Anda di halaman 1dari 8

ALIRAN EMPIRISME DALAM PANDANGAN TERHADAP

PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

KEL : VI
Sry Liliana Tegila
Dewi Agustini
Sandri Paneo
Rizky Sugeha
Yunita Laurestabo

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah satu paham yang
memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham empirisme. Empirisme merupakan
paham yang mencoba memaparkan dan menjelaskan bahwa sumber pengetahuan manusia itu
adalah pengalaman.
Ilmu-ilmu empiris ini memperoleh bahan-bahan untuk sesuatu yang dinyatakan
sebagai hasil atau fakta dari sesuatu yang dapat diamati dengan berbagaicara. Bahan-bahan ini
terlebih dahulu harus disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi,
didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah.
Paham empirisme telah banyak didiskusikan di berbagai perguruan tinggi, banyak
yang menyatakan bahwa suatu penelitian itu harus didasarkan atas data empiris, namun
menurut penulis dengan data empiris saja penelitian tidak cukup dan harus juga berdasarkan
rasionalisme logis. Tuhan telah menciptakan akal bagi manusia sehingga membedakannya
dengan makhluk-makhluk yang lain. Akal harus difungsikan dalam suatu penelitian agar
pembaca memiliki gambaran yang kuat untuk menerima hasil kajian ilmiah dari peneliti yang
akan dijadikan sebagai pengetahuan.
Paham empirisme banyak juga menuai sanggahan dari orang-orang rasionalis karena
mengesampingkan akal dalam penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa paham
rasionalisme ini merupakan lawan dari paham empirisme.

B. Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.

Bagaimana pengertian empirisme.


Bagaimana pandangan John Locke tentang fitrah manusia
Bagaimana implikasi dalam pendidikan Islam
Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Empirisme dan Pendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian empirisme.
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani yaitu empiria yang berarti coba-coba
atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Kata empirisme
menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani empereikos yang berarti pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini dapat
dilihat bila memperhatikan pertanyaan seperti: Bagaimana orang mengetahui es itu dingin?
Seorang empiris akan mengatakan, Karena saya merasakan hal itu dan karena seorang
ilmuan telah merasakan seperti itu. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu,
yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu
dingin. Bagaimana dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat
peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh
lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
Dalam Juhaya juga menyatakan hal yang sama dengan Amsal Bakhtiar bahwa
pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai dan
pengalaman dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukan rasio.
Oleh sebab itu, empirisme dinisabatkan kepada faham yang memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia.
Sedangkan menurut Sutarjo menyatakan bahwa empirisme merupakan aliran yang
mengakui bahwa pengetahuan itu pada hakikatnya didasarkan atas pengalaman atau empiri
melalui alat indra (empiri). Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata didasarkan
akal, karena dapat dipandang sebagai spekulasi belaka dan tidak berdasarkan realitas sehingga
berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus didasarkan pada kenyataan
sejati, yaitu realitas.
Berbeda dengan Rasionalisme yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.
Dicari dengan akal artinya dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji
apakah temuan itu logis atau tidak.bila logis berarti benar, bila tidak logis berarti salah. Jadi
sumber pengetahuan bagi paham Rasionalisme adalah akal yang logis.

B. Pandangan John Locke tentang fitrah manusia


John Locke lahir tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington/Somersetshire dan meninggal
di Oates/Essex tanggal 28 Oktober 1704. Ia dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen.
Sikap puritan ayahnya sedikit banyak menularkan kepada anaknya sebuah sikap tidak suka
pada aristokrasi.
Menurutnya segala pengetahuan datang dari pengalaman, sedangkan akal tidak
melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Seluruh pengetahuan kita peroleh dengan jalan
menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari pengindraan dan
refleksi. Akal manusia hanya merupakan tempat penampungan yang secara pasif menerima
hasil penginderaan kita. Sedangkan obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau ideaidea, yang timbulnya karena pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniah
(reflection) dalam upaya mencari kebenaran atas pengetahuan. Reflection itu pengenalan
intuitif serta memberi pengetahuan apakah kepada manusia lebih baik lebih penuh dari pada
sensation. Sensation merupakan suatu yang memiliki hubungan dengan dunia luar tetapi tak
dapat meraihnya dan tak dapat mengerti sesungguhnya. Tetapi tanpa sensations manusia tak
dapat juga suatu pengetahuan. Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerja sama antara
sensation dan reflections. Tetapi haruslah ia mulai dengan sensation sebab jiwa manusia itu
waktu dilahirkan merupakan yang putih bersih; tabula rasa, tak ada bekal dari siapa pun yang
merupakan ide bawaan.
Fokus filsafat Locke adalah antitesis pemikiran Descrates. Ia menyarankan bahwa akal
budi dan spekulasi abstrak agar kita harus menaruh perhatian dan kepercayaan pada
pengalaman dalam menangkap fenomena alam melalui pancaindera. Pengenalan manusia
terhadap seluruh pengalaman yang dilaluinya seperti mencium, merasa, mengecap dan
mendengar menjadi dasar bagi hadirnya gagasan-gagasan dan pikiran sederhana. Gagasan
yang datang dari indra tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, memercayai dan
meragukannya dan inilah akhirnya disebut bagian aktivitas merenung dan perenungan.
Pandangan Locke mengenai lembaran putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah
dalam filsafat Islam yang didasarkan atas pernyataan al-Quran surat al-Rum ayat 30. Fitrah
adalah bawaan manusia sejak lahiryang di dalamnya terkandung tiga potensti dengan
fungsinya masing-masing. Pertama, potensi aql yang berfungsi untuk mengenal Tuhan,
mengesakan Tuhan. Kedua, potensi syahwat yang berfungsi untuk menginduksi objek-objek
yang menerangkan. Ketiga, potensi gadlab yang berfungsi untuk menghindari segala yang
membahayakan. Ketika manusia dilahirkan, ketiga potensi ini telah dimilikinya. Namun, agar
potensi-potensi tersebut berakhtualisasi perlu ada bantuan dari luar dirinya. Dalam filsafat
Islam, kedua orang tua anak yang terlahir itulah yang pertama-tama berkewajiban
memberikan pengetahuan untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Dengan
demikian, orang tualah yang mengoreskan tulisan di atas lembaran putih si anak yang terlahir
itu.

C. Pandangan Islam terhadap teori John Locke


Dalam pandangan Islam, teori empirisme yang dikemukakan John Locke tersebut
tidak sepenuhnya dapat diterima. Islam mengakui bahwa lingkungan atau pendidikan
pengaaruh dalam pembentukan pribadi anak, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, dan al-Ghazali
misalnya mendukung paham tersebut. Para filusuf Islam tersebut misalnya, berpendapat,
bahwa jika lingkungan atau pendidikan tidak berpengaruh pada pembentukan pribadi
manusia, maka kehadiran para Nabi menjadi sia-sia. Kenyataan menunjukan bahwa dengan
kedatangan para Nabi, keadaan masyarakat menjadi berubah dari keadaan tersesat menjadi
lurus, dari keaddan berbuat zalim menjadi berbuat baik, dari keaadaan bodoh menjadi pandai
dan seterusnya. Nabi Muhammad saw misalnya menyatakan bahwa ia diutus ke muka bumi
ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Namun demikian, Islam tidak memutlakkan peran lingkungan atau pendidikan dan
menghilangkan peran hidayah Allah swt. Islam memeandang bahwa lingkungan tidak
sepenuhnya dapat membentuk orang menjadi baik. Buktinya ada anak seorang Nabi yang
tidak menjadi orang yang beriman, sebagaimana anaknya Nabi Nuh, begitu pula paman Nabi
Muhammad yaitu Abu Thalib yang tidak mau masuk Islam. Atas dasar pandangan ini, maka
seorang guru yang mendidik harus memadukan antara usaha dan doa, serta tidak terlalu
berputus atas, jika anak didiknya ternya menjadi pribadi yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Dengan demikian, terlihat dengan jelas bahwa pemikiran pendidkan empirisme tidak
sepenuhnnya dapat diterima dalam ajaran Islam. Pemikiran pendidikan tersbut hanya
berdasarkan pada pandangan filsafat manusia yang sempit, yakni yang hanya dilihat dari segi
luarnya saja dan tidak melihat dari segi dalam dirinya. Manusia dalam pandangan empirisme
seperti tong kosong yang tak berjiwa, atau seperti robot yang digerakan sesuai dengan
keinginan sang dalang. Hal ini, bertentangan dengan pangan Islam yang menyakatan bahwa
manusia memiliki hati nurani, pikiran dan perasaan dan kebebasan menentukan jalan
hidupnya sendiri, serta pandangan Islam yang menganggap manusia bukannya sebagai
makhluk individu, melainkan juga sebagai makluk sosial yang memiliki akal pikiran, hati
nurani, panca indra dan sebagainya.

D. Implementasi dalam Proses Pendidikan Islam

Pengertian fitrah tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif yang beraspek
hanya pada kecerdasan semata dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
melainkan mengandung pula tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu kepada
pengaruh lingkungan eksternal, sekalipun tidak aktif. Walaupun demikian al-Quran dan alHadits tidak dapat dikatakan sebagai sumber Ilmu Pendidikan yang berpaham empiris.
Firman Allah dalam S. al-Alaq: 3-4
Yang artinya :
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam"
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar niscaya tidak akan
mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan
akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar
mengajar

Rasullah SAW. Bersabda


:


Artinya :
Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanya mendidiknya menjadi
Yahudi atau Nasrani .........(H.R. Bukhari).
Atas dasar al-Hadits diatas maka kita dapat memperoleh petunjuk bahwa fitrah sebagai
faktor pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan diluar dirinya,
bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.
Dan tanpa penyediaan kesempatan yang cukup memadai (favourable) maka kemampuan dasar
tersebut tidak akan mengalami perkembangan yang progresif vertikal dan horizontal secara
normal dan optimal. Dengan demikian pengaruh lingkungan menjadi suatu keniscayaan agar
kemampuan/ potensi dapat berkembang.

E. Persamaan dan Perbedaan Empirisme dan Pendidikan Islam

Persamaannya:

Keduanya sepakat bahwa anak yang baru lahir adalah bersih, ibarat kertas putih yang
siap ditulisi oleh pendidik.

Perbedaannya:
1. Karena adanya perbedaan konsep fitrah dan teori tabula rasa, maka peranan
pendidik dalam pendidikan Islam lebih terbatas dibandingkan dengan peranan
pendidik aliran empirisme dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian
anak didik (peserta didik) tersebut.
2. Masih dalam kerangka teori fitrah dan tabula rasa, keduanya sama-sama berarti
bersih. Namun fitrah berarti bersih dan suci serta ada potensi tauhid. Sedangkan
tabula rasa berarti bersih saja (tidak suci) dan tidak punya potensi tauhid.

BAB III
KESIMPULAN

Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Pandangan ini menurut
Fuad Ihsan. Berbeda dengan Amsal Bakhtiar menyatakan bahwa empirisme berasal dari kata
empereikos yang berarti penngalaman.
Dalam paham empirisme ini, memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan, baik pengalaman lahiriyah yang menyangkut dunia maupun pengalaman
batiniyah yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman
atau empiri melalui alat indera. Paham empirisme ini dipertentangkan dengan paham
rasionalisme yang mengatakan akal (rasio) sebagai sumber pengetahuan.
Mengenai lembaran putih manusia dalam pandangan Locke mirip sekali dengan teori
fitrah dalam konsep Islam yang di dasarkan pernyataan al-Quran, surat al-Rum ayat 30.
Walaupun lembaran putih yang lontarkan locke mirip dengan konsep Islam, tetapi tidak sama.
Karena Locke memandang manusia itu bersih tanpa ada potensi apapun yang dimilikinya
tetapi dalam pandangan Islam manusia ketika dilahirkan memiliki potensi-potensi bertuhan.

Anda mungkin juga menyukai