Anda di halaman 1dari 22

GEJALA UMUM KEJIWAAN MANUSIA

Psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari


tentang gejala-gejala kejiwaan. Dalam sejarah perkembangannya, arti
psikologi kemudian menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang
abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan
jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah
laku, dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari
lingkungannya.
Gejala kejiwaan merupakan suatu yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia. Ada beberapa Gejala-gejala umum kejiwaan pada
manusia diantaranya gejala kejiwaan kognisi, dimana pada gejala ini
ada yang namanya tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensi,
dan pengamatan. Gejala berikutnya yaitu gejala perasaan/emosi
(afektif), dimana gejala ini merupakan suatu gejala yang timbul dalam
diri seseorang seperti rasa sedih, bahadia, dll. Selanjutnya gejala
kejiwaan kemauan/kehendak, dmna pada gejala ini timbul sesuai
dengan niat atau kemauan oleh diri seseorang. Yang terakhir yaitu
gejala kejiwaan campuran, dimana pada gejala ini merupakan
gabungan dari ketiga gejala sebelumnya.
Manfaat kita dalam mempelajari gejala-gejala umum kejiwaan
manusia diantaranya kita dapat mengetahui apa itu gejala umum
kejiwaan manusia, selain itu kita juga dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan gejala kejiwaan pengenalan (kognitif), gejala
kejiwaan perasaan/emosi (afektif), gejala kejiwaan kemauan/kehenda,
dan gejala kejiwaan campuran.

A. Gejala Umum Kejiwaan Manusia


Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala
pengenalan (Kogitif/kognisi), gejala perasaan (afektif/afeksi), gejala
kehendak (konatif/konasi), dan gejala campuran (psikomotorik).
(Zulkarnain, 2015)
1. Gejala Kejiwaan Pengenalan (Kognitif)

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang


tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun
dengan mental. Dan keabnormalan tidak disebabkan oleh sakit
atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-
kadang gejalanya terlihat pada fisik. Keabnormalan itu dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan sakit
jiwa (psychose). (Lubis, 2017)
Gejala kognisi atau pengenalan ialah segenap gejala yang
terdapat dalam kejiwaan kita, sebagai hasil dari pengenalan. Kita
bisa mendengar suara, melihat cahaya, menyimpan satu
kenangan dan mengingatnya kembali, membayangkan suatu
pemandangan indah, menemukan suatu kebenaran. Semua itu
adalah pengenalan. (Himmawati, 2013)
Gejala konasi merupakan suatu proses upaya manusia dalam
mengenal berbagai macam stimulus atau informasi yang masuk ke
dalam alat inderanya, menyimpan, menghubung-hubungkan,
menganalisis, dan memecahkan suatu masalah berdasarkan
stimulus atau informasi tersebut. Termasuk dalam gejala
pengenalan adalah penginderaan dan persepsi, asosiasi, memori,
berfikir, inteligensi. (Zulkarnain, 2015)
a) Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa dapat
diartikan sebagai gambaran atau bayangan yang tertinggal
dalam diri manusia sesudah melakukan persepsi terhadap
suatu obyek atau peristiwa. Menurut Suryabrata tanggapan
selain menghidupkan kembali apa yang telah dipersepsi juga
dapat mengantisipasi sesuatu yang akan datang atau yang
terjadi saat ini. (Ismail, 2007)
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok,
dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan,
ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam
waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah
berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa
demikian ini disebut tanggapan. (Syaiffuddin, 2019)
Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum
terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar,
atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali.
Sedang tanggapan disebut “aktual”, apabila tanggapan
tersbut kita sadar.
1) Proses Tanggapan:
a) Penghayatan (terutama pengamatan) itu
meninggalkan bekas atau kesan gambaran di dalam
jiwa kita
b) Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh
penghayatan itu disebut proses pengiring
c) Gambaran penghayatan itu masih dapat kita
bayangkan di dalam jiwa kita
d) Sebagai akibat dari penghayatan itu, tinggallah di
dalam jiwa kita suatu kesan yang mengingatkan kita
pada pengamatan tadi. Gambaran tersebut dalam
psikologi disebut Tanggapan.

2) Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:


a) Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang
pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
b) Objek pengamatan sempurna dan mendetail,
sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan
kabur.
c) Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada
tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
d) Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada
tanggapan bersifat imaginer.
b) Fantasi
1) Definisi Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau
mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan yang sudah ada.
Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat
terjadi:
a) Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul
menyadari akan menyadarinya akan menyadarinya.
Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis,
pemahat atau
b) Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara
sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan
semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak.
(Syaiffuddin, 2019)
2) Jenis Fantasi:
a) Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau
kehendak sendiri, tanpa bantuan orang lain atau
jenis fantasi yang mampu menciptakan hal- hal baru.
Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh
para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
b) Fantasi Tuntunan atau Terpimpin
Fantasi yang terjadi dengan bantuan
pimpinan atau tuntunan orang lain. Dalam hal ini
misalnya kalau kita sedang membaca buku, kita
mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.
(Syaiffuddin, 2019)
3) Fungsi Pokok Fantasi
a) Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)
Fantasi dengan menyaring atau memisahkan
sifat-sifa tertentu dari tanggapan yang sudah ada.
Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun
pasir, maka dalam berfantasi, dibayangkan dengan
seperti lapangan tanpa pohon-pohon disekitarnya
dan tanahnya malulu pasir semua bukan rumput.
b) Fantasi Mengkombinir
Fantasi dengan mengabungkan dua atau lebih
tanggapan-tanggapan yang sudah ada, disusun
menjadi satu tanggapan baru. Misalnya: Tanggapan
badan singa + kepala manusia =Spinx di kota Mesir
c) Fantasi Mendeterninir
Fantasi dimana tanggapan lama dilengkapi,
disempurnakan dan mendapatkan ketentuan yang
lebih jelas dan terbatas sehingga tercipta tanggapan
baru. Misalnya anak belum pernah melihat harimau
namun sudah mengenal kucing. Dalam berfantasi
harimau, bayangannya seperti kucing, tapi
bentuknya besar. (Syaiffuddin, 2019)
4) Bedana dengan berfikir ialah:
a) Dengan berfikir kita berusaha untuk menemukan
sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui,
dengan berfantasi kita menciptakan sesuatu yang
belum ada, sesuatu yang baru.
b) Berfikir terikat pada realitas, berfantasi melepaskan
kita dari realitas. (Syaiffuddin, 2019)
c) Ingatan
1) Definisi Ingatan
Ingatan merupakan proses langsung dalam
mengangkat kembali informasi yang pernah diterima
dalam kesadaran. Ingatan adalah suatu daya jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan
kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-
tanggapan kita.
2) Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
a) Sifat perseorangan
b) Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar atau
lingkungan, keadaan jasmani)
c) Keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan).
d) Umur kita.
3) Macam-Macam Ingatan:
a) Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu
hanya untuk kesan- kesan pengindraan.
b) Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya
untuk kesan- kesan yang mengandung pengertian.
(Syaiffuddin, 2019)
d) Berfikir
Proses menerima, menyimpan, dan mengolah kembali
informasi, informasi yang didapat lewat pendengaran,
penglihatan atau penciuman) biasa disebut “berfikir”. Berfikir
adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah
otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di
sekitarnya dan alam semesta.
Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian
satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan
pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan
persoalan, individu membeda-bedakan, mempersatukan dan
berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya. (Syaiffuddin, 2019)
1) Proses yang dilewati dalam berfikir, yaitu:
a) Proses pembentukan pengertian, yaitu kita
menghilangkan ciri-ciri umum dari sesuatu, sehingga
tinggal ciri khas dari sesuatu tersebut.
b) Pembentukan pendapat, yaitu pikiran kita
menggabungkan (menguraikan) beberapa
pengertian, sehingga menjadi tanda masalah itu.
c) Pembentukan keputusan, yaitu pikiran kita
menggabung-gabungkan pendapat tersebut.
d) Pembentukan kesimpulan, yaitu pikiran kita menarik
keputusan- keputusan dari keputusan yang lain.
(Syaiffuddin, 2019)
e) Intelegensi
Menurut W.Stern, inteligensi ialah kesanggupan jiwa
untuk dapatmenyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam
suatu situasi yang baru.
Menurut V. Hees inteligensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
1) Menurut arah atau hasilnya, Inteligensi ada dua macam:
a) Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat
mengatasi suatu situasi yang sulit dalam suatu kerja,
yang berlangsung secara cepat dan tepat.
b) Inteligensi Teoritis, ialah inteligensi untuk dapat
mendapatkan suatu pikiran penyelesaian soal atau
masalah dengan cepat dan tepat. (Syaiffuddin, 2019)
2) syarat agar suatu perbuatan dianggap inteligen menurut
Purwanto (1999) adalah:
a) Masalah yang dihadapi sedikit banyak merupakan
masalah yang baru bagi yang bersangkutan
b) Perbuatan inteligen sifatnya serasi tujuan dan
ekonomis
c) Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu
tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan
d) Keterangan pemecahannya harus dapat diterima
oleh masyarakat
e) Dalam berbuat inteligen seringkali menggunakan
daya mengabstraksi
f) Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan, dan
g) Membutuhkan pemusatan perhatian dan
menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya
pemecahan masalah yang sedang dihadapi
(Arfaksad, 2013)
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, sehingga
adanya perbedaan seorang dengan yang lainnya menurut
Purwanto (1999), adalah:
a) Pembawaan yaitu sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa
individu sejak lahir
b) Kematangan, yaitu tiap organ dalam tubuh manusia
yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang dikatakan telah matang manakala telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing
c) Pembentukkan, yaitu segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan
inteligensinya
d) Minat dan pembawaan yang khas, yaitu perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu, dan
e) Kebebasan, yaitu bahwa manusia itu dapat memilih
metodemetode tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah (Arfaksad, 2013)
f) Pengamatan
Pengamatan dalam konsep yang sederhana berarti
proses menginterpretasikan sesuatu, dengan jalan mengenali
‘tanda-tanda’ sebagai alatnya, dan pengertian-pengertian
tertentu sebagai tujuan pengamatan. Pengamatan
merupakan suatu peristiwa kejiwaan yang merupakan hasil
dari kegiatan indera. Sedangkan penginderaan adalah
penyaksian indera terhadap perangsang-perangsang.
(Arfaksad, 2013)
Berikut ini adalah macam-macam alat indera yang
dikemukakan Kartono (1996), yaitu:
1) Indera penglihatan yaitu mata untuk menerima
perangsang dalam bentuk cahaya, warna, dan ruang
2) Indera pendengar yaitu telinga untuk mendengar nada-
nada (terdengar tenang dan teratur) serta desah-desah
atau bunyi yang tidak teratur
3) Indera pembau yaitu hidung untuk menerima perangsang
yang berwujud gas misalnya wangi, busuk, dan
sebagainya
4) Indera pengecap yaitu lidah dan tekak (langit-langit)
lunak, untuk menerima perangsang yang terdiri dari
empat cita rasa yaitu manis, asam, asin, dan pahit
5) Indera-indera suhu, sakit, dan tekanan yaitu indera suhu
ditimbulkan oleh bekerjanya titik-titik panas dan dingin,
yang terdapat pada bagian-bagian tubuh yang
jumlahnyapun berbeda. Titik-titik sakit terletak dekat
permukaan kulit, khususnya banyak sekali terdapat di
ujung jari jemari. Sedangkan indera tekanan
menampilkan rasa keras, lunak, kasar, licin, tajam,
tumpul, dan sebagainya
6) Indera keseimbangan yaitu satu lengkung berliku-liku di
telinga tengah, dan terdiri atas dua kantung dan tiga
buah kanal lengkung
7) Indera kinestetis yaitu terdapat pada persendian dan
pada indera ini, perangsangnya berupa ketegangan dan
gerak pada tubuh dan otot
8) Indera organis/vital yaitu organ pencernaan makanan,
pernapasan, sirkulasi darah, dan hati yang penginderaan
berupa lapar, dahaga, sesak napas, dan pembuangan
9) Indera sinestesi yaitu ialah penginderaan tidak dengan
indera yang bersangkutan, akan tetapi dengan indera
lainnya Daya adaptasi/penyesuaian diri yaitu
penyesuaian umum dari makhluk hidup terhadap
tuntutan lingkungannya. Misalnya, bau busuk di suatu
ruangan, lama kelamaan tidak terasa lagi baunya.
(Arfaksad, 2013)

Ada sejumlah istilah dalam pengamatan, yaitu:


1) Gejala konstansi dalam pengamatan adalah tidak
berubahnya bentuk obyek-obyek yang kita amati, tidak
berubah bentuknya menurut perasaan dan pendapat kita
2) Osilasi/oscillation yaitu berubah-ubahnya benda yang
kita amati akibat perhatian yang berubah-ubah atau
sikap/cara mengamati
3) Ilusi/illusion yaitu pengamatan yang salah terhadap
sesuatu obyek
4) Halusinasi/hallucination yaitu pengamatan tanpa
obyektivitas penginderaan, dan tanpa disertai
perangsang fisik yang tepat. Biasanya terjadi pada
penderita psikotik dan orang yang sakit berat (Arfaksad,
2013)

Contoh Kasus :

Subjek termasuk orang yang cemas, apalagi akhir-


akhir ini juga subjek membaca koran atau majalah yang
membahas mengenai menopause. Saat melihat dirinya
dalam cermin yang semakin tua, keriput dan tidak cantik
lagi subjek menjadi takut sendiri. Subjek orang yang sulit
untuk konsentrasi, sampai sekarang ini pun subjek masih
sulit untuk konsentrasi. Subjek merasa tidak konsentrasi bila
sedang mengerjakan sesuatu, jika tiba-tiba melihat di
televisi ada yang membahas mengenai menopause maka
subjek akan lebih sulit lagi untuk konsentrasi. Begitu pun
dalam membuat keputusan, subjek merasa kesulitan apa-
apalagi jika subjek banyak pikiran seperti subjek merasa
sudah tua, keriput dan tidak cantik lagi. Gejala kognitif yang
subjek alami pada saat ini yang akan menghadapi menopause
adalah gangguan tidur, dimana subjek baru mengalami gejala
tersebut baru-baru ini sekitar enam bulanan. Selain itu subjek juga
terpaku pada bahaya yang tidak jelas seperti takut akan
menghadapi menopause sehingga subjek tidak siap untuk
menghadapi menopause sebab subjek takut tidak cantik lagi,
keriput dan tua serta ia takut terlihat tidak menarik lagi bagi
suaminya (Kronenberg, 1990). (Rostiana, 2009)

2. Gejala Kejiwaan Perasaan/Emosi (Afektif)


a. Pengertian Perasaan
Gejala perasaan (emosi atau afeksi) yaitu gejala psikis
dengan tiga ciri khas, yaitu:
1) dihayati secara subyektif;
2) pada umumnya berkaitan dengan gejala pengenalan;
3) dialami oleh individu dengan rasa suka atau tidak suka
duka atau gembira dalam macam-macam
gradasi/tingkatan. (Himmawati, 2013)
Gejala afeksi atau perasaan adalah kemampuan untuk
merasakan suatu stimulus yang kita terima, termasuk di
dalamnya adalah perasaan sedih, senang, bosan, marah,
benci, cinta dan lainnya. Afeksi atau perasaan manusia yang
kuat sering disebut pula dengan gejala emosi. (Zulkarnain,
2015)
Perasaan biasanya didefenisikan sebagai gejala psikis yang
bersifat subjektif yang biasanya berhubungan dengan gejala-
gejala mengenal dan dialami dalam senang maupun tidak
senang dalam berbagai taraf. (Hamdun, 2014)
Defmisi lain perasaan adalah suatu pemyataan jiwa, yang
sedikit banyak bersifat aktif, untuk merasakan senang dan
tidak senang, dan yang tidak bergantung pada rangsangan dan
alat -alat indra. (Hamdun, 2014)
Berlainan dengan berftkir, maka perasaan itu bersifat
subjektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang apa
yang enak, indah, menyenangkan bagi seseorang tertentu,
belum tentu juga enak, indah dan menyenangkan bagi orang
lain. (Hamdun, 2014)
Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi
mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena
mengamati,menanggap, menghayalkan, mengingatkan atau
memikirkan sesuatu. Kehendakpun demikian perasaan
bukanlah hanya sekedar. gejala tambahan dan pada fungsi
pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.
(Hamdun, 2014)
b. Sifat dan Ciri Perasaan
Perasaan juga seringkali bersangkut paut dengan gejala
jasmaniah tetapi tetap memiliki fungsi tersendiri.
Sifat perasaan dibagi menjadi lima yaitu :
1) Senang dan tidak senang;
2) kuat dan lemah;
3) lama dan tidak lama;
4) tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa;
5) relatif.

Ciri perasaan yaitu:


1) Perasaan tidak mungkin terdapat sendiri;
2) Perasaan selamanya bersifat perorangan

Golongan menurut perasaannya yaitu :


1) Golongan eukoloi adalah golongan orang yang selalu
merasa tenang, gembira dan optimis;
2) Golongan diskoloi adalah golongan orang yang selalu
merasa tidak senang, murung, dan pesimis. (Hamdun,
2014)
c. Macam-macam Tingkat Perasaan
Max Scheler (Hamdun, 2014) mengajukan pendapat
bahwa ada 4 macam tingkatan perasaan yaitu :
1. Perasaan-perasaan Jasmaniah, jenis perasaan ini sering
pula disebut sebagai perasaan rendah terdiri dari :
a) Perasaan tingkat rendah (jasmani) Perasaan yang
terdapat pada tingkat biologis (jasmani) yakni
meliputi:
1) Perasaan tingkat sensoris,perasaan ini
merupakan perasaan yang berdasarkan atas
kesadaran yang berhubungan dengan stimulus
pada kejasmanian,misalnya rasa sakit,panas
dingin;
2) Perasaan kehidupan vital,perasaan ini
bergantung pada keadaan jasmani
seluruhnya,misalnya,rasa segar,lelah dan
sebagainya;
3) Perasaan kejiwaan,Perasaan 1m merupakan
perasaan seperti rasa gembira, takut, susah;
4) Perasaan kepribadian,perasaan ini merupakan
perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan
pribadi,misalnya perasaan harga diri,perasaan
putus asa,perasaan puas.
b) Perasaan Tingkat Luhur (rohaniah) Perasaan yang
terdapat pada tingkat rohaniah meliputi:
1) Perasaan Intelektual, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan kesanggupan intelektual
dalam mengatasi sesuatu masalah, misalnya :
senang/puas ketika hasil (perasaan intelektual
positif), kecewal jengkel ketika gagal (perasaan
intelektual negatif);
2) Perasaan Diri, yaitu Perasaan diri terbagai
menjadi dua yaitu: Perasaan diri positif dan
Perasaan diri negative. Perasaan diri positif yaitu
perasaan yang timbul apabila ia bisa berbuat
sarna atau lebih dari orang lain. Sedangkan
perasaan diri negative yakni perasaan yang
timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau
mendekati orang lain;
3) Perasaan Estetis, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan penghayatan dan apresiasi
tentang sesuatu yang indah atau tidak indah;
4) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang cenderung
untuk mengikatkan diri dengan orang-orang
lain,misalnya :perasaan cinta sesama manusia ,
rasa ingin bergaul, rasa ingin menolong, rasa
simpati, rasa setia kawan, dan sebagainya;
5) Perasaan harga diri, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan penghargaan diri
seseorang,misalnya rasa sayang, puas bangga
akibat adanya pengakuan dan pengahargaan dari
orang lain. (Hamdun, 2014)

Disamping itu khonstamm memberikan klasifikasi


sebagai berikut:
1. Perasaan keindraan, perasaan ini adalah perasaan yang
berhubungan dengan alat-alat indra,misalnya, perasaan
yang berhubungan dengan pencecapan;
2. Perasaan keindahan, perasaan ini terbagai menjadi dua
bagian yaitu : Perasaan keindahan negative dan Perasaan
keindah positif;
3. Perasaan intelektual, perasaan intelek ialah perasaan
yang timbul sebagai akibat dai basil intelek;
4. Perasaan kesusilaan, yaitu perasaan yang timbul karena
indera kita menerima perangsang susila atau jahat;
5. Perasan Ketuhanan/Keagamaan, perasaan yang timbul
mengetahui dengan adanya Tuhan;
6. Perasaan Kemasyarakatan, perasaan kemasyarakatan
yaitu perasaan yang timbul karena ada orang lain yang
acuh tak acuh meskipun ia mengetahui masyarakatnya
rusak/mundur;
7. Perasan harga diri, perasaan harga diri yaitu perasan diri
memegang peranan yang penting dalam kehidupan
manusia;
8. Perasaan kejiwaan, perasaan yang berhubungan dengan
aktivitas kejiwaan yang lain. (Hamdun, 2014)

Kita dapat membedakan antara perasaan yang merdeka


dan perasaan yang terikat. Perasaan menjadi merdeka apabila
tidak terdapat stimuli dan gangguan yang merintangi dan atau
menekan jasmani dan rohani. Perasaan dapat terikat apabila
terdapat stimuli dan gangguan yang merintangi dan atau
menekan jasmani dan rohani. Nilai perasaan bagi manusia
pada umumnya dan khusus bagi pendidikan yaitu : (Hamdun,
2014)
1. Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya yaitu :
a) Dengan perasaan kita dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan disekitar kita;
b) Dengan perasaan kita dapat ikut serta merasakan
Idialarni apa yang dirasakan dan dialarni oleh
sesarna;
c) Terutarna dengan perasaan ketuhanan, kita dapat
sarna-sarna merasa nasib, tugas dan kewajiban kita
terhadap tuhan yang dengan demikian kita
mempunyai rasa prikemanusiaan antara manusia,
dan merasa senasib dengan segala makhluk.
2. Nilai perasaan didalam pendidikan yaitu :
a) Perasaan dapat membawa manusia kearah kebaikan
dan keburuk;
b) Perasaan-perasaan rohaniah dapat menimbulkan
kebahagiaan bagi manusia;
c) Jangan kita bercerita tentang sesuatu yang menakut-
nakutkan Idapat menimbulkan rasa giris;
d) Hindarkanlah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan rasa rendah dan jahat kepada anak-
anak, sekalipun hanya dengan kata-kata;
e) Kalau pendidik dapat dengan baik menanamkan rasa
intelek, maka pada anak akan timbul rasa diri positif,
tapi tidak sombong, dan sebagainya.

Contoh Kasus :

Subjek sering merasa gelisah apalagi akhir-akhir ini


subjek akan menghadapi menopause. Subjek merasa takut
dan di hatinya membayangkan bagaimana nanti jika sudah
tidak dapat haid lagi. Subjek tidak termasuk orang yang
mudah tersinggung, namun terkadang subjek tersinggung
juga. Subjek juga tidak merasa terganggu jika ada orang
yang membahas mengenai menopause, namun terkadang
dia merasa tidak enak seperti ada yang mengganjal di
hatinya. Subjek juga termasuk orang yang tidak sabaran
dalam segala hal. Bila mengambil keputusan pun subjek
terkadang merasa bimbang. Subjek sering merasa gelisah
dan perasaan tersebut sudah ada dari dulu.

Suami subjek tidak mengetahui apakah subjek


gelisah atau tidak dalam menghadapi menopause. Suami
subjek menilai subjek termasuk orang yang mudah
tersinggung, apalagi bila suami subjek salah berbicara.
Namun suami subjek tidak mengetahui apakah subjek
merasa tersinggung bila ada orang yang membicarakan
mengenai menopause. Menurut suami subjek, subjek dari
dulu orang yang tidak sabaran dan juga bimbang bila
mengambil suatu keputusan dan itu Gelisah, mudah
tersinggung, tidak sabaran dan bimbang merupakan gejala
afektif yang subjek alami sekarang ini. Saat ini subjek
merasa gelisah akan menghadapi menopause,
membayangkan bagaimana bila sudah tidak dapat haid lagi,
pasti akan merasa aneh. Subjek juga merasa mudah
tersinggung, tidak sabaran dan bimbang akan menghadapi
menopause. Sesuai dengan yang dikatakan Sue dkk dalam
Haber dan Runyon (1984) gejala afektif dimanifestasikan
pada perasaan emosi individu seperti adanya bahaya yang
mengancam dirinya sehingga individu merasa tidak nyaman
dan sangat khawatir serta gelisah yang berlebihan.
(Rostiana, 2009)

3. Gangguan kejiwaan Kemauan/Kehendak


Gejala Kemauan (konasi atau volusi) yaitu semua
perbuatan, gerakan, dan tingkah laku kita yang berasal dari dalam
diri kita. Tenaga dari dalam tersebut disebut sebagai usaha yang
muncul dari dalam, dan ditampilkan keluar, dalam bentuk macam-
macam tingkah laku atau gerakan-gerakan psikomotoris. Tingkah
laku ini pada umumnya merupakan pengarahan diri kearah segala
sesuatu yang bermanfaat dan baik bagi kita, dan penghindaran
diri dari yang jahat dan merugikan. (Himmawati, 2013)
Segala perilaku, gerakan, atau perbuatan yang
ditampilkan sebelumnya didorong oleh tenaga dari dalam diri
yang disebut sebagai kemauan. Kemauan merupakan usaha aktif
yang mengarah pada pelaksanaan suatu tujuan. Kemauan
merupakan dorongan pada setiap manusia untuk membentuk dan
merealisasikan diri, atau mengembangkan segenap bakat dan
kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup. Karena pada
manusia terdapat unsur kebebasan maka manusia harus
membatasi diri, harus mengatur diri, dan harus menguasai diri
agar perilakunya mengarah pada tujuan yang baik. Untuk tercipta
kehidupan yang teratur, maka secara individual dengan kemauan
bai dan secara kolektif dengan norma-norma dan aturan yang
mengarahkan tindakan kita. (Arfaksad, 2013)
Menganalisis proses kemauan dari timbulnya hingga
pelaksanaan tindakan maka nampak bahwa ada empat tahap yang
harus dilalui, yakni:
a. Tahap menyadari motivasi yaitu hal yang mendorong individu
untuk melaksanakan tindakan tertentu. Pada tahap ini
dirasakan sebagai kebutuhan apa yang mendorong individu
untuk bertindak dalam usaha pemenuhan kebutuhannya
b. Tahap memilih yaitu menentukan salah satu dari sejumlah
alternatif yang tersedia dengan menimbang,
membandingkan, menafsirkan, dan meramalkan resiko yang
mungkin timbul akibat pilihan yang akan ditentukan
c. Tahap mengambil keputusan yaitu menetapkan hati atas
pilihan yang telah ditetapkan. Karena itu, sering keputusan
disebut sebagai ketetapan hati dalam memilih
d. Tahap pelaksanaan keputusan yaitu kemauan yang sudah
tidak dipengaruhi lagi yang akan muncul dalam perilaku yang
diwujudkan. (Arfaksad, 2013)
Disamping kemauan yang diuraikan, ada sejumlah peristiwa
kehendak yang oleh Rahayu (1994) menyebutnya sebagai hasrat
jasmaniah sedangkan yang lain menyebut sebagai gejala usaha
atau simptom. Gejala-gejala ini terdapat juga pada tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Di bawah ini akan diuraikan beberapa
gejala yang selain ada pada manusia, juga pada hewan, dan
tumbuhan, yakni: (Arfaksad, 2013)
a. Tropisme
Tropisme adalah peristiwa atau desakan yang
menyebabkan timbulnya gerakan-gerakan ke arah tertentu
yang nampak pada tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
terjadi akibat rangsangan dari luar. Misalnya, bunga yang
mengarah pada sinar matahari, serangga yang mendekati
cahaya, dan sebagainya. Peristiwa ini disebut fototropisme
positif, sedangkan fototropisme negatif, misalnya ikan-ikan di
laut yang menghindari matahari.
b. Refleks
Refleks adalah suatu reaksi atau gerakan yang tidak
disadari terhadap suatu perangsang dan terjadi di luar
kemauan. Terdapat dua bentuk refleks yaitu refleks yang
tidak bersyarat atau terjadi dengan sendirinya, misalnya
kedipan mata, dan sebagainya. Sedangkan yang lainnya
adalah refleks bersyarat atau terkondisionir, misalnya
mengendarai sepeda, melarikan diri karena bahaya, dan
sebagainya.
c. Otomatisme
Otomatisme adalah peristiwa atau gerakan-gerakan yang
berlangsung dengan sendirinya, terjadi tanpa disadari,
misalnya gerakan jantung dan paru-paru. Sedangkan ada
gerakan yang disadari, misalnya berbicara dan berjalan.
d. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan atau perilaku yang tetap
dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
mengandung unsur perasaan dan berlangsung dengan
sendiri. Sebagian besar dari kebiasaan-kebiasaan itu hanya
setengah disadari, atau bahkan ada yang tidak disadari lagi.
Namun, pada awal pembentukan kebiasaan itu masih
disadari, berlangsung pula pertimbangan akal, namun
kemudian semakin menipis kesadaran itu. Kebiasaan dapat
bersifat positif, misalnya rajin bekerja, tekun, cermat, dan
sebagainya. Tetapi kebiasaan juga bisa bersifat negatif,
misalnya merokok hingga kecanduan, malas bekerja, dan
sebagainya.
e. Instink
Instink adalah kemampuan bertindak atau berbuat yang
dibawa sejak lahir yang ditujukkan pada pemuasan dorongan-
dorongan naluriah. Instink pada hewan bersifat tetap,
misalnya sarang binatang dari dulu hingga sekarang tetap
sama dan tidak pernah berubah. Sedangkan instink pada
manusia dipengaruhi oleh akal budi, pengalaman, berbagai
pertimbangan, dan sebagainya. Instink pada manusia
dibedakan atas tiga, yaitu: mempertahankan diri,
mempertahankan jenis, dan mengembangkan diri.
f. Hasrat dan Kecenderungan
Hasrat timbul karena dorongan-dorongan yang terarah
pada suatu tujuan atau obyek nyata. Misalnya, dorongan
untuk menjadi sehat maka timbul hasrat untuk berolahraga.
Sedangkan hasrat yang selalu saja muncul kembali disebut
sebagai kecenderungan. Dengan demikian maka
kecenderungan dipahami sebagai hasrat atau kesiapan-reaktif
yang tertuju pada obyek nyata dan selalu muncul berulang
kali.
Paulhan (Kartono, 1996) membagi kecenderungan atas
empat hal, yaitu:
1) Kecenderungan vital, misalnya lahap, minum-minuman
keras, dan sebagainya
2) Kecenderungan egoistis, misalnya narsistis, suka
menyendiri, dan sebagainya
3) Kecenderungan sosial, misalnya persahabatan, gotong
royong, dan sebagainya
4) Kecenderungan abstrak, misalnya jujur, adil, munafik,
dan sebagainya
g. Nafsu
Nafsu adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang
sangat kuat dan desakan yang hebat sekali sehingga
mengganggu keseimbangan baik fisik maupun psikis. Nafsu
yang lebih tinggi tingkatnya disebut sebagai hawa nafsu
yakni pertimbangan akal dikesampingkan juga peringatan
hati nurani disingkirkan. (Arfaksad, 2013)
Proses kemauan yang memilih dan menentukan disebut
keputusan hati. Proses kemauan sampai pada tindakan
(perbuatan) itu melalui beberapa tingkat. (Zulkarnain, 2015)
1) Motif (alasan, dasar, pendorong)
2) Perjuangan motif, sebelum mengambil keputusan itu
sebenarnya dalam batin sudah ada motif yang bersifat
luhur dan rendah.
3) Keputusan, kita mengadakan pemilihan antara motif.

4. Gejala Kejiwaan Campura


Gejala psikomotorik atau campuran merupakan
campuran dari gejala kognitif dan afektif, yang memunculkan
suatu tingkah laku tertentu. (Zulkarnain, 2015)
Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:
a. Perhatian
b. Kelelahan
c. Sugesti/saran. (Arfaksad, 2013)

Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan


satu menjadi gejala jiwa campuran. Karena:
a. Gejala jiwa ini tidak dapat dimasukkan kedalam gejala-
gejalajiwa yang sudah kita pelajari.
b. Karena pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-
tiganya.
Pemisahan ini hanya bertujuan agar mudah cara
mempelajarinya.
a. Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang
lain.
b. Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan
rasa, yang sudah mempergunakan kekuatan secara maksimal.
c. Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan
maksud tertentu sehingga pikiran perasaan dan kemauan
terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran atau
pertimbangan. (Arfaksad, 2013)

a) Perhatian
Perhatian merupakan konsentrasi atau pemusatan
kesadaran yang diarahkan pada sesuatu atau sekumpulan
obyek. Bila seseorang sedang memperhatikan sesuatu, maka
berarti seluruh kesadaran dicurahkan atau dikonsentrasikan
pada sesuatu itu. Karena itu, maka apa yang diperhatikan
sungguh disadari oleh individu. Makin diperhatikan sesuatu
obyek akan makin disadari obyek itu bagi individu. Sesuatu
yang diperhatikan benar-benar disadari dan ada dalam pusat
kesadaran. Makin jauh dari pusat kesadaran makin kurang
diperhatikan dan karena itu makin kurang disadari.
Pembatasan kesadaran terhadap satu obyek dan
menyingkirkan peristiwa atau kejadian yang tidak perlu
disebut sebagai inhibisi. (Arfaksad, 2013)
Menurut para ahli psikologi ada dua macam definisi,
yaitu:
1) Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada
suatu obyek.
2) Perhatian adalah banyak sedikitnnnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Macam-macam perhatian:
a) Perhatian keindraan
b) Perhatian kerohanian
c) Perhatian yang disengaja
d) Perhatian yang tidak disengaja
Hal-hal yang dapat menarik perhatian:
a) Yang sudah dikenal
b) Yang aneh baginya
c) Yang menyolok
d) Yang sesuai tingkat perkembangan jiwa
e) Yang sesuai minatnya (Syaiffuddin, 2019)
b) kelelahan
Kelelahan merupakan tanda atau isyarat bahwa
energi tubuh yang susut atau berkurang sebagai akibat dari
terus menerus mengerjakan berbagai aktivitas atau pekerjaan.
Akibat dari kelelahan maka akan timbul ketegangan-
ketegangan dan karena itu berbagai aktivitas dan pekerjaan
sebaiknya dihentikan sementara atau harus beristirahat.
Tetapi selain kelelahan fisik sebagaimana digambarkan,
terdapat juga kelelahan psikis yaitu munculnya gangguan
dalam fungsi-fungsi psikis seperti berkurangnya konsentrasi
akibat dari memikirkan hal-hal yang rumit dan banyak
menguras pikiran. Sebenarnya kelelahan merupakan tanda
bahwa tenaga manusia itu ada batasnya. (Arfaksad, 2013)

Kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. kelelahan jasmani
2. kelelahan rohani

Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:


1. Harus menarik perhatian
2. Harus disusun daftar pelajaran yang didasarkan kelelahan
anak.
3. Sikap guru harus menyenangkan
4. Memberi hadiah untuk motivasi semangat (Syaiffuddin,
2019)
c) Saran/Sugesti
Sugesti adalah pengaruh atas diri atau jiwa sehingga
pikiran, kemauan, dan perasaan seseorang terpengaruh oleh
sesuatu hal. Dalam sugesti selalu ada dua pihak yang
berhubungan, yaitu pihak yang mempengaruhi dan yang
dipengaruhi. Mereka yang memiliki daya untuk mempengaruhi
orang lain disebut sugestif, sedangkan mereka yang mudah
terkena sugesti disebut sugestibel. Dan sugesti yang diarahkan
pada diri sendiri disebut otosugesti. Sugesti dalam ilmu jiwa
sosial dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-
pedoman perilaku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
(Arfaksad, 2013)
Beberapa syarat yang memudahkan sugesti terjadi,
yaitu:
1. Sugesti karena hambatan berpikir
2. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah
3. Sugesti karena otoritas
4. Sugesti karena mayoritas
5. Sugesti karena percaya yang terpaksa (wiil to believe)
Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga
orang tersebut mengikutinya.
Orang yang sudah kena pengaruh disebut:
suggestible. Sedang orang yang pandai memberikan pengaruh
disebut: sugestif.
1. Cara-cara memberi sugesti:
a) Dengan memuji/membujuk.
b) Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
c) Dengan menunjukkan kelemahannya.
2. Alat-alat sugesti ialah:
a) Pandangan mata.
b) Dengan suara/kata-kata. Dengan gambar-gambar
c) Dengan semboyan-semboyan. (Syaiffuddin, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Arfaksad, A. (2013). Psikologi 1 psikologi unuk sekolah menengah kejuruan.


Psikologi.

Hamdun, D. (2014). Psikologi belajar bahasa. Psikologi Belajar, 2(2).

Himmawati, U. (2013). upaya peningkatan esadaran reproduksi sehat


melalui pembelajaran mata pelajara fiqih. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Ismail, W. (2007). Belajar Sebagai Suatu Proses Aktivitas Kognitif. Lentera


Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 10(1), 83–94.
https://doi.org/10.24252/lp.2007v10n1a6

Lubis, S. A. (2017). Pembinaan Kesehatan Mentl Dalam Pendidikan Islam


( Studi tentang Perspektif Zakiah Daradjat ). AT-TAZAKKI, 1(1), 1–14.

Rostiana, T. (2009). Kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause.


Jurnal Psikologi, 3(100), 76–86.

Syaiffuddin, H. (2019). psikologi belajar PAI. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Zulkarnain. (2015). PSIKOLOGI. Tasamuh, 13(1), 45–58.

Anda mungkin juga menyukai