Tim Pengajar:
1. Achmad Chusairi, M.A. (PJMA)
2. Prof. Dr. Cholichul Hadi, M.Si. (Tim)
3. Rizqy Amelia Zein, MSc. (Tim)
2.Mengapa?
a.Kita bisa mendapatkan pengetahuan secara luas, berpikir kritis, dan rasional yang
menggambarkan esensi manusia
b.Dapat memahami apa dan siapa diri kita sebenarnya tentang manusia secara
menyeluruh
c.Memberikan pemahaman tentang esensi manusia secara kritis terhadap asumsi-
asumsi yang tersembunyi dibaik teori yang terdapat dalam ilmu manusia
15. Mengapa Spinoza menganggap bahwa substansi jiwa dan raga itu sama?
Spinoza menganggap jiwa sebagai manifestasi internal dan raga sebagai manifestasi eksternal
serta fungsi – fungsi mental manusia dimediasi alat fisiologis yang merupakan respon dari
stimulasi fisik.
18. Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati merupakan sesuatu yang bersifat fisik
maupun spiritual. Dalam aliran dualisme dinyatakan, tidaklah benar bahwa esensi
kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material. Apakah pernyataan tersebut
benar? Jika iya, jelaskan
Iya, Karena disekitar kita dan di kehidupan kita banyak terjadi hal – hal atau peristiwa –
peristiwa yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan gejala – gejala yang dapat diukur dengan
ilmu – ilmu alam ataupun diamati secara jelas dan nnyata dengan panca indra.
19. Dalam aliran Dualisme, menurut Descartes keberadaan jiwa yang berkarakteristik
rescogitans (berpikir) justru lebih jelas dan tegas dibanding keberadaan tubuh. Apa
maksudnya?? Jelaskan!
Misalnya, kita meragukan hal apapun yang bersifat fisik, contohnya keberadaan tubuh kita
sendiri, atau keberadaan teman disamping kita. Semua hal tsb dapat kita ragukan
keberadaannya. Semua itu bisa jadi tidak ada karena merupakan bagian dari halusinasi kita,
bukan kenyataan. Namun ada satu hal yang tidak bisa kita ragukan keberadaannya yang
disebut Descartes sebagai Cogito ergo sum yaitu aku yang sedang berpikir atau meragukan
sesuatu itu dipastikan perwujudannya bukan dalam bentuk materi, juga bukan sesuatu yang
bersifat fisik, namun tidak dapat kita ragukan keberadaannya walaupun kita sudah mencoba
untuk meragukannya.
20. Bagaimana cara membuktikan keberadaan jiwa?
Walaupun jiwa tidak dapat diamati secara inderawi, jiwa bisa dibuktikan melalui rasio.
Menurut Descartes, jiwa yang berkarakteristik res cogitans (berpikir) justru lebih jelas dan
tegas dibanding keberadaan tubuh. Descartes mengajak untuk berfikir secara skeptis.
Sehingga, hal yang tidak bisa diragukan keberadaannya itu “aku” yang sedang meragukan
atau berpikir. Descartes menyebutnya “cogitu ergo sum”. Yang artinya aku berpikir maka aku
ada.