PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang landasan
psilokogi pendidikan. Tujuan khususnya antara lain:
1. Memahami pendapat para ahli tentang teori psikologi.
2. Mengetahui pengertian psikologi pendidikan.
3. Mengetahui bentuk bentuk psikologi pendidikan.
4. Mengetahui macam macam kontribusi landasan psikologi
pendidikandalam proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Teori psikologi menurut para ahli
1. Aliran psikologi tingkah laku
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi
suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat. Sedangkan
penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung
menguatkan tingkah laku.
3
Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru
(modern neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan
objek-objek dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan tidak
langsung. Objek langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan
objek tak langsung adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan
memecahkan masalah, disiplin diri, dan bersikap positif terhadap matematika.
Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal
(isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan,
pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses
belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan
yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.
4
2. Aliran psikologi kognitif
Piaget adalah ahli psikologi Swiss yang latar belakang pendidikan formalnya
adalah falsafah dan biologi. Piaget mengemukakan Teori Perkembangan Intelektual
(kognitif)
Perkembangan mental anak menurut Bruner (Toeti Soekamto, 1994) ada tiga
tahap, yaitu:
5
Teori-teori Psikologi telah banyak membantu membentuk Landasan Pendidikan
didalamnya anak dapat belajar dengan efektif. Landasan psikologis sangat penting
karena manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, sehinggap membutuhkan teori
yang berbeda-beda untuk diaplikasikan dalam kasus-kasus pendidikan. Mengingat
dekatnya hubungan teori-teori tersebut dengan pendidikan, maka guru-guru modern
patut mempelajarinya dan mengaplikasikannya dalam kelas.
6
A. Psikologis Perkembangan
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun
tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
B. Psikologi Belajar
7
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa
dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
C. Psikologi Sosial
8
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan
pertama tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan
memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan aspek
psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi
dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
9
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian,
kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan,
sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristikindividulainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada
setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik
dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian
psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan
sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
10
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil
sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual
namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara
verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering
mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang
saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti
Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
11
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha
atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam
hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada
diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik
perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan.
Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
BAB III
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut:
Daftar pustaka
13
Sudrajat, A. 2002. Kontribusi Psikologi Pendidikan, (online), (file:///H:/Kontribusi
%C2%A0Psikologi%C2%A0terhadap%C2%A0Pendidikan%20_%20AKHMAD
%20SUDRAJAT%20%20TENTANG%20PENDIDIKAN.html) diakses 18 Oktober
2011.
Google. (file:///H:/Himpunan%20Pengembang%20Kurikulum%20Indonesia
%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB%20Pentingnya%20Landasan
%20Psikologis%20dalam%20Pengembangan%20Kurikulum%20Tingkat
%20Satuan%20Pendidikan.html) diakses 17 Oktober 2011.
14