Anda di halaman 1dari 3

D.

Fantasi

Dalam bahasa sehari-hari, fantasi mempunyai arti bermacam- macam. Fantasi bisa
berarti khayalan, lamunan, hiasan, dan sebagainya. Dalam bahasa psikologi, fantasi
didefinisikan sebagai kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan
yang telah ada. Dalam artian seperti ini belum secara jelas mencakup sifat menciptanya dan
sifat kreatifnya. Apabila unsur mencipta ini kita masukkan di dalamnya, maka definisi itu
berbunyi: fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu
berdasarkan tanggapan yang telah ada.

Fantasi ada dua macam, yaitu:

1) Fantasi kreatif (produktif), yaitu fantasi yang menciptakan sesuatu, seperti terdapat pada
anak, seniman, arsitek, ilmuwan, dan sebagainya.

2) Fantasi terpimpin, yaitu fantasi yang dipimpin oleh pihak lain, baik orang maupun objek
lainnya. Misalnya fantasi yang dipimpin oleh cerita yang dibawakan orang lain, atau fantasi
yang dipimpin oleh suatu lukisan, nyanyian, dan sebagainya. Fantasi mempunyai arti penting,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pendidikan.

Ahmadi (2009) mengatakan bahwa fantasy (fantasi/khayalan) adalah kemampuan


jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. Melalui fantasi, manusia
dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapi dan menjangkau kedepan, masuk kedalam
keadaan yang akan mendatang. Ahmadi juga mengatakan bahwa kemampuan fantasi manusia
dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:

1) Secara disadari, yaitu ketika individu benar-benar menyadari akan fantasinya. Contohnya
ialah ketika seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasi yang
dimilikinya.

2) Secara tidak disadari, yaitu ketika individu tidak secara sadar telah dituntut oleh
fantasinya. Fantasi seperti ini merupakan fantasi yang sering dijumpai pada anak-anak.
Contohnya ialah ketika seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan
senyatanya, sekalipun ia tidak memiliki maksud untuk berbohong. Dalam hal ini anak
tersebut tanpa disadari tertuntut oleh fantasinya.

Menurut Ahmadi (2009), fantasi lebih bersifat subjektif apabila dibandingkan dengan
kemampuan jiwa yang lainnya. Dalam orang berfantasi, bayangan-bayangan atau tanggapan-
tanggapan yang telah ada dalam diri seseorang memegang peranan yang sangat penting.
Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut sebagai bayangan fantasi. Bayangan
fantasi berbeda dengan bayangan pengamatan, dimana bayangan pengamatan merupakan
hasil dari pengamatan, sedangkan bayangan fantasi merupakan hasil dari fantasi.

E. Berpikir

Berpikir adalah proses menyajikan atau memanipulasi pengalaman-pengalaman


secara lebih lengkap, misalnya dalam melakukan proses memanggil kembali informasi,
membayangkan dan mempertimbangkan sesuatu. Berpikir adalah proses memanipulasi yang
melibatkan informasi secara mental, seperti membentuk konsep-konsep abstrak,
menyelesaikan beragam masalah, mengambil keputusan, dan melakukan refleksi kritis atau
menghasilkan gagasan kreatif.

Berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang (Bochenski,
1983). Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan
antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental.Contoh kita berpikir
saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat
mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikeldan
berbagai aktifitas yang dilakukan tak terlepas dari proses berpikir.

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh
yang disebut otak.Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri
pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.Berpikir berarti memproses informasi secara
mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau
manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan
dalam long term memory.

Ada dua definisi tentang berpikir, yaitu:

1) Dalam arti luas, berpikir itu didefinisikan sebagai pergaulan dengan dunia abstrak.
2) Dalam arti sempit, berpikir didefinisikan sebagai kesanggupan/ kemampuan jiwa untuk
menghubungkan bagian yang sudah kita ketahui, misalnya dalam memecahkan suatu
masalah. Sebagai contoh dalam mengambil suatu kesimpulan:

a) Semua manusia akan mati.

b) Si Badu adalah manusia.

c) Jadi si Badu akan mati.

Dalam kehidupan sehari-hari, apa yang kita lakukan sebagian besar bersifat rutin,
berupa kebiasaan yang jarang sekali mempergunakan aktivitas berpikir. Bahkan, menurut
John Dewey (sarjana psikologi, filsafat, dan pendidikan berkebangsaan Amerika Serikat),
selama kita dalam keadaan sadar (tidak tidur) kita hanya mempergunakan lima belas menit
paling banyak untuk berpikir, selebihnya adalah Kapan sesungguhnya orang itu berpikir?
Orang berpikir kal ia menghadapi masalah. Itulah sebabnya apabila kepadanya diberikan
pertanyaan atau tugas-tugas yang merangsang berpiki barulah dia berpikir. Demikian
memang kenyataan yang ada di kegiatan rutin belaka. sekitar kita.

Daftar Pustaka

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-1-00405-PS%20Bab2001.pdf

Kartono K. and Gulo D., Kamus Psikologi(Bandung: Pionir Jaya, 2003).hlm. 86

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja(Jakarta: Gunung Mulia,


2008).hlm. 78

Anda mungkin juga menyukai