Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan 4 – Dualisme

Filsafat Manusia B-1 Fakultas Psikologi (PHP102)


Universitas Airlangga Surabaya Jawa Timur, Indonesia
2019

Rayda Zhavira 111811133013


Nabila Shanas 111811133017
Teresna Sainseillah H. 111811133031
Dita Nabila F. 111811133030
Anastyasya Dyah 111811133051

Tim Pengajar:
1. Achmad Chusairi, M.A. (PJMA)
2. Prof. Dr. Cholichul Hadi, M.Si. (Tim)
3. Rizqy Amelia Zein, MSc. (Tim)

1.Apakah perlu mempelajari filsafat manusia?


Perlu

2.Mengapa?
a.Kita bisa mendapatkan pengetahuan secara luas, berpikir kritis, dan rasional yang
menggambarkan esensi manusia
b.Dapat memahami apa dan siapa diri kita sebenarnya tentang manusia secara
menyeluruh
c.Memberikan pemahaman tentang esensi manusia secara kritis terhadap asumsi-
asumsi yang tersembunyi dibaik teori yang terdapat dalam ilmu manusia

3.Apakah perlu mempelajari dualisme? Kalau iya, mengapa alasannya?


Karena dualisme menjelaskan tentang jiwa dan tubuh sehingga kita tau bahwa jiwa dan tubuh
itu berbeda. Kalau jiwa itu tidak tampak secara langsung karena non fisik, sedangkan tubuh
itu bentuknya fisik yang terdiri dari beberapa partikel yang bergerak.

4.Siapa tokoh dualisme?


Rene Descartes, Spinoza, Plato

5.Target dualisme itu apa?


Menjelaskan hakikat dari jiwa dan raga

6.Kapan dualisme itu terjadi?


Pertama kali diusulkan oleh plato pada abad 427-347 SM.

7.Apakah yang dimaksud dualisme?


Dualisme adalah dimana dalam kehidupan terdapat dua hal atau prinsip yang bertentangan,
maksudnya tidak hanya mematok pada satu substansi saja. Seperti penjelasan dalam buku
Filsafat Manusia oleh Zainal Abidin, bahwa kenyatannya dalam hidup segala sesuatunya
dapat dijelaskan dari hal yang bersifat fisik maupun spiritual. Terdapat hal-hal yang tidak
cukup untuk dijelaskan berdasarkan aspek fisik saja, kenyataan yang sejati merupakan
gabungan antara fisik dan spiritual atau materi dan roh.

8.Bagaimana memahami dualisme?


Dengan cara meragukan banyak hal yang dipikirkan dan dari sekian banyak hal yang
meragukan pasti ada banyak hal yang tampak pasti yang akhirnya tidak dapat diragukan lagi
kepastiannya. Agar kita memahami dualisme, kita harus percaya bahwa dalam kehidupan ini
ada tubuh dan jiwa yang saling terpacu, rasional, dan konsisten. Kita memahami hal ini harus
secara sadar dan rasional bahwa tubuh manusia itu seperti mesin yang bisa dianalisa melalui
metode ilmu alam atau ilmiah.

9.Mengapa kita perlu mendalami dualisme?


Agar kita memahami bagaimana interaksi antara jiwa dan tubuh, karena pada dasarnya
manusia terdiri dari dua substansi yaitu materi dan roh. Meskipun tidak bisa disangkal
keberadaan dari aspek fisik atau materi, tetapi ada hal yang tidak dapat dijelaskan menurut
aspek fisik saja, misalnya pikiran atau berpikir.

10. Jelaskan perbedaan jiwa dan tubuh menurut Descrates?


Menurut Descrates tubuh diibaratkan sebagai benda-benda fisik lainnya yang terdiri dari
beberapa partikel-partikel yang bergerak dan memiliki keluasaan. Sedangkan jiwa itu
memiliki kesadaran dan berpikir, tetapi jiwa tidak tampak secara langsung karena jiwa
bukanlah substansi yang immaterial atau bukan fisik melainkan non-fisik. Descrates
meyakininya dengan cara menyelidiki ide-ide bahwa jiwa benar ada kenyataannya tetapi
tidak bisa dihadirkan hanya melalui satu pengalaman indrawi semata-mata. Ide-Ide tersebut
yaitu kesempurnaan, kesatuan, keberhinggan yang diperoleh dari hakikat jiwa yang berpikir.

11. Mengapa Descrates disebut sebagai seorang dualis?


Karena pemikiran Descrates yang tajam akan perbedaannya antara substansi jiwa dan tubuh.
Walaupun Descrates ini bukan orang pertama yang membahas tentang jiwa dan tubuh tetapi
pemikirannya yang dapat menambah sesuatu yang baru bahkan berhasil. Pemikiran
Descrates tentang jiwa dan tubuh menghasilkan gejala-gejala yang penting tentang
perbedaannya dari hasil interaksi antara kedua substansi jiwa dan tubuh. Sehingga Descrates
ini dikenal sebagai Bapak filsafat dualism interaktif.

12. Apa yang dimaksud karakteristik tubuh “res extensa”?


Maksudnya tubuh memiliki ciri berkeluasan, yaitu menempati ruang dan waktu. Sehingga
manusia dapat melihatnya dan mengamati, menyentuh, mengukur, serta mengkuantifikasikan
keberadaannya.
13. Bagaimana Descartes menjelaskan interaksi antara pikiran-tubuh?
Seperti yang terjadi pada penderita skizofrenia, ketika mereka menganggap keberadaan
tubuhnya hanyalah halusinasi, tetapi pada kenyataannya pikiran lah yang menstimulasi
keraguan yang mereka alami. Seperti yang disebut oleh Descartes “Cogito ergo sum” yang
berarti “aku berpikir (meragukan), maka aku ada”.
14. Apakah plato menganggap bahwa kedudukan jiwa dan raga sama ?
Tidak, plato beranggapan bahwa raga hanya sebagai penjara bagi jiwa sedangkan eksistensi
jiwalah yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya

15. Mengapa Spinoza menganggap bahwa substansi jiwa dan raga itu sama?
Spinoza menganggap jiwa sebagai manifestasi internal dan raga sebagai manifestasi eksternal
serta fungsi – fungsi mental manusia dimediasi alat fisiologis yang merupakan respon dari
stimulasi fisik.

16. Apa saja jenis ilmu pengetahuan berdasarkan klasifikasi Descartes?


Naturwissenchaften yaitu ilmu pengetahuan alam, berobjekkan materi, umumnya bersifat
mekanistik seperti fisika, dan geisteswisswnchaften yaitu ilmu pengetahuan kemanusiaan,
berobjekkan manusia, seperti sosiologi.

17. Bagaimana pendapat raga dan jiwa menurut Descrtes?


Menurut Descartes, bisa jadi raga adalah substansi manusia yang tidak nyata, sesuatu yang
fisik, berkeluasan, ketika diragukan bisa saja sejatinya tidak ada, melainkan hanya khayalan
kita sendiri. Seperti contoh pengidap skizofrenia. Ia bisa sangat yakin bahwa dirinya adalah
seonggok daging dari planet lain. Padahal sejatinya, hal tesebut tidaklah benar jika
disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini. Sedangkan, menurut
Descartes, substansi yang lebih nyata adalah yang meragukan itu sendiri. Yaitu jiwa. Jiwa
yang membuat berpikir dan meragukan setiap hal termasuk substansi manusia. Tetapi
Descartes yakin bahwa hakikat manusia sejatinya adalah raga dan jiwa itu sendiri yang saling
berinteraksi.

18. Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati merupakan sesuatu yang bersifat fisik
maupun spiritual. Dalam aliran dualisme dinyatakan, tidaklah benar bahwa esensi
kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material. Apakah pernyataan tersebut
benar? Jika iya, jelaskan
Iya, Karena disekitar kita dan di kehidupan kita banyak terjadi hal – hal atau peristiwa –
peristiwa yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan gejala – gejala yang dapat diukur dengan
ilmu – ilmu alam ataupun diamati secara jelas dan nnyata dengan panca indra.

19. Dalam aliran Dualisme, menurut Descartes keberadaan jiwa yang berkarakteristik
rescogitans (berpikir) justru lebih jelas dan tegas dibanding keberadaan tubuh. Apa
maksudnya?? Jelaskan!
Misalnya, kita meragukan hal apapun yang bersifat fisik, contohnya keberadaan tubuh kita
sendiri, atau keberadaan teman disamping kita. Semua hal tsb dapat kita ragukan
keberadaannya. Semua itu bisa jadi tidak ada karena merupakan bagian dari halusinasi kita,
bukan kenyataan. Namun ada satu hal yang tidak bisa kita ragukan keberadaannya yang
disebut Descartes sebagai Cogito ergo sum yaitu aku yang sedang berpikir atau meragukan
sesuatu itu dipastikan perwujudannya bukan dalam bentuk materi, juga bukan sesuatu yang
bersifat fisik, namun tidak dapat kita ragukan keberadaannya walaupun kita sudah mencoba
untuk meragukannya.
20. Bagaimana cara membuktikan keberadaan jiwa?
Walaupun jiwa tidak dapat diamati secara inderawi, jiwa bisa dibuktikan melalui rasio.
Menurut Descartes, jiwa yang berkarakteristik res cogitans (berpikir) justru lebih jelas dan
tegas dibanding keberadaan tubuh. Descartes mengajak untuk berfikir secara skeptis.
Sehingga, hal yang tidak bisa diragukan keberadaannya itu “aku” yang sedang meragukan
atau berpikir. Descartes menyebutnya “cogitu ergo sum”. Yang artinya aku berpikir maka aku
ada.

Referensi: Abidin, Z. (2000). Filsafat Manusia: Memahami manusia melalui filsafat.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai