PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
KEL : VI
Sry Liliana Tegila
Dewi Agustini
Sandri Paneo
Rizky Sugeha
Yunita Laurestabo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah satu paham yang
memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham empirisme. Empirisme merupakan
paham yang mencoba memaparkan dan menjelaskan bahwa sumber pengetahuan manusia itu
adalah pengalaman.
Ilmu-ilmu empiris ini memperoleh bahan-bahan untuk sesuatu yang dinyatakan
sebagai hasil atau fakta dari sesuatu yang dapat diamati dengan berbagaicara. Bahan-bahan ini
terlebih dahulu harus disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi,
didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah.
Paham empirisme telah banyak didiskusikan di berbagai perguruan tinggi, banyak
yang menyatakan bahwa suatu penelitian itu harus didasarkan atas data empiris, namun
menurut penulis dengan data empiris saja penelitian tidak cukup dan harus juga berdasarkan
rasionalisme logis. Tuhan telah menciptakan akal bagi manusia sehingga membedakannya
dengan makhluk-makhluk yang lain. Akal harus difungsikan dalam suatu penelitian agar
pembaca memiliki gambaran yang kuat untuk menerima hasil kajian ilmiah dari peneliti yang
akan dijadikan sebagai pengetahuan.
Paham empirisme banyak juga menuai sanggahan dari orang-orang rasionalis karena
mengesampingkan akal dalam penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa paham
rasionalisme ini merupakan lawan dari paham empirisme.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian empirisme.
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani yaitu empiria yang berarti coba-coba
atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Kata empirisme
menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani empereikos yang berarti pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini dapat
dilihat bila memperhatikan pertanyaan seperti: Bagaimana orang mengetahui es itu dingin?
Seorang empiris akan mengatakan, Karena saya merasakan hal itu dan karena seorang
ilmuan telah merasakan seperti itu. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu,
yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu
dingin. Bagaimana dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat
peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh
lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
Dalam Juhaya juga menyatakan hal yang sama dengan Amsal Bakhtiar bahwa
pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai dan
pengalaman dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukan rasio.
Oleh sebab itu, empirisme dinisabatkan kepada faham yang memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia.
Sedangkan menurut Sutarjo menyatakan bahwa empirisme merupakan aliran yang
mengakui bahwa pengetahuan itu pada hakikatnya didasarkan atas pengalaman atau empiri
melalui alat indra (empiri). Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata didasarkan
akal, karena dapat dipandang sebagai spekulasi belaka dan tidak berdasarkan realitas sehingga
berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus didasarkan pada kenyataan
sejati, yaitu realitas.
Berbeda dengan Rasionalisme yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.
Dicari dengan akal artinya dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji
apakah temuan itu logis atau tidak.bila logis berarti benar, bila tidak logis berarti salah. Jadi
sumber pengetahuan bagi paham Rasionalisme adalah akal yang logis.
Pengertian fitrah tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif yang beraspek
hanya pada kecerdasan semata dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
melainkan mengandung pula tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu kepada
pengaruh lingkungan eksternal, sekalipun tidak aktif. Walaupun demikian al-Quran dan alHadits tidak dapat dikatakan sebagai sumber Ilmu Pendidikan yang berpaham empiris.
Firman Allah dalam S. al-Alaq: 3-4
Yang artinya :
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam"
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar niscaya tidak akan
mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan
akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar
mengajar
:
Artinya :
Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanya mendidiknya menjadi
Yahudi atau Nasrani .........(H.R. Bukhari).
Atas dasar al-Hadits diatas maka kita dapat memperoleh petunjuk bahwa fitrah sebagai
faktor pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan diluar dirinya,
bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.
Dan tanpa penyediaan kesempatan yang cukup memadai (favourable) maka kemampuan dasar
tersebut tidak akan mengalami perkembangan yang progresif vertikal dan horizontal secara
normal dan optimal. Dengan demikian pengaruh lingkungan menjadi suatu keniscayaan agar
kemampuan/ potensi dapat berkembang.
Persamaannya:
Keduanya sepakat bahwa anak yang baru lahir adalah bersih, ibarat kertas putih yang
siap ditulisi oleh pendidik.
Perbedaannya:
1. Karena adanya perbedaan konsep fitrah dan teori tabula rasa, maka peranan
pendidik dalam pendidikan Islam lebih terbatas dibandingkan dengan peranan
pendidik aliran empirisme dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian
anak didik (peserta didik) tersebut.
2. Masih dalam kerangka teori fitrah dan tabula rasa, keduanya sama-sama berarti
bersih. Namun fitrah berarti bersih dan suci serta ada potensi tauhid. Sedangkan
tabula rasa berarti bersih saja (tidak suci) dan tidak punya potensi tauhid.
BAB III
KESIMPULAN
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Pandangan ini menurut
Fuad Ihsan. Berbeda dengan Amsal Bakhtiar menyatakan bahwa empirisme berasal dari kata
empereikos yang berarti penngalaman.
Dalam paham empirisme ini, memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan, baik pengalaman lahiriyah yang menyangkut dunia maupun pengalaman
batiniyah yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman
atau empiri melalui alat indera. Paham empirisme ini dipertentangkan dengan paham
rasionalisme yang mengatakan akal (rasio) sebagai sumber pengetahuan.
Mengenai lembaran putih manusia dalam pandangan Locke mirip sekali dengan teori
fitrah dalam konsep Islam yang di dasarkan pernyataan al-Quran, surat al-Rum ayat 30.
Walaupun lembaran putih yang lontarkan locke mirip dengan konsep Islam, tetapi tidak sama.
Karena Locke memandang manusia itu bersih tanpa ada potensi apapun yang dimilikinya
tetapi dalam pandangan Islam manusia ketika dilahirkan memiliki potensi-potensi bertuhan.