tentang nilai-nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang kondusif untuk merobah sebuah
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modren yang mencerminkan
tuntunan akan perlunya peninjauan dan perubahan sosial budaya, modernisasi
dan pembangunan.

F. Hubungan Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya terhadap


Modernisasi Pembangunan
Pendidikan akan membuka pintu menuju ke dunia modern, karena hanya
dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu
pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap-sikap yang
mendukung pembangunan dan penguasaan berbagai keterampilan dalam
menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses pembangunan. Proses
pembangunan semua aspek kehidupan sebagai bangsa disebut proses
modernisasi.
Pembangunan pendidikan membutuhkan biaya yang besar dan hasilnya
tergantung pada ketepatan cara serta jenis pendidikan yang dikembangkan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sosial ekonomi suatu masyarakat.
Pendidikan memang meningkatkan pengetahuan, merubah nilai dan sikap,
meningkatkan keterampilan. Pendidikan dikatakan fungsional karena ia
mempersiapkan manusia-manusia yang akan merencanakan dan melaksanakan
pembangunan. Pendidikan dikatakan disfungsional, karena tuntutan-tuntutan
dan harapan-harapan yang meningkat yang berkembang karena pendidikan
tidak dapat dipenuhi oleh perkembangan di bidang-bidang lain.
Menurut Idi (2011) Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan
perubahan sosial memiliki beberapa fungsi, yakni: (1) Melakukan reproduksi
budaya. (2) Difusi budaya. (3) Mengembangkan analisis kultur terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional. (4) Melakukan perubahan-perubahan
dan modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional. (5) Melakukan perubahan
yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah
ketinggalan.

101
Arah perubahan sosial budaya, modernisasi, atau pembangunan yang
dijalani suatu masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membantu
manusia memecahkan hampir semua masalah yang dihadapinya untuk
mencapai tingkat “kesejahteraan atau kemakmuran” yang “diingini” mereka
merupakan arah yang akan dituju oleh semua masyarakat bangsa-bangsa di
seluruh dunia. Hidup di dunia sekarang dan di masa depan menuntut
penguasaan ilmu dan teknologi yaitu dengan pendidikan. Pembangunan
pendidikan berkaitan dengan pembangunan institusi-institusi sosial lainnya.
Dan semuanya akan ditentukan oleh nilai-nilai dasar dari masyarakat yang
bersangkutan.
Pembangunan pendidikan memerlukan biaya yang besar, dukungan
sosial dan pengarahan. Biaya pendidikan yang besar hanya dapat diperoleh
dalam ekonomi yang bertumbuh. Pengarahan pendidikan dapat dilakukan
pemerintah yang kuat dan berwibawa. Dukungan sosial diperlukan
penyelarasan dan pengembangan pendidikan dengan harapan dan realita sosial.
Semua hal ini memperlihatkan hubungan dan ketergantungan antara berbagai
kehidupan dan berbagai institusi sosial dalam proses perubahan sosial budaya
atau proses pembangunan suatu masyarakat.

102
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Fardiansyah, Roni. 2013. Perubahan Sosial Budaya.


http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-
budaya.html. (Online). Diakses: 10 Oktober 2015.

Hassan, F. 2004. Pendidikan Adalah Pembudayaan Pendidikan Manusia


Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Hunt, M. P. 1975. Foundations of Education Social and Cultural Perspectives.


New York: Hold Rinchars and Winston

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan


Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Kartono, K. 1977. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.


Jakarta: Pradnya Paramita.

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta:


Depdikbud.

___________. 1989. Anthropologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Suardi. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Indeks.

Tilaar. 2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar


PedagogikTransformatif untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, U., dan Sulo, S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

103

Anda mungkin juga menyukai