Anda di halaman 1dari 7

Akal dan Hati Pada Abad Pertengahan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Permulaan abad pertengahan dapat di mulai sejak Plotinus – Plotinus lahir tahun 204 M saat
itu pengaruh agama Kristen sudah besar , filsafatnya berwatak spiritual.
Secara ringkas Plotinus adalah filosofis pertama yang mengajukan teori penciptaan alam
semesta. Teori ini banyak diikuti filosof islam, teori itu merupakan jawaba terhadap
pertanyaan Thales kira kira delapan abad sebelumnya : apa bahan alam semesta ini. Plotinus
menjawab bahannya tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahwa tujuan
filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik.
Pada makalah ini akan diuraikan penjelasan tentang pemikiran Plotinus, kemudian beberapa
tokoh utama filsafat abad pertengahan.

B.    Rumusan Masalah
1.    Menjelaskan Biografi dan bagaimana pemikiran filsafat mulai Plotinus, Agustinus,
Anselmus, Thomas Aquinus, Karl Max ? ‘
  

BAB II
AKAL DAN HATI PADA ABAD PERTENGAHAN

A.    Plotinus (204-207)
Plotinus lahir di mesir tahun 204 M wafat tahun 270 M di Martunae Itali. belajar filsafta di
Alexandria tahun 232 kepada animunios saccas selama 11 tahun. belajar kebudayaan parsi
dan India dengan mengikuti raja Gordianus berperang melawan Persia.
Pemikiran Plotinus :
Pemikiran Plotinus bersandar pada doktrin doktrin Plato, yakni menganut realistas idea, akan
tetapi ada perbedaan antara idea Plato dengan idea Plotinus. Idea menurut Plato satu benda,
satu idea. Tetapi menurut Plotinus idea itu particular yakni melalui system pemilihan
individual.
Sistim : cara / urutan.
System : totalitas ekosistem yang terdiri dari sub system yang saling berhubungan dan
melengkapi mencapai tujuan. Metafisika Plotinus :
System metafisika Plotinus di tandai oleh konsep tresendens (bersifat jauh dari dunia empiris)
menurut Plotinus, di dalam pikiran ada 3 realistas yaitu : the one, the mind, the soul.
The one (Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo (avey : 49) yaitu suatu realistas
yang mungkin tidak dapat difahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar
existensi , di luar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada. Ia itu cahaya di
atas cahaya. The one itu tidak dapat di dekati dengan pendekatan pengindraan dan juga tidak
dapat di fahami dengan pemikiran logis. Kita hanya dapat menghayati adaNya, Ia tidak dapat
di pikirakan. Ia tidak dapat di dekati melalui tanda tanda di dalam alam.
The Mind adalah gambaran tentang Esa dan di dalamnya mengadung idea idea Plato. Idea
idea Plato itu merupakan bentuk asli obyek obyek. Kandungan mind adalah benar benar
kesatuan. Untuk menghayati melalui perenungan.
The soul adalah realistas ketiga dalam filsafat Plotinus. Sebagai arsitek semua fenomena yang
ada di alam ini. Soul itu mengandung satu jiwa dunia adan banyak dunia kecil. Jiwa dunia
dapat di lihat melalui dua aspek ia adalah energi di belakang dunia dan pada waktu yang
sama ia adalah bentuk bentuk alam semesta.
Tentang penciptaan: Plotinus berpendapat bahwa yang Esa adalah yang paling awal, sebab
pertama. Disinilah mulai teori penciptaan yang terkenal dengan teori emanasi , suatu teori
penciptaan yang belum pernah diajukan oleh filosof lain. Teori emanasi = teori yang
berdasarkan sinar Tuhan.
Tujuan utama teori ini adalah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluq) tidak
menimbulkan pengertian bahwa di dalam yang Esa ada pengertian yang banyak. Maksudnya
teori emanasi ini tidak menimbulkan pengertian bahwa Tuhan itu sebanyak makhluq.
Saya sependapat dengan teori penciptaan Plotinus
Bahwa yang Esa itu yang paling awal yang ada dengan sendirinya tanpa ada yang
menciptakan, kemudian yang Esa itu hanya milik tuhan karena yang namaya esa itu tidak ada
yang serupa dengannya.
Tentang ilmu Menurut plotinus :
1.     Sains lebih rendah dari pada metafisik
2.     Metafisika lebih rendah daripada keimanan
3.     Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga tempat peristirahatan yang mulia.
Tentang jiwa :
Plotinus berpendapat : jiwa itu adalah sesutau kekuatan I lahiyah. Jiwa merupakan sumber
kekuatan. Alam semesta berada di dalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara
kwantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat dibagi. Alam semesta ini
merupakan unit unit yang juga tidak dapat dibagi.
Tentang etika :
Estetika : menurut Plotinus, keindahan dekat sekali dengan kehidupan moral. Estetika dekat
sekali dengan kehidupan moral. Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang
Maha sempurna . keindahan itu bertingkat, dari inderawi, emosi, kesusunan alam semesta
yang immaterial.

B.    Augustinus (354-430)
Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad
Agustinus (The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya
disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad Pertengahan
mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Kristen. Ia memberikan formulasi yang
sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik dan
Protestan.
Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan bahwa filsafat
adalah suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh pada masa
tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-pemikiran
sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Augustinus perlu dibicarakan
terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran Augustinus.
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354. Tatkala
berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah mempengaruhi
perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah sebagai
penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah
membimbingnya kefilsafat.
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan,
khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada
kehidupa pertapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang
memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad Pertengahan.
Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran
sekular. Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam
keabsolutan, dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada
Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang Barat. Anggapannya yang
meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya
kepada Tuhan tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah
orang Barat lebih memiliki sifat introspektif.
Karya Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul
disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki
konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi
karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka
terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen.
Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain
menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai
kekuatan atas alam semesta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of
God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga
mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang
pada Abad Keduapuluh sekarang.
Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari itu; ia
merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai suatu
permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan akhirnya
adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. Filsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat
Sejarah dibimbing oleh Teologi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan
faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami melalui hukum-hukum Tuhan.
Mengenai siksa neraka Augustinus mengatakan bahwa ia bersifat kekal. Origen berpendapat
bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak akan kekal dineraka, Augustinus menolak
pendapat ini. Kalau pendapat Origen benar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian
kata Augustinus.
Saya kurang sependapat dengan perkataan Agustinus, tentang siksa neraka, mengapa mereka
mereka bisa mengeluarkan  pendapat kekal atau tidak dineraka, padahal mereka sendiri
belum pernah melihat atau datang keneraka untuk mengadakan penelitian. Nabi Muhammad
saja tidak tau kapan terjadinya kiamat beliau hanya tau tanda-tanda hari kiamat…

C.     Anselmus (1033-1109)
Dalam membicarakan Filsafat Abad Pertengahan St. Anselmus tidak dapat dilewatkan begitu
saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan
ciri utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal dari Bangsawan di Aosta, Italia.
Seluruh kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada Gereja. Tahun 1093 ia menjadi
Uskup Agung Canterbury. Dalam dirinya mengalir arus Mistisime, dan iman merupakan
masalah utama baginya. Ada tiga karyanya yaitu Monologium yang membicarakan keadaan
Tuhan, Proslogium yang berisi tentang dalil-dalil adanya Tuhan, dan Cur Deus Homo yang
berisi ajarannya tentang tobat dan petunjuk mengenai penyelamatan melalui Kristus.
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman dari pada akal. Arti
ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih
dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum kita
mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar terhadap
pemikirannya.
Saya kurang sependapat dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa dia mendahulukan iman
dari pada akal, saya lebih sependapat dengan Thomas Aquines bahwa kita harus
menyeimbangkan antara akal dan iman karena akal akan membawa kita pada keimanan yang
sebenarnya, kemudian iman akan membawa kita kejalan yang benar. Kemudian bagaimana
orang bisa beriman kalau tidak berakal (orang gila)
Ia berpendapat semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan itu menunjukkan adanya
kebaikan Mahatinggi yang disana semua makhluk berpartisipasi. Tuhan itu kebesarannya
tidak terpikirkan (kebesarannya Mahabesar). Itu tidak mungkin hanya ada dalam pikiran. Ia
juga ada dalam kenyataan (jadi benar-benar diluar pikiran). Tuhan Mahabesar ada dalam
pikiran dan ada juga diluar pikiran. Secara kasar argument ini mengajarkan bahwa apa yang
dipikirkan, berarti objek ini benar-benar ada tidak mungkin ada sesuatu yang hanya ada
didalam pikiran, tetapi diluar pikiran objek itu tidak ada.

D.    Thomas Aquinas (1225-1274)


Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga Bangsawan baik Bapakanya
maupun Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus, Aquinas belajar tentang alam, ia
berfilsafat lebih empiris dari pada orang-orang yang diikutinya. Dikatakan demikian karena ia
lebih banyak menggunakan observasi terhadap alam dalam menopang argument-argumennya.
Sekalipun demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa Aquinas menganggap bahwa
penjelasan Naturalis lebih tinggi dari pada atau setingkat dengan penjelasan Metafisika.
Dalam hal Kosmologi ia masih menganut Hipotesis Geosentris.
Dalam seluruh teorinya mengenai pengetahuan, Aquinas dibimbing oleh pandangannya
bahwa pikir (reson) dan iman adalah tidak bertentangan. Akan tetapi, dimana batas kedua-
duanya? Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat
diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak mungkin
dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran  Tuhan diterima dengan iman.
Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima
atas dasar iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal.
Paling tidak, kebenaran yang diterima oleh akal tidak akan bertentangan dengan ajaran
wahyu.
Selanjutnya Aquinas mengajarkan seharusnya kita menyeimbangkan akal dan iman, akal
membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari bahwa
hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena akal terbatas. Akal tidak dapat memberikan
penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection) dan penebusan dosa. Akal juga tidak
mampu membuktikan kenyataan esensisal tentang keimanan Kristen. Oleh karena itu, ia
berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen itu tepat sebagaimana telah disebutkan dalam
firman-firman Tuhan.
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam filsafat
Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan. Dan
yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung
oleh akal.
Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian pengetahua Fisika, Matematika, dan
Metafisika. Dari yang tiga Metafisika inilah yang mendapat banyak perhatian darinya.
Menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi tingkat tertinggi. Sehubungan dengan
teorinya diatas maka didalam filsafat Aquinas filsafat dapat dibedakan dari agama dengan
melihat penggunaan akal. Filsafat ditentukan oleh penjelasan sistematis akliah, sedangkan
agama ditentukan oleh keimanan. Sekalipun demikian, perbedaan itu tidak terlihat begitu
jelas karena pengetahuan adalah gabungan dari kedua-duanya. Agama dapat pula dibagi
menjadi dua. Yang pertama adalah agama natural yang dibentangkan diatas akal, dan yang
kedua adalah agama wahyu yang dibentangkan diatas iman.
Didalam doktrinnya tentang pengetahuan Aquinas adalah realis Moderat. Ia tidak sependapat
dengan Plato yang mengajarkan bahwa alam semesta ini menpunyai eksistensi yang objektif.
Ia mengajarkan bahwa alam semesta ini berada dalam tiga cara : pertama sebagai sebab-
sebab didalam pemikiran Tuhan; kedua sebagai idea dalam pemikiran manusia; dan ketiga
sebagai esensi sesuatu. Dapat dicatat disini bahwa Aquinas mencoba menjebatani dua
ekstrimitas. Ekstrimitas Nominalisme dan Ekstriminitas Realisme. Nominalisme adalah suatu
ajaran dalam Filsafat Skolastik yang menyatakan bahwa tidak ada eksistensi abstrk yang
sungguh-sungguh objektif; yang ada hanyalah kata-kata dan nama-nama yang benar-benar
real adalah fisik yang particular ini saja. Realisme adalah suatu ajaran dalam filsafat yang
mengatakan bahwa realitas Universal abstrak sama dengan atau lebih tinggi dari realitas.
Aquinas melakukan harmonisasi antara kedua ekstrem itu cara memperhatikan bahwa alam
semesta mempunyai berbagai pengertian bila diterapkan pada Tuhan, manusia, dan alam.
Sains menurutnya, berkenaan dengan alam jenis ketig  yaitu alam sebagai esensi. Konsep-
konsep sains tidak priori sebab manusia dilahirkan tidak membawa idea-idea immaterial.
Menurut pendapat Aquinas pikiran tidak akan berisi apa-apa apabila tidak menggunakan
indera. Proses pengetahuan dimulai dari adanya penginderaan yang memberikan kepada kita
presepsi tentang objek didalam alam. Persoalan yang dihadapkan kepada Aquinas adalah
bagaiamana presepsi ini diterjemahkan kedalam idea-idea yang dapat dipikirkan. Untuk
menyelesaikan masalah ini Aquinas menggunakan istilah intelek aktif yang bertugas
mengabstraksikan unsur-unsur dalam alam semesta lalau menciptakan jenis-jenis yang dapat
dipikirkan. Intelek aktif itulah yang memberikan kepada kita keadaan susunan alam semesta.
Melalui intelek aktif itu kita dapat memahami prinsip-prinsip pertama yang mengatur semua
kenyataan
Pengalaman menurut Aquinas bukanlah suatu proses yang kacau pengalaman menyatakan
prinsip-prinsip universal tentang eksistensi, kualitas-kualitas particular tidaklah terpisah-
pisah; mereka mempunyai kualitas esensial dalam keseluruhan. Tugas sainslah untuk
mengklasifikasikan dan menguraikan kualitas-kualaitas itu.
Kalau dibandingkan dengan pandangan modern tentang sains, teori Aquinas sangat berbeda.
Menurut pendapat sains Modern pencapaian terbaik dalam sains adalah  bila ia lebih
menjurus kepada objek-objek yang particular. Sains modern tidak memberikan penghargaan
yang tinggi kepada masalah-masalah immaterial. Bagian immaterial itu merupakan bagian
pembahasan metafisika. Sedangkan pada Aquinas tadi, sains akan semakin tinggi nilainya
bila ia semakin universal.

E.     Karl Max (1818-1883)
Karl Heinrich Marx dilahirkan di kota Trier atau yang lebih dikenal dengan kota Traves yang
merupakan sebuah kota di Jerman (Prusia) pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Karl
Marx adalah keturunan pendeta Yahudi. Namun, pada saat Marx berumur 6 tahun kedua
orang tuanya berpindah agama menjadi Nasrani.

Watak Filsafat
Dalam merumuskan pemikiran Karl Marx dikenal dua tahapan, yaitu periode awal (1841-
1846) lazim disebut periode Marx muda, yakni pencerminan diri Marx betul-betul sebagai
seorang filosof dan belum menjadi 'Marxist'. Pada periode ini Marx masih seorang pemikir
liberal dan merumuskan konsepsi tentang manusia, pembebasan (humanisme), dan alienasi.
Tahap kedua dikenal dengan periode Marx tua (1874-1883) yakni saat Marx benar-benar
menjadi seorang kritikus masyarakat. pada periode ini Marx memaparkan konsepsi
perjuangan kelas, revolusi dan teori-teori ekonomi dan mencapai puncaknya pada Das
Kapital.
Berdasarkan pokok pikiran yang termuat dalam karya-karyanya, maka watak filsafat Karl
Marx dapat disebutkan sebagai berikut:
a.      Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Berangkat dari realitas manusia yang kongkrit, Marx mengubah pandangan filsafat
materialsme yang lama yang ia sebut sangat kontemplatif. Bagi Karl Marx, realitas inderawi
haruslah dipaami sebagai subjek dari aktivitas praktis.
b.     Revolusioner
Dalam risalah pendek yang berjudul Theses on Feuerbach, tesis XI Marx menyatakan bahwa
tugas para filsuf dalam menjabarkan pahamnya bukan sekedar menginterpretasikan dunia tapi
justru yang pokok adalah mengubah dunia.
Revolusi yang dilakukan Marx, sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa pada saat itu, adalah
perubahan sistem kemasyarakatan secara struktural. Aktivitas revolusioner ini dibagi
bertingkat-tingkat sesuai dengan fase sejarah yang sedang dilalui dan berahir dengan
terwujudnya masyarakat yang tidak berkelas yakni masyarakat komunis.

Materialisme Dialektis
Materialisme dalam konteks pembahasan filsafat sering dilawankan dengan idealisme. Hal ini
dikarenakan kedua aliran ini memiliki kawasan yang bertitik pisah dan masing-masing
memiliki ciri serta penganut dalam sejarah kemanusiaan. Dalam filsafat materialisme
didapatkan adanya anggapan dasar bahwa kenyataan berada diluar persepsi manusia,
demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu ahir dari ide. Sebaliknya
filsafat idealisme menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide-ide dan
mengingkari adanya realitas dibelakang ide-ide manusia.
Materialisme mengarah kepada anggapan bahwa kenyataan yang sesungguhnya adalah benda
atau materi. Karena itu, persoalan roh atau jiwa dalam aliran ini dianggap bukan sebagai
substansi yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai akibat dari proses materi. dengan
kata lain, aspek rohani manusia dipandang sebagai produk sampingan dari jasmani.
Saya sependapat dengan Max tentang Matearilisme, bahwa setiap benda tidak lansung bisa
terbentuk tanpa ada materinya atau bahannya sebagai contoh patung, patung tidak lansung
terbentuk tanpa ada materi atau bahannya apakah bahannya dari batu, kayu, atau lumpur.
Menurut Marx, sesungguhnya yang menjadikan manusia sebagai homo humanus adalah
kerja. Dengan bekerja manusia mencapai kenyataan sepenuh-penuhnya dan dalam aktivitas
bekerja pula manusia "menyatakan diri tidak seperti dalam kesadaran secara intelektual,
melainkan secara berkarya, secara nyata sehingga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia
yang menciptakan sendiri.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Permulaan abad pertengahan dapat di mulai sejak Plotinus – Plotinus lahir tahun 204 M saat
itu pengaruh agama Kristen sudah besar , filsafatnya berwatak spiritual. Adapun para filosof
pada abad pertengahan yaitu Plotinus, Agustinus, Anselmus, Thomas Aquinas, Karl Max.
a.      Plotinus
Plotinus lahir di mesir tahun 204 M wafat tahun 270 M di Martunae Itali. belajar filsafta di
Alexandria tahun 232 kepada animunios saccas selama 11 tahun. belajar kebudayaan parsi
dan India dengan mengikuti raja Gordianus berperang melawan Persia.
Adapun pemikiran-pemikiran Plotinus mengenai Penciptaan, tentang jiwa, dan tentang etika.
b.     Agustinus
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354. Tatkala
berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah mempengaruhi
perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah sebagai
penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah
membimbingnya kefilsafat.
Diantara sekian banyak Karya Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God.
Karya itu muncul disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Banyak
orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang
Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka
juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen. Karena banyak yang meilih agama
Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadi orang yang ragu karena
merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam semesta ini. Untuk
menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God.

c.      Anselmus
Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan ciri
utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal dari Bangsawan di Aosta, Italia. Seluruh
kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada Gereja. Tahun 1093 ia menjadi Uskup
Agung Canterbury.
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman dari pada akal. Arti
ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih
dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum kita
mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar terhadap
pemikirannya.
d.     Thomas Aquinas
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga Bangsawan baik Bapakanya
maupun Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus, Aquinas belajar tentang alam, ia
berfilsafat lebih empiris dari pada orang-orang yang diikutinya.
Aquinas dan Anselmus memiliki pendapat yang berbeda tentang akal dan iman. Alsemus
mendahulukan iman dari pada akal, akan tetapi   Thomas Aquinas mengatakan kita
menyeimbangkan akal dan iman.
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam filsafat
Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan. Dan
yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung
oleh akal.
Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian pengetahua Fisika, Matematika, dan
Metafisika
e.      Karl Max
Karl Heinrich Marx dilahirkan di kota Trier atau yang lebih dikenal dengan kota Traves yang
merupakan sebuah kota di Jerman (Prusia) pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Karl
Marx adalah keturunan pendeta Yahudi. Namun, pada saat Marx berumur 6 tahun kedua
orang tuanya berpindah agama menjadi Nasrani.
Pokok pikiran yang termuat dalam karya-karyanya, maka watak filsafat Karl Marx dapat
disebutkan sebagai berikut:
a.      Manusia Sebagai Mahluk Sosial
b.     Revolusioner
  
DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat: (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 191


Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum (Bandunh: PT Remaja Rosakarya, 2008), 66.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat: (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003), 191.
Kebug, Kondrad. Filsafat Itu Indah: (Jakarta: Pusatakaraya, 2008), 180.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta:  PT. Raja Grafindo. 1997.
Ramly, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Max: (Materialisme Dialektis dan
Materialisme Historis). Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2000.

Anda mungkin juga menyukai